Anda di halaman 1dari 3

Pengolahan Air Limbah dengan Membran

March 26, 2015 Muti Air Limbah Domestik, Air Limbah Industri, Pengolahan Air Limbah,
Secondary Treatment, Tertiary Treatment 0

Membrane treatment merupakan salah satu teknologi yang sudah cukup lama digunakan dan
memiliki aplikasi yang luas. Salah satunya adalah di dalam sistem pengolahan air limbah.
Penggunaan teknologi membran di dalam pengolahan air limbah memang terdengar mahal
jika dibandingkan dengan teknologi lumpur aktif. Dengan teknologi membran perlu adanya
perawatan membran antara lain pembersihan dan penggantian membran secara rutin. Akan
tetapi, untuk kebutuhan pengolahan selama dua puluh tahun serta jika terdapat kebutuhan
kualitas efluen air limbah yang ketat maka biaya yang dibutuhkan pada teknologi membran
sama dengan pada lumpur aktif konvensional [1]. Selain itu, teknologi membran menjadi
pilihan yang lebih baik bagi instalasi yang memiliki keterbatasan lahan serta daerah dengan
biaya konstruksi yang tinggi. Pada artikel kali ini akan dibahas beberapa hal dasar tentang
proses membran.

Klasifikasi Proses Membran Berdasarkan Ukuran Pori


1. Reverse Osmosis (RO)
Proses RO digunakan untuk menyaring partikel-partikel yang memiliki ukuran hingga 0.001
m sehingga banyak dimanfaatkan untuk menyaring ion-ion bervalensi satu. Aplikasinya di
dalam pengolahan air limbah adalah untuk keperluan reklamasi air limbah.

2. Nanofiltration (NF)
Nanofiltrasi dikenal juga dengan istilah loose RO[2] karena ukuran celah yang lebih besar
dan kebutuhan tekanan yang lebih rendah dari RO. Walaupun tidak memiliki kemampuan
menyaring ion-ion monovalensi seperti halnya RO, proses NF memiliki kemampuan untuk
menyisihkan senyawa-senyawa organik. Untuk aplikasi pengolahan air limbah rumah sakit,
proses NF mampu menyisihkan COD, NH3-N, dan PO4-P berturut-turut hingga 92%, 88%,
dan 68%[3]. Penggunan lainnya misalnya pada air limbah pencucian pakaian (laundry) yang
mampu menurunkan COD dari kisaran 2000-4500 mg/L hingga mencapai antara 50-100
mg/L[4].

3. Ultrafiltration (UF)
Berbeda dengan RO dan NF, proses UF tidak memerlukan adanya tekanan eksternal untuk
menyaring polutan. Dengan kemampuan membran UF untuk menyaring partikel berukuran
hingga 0.01 m, membran ini banyak digunakan untuk keperluan desinfeksi. Salah satu
aplikasi UF adalah pada pengolahan air limbah domestik untuk digunakan kembali dalam
aplikasi pertanian[5]. Penggunaan lainnya adalah dalam pengolahan air limbah industri
automotif pada bagian pemotongan logam [6] dan pengilangan minyak bumi [7].

4. Microfiltration (MF)
Proses MF berfungsi untuk menyaring partikel-partikel dengan ukuran lebih besar dari 0.01
m. Penyaringan dengan mikrofiltrasi banyak dimanfaatkan sebagai pengolahan pendahuluan
sebelum proses NF atau RO. Gambar berikut ini menunjukkan klasifikasi membran
berdasarkan ukuran pori.
Sumber:

www.nottingham.ac.uk

Membrane Fouling
Membrane fouling atau pengotoran membran di antaranya dapat disebabkan oleh:
Pengendapan atau tertutupnya permukaan membran oleh zat-zat anorganik (scaling).
Adanya adsorpsi senyawa-senyawa organik ke dalam pori-pori membran (organic fouling).
Adanya pertumbuhan bakteri di permukaan membran (bio-fouling).
Pembentukan lapisan cake pada permukaan membran akibat deposisi partikel koloid
(colloidal fouling).
Bio-fouling dan organic fouling adalah jenis fouling yang paling sering terjadi pada aplikasi
membran di dalam pengolahan air limbah[8].

Pretreatment Untuk Proses Filtrasi Membran


Untuk memperpanjang usia pakai membran, diperlukan proses pengolahan pendahuluan.
Materi padatan yang dapat diendapkan hendaknya disisihkan terlebih dahulu melalui proses
pengendapan. Jika diperlukan, proses pengolahan pendahuluan seperti koagulasi-flokulasi,
pertukaran ion, adsorpsi karbon, hingga desinfeksi dengan UV dapat dilakukan[8].

Pembersihan Membran
Walaupun air limbah telah mengalami serangkaian pengolahan sebelum memasuki
penyaringan membran, fenomena fouling tidak akan dapat dihindari. Saat fouling terjadi,
diperlukan proses pembersihan membran. Pembersihan membran biasanya dilakukan saat
terjadi hal-hal sebagai berikut[9]:
Adanya penurunan jumlah air yang terproduksi sebesar 10% dalam kondisi operasional
yang konstan, atau
Adanya peningkatan tekanan sebesar 10% untuk memperoleh air dengan volume yang sama
pada temperatur yang konstan, atau
Adanya peningkatan beda tekanan sebesar 15-20% antara feed flow dan reject flow.
Terdapat dua macam metode pembersihan membran yaitu pembersihan secara fisik (physical
cleaning) dan kimia (chemical cleaning). Pembersihan secara fisik dilakukan dengan cara
backwash. Sementara itu, pembersihan secara kimia dilakukan apabila proses backwash
sudah tidak mampu untuk membersihkan permukaan membra

Anda mungkin juga menyukai