Disusun Oleh
JAKARTA, 2016
Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan DKI Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahNya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah kardiovaskuler dengan tepat
pada waktunya. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Kardiovaskuler yang telah memberikan dukungan serta bimbingannya kepada saya.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas
Keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak yang terkait akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dalam
pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Prengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
Bab II Pembahasan.....................................................................................................................
2.1.1 Definisi...................................................................................................................3
2.1.3 Etiologi...................................................................................................................5
2.1.4 Tanda dan gejala.....................................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi...........................................................................................................7
2.1.6 Komplikasi.............................................................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................10
2.2 Kardioversi...................................................................................................................
2.2.1 Definisi...................................................................................................................11
2.3 Defibrilasi.....................................................................................................................
2.3.1 Definisi...................................................................................................................13
2.3.5 Komplikasi.............................................................................................................15
2.4 Defibrillator..................................................................................................................
2.4.1 Definisi...................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
Defibrilator merupakan alat yang dapat memantau kondisi dan irama jantung,
sekaligus memberikan terapi listrik baik itu secara asinkron (defibrilasi) maupun secara
sinkron (kardioversi) sehingga kondisi jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler dapat
dikemabalikan ke fungsi fisiologisnya selama masa kritis. Makalah ini akan membahas
lebih dalam lagi terkait dengan defibrilasi dan kardioversi yang dilakukan oleh
defibrilator sehingga dalam pelaksanaan metode ini tenaga kesehatan dapat
mengoptimalkan teknologi canggih yang sudah tersedia dalam proses resusitasi.
g. BAB II
h. PEMBAHASAN
i.
k. 2.1.1 Definisi
l. Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami
kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung. Katup
jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa kembali masuk
ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan
yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa
melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu. Kelainan katup jantung yang parah membuat
penderitanya tidak dapat beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung
tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah.
m. Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan
terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena
kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat menyebabkan
kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan teknis maupun
prosedur dalam melakukan oeprasi pada jantung.
ag. Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di
dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di
dalam paru- paru (edema pulmoner). Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah
merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan
aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
ah. Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga
oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan
bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat
menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-
paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung
menjadi cepat dan tidak teratur.
a. Stenosis Mitral
ai. Sangat cape, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal
dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk
darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung.
aj. Auskultasi: teraba getaran apex S1 memberondong, peningkatan bunyi.
Murmur: lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.
b. Insufisiensi Mitral
ak. Sangat cape, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bila
terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales.
al. Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah kanan.
am.Auskultasi: terasa getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.
an. Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis, selam systoll(pada apex)
S3-
ao. nada rendah.
c. Stenosis Aorta
ap. Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu,
paroxysmal nokturial, edema paru-paru, rales.
aq. Tingkat lanjut: kegagalan sebelah kanan jantung
ar. Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll(pada basis atau
carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
d. Insufisiensi Aorta
as. Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew,
paroxysmal noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina.
at. Tingkat lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan kanan.
au. Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga ke-3) murmur
desakan systoll pada basis.
av.
aw. 2.1.5 Patofisiologi
ax. Demam reuma inflamasi akut dimediasi imun yang menyerang katup jantung
akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik- grup A dan protein jantung.
Penyakit dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat
menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.
ay. Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa
jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami
regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup
memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran
yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium . Respon
miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi
ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme
kompensasi yang bertujuan meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
a. Stenosis Mitral
az. Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura
katub mitral pada waktu fase penyembuhan demam reumatik. Terbentuknya
sekat jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan lubang katub mitral pada
waktu diastolic lebih kecil dari normal. Berkurangnya luas efektif lubang
mitral menyebabkan berkurangnya daya alir katub mitral. Hal ini akan
meningkatkan tekanan diruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan
antara atrium kiri dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan
ini tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya
akan menyebabkan kandungan vena dan kapiler paru. Bendungan ini
menyebabkan terjadinya sembab interstitial kemudian mungkin terjadi
sembab alveolar.
b. Isufisiensi Mitral
bd. Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karna katub tidak biasa
menutup sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katub meliputi klasifikasi,
penebalan dan distorsi daun katub. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak
sempurna waktu sistolik. Selain pemendekan kordatendinea mengakibatkan
katub tertarik ke ventrikel terutama bagian posterior, dapat juga terjadi
dilatasi annulus atau rupture korda tendinea. Selam fase sistolik, terjadi aliran
regurgitasi ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang v yang tinggi di atrium
kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang pada saat diastolik,darah mengalir
dari atrium kiri ke ventrikel.darah tersebut selain yang berasal dari paru-paru
melalui vena pulmonalis,jika terdapat darah regurgidan dari ventrikel kiri
waktu sistolik sebelumnya.ventrikel kiri cepat distensi,apeks bergerak ke
bawah secara mendadak,menarik katup korda dan otot kapilaris,hal ini
menimbulkan vibrasi membentuk bunyi jantung ke tiga.pada insufisiensi
mitral kronik, regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena pulmonalis
dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
c. Stenosis Aorta
b. Insufisiensi Mitral
bq. Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi
bedah meliputi penggantian katup mitral.
c. Stenosis Aorta
br. Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian
katub aorta secara bedah. Terdapat resiko kematian mendadak pada pasien yang
diobati saja tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat
menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak berespond terhadap terapi
medis.
d. Insufisiensi Aorta
bs. Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang
tepat untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada
semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau
tidaknnya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus
diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
2.2 Kardioversi
bt.
bu. 2.2.1 Definisi
bv. Kardioversi adalah tindakan kejut listrik untuk mengatasi takikardi
supraventrikuler (SVT), atrial fibrilasi, atrial flutter dan takikardi ventrikuler dengan
pulse dengan menggukanan mode syncrone. Energi yang diperlukan 100,200.300 dan
360 Joule. (beberapa penelitian melakukan kardioversi berhasil dengan energi awal
50 Joule pada SVT dan Flutter atrial).
2.2.2 Indikasi dan kontraindikasi kardioversi
bw. Indikasi:
a. Kardioversi darurat
1) Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi,
hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.
2) Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan
lidokain atau amiodaron.
b. Kardioversi elektif
bx. Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter
atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis,
propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil. Irama sinus lebih
baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah angka
embolisme.
by.Kontraindikasi:
a. Intoksikasi digitalis
bz. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron,
Stimulasi cepat atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia
supraventrikular.
b. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer
Pace Maker (TPM).
c. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus
d. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun
e. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin
profilaktik
f. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat
menghentikan takiaritmia
2.2.3 Prosedur kardioversi
g. Prosedur tindakan kardioversi sama dengan prosedur tindakan defibrilasi, hanya
yang membedakannya dalam hal :
a) Siapkan alat-alat resusitasi
b) Bila pasien masih sadar berikan sedasi dengan atau tanpa analgesi
c) Pilih modul sinkron
d) Pilih energi awal 50 joule untuk takikardi supraventrikel atau 100 joule untuk
takikardi ventrikel dan meningkat sesuai dengan respon pasien sampai
maksimal 360 joule.
e) Paddle tidak boleh segera diangkat setelah melepaskan muatan agar modul
sinkronisasi tidak terganggu.
f) 2.3 Defibrilasi
g) 2.3.1 Definisi
h) Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran
listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang
ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi
aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan
membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi.
a) Elektif : SVT yang tidak mempan dengan obat-obatan (PAT, AF rapid, Atrial
Flutter, Junctional Takhikardia)
b) Darurat : Gangguan irama jantung dengan hemodinamik tak stabil (hipotensi
atau perfusi jelek), untuk mencegah gangguan yang lebih berat.
a. DC Defibrillator
au) DC defibrilator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule
sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor. Energi dalam
detik-watt sama dengan satu setengah kapasitansi dalam farad dikalikan dengan
tegangan di yaitu volt kuadrat
av)
aw) Jumlah energi (E) yang diberikan merupakan faktor bagi keberhasilan
defibrilator. Energi yang diberikan kepada pasien dapat diperkirakan dengan
mengasumsikan nilai resistansi yang ditempatkan antara elektroda yang seterusnya
mensimulasi resistansi dari pasien. Kebanyakan defibrilator akan memberikan 60 -
80% dari energi mereka untuk disimpan ke resistansi sebanyak 50
ax) Defibrilasi eksternal: piringan logam berdiameter 3-5 cm yang melekat pada
pegangan yang sangat terisolasi. Menghasilkan arus besar untuk menstimulasi
kontraksi yang seragam & simultan dari serat otot jantung. Kapasitor hanya akan
menyalurkan energi listrik yang tersimpan apabila kontak defibrilator dengan tubuh
yang baik sudah tercapai
ay) Internal defibrilasi: besar berbentuk sendok elektroda.
b. Advisory Difibrillator
az) Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan
menyalurkan kejutan dengan handal. Dirancang untuk mendeteksi fibrilasi ventrikel
atau ventricular fibrillation dengan sensitivitas dan spesifisitas sebanding dengan
paramedis terlatih, kemudian memberikan atau merekomendasikan seberapa banyak
energi sesuai dengan kejutan defibrilasi tersebut.
c. Implan Defibrillator
ba) Biasa digunakan oleh pasien yang berisiko tinggi mengalami ventricular
fibrillation. Implan defibrilator menyimpan rekaman sinyal jantung pasien, sejarah
terapi pasien dan data diagnostik pasien. Implan defibrilator mempunyai volume
kurang dari 70 cc, ia juga mempunyai lebih dari 30 juta transistor dan menyalurkan
kurang dari 20 micro ampere selama beroperasi sebagai pemantauan konstan. Implan
defibrilator sangat tertutup rapat dari lingkungan sekeliling di dalam tubuh maka
ianya sangat bio-kompatible dan mampu bertahan pada rentang suhu 30 C hingga 60
C. Sumber energi untuk menjalankan implan defibrilator berasal dari baterai Lithium
Perak Vanadium Oksida (LiSVO).
bb)BAB III
bc) PENUTUP
bd)
be) 3.1 Kesimpulan
bf) Dalam kehidupan kita pasti menghadapi masalah. Untuk menghadapi
masalah tersebut kita harus memiliki karakter yang kuat. Dengan memiliki karakter kuat
tersebut kita pasti dapat menghadapi masalah yang datang pada kita. Kekuatan dan
keutamaan karakter merupakan salah satu kunci kemajuan dan pembangunan dalam
bangsa. Dalam mengembangkan karakter, kita diharuskan untuk berpikir secara kritis
yaitu dengan berpikir sesuai dengan dasar-dasar filsafat, dasar-dasar logika serta yang
tidak kalah penting adalah dasar-dasar etika. Dalam pengembangan proses berpikir, kita
juga diwajibkan memiliki kemauan kuat agar ilmu yang didapat dapat bermanfaat, agar
kemauan tersebut tercipta pertama-tama kita harus menguatkan karakter yang kita miliki.
Dengan memiliki karakter yang kuat, berpikir dengan berdasarkan pada dasar-dasar
filsafat, dasar-dasar logika dan dasar-dasar etika kita pasti menjadi bangsa yang maju.
bg) DAFTAR PUSTAKA
bh)
bi)
bj) Santoso Karo karo. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
bk) Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
bl) Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta:EGC
bm) Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta :
EGC
bn) Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC
bo)