Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTUKTUR

BIOFARMASETIKA

Disolusi Sediaan Lepas Segera

Kelompok Alkalo :

1. Mutiara Nur Shovie (G1F012010)


2. Panggih Saputro (G1F012040)
3. Wahyu Nunggal P. (G1F012072)

Kelompok : V

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014

BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang paling penting untuk memahami pengembangan obat adalah
pembentukan dosis atau"bioavailabilitas". Peristiwa ini menunjukan bahwa zat aktif obat dipersiapkan
untuk diabsorpsi tubuh. Jumlahnya tergantung pada waktu yang dibutuhkan obat sampai terlarut di
saluran pencernaan, dan melepaskan zat aktif obat yang terkandung dalam tablet atau kapsul (Pillay,
1998).

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam
media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat
tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam
tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul,
tablet atau salep (Ansel, 1985).

Dalam bidang farmasi, disolusi didefinisikan sebagai laju perpindahan massa dari bentuk
padat ke dalam media disolusi atau pelarut dalam kondisi standar, suhu dan komposisi pelarut.
Peristiwa ini adalah bersifat dinamis yang berubah seiring berjalannya waktu dan menjelaskan proses
pencampuran homogen dari padat atau cair yang dapat diperoleh dalam pelarut. Hal ini terjadi untuk
peristiwa kimia dengan mengubah kristal menjadi senyawa ionik, atom atau molekul dan perubahan
mereka ke pelarut (Pillay, 1998).

Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam
pelarut tertentu setiap satuan waktu. Persamaan kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai
berikut (Ansel, 1985).

Obat lepas segera (immediate release) dirancang lepas segera untuk nyeri sementara karena
obat ini bekerja cepat. Hal ini memungkinkan seseorang untuk menggunakan pengobatan short-acting
(Laisch, 2008).

Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut
mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer,
matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami
pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung
secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin,
1993).

Sebagian besar produk konvensional seperti tablet dan kapsul, diformulasikan untuk
melepaskan bahan aktif obat segera setelah pemberian oral. Dalam formulasi produk obat
konvensional, tidak ada upaya yang dilakukan untuk memodifikasi laju pelepasan obat. Produk
immediate release umumnya mengakibatkan penyerapan obat yang relatif cepat dan timbulnya efek
farmakodinamik yang menyertainya. Dalam produk oral konvensional yang mengandung prodrugs,
aktivitas farmakodinamik mungkin lambat karena konversi ke obat aktif dengan metabolisme hati
atau usus atau melalui hidrolisis kimia. Atau, produk oral konvensional yang kelarutan dalam airnya
kecil (obat lipofilik), absorpsi obat mungkin bertahap karena memperlambat disolusi atau absorpsi
selektif di saluran pencernaan, juga mengakibatkan waktu onset tertunda (Shargel, 2005).

DAPUS

Ansel, Howard C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV, UI-press, Jakarta.

Martin, A., James, S., ArthurC., 1993, Farmasi Fisik II, UI-press, jakarta.

Lasich, Christina, MD., 2008, Sustained Release Versus Immediate Release Medications: Which
Works Best?, http://www.healthcentral.com/chronic-pain/c/23153/33144/medications/, Diakses pada
tanggal, 17 September 2014.

Pillay,V and R, Fassihi., 1998, Evaluation and comparison of dissolution data derived from different
modified release dosage forms: an alternative method, J.Controlled Release, 55(1), 45-55.

Shargel, Leon., Wu-Pong, Susanna., Yu A.B.C., 2005, Applied Biopharmaceotics and


Pharmacokinetics Fifth Edition, Boston, Mc Graw Hill.

BAB II

ISI
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Dalam sistem biologik pelarutan obat dalam media aqueous merupakan
suatu bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan
dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi dalam saluran cerna
sering mengendalikan laju absorpsi sistemik obat (Shargel dan Yu, 1988). Dalam penentuan kecepatan
disolusi dari bentuk sediaan padat terlibat berbagai macam proses disolusi yang melibatkan zat murni.
Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke
dalam sediaa, proses pengembangan, proses disintegrasi dan deagregasi sediaan, merupakan sebagian
dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan. mengggambarkan proses
disolusi ini seperti terlihat pada gambar 1 berikut (Syukri, 2002).

Penyerapan obat dari bentuk sediaan padat setelah pemberian oral tergantung pada pelepasan zat
obat dari sediaannya, dissolusi atau solubilisasi obat dalam kondisi fisiologis, dan permeabilitas di
saluran pencernaan. Dissolusi in vitro sering diterapkan untuk memprediksi kinerja produk in vivo.

Karbamazepin adalah turunan iminostilbene yang mirip dengan antidepresan trisiklik yang
digunakan dalam pengobatan tonik klonik, kejang parsial atau umum (Bauer, 2008). Karbamazepin
juga digunakan sebagai obat pilihan utama untuk mengatur mania akut (Petit, 1991).

Karbamazepin termasuk kelas II dalam sistem klasifikasi biofarmasetika. Senyawa yang


termasuk kategori ini memiliki permeabelitas tinggi terhadap saluran pencernaan dan solubilitas
rendah dalam air (Barakat dan Radwan, 2006). Laju penyerapan oral dari karbamazepin seringkali di
atur oleh laju disolusinya di dalam saluran pencernaan (Uzunovic et al., 2010).

Profil disolusi dari sediaan karbamazepin lepas segera generik (tablet 200 mg) dan salah satu
produk paten, dievaluasi menggunakan metode USP dayung dan metode alternatif dengan flow-
through cell, USP Aparatus. Di sisi lain, ketika sistem flow-through cell digunakan, tidak ada produk
memenuhi spesifikasi Pharmacopeial di 15 menit dan produk A tidak mencapai kriteria pembubaran
pada 60 menit, profil dissolusi semua produk generik tidak memenuhi referensi profil produk (f2 <50)
dan semua parameter model independen menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan
dengan produk referensi (p <0,05). Model Weibull lebih berguna untuk menyesuaikan data dissolusi
semua produk di kedua aparat USP dan nilai Td menunjukkan perbedaan yang signifikan
dibandingkan produk referensi (p <0,05) ketika menggunakan USP Aparatus 4. Hasilnya
menunjukkan bahwa metode yang digunakan, dengan menggunakan sistem flow-through , lebih
diskriminatif dalam mengevaluasi baik, tingkat dan luasnya proses dissolusi karbamazepin dari
produk generik lepas segera (Mediana, 2014).

Dalam sebuah penelitian yang membandingkan antara metode disolusi karbamazepin yang
terdapat pada US Pharmakopeia, metode yang dilakukan yaitu (Mediana, 2014):
1) USP paddles method (pharmacopeial method)

Profil disolusi Karbamazepin ditentukan menurut United States Pharmacopeia (USP 30, 2007)
sesuai dengan USP Aparatus 2 (Vankel VK 7000, Erweka, Jerman) dalam disolusi yang
diotomatisasi dengan pompa peristaltik otomatis multi-channel (Vankel VK 810, Inggris), sebuah
spektrofotometer UV / VIS (Varian Cary 50 Tablet, USA) dengan 1 mm flow cells dan software
Vankel. Tablet karbamazepin utuh ditambahkan 900 ml natrium lauril sulfat 1% sebagai medium
disolusi pada 37.0 0.5C. Digunakan kecepatan putarannya 75 rpm. Sampel diambil
menggunakan penyaring probe pada menit ke 60 dengan interval lima menit sebanyak 12
replikasi. Untuk mengetahui jumlah carbamazepine yang terlarut, dibandingkan dengan
konsentrasi larutan standar pada 285 nm.

2) Flow-through cell system (USP Apparatus 4)

Profil disolusi Karbamazepin diperoleh dengan sistem automated flow-through cell, USP
Aparatus 4 (Sotax CE6, Sotax AG, Swiss) dengan 22,6 mm sel (id) dan pompa piston (Sotax
CY7-50, Sotax AG, Swiss). Dalam semua percobaan, menggunakan (dengan bed of 6 g glass
beads). Medium disolusi terdeaerasi, natrium lauril sulfat 1% pada larutan dengan suhu 37.0
0.5 C, dipompa dengan laju alir 16 ml / menit. Pada sistem yang digunakan, medium disolusi
hanya digunakan sekali. Sampel diambil menggunakan 0.45 m membran nitroselulosa
(Millipore) pada menit ke 60 dengan interval 5 menit sebanyak 12 replikasi. Untuk mengetahui
jumlah carbamazepine yang terlarut, dibandingkan dengan konsentrasi larutan standar pada 1
mm flow-cell 285 nm menggunakan spektrofotometer UV/VIS (Perkin Elmer Lambda 10, USA).

HASIL

All products met the content uniformity and assay tests specified in the United States Pharmacopeia.
The percentages of carbamazepine on the content uniformity test ranged from 100.20 to 101.34% and
the assay test was between 101.42 and 105.11%.

Semua produk bertemu keseragaman dan uji tes konten berdasarkan Amerika Serikat Pharmacopeia.
Persentase carbamazepine pada tes keseragaman konten berkisar 100,20-101,34% dan tes uji adalah
antara 101,42 dan 105,11%.

DAPUS
Medina, Jos Ral, Salazar, D.K., Hurtado, M., Corts, A.R., Domnguez-Ramrez, A.M., 2014,
Comparative in vitro dissolution study of carbamazepine immediate-release products using the
USP paddles method and the flow-through cell system, Study Pharmaceutical Journal, 22, 141-
147.

Petit, P., et al., 1991, Carbamazepine and its 10,11-epoxide metabolite in acute mania : clinical and
pharmacokinetic correlates. EurJ Clin Pharmacol, 41, 541-546.

Bauer, L.A., 2008, Applied Clinical Pharmacokinetics (Edisi 2), New York, McGraw-Hill Companies,
Inc.

Petit, P., et al., 1991, Carbamazepine and its 10,11-epoxide metabolite in acute mania : clinical and
pharmacokinetic correlates, EurJ Clin Pharmacol, 41, 541-546.

Shargel, dan Yu., 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan edisi II, surabaya, Airlangga
University Press.

Syukri, Y., 2002, Biofarmasetika, Yogyakarta, UII Press.

Uzunovic, A., Vranic, E., & Hadzidedic, S., 2010, Impairment of the in vitro release of carbamazepine
from tablets, Bosnian Journal Of Basic Medical Sciences 2010, 10, 3, 234-238.

Anda mungkin juga menyukai