PBL c4 Scen C Blok3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Struktural Protein serta Perbedaan Hemoglobin pada Penyakit Sickle Cell

Haemoglobin

Jebsa Beypi Amnifu

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Alamat Korespondensi: jebsa.2016fk198@civitas.ukrida.ac.id

ABSTRAK
Protein merupakan suatu komponen utama penyusun sekitar setengah dari berat
kering sel yang sebagian besar tersimpan dalam jaringan otot dan beberapa organ tubuh
lainnya. Protein tersusun dari berbagai asam amino yang membentuk ikatan kovalen peptida.
Asam amino penyusun protein adalah asam -amino. Terdapat 20 asam amino yang
merupakan bahan pembangun protein. Protein memiliki struktur primer, sekunder, tersier, dan
kuartener serta dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi, bentuk, dan fungsinya.
Hemoglobin merupakan protein konjugasi yang berfungsi sebagai protein transpor dan
memiliki bentuk globular yang mempermudah untuk mengangkut beberapa molekul.
Penyakit sickle cell haemoglobin merupakan penyakit karena terjadinya mutasi gen pada
DNA yang menyebabkan perubahan urutan asam amino.
Kata Kunci: asam amino, protein, hemoglobin
ABTRACT
Protein is the main component about the half of the cells weight that stored in muscle tissue
or other organs. Protein is composed by amino acids that forming covalent peptide bond.
Amino acids that compose protein is -amino acid. There are 20 amino acids that commonly
found in proteins. Protein has primary structure, secondary structure, tertiary structure, and
quartenary structure and also can be classified by its composition, shape, and function.
Haemoglobin is a conjugated protein that used as transport protein and has a globular shape
which is easier to transport some molecules. Sickle cell haemoglobin disease is caused by
gene mutation in DNA which causes the sequence of amino acids.
Keywords: amino acids, protein, haemoglobin

1
PENDAHULUAN
Protein terdapat dalam semua sistem kehidupan dan merupakan suatu komponen
utama penyusun sekitar setengah dari berat kering sel. Setiap sel mengandung berbagai
protein yang berbeda. Sebagian besar protein tersimpan dalam jaringan otot dan beberapa
organ tubuh lainnya, dan sisanya terdapat dalam aliran darah. 1 Protein tersusun dari berbagai
asam amino yang membentuk ikatan kovalen peptida. 2 Asam amino adalah asam alkanoat
yang sebuah atom H atau lebih dari gugus alkilnya diganti dengan gugus amino (-NH 3). Asam
amino penyusun protein adalah asam -amino, dimana gugus aminonya terikat pada atom
karbon alfa.1 Selama sintesis protein di ribosom, terdapat 20 asam amino yang merupakan
bahan pembangun protein.2
Di dalam tubuh manusia, sel darah merah atau eritrosit memiliki jumlah dan
komposisi paling banyak dibandingkan dengan sel lain. Eritrosit mengandung protein dalam
bentuk hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen dari paru-paru dan menyalurkan
ke seluruh tubuh.3 Sickle cell haemoglobin disebabkan perubahan pada bentuk eritrosit
menjadi melengkung dikarenakan mutasi dan menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan
hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen.4
Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mempelajari dasar-dasar
protein pada hemoglobin serta mempelajari keadaan hemoglobin pada penyakit sickle cell
haemoglobin. Harapan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah agar pembaca dapat
menambah pengetahuan, dan area yang dibahas pada tinjauan pustaka ini adalah hemoglobin
dalam darah manusia.
Protein
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino dan
terdapat dalam sistem hidup semua organisme baik tingkat rendah maupun organisme tingkat
tinggi. Protein memiliki fungsi utama yang kompleks di dalam semua proses biologi. 5 Istilah
protein dikemukakan pertama kali oleh pakar kimia dari Belanda yaitu G.J. Mulder pada
tahun 1939, berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti yang pertama atau yang
paling utama. Protein memegang peranan sangat penting pada organisme, yaitu dalam
struktur, fungsi, dan reproduksi. Protein yang terdapat pada tanaman dan dibentuk dari bahan
dari dalam tanah dan air melalui proses biokimia adalah protein nabati, terdapat dalam
kacang-kacangan. Protein yang terdapat pada hewan dikenal sebagai protein hewani, yang
umumnya mengandung asam -amino seperti yang digunakan oleh tubuh manusia, oleh

2
karena itu protein hewani dianggap sebagai protein yang sempurna karena memiliki nilai
biologis yang tinggi.1
Struktur Protein
Protein memiliki berat molekul sekitar 5000 sampai beberapa juta. Struktur tiga
dimensi protein dapat dijelaskan melalui tingkat organisasinya, yaitu struktur primer, struktur
sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener yang dimilikinya.1
Struktur Primer
Struktur primer dari protein merupakan rangkaian asam amino yang membentuk suatu
rantai polipeptida (Gambar 1). Susunan ini memiliki gugus R yang berada pada posisi
konfigurasi trans- dengan gugus R yang ada disebelahnya dikarenakan posisi ini lebih stabil
untuk hampir semua asam amino, kecuali prolin karena memiliki gugus R berupa cincin
(Gambar 2).6 Rantai primer menentukan lipatan terakhir dari protein dan fungsi serta sifat
dasar dari protein tersebut. Struktur primer tidak terjadi
percabangan rantai.1,7 Susunan asam amino ini dihubungkan dengan
reaksi kondensasi dengan menghilangkan H2O. Hasil dari reaksi ini
adalah dipeptida dengan adanya ikatan peptida seperti yang ada
pada gambar 3. Dipeptida merupakan peptida paling sederhana.
Ikatan peptida yang sama dan berulang membentuk polipeptida.8

Gambar 1. Struktur
Primer5

Gambar 3. Dipeptida dengan


Gambar 2. Konfigurasi cis- dan trans-6 Ikatan Peptida8

Struktur Sekunder
Struktur sekunder berikatan kovalen dan memiliki ikatan hidrogen diantara gugus
polar pada rantai polipeptida. Struktur sekunder protein dapat berbentuk spiral (-heliks) atau
lembaran berlipat (lembaran ).6 Struktur-struktur ini dapat dilihat pada gambar 4. Struktur

3
-heliks adalah struktur geometri yang teratur berputar ke arah kanan dan semua gugus R
menjulur keluar apabila kita lihat dari sebelah atas sisi aksis, serta stabilitas setiap putarannya
disebabkan oleh ikatan hidrogen antara atom oksigen karbonil dan atom hidrogen radikal
NH yang terdapat dalam satu rantai. Hemoglobin kaya akan -heliks, yaitu sekitar 75%. Dua
atau lebih -heliks dapat saling berpilin dan membentuk struktur yang stabil (Gambar 5),
biasa dijumpai pada keratin rambut, fibrin pada gumpalan darah, dan miosin pada otot. Tetapi
ada juga protein yang sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kandungan -heliks,
contohnya adalah enzim kimotripsin.1
Beberapa asam amino seperti leusin dan metionin merupakan pembentuk heliks yang
baik, tetapi ada beberapa asam amino yang menjadi penghenti -heliks, contohnya yaitu
prolin. Oleh karena itu, apabila ditemukan prolin pada rantai polipeptida, menunjukan akhir
dari rantai tersebut. Prolin yang berada pada rangkaian peptida, tidak ada atom hidrogen yang
berikatan dengan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen.8

Gambar 4. (a) Struktur -heliks (b) Struktur Lembaran 9

Gambar 5. Pilinan Dua -heliks1

Lembaran terbentuk melalui ikatan hidrogen dimana terjadi ikatan antara oksigen
karbonil dari satu ikatan peptida dengan nitrogen dari ikatan peptida lainnya. Dengan kata
lain, ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua rantai polipeptida yang terpisah atau
antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal yang melipat sendiri. Rantai atau bagian rantai
yang berinteraksi satu sama lainnya dapat bersifat sejajar (paralel) atau anti-sejajar
(antiparalel).10 Rantai sejajar dan anti-sejajar dapat dilihat pada gambar 6.

4
Antiparalel
Paralel
Gambar 6. Rantai sejajar dan anti-sejajar1

Struktur Tersier
Struktur tersier protein terbentuk karena adanya pelipatan rantai polipeptida. Struktur
ini melibatkan interaksi nonkovalen yang mendorong terjadinya lipatan dan melibatkan -
heliks dan lembaran . Seperti yang telah dikemukakan, struktur -heliks banyak terdapat
dalam struktur heliks hemoglobin dan menyusun sekitar 75% struktur tersier protein
tersebut.1 Struktur tersier ditentukan oleh interaksi ion antara muatan gugus R asam amino,
dengan interaksi hidrofobik (gugus R
hidrofobik cenderung berada di dalam
protein globular, gugus R hidrofilik
cenderung berada di permukaan
protein dimana mereka dapat
berinteraksi dengan air) dan reaksi
hidrogen, serta ikatan van der Waals
(Gambar 7).6 Protein cenderung
mengadakan lipatan-lipatan sehingga
atom terkemas rapat, oleh karena itu
Gambar 7. Ikatan yang Mendukung Stabilitas
Struktur Tersier Protein1 gaya van der Waals antar atom
berperan penting dalam stabilitas
struktur protein.10

Struktur Kuartener
Struktur kuartener protein merupakan penggabungan dari dua atau lebih rantai
polipeptida yang dihubungkan dengan ikatan elektrostatik dan ikatan hidrogen. Polipeptida
yang membangun struktur ini dapat sama atau berbeda. 8 Protein dengan struktur kuartener
disebut protein oligomer dan bagian yang membentuk oligomer yaitu protomer. Contoh dari

5
oligomer adalah amilase dengan 2 protomer, hemoglobin dengan 4 protomer, glutamin
dengan 512 protomer, dan virus mosaik tembakau dengan 2130 protomer.8
Diagram struktur kuartener
oksihemoglobin yang hanya tersusun dari
4 protomer memiliki struktur yang sangat
kompleks (Gambar 8).1 Berdasarkan
jumlah subunit, protein ini dibedakan
atas monomer, dimer, trimer, dan
seterusnya. Berdasarkan kesejenisan
subunit ini, ditambahkan homo- dan
hetero- dalam penyebutannya, contohnya
heterodimer adalah protein yang
mengandung dua rantai polipeptida
berbeda. Penggabungan subunit dalam
Gambar 8. Diagram Struktur Kuartener
Oksihemoglobin1 membentuk protein memiliki peran
penting terhadap fungsi dari protein tersebut, dimana protein dapat hilang apabila antar
subunit dipisahkan.6 Gambar 9 menjelaskan secara singkat mengenai ke-empat struktur
protein ini.

Gambar 9. Ilustrasi Diagram6Struktur Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener8


Klasifikasi Protein
Berdasarkan Komposisi
Protein berdasarkan komposisinya dibagi menjadi protein sederhana dan protein
konjugasi. Protein sederhana adalah protein yang hanya memiliki residu dari asam amino,
tidak memiliki gugus lainnya, contohnya adalah enzim ribonuklease. Protein konjugasi
adalah protein yang memiliki satu atau lebih asam amino pada rantai polipeptida yang terikat
pada gugus kimia lain. Bagian yang bukan asam amino dari protein ini baik bersifat organik
maupun anorganik disebut gugus prostetik. Protein konjugasi diklasifikasi berdasarkan gugus
prostetiknya. Contohnya adalah lipoprotein yang mengandung gugus prostetik lipid,
glikoprotein yang mengandung gugus prostetik karbohidrat, metaloprotein yang mengandung
ion besi yang spesifik, dan lainnya. Beberapa protein dapat mengandung lebih dari satu gugus
prostetik.11 Tabel 1 merupakan golongan dari protein konjugasi.
Tabel 1. Golongan Protein Konjugasi11
Golongan Gugus Contoh Spesifik Fungsi dari Contoh
Prostetik
Hemoprotein Unit heme Hemoglobin Pembawa O2 dalam darah
Mioglobin Pembawa O2 dalam otot
Lipoprotein Lipid Low-density Lipoprotein Pembawa lipid
High-density Pembawa lipid
Lipoprotein
Glikoprotein Karbohidrat -globulin Antibodi
Mucin Pelumnas pada sekresi
mukosa

7
Interferon Antivirus
Fosfoprotein Gugus fosfat Fosforilase glikogen Enzim pada fosforilasi
glikogen
Nukleoprotein Asam nukleat Ribosom Tempat sintesis protein
dalam sel
Virus Mereplikasi diri sendiri,
dan menginfeksi
Metalloprotein Ion besi Iron-ferritin Tempat penyimpanan besi
yang kompleks
Alkohol dehidrogenase Enzim pada oksidasi
alkohol
Berdasarkan Fungsi
Protein berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 7, yaitu: (1) protein katalis yang
disebut enzim, yang memiliki peran penting untuk sel dalam tubuh pada reaksi metabolisme,
contohnya yaitu (a) laktasi dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi asam laktat; (b)
sitokrom c yang berfungsi untuk mentransfer elektron; (c) DNA polimerase yang berfungsi
mereplikasi dan memperbaiki DNA; (2) protein pelindung sistem kekebalan tubuh (antibodi
atau immunoglobulin) terhadap bakteri dan virus bahkan partikel tak dikenal lainnya; (3)
protein pengatur dalam proses biokimia pada sel, jaringan, dan organ melalui beberapa
hormon seperti insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan; (4) protein kontraktil yang
mengatur pergerakan terkoordinasi dengan energi hasil dari penguraian ATP, misalnya
kontraksi otot, contohnya yaitu aktin (serabut yang bergerak dalam miofibril) dan miosin
(serabut stasioner dalam miofibril), dan dynein (pergerakan dengan silia atau flagel)
contohnya sperma pada reproduksi pria yang dapat berenang karena adanya flagel; (5) protein
simpanan atau protein nutrien yang dibuat sebagai cadangan untuk berbagai proses
metabolisme, contohnya yaitu (a) gliadin yang merupakan protein dalam biji gandum dengan
rantai polipeptidanya yang mengandung banyak residu prolin dan asam glutamat, (b)
ovalbumin yang merupakan protein dalam putih telur, larut dalam air dan menggumpal bila
dipanaskan atau dijenuhkan dengan larutan amonium sulfat, (c) kasein yang termasuk dalam
fosfoprotein dan terdapat dalam susu, serta apabila dihidrolisis akan menghasilkan protein
sederhana dan asam fosfat penyusunnya; (6) protein struktural atau protein pembangun yang
membentuk bahan atau jaringan serta memberi kekuatan pada jaringan, contohnya yaitu
protein fibrosa yang tidak larut dalam air seperti: (a) kolagen yang menghubungkan tulang
rawan dan pembuluh darah, (b) keratin yaitu protein pembangun pada rambut, bulu, dan
kuku, (c) elastin yang terdapat dalam jaringan penyambung elastis, yaitu jaringan ikat sendi,

8
(d) miosin dan aktin yaitu protein pada otot, (e) fibroin yaitu komponen utama kepompong
ulat sutera dan jaring laba-laba; (7) protein pengangkut yang mengikat partikel biomolekul
berukuran kecil dan mengangkutnya ke berbagai lokasi tubuh, serta melepaskan molekul
kecil yang dibutuhkan. Contohnya yaitu (a) hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, (b) transferrin yang membawa besi dari hati menuju sumsum
tulang, (c) mioglobin yang mengangkut oksigen dalam jaringan otot, (d) seruloplasmin yang
mengangkut ion tembaga dalam darah, (e) serum albumin yang mengangkut asam lemak
bebas dalam darah, dan (f) high- dan low- density lipoproteins yang membawa kolesterol
pada peredaran darah.11,12
Berdasarkan Bentuk
Protein berdasarkan bentuknya dibagi menjadi protein fibrosa dan protein globular.
Protein fibrosa berbentuk seperti serat atau serabut yang berikatan sangat kuat dan memiliki
bentuk yang memanjang. Protein ini memiliki banyak rantai yang saling berikatan dalam
berkas paralel bersilangan. Umumnya protein ini tidak larut dalam air dan larutan garam dan
biasanya menempel pada membran sel dan organel. Protein fibrosa berperan sebagai protein
pembangun yang biasanya ditemukan pada jaringan ikat, jaringan elastik, rambut dan kulit.
Protein yang termasuk bentuk fibrosa yaitu: (a) miosin pada otot, (b) keratin pada wol,
rambut, sutera, dan kuku, (c) fibrin pada pembekuan darah, (d) elastin pada ligamen dan
pembuluh darah, dan (e) kolagen pada tendon, tulang dan jaringan ikat lainnya.11,12
Protein globular memiliki molekul yang dilipat berbentuk bola dan berperan penting
dalam penyangga, sehingga protein ini cenderung larut dalam air. Kelarutannya dalam air ini
memudahkan protein untuk mengalir bersama darah sebagai protein pengangkut dan cairan
tubuh lainnya ketika dibutuhkan.11 Pelipatan protein ini membuat gugus asam amino yang
hidrofobik (gugus R nonpolar) berada di dalam molekul, sedangkan yang bersifat hidrofilik
(gugus R polar) berada diluar molekul. Contoh dari protein globular adalah hemoglobin dan
enzim pada umumnya. Protein globular juga digunakan dalam mengkonstruksi mikrofilamen
(polimer dari protein aktin) dan mikrotubulus (polimer dari protein tubulin) pada sel. 13 Tabel
2 menunjukkan perbedaan antara protein fibrosa dan protein globular
Tabel 2. Perbedaan Protein Fibrosa dan Protein Globular11
Protein Fibrosa Protein Globular
Berbentuk serat Berbentuk bola
Tidak larut dalam air Larut dalam air
Mengandung hanya 1 tipe struktur Mengandung beberapa tipe struktur
sekunder sekunder
Terlibat dalam pendukung dan proteksi Terlibat dalam proses metabolisme tubuh

9
dari luar (menempel pada membran sel dan seperti katalisis, transport, dan regulasi,
organel) serta bertindak sebagai protein strutural
dalam sel-sel hewan
Contoh: miosin, keratin, fibrin, ligamen, Contoh: hemoglobin, dan enzim
kolagen
Terdapat banyak dalam tubuh manusia Terdapat lebih sedikit dalam tubuh manusia
sehingga memiliki total massa yang lebih
besar
Sickle Cell Hemoglobin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hemoglobin adalah sejenis protein yang
terkandung dalam sel darah merah yang memungkinkan darah untuk mengangkut oksigen
serta merupakan zat pewarna pada butir darah merah. 14 Hemoglobin memiliki struktur
kuartener dan tersusun atas protein sederhana yaitu globin dan radikal prostetik yang
berwarna disebut hem dalam bentuk hemin (ferrihem klorida). Hemoglobin dapat dipisahkan
dari butir-butir darah melalui sentrifugasi atau hemolisis dengan eter. Globin memiliki sifat
basa karena banyak mengandung asam amino yang bersifat basa, seperti lisin, histidin, dan
arginin. Globin dibangun oleh empat polipeptida dan mudah mengalami denaturasi, serta
tidak larut dalam ammonia, melainkan larut dalam larutan asam/basa. Hem dikenal sebagai
protohem atau ferrohem dan memiliki struktur yang kompleks yang dibangun oleh 4 inti pirol
yang saling berikatan, disebut protoporpirin. Besi dalam molekulnya berbentuk ferro dan
terikat pada inti pirol secara homopolar dan semipolar. Proses hidrolisis hemoglobin yang
dilakukan di ruangan terbuka dengan menggunakan asam klorida akan menyebabkan
pemecahan hemoglobin menjadi komponen penyusunnya. Hemoglobin (Hb) memiliki
kemampuan untuk mengikat O2 dan membentuk oksihemoglobin (HbO2) dengan reaksi
keseimbangan. Hemoglobin dan oksihemoglobin dapat bereaksi dengan gas karbon
monoksida (CO) menjadi karboksihemoglobin dengan reaksi keseimbangan. Karena afinitas
Hb terhadap CO lebih besar terhadap O2, apabila kedua gas ini berada dalam paru-paru, Hb
akan mengikat CO dan bukan O2 sehingga akan mengganggu pengangkutan O2 dari paru-paru
ke jaringan.1
Hemoglobin terbentuk dari 2 protein kecil yang saling berikatan dan membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Protein kecil itu adalah -globulin dan -globulin. Pada
hemoglobin normal, jumlah kedua protein ini normal. Jenis protein ketiga adalah -globulin
yang merupakan -globulin dalam fetus, tetapi ketika bayi dilahirkan, -globulin akan
terbentuk dan juga -globulin, sedangkan -globulin biasanya hilang. Terdapat beberapa tipe

10
hemoglobin, yang pertama adalah hemoglobin A (HbA) yang merupakan tipe yang paling
umum, kedua adalah hemoglobin A2 (HbA2) yang ada di sel darah merah orang dewasa
sekitar 2 sampai 3 persen, lalu hemoglobin F (HbF) yang ditemukan pada fetus dan bayi baru
lahir.15
Penyakit sickle cell yang diderita seseorang memiliki hemoglobin yang tidak normal
(HbA atau HbA2). Pada kondisi kadar oksigen rendah, penggabungan dari protein -globulin
normal dan protein -globulin mengalami mutasi yang menyebabkan terbentuknya ikatan non
kovalen di hemoglobin dan berakibat sel darah merah menjadi tidak normal dan melengkung
menjadi bentuk sabit dan mengeras (Gambar 10). Sel darah merah menjadi kaku dan tebal,
serta saling menempel dengan yang lainnya.16 Perbedaan muatan sickle cell haemoglobin
dengan hemoglobin normal dapat dilihat menggunakan teknik elektroforesis. Sickle cell
haemoglobin memiliki dua sampai empat muatan positif lebih banyak dari hemoglobin
normal. Perbedaan muatan ini yang menandakan perubahan urutan asam amino akibat mutasi
gen pada molekul DNA. Peptida pada sickle
cell haemoglobin mengandung lebih sedikit
asam amino asam glutamat, dan
mengandung lebih banyak asam amino
valin. Hal ini menandakan bahwa valin
menggantikan asam glutamat pada peptida
sickle cell haemoglobin.15 Sickle cell juga
menyumbat aliran darah, terutama di
pembuluh darah yang sempit dan
Gambar 10. Sickle Cell Haemoglobin16 menghalangi darah untuk mencapai tubuh
sehingga tidak mampu mentransportasi
oksigen dan nutrisi ke dalam tubuh secukupnya serta memiliki umur hidup sel yang rendah.16
KESIMPULAN
Melalui uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu hemoglobin termasuk dalam
protein konjugasi golongan hemoprotein yang memiliki gugus prostetik yaitu heme.
Hemoglobin juga memiliki fungsi sebagai protein transpor dan mengikat oksigen dengan
reaksi keseimbangan dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2) dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh. Kemudian hemoglobin memiliki bentuk globular yang cenderung larut dalam
air dan bersifat polar, sehingga memudahkan dalam menjalankan fungsinya dengan mengalir
bersama darah. Kemudian sickle cell haemoglobin disebabkan oleh mutasi gen pada molekul

11
DNA yang terdapat pada protein -globulin yang menyebabkan perubahan urutan asam
amino yaitu valin menggantikan asam glutamat pada peptidanya dan perubahan bentuk pada
eritrosit yang menjadi huruf C.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumardjo D. Pengantar kimia. Buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan
program strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC; 2009. h. 133, 161, 165-71
2. Campbell MK, Farrell SO. Biochemistry. 7th ed. Belmont: Brooks/Cole Cengage
Learning; 2012. p. 83
3. Estridge BH, Reynolds AP, Walters NJ. Basic Medical Laboratory Technique. 4th
Edition. United States of America : Thomson Learning ; 2000
4. Zakapedia. Pengertian, fungsi dan cirri-ciri sel darah merah (eritrosit). Diunduh dari:
http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-fungsi-ciri-ciri-sel-darah-
merah.html, 16 Febuari 2017.

5. Katili AS. Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu 2009; 2(5):19.
Diunduh dari: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/587/538, 16
Febuari 2017.
6. Buxbaum E. Fundamentals of protein structure and function. Dominica: Springer;
2007. p 13-6, 23
7. Kessel A, Ben-Tal N. Introduction to proteins: structure, function, and motion. Boca
Raton: CRC Press Taylor & Francis Group; 2010. p. 73
8. Papachristodoulou D, Snape A, Elliott WH, Elliott DC. Biochemistry & molecular
biology. 5th ed. Oxford: Oxford University Press; 2014. p. 48-55
9. Theodore L, Eugene, Bursten, Bruce E. Chemistry : The central science. 8 th Edition.
Cumberland : Media Companion ; 2000

10. Lieberman M, Marks AD. Basic Medical Biochemistry. 4 th ed. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins; 2013. p. 72, 79-82
11. Stoker HS. General, organic & biological chemistry. 7th ed. Boston: Cengage
Learning; 2016. p. 709-10
12. Seager SL, Slabaugh MR. Chemistry for today: general, organic, and biochemistry. 6 th
ed. Belmont: Brooks/Cole-Thomson Learning; 2008. p. 590-1
13. Manahan SE. Sustainable chemical science. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis
Group; 2009. p. 346

12
14. Pengertian hemoglobin. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamus versi dalam jaringan)
diunduh dari http://kbbi.web.id/hemoglobin, 29 Desember 2016

15. Bjorklund R. Sickle cell anemia. New York: Marshall Cavendish Corporation; 2011.
p. 19-20, 22
16. Jones P. Genes & disease: sickle cell disease. New York: Infobase Publishing; 2008. p.
40-4

13

Anda mungkin juga menyukai