Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan
nomos yang berarti hukum. Ergonomi dimaksudkan sebagai suatu cabang
ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai
sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan
baik (Nurmianto,E 2008:1).
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal
pergantian waktu kerja dan lain-lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai
desain perangkat lunak karena semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan
erat dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer
harus pula diusahakan selengkap mungkin sesuai dengan kemampuan
pemprosesan informasi oleh manusia (Nurmianto,E 2008:2).
Ilmu ergonomi secara umum adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem
kerja agar efektif, aman dan nyaman. Ergonomi juga memberikan peranan
penting dalam meningkatkan faktor keselamatan kerja misalnya desain suatu
sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka otot
manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi ketidaknyamanan saat kerja (Nurmianto,E 2008:2).
Menurut Tarwaka,dkk. (2004:7) secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

6
7

3. meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif


maupun setelah tidak produktif.
4. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang
secara sistematis memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik
(Tarwaka,dkk. 2004:8).

2.2 Ergonomi Kognitif


Ergonomi kognitif merupakan salah satu cabang ilmu dari ergonomi yang
mempelajari proses mental manusia, yang meliputi presepsi, ingatan, dan
reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen
sistem. Ergonomi kognitif mempelajari kognisi dalam sistem kerja terutama
yang berkaitan dengan setelan operasi, dalam rangka mengoptimalkan
kesejahteraan manusia dan performa sistem. Ergonomi kognitif berusaha
menyelidiki proses proses mental di dalam diri manusia dengan cara objektif
dan ilmiah.
Pengkajian dalam perancangan sistem kerja dengan melibatkan tugas-
tugas kognitif dalam pemecahan masalah, beban fisik (faal kerja) dalam
pengendalian sistem kerja yang semakin kompleks, serta interaksi antara
manusia dengan sistem kerja maupun lingkungannya memerlukan sebuah
pendekatan yang komprehensif dan integral. Ergonomi sebagai sebuah
disiplin keilmuan yang mencoba mempelajari interaksi manusia (dari aspek
beban fisik dan mental) dalam sistem kerjanya secara komprehensif integral
mengklasifikasikannya sebagai studi Ergonomi Kognitif (Sage, 1992).

2.3 Stress
Stress adalah sebagai suatu reaksi dalam menyesuaikan diri yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi
dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan fisik seseorang (Luthans,2000). Masalah Stres kerja di
dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai
timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu
8

dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan agar potensi-potensi yang merugikan


perusahaan dapat diatasi. Akibat adanya stres kerja yaitu seseorang atau karyawan
menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan
pada emosi, proses berifikir dan kondisi fisik individu. Menurut Schuler, stres
adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan,
hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak
dapat dipastikan (Robbins, 2003:577)
Kondisi-kondisi yang menyebabkan stres disebut dengan istilah stressors.
Stres dapat disebabkan oleh satu stessor, biasanya karyawan mengalami stres
karena kombinasi beberapa stessor . Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on-
the-job dan off- the-job. Hampir dalam set iap kondisi pekerjaan di perusahaan
dapat menyebabkan stres tergantung pada reaksi karyawan (Handoko,2000:200-
201). Misalnya, seorang karyawan akan dengan mudah menerima dan
mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang karyawan yang lain tidak
atau bahkan menolaknya. Beberapa kondisi kerja yang menyebabkan stres bagi
karyawan dinyatakan sebagai penyebab stres on the job antara lain:
1) Beban kerja yang berlebihan.
2) Tekanan atau desakan waktu
3) Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
4) Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
5) Ambiguitas peranan (role ambiguity)
6) Konflik antar pribadi dan antar kelompok
7) Perbedaan antara nilai- nilai perusahaan dan karyawan
Stres kerja karyawan juga dapat disebabkan masalah masalah yang terjadi
diluar perusahaan. Penyebab penyebab stres off- the-job antara lain :
1) Kekuatiran finansial
2) Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3) Masalah-masalah fisik
4) Masalah-masalah perkawinan
5) Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak keluarga

2.4 Kelelahan (Fatique)


9

Kelelahan adalah Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang


berbedabeda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh (Sumamur, 1996). Kelelahan merupakan suatu perasaan
yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya
tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono, dkk., 2003).
kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri (Nurmianto,2005). Pembebanan otot secara
statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition StrainInjuries), yaitu nyeri
otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang
bersifat berulang (repetitive).
Kelelahan juga merupakan masalah yang dapat menimpa semua tenaga
kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Penyebab terjadinya kelelahan yaitu
intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, iklim kerja, penerangan,
kebisingan, rasa khawatir, konflik, tanggung jawab, status gizi dan kesehatan.
Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari
kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadilah pemulihan (Grandjean, 1988).
Adapun gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain yaitu:

1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing


2) Kurang mampu berkonsentrasi
3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan
4) Persepsi yang buruk dan lambat
5) Berkurangnya gairah untuk bekerja
6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efekt
ivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul
berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja
(Budiono, dkk., 2003).
2.5 Beban Kerja
Beban kerja merupakan salah satu aspek yang harus di perhatikan oleh
setiap perusahaan, karena beban kerja salah satu yang dapat meningkatkan
produktivitas kerja karyawan. Menurut Irwandy (2007), dalam merencanakan
10

kebutuhan tenaga kesehatan, departemen kesehatan Republik Indonesia telah


menyusun modul Dasar Susunan Personalia (DSP) yang memuat tentang
metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam
metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas
dan fungsinya. Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-
masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007). Beban kerja
adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu
lemah dapat mengakibatkan seorang pegawai menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja.
Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan
panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan kriteria-
kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja
dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan aspek
pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu
untuk bekerja (Adipradana, 2008).

2.6 Pengukuran Beban Kerja Mental Subjektif


Penelitian beban kerja subjektif merupakan salah satu pendekatan psikologi
dengan cara membuat skala psikometri untuk mengukur beban kerja mental
yang dapat dilakukan baik secara langsung (terjadi secara spontan) maupun
tidak langsung (berasal dari respon eksperimen). Metode pengukuran yang
berpengaruh dan memberikan rating subjektif (Karhiwikarta, 1996). Tujuan
dari pengukuran secara subyektif adalah:
1) Menentukan skala pengukuran terbaik berdasarkan perhitungan
eksperimental.
2) Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
3) Mengidentifikasikan faktor beban kerja yang berhubungan secara
langsung dengan beban kerja mental.
Pengukuran secara subyektif merupakan pengukuran yang paling
banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan
bersifat langsung dibandingkan dengan pengukuran yang lain.
2.6.1 NASA-TLX
11

Model ini dikembangkan oleh badan penerbangan dan ruang angkasa Amerika
Serikat. (NASA Ames Research Center). NASA Task Load Index adalah
prosedur rating multi dimensional, yang membagi workload atas dasar rata
rata pembebanan enam subskala. Menurut Hancock (1988), NASA TLX
merupakan pengembangan teori dari rating scale yang menggunakan sepuluh
indikator:
1) Overall workload (OW)
2) Task difficulty (TD)
3) Time pressure (TP)
4) Performance (OP)
5) Physical effort (PE)
6) Mental effort (ME)
7) Frustration level (FR)
8) Stress level (SL)
9) Fatigue (FA)
10) Activity type (AT)
Pembobotan untuk overall workload (OW) dipisahkan dari yang lain
sehingga tersisa sembilan indikator. Setelah melalui beberapa tahap pengujian
pada berbagai kondisi pekerjaan, didapatkan bentuk akhir dari skala
berdasarkan urutan dari yang paling relevan yaitu TD, TP, OP, PE, ME, FR,
SL, FA, dan AT.
Tiga skala pada urutan terakhir dikurangi yaitu SL, FA, dan AT. Dua skala
dikombinasikan yaitu ME dan PE menjadi EF (effort) dan TD dibagi menjadi
dua yaitu MD (mental demand)dan PD (physical demand). Kelebihan NASA
TLX:

1) Lebih sensitif terhadap berbagai kondisi pekerjaan.


2) Setiap faktor penilaian mampu memberikan sumbangan informasi
mengenai struktur tugas.
3) Proses penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana.
4) Lebih praktis diterapkan dalam lingkungan operasional.
5) Analisis data lebih mudah diselesaikan dibanding dengan SWAT yang
memerlukan program conjoint analisis.
2.7 Pengukuran Beban Kerja Mental secara Objektif
Pengukuran beban mental secara obyektif merupakan pengukuran yang
dilakukan pada beberapa anggota tubuh, yaitu denyut jantung, kedipan mata,
dan ketegangan otot. Pegukuran secara obyektif ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat seperti, electrodermal response, electromyography,
electroencephalograph, dan lain-lain.
12

2.7.1 Pengukuran Denyut Jantung


Salah satu pilihan data yang populer untuk mengetahui beban kerja
mental adalah denyut jantung. Pelaksanaan cara ini sangat mudah, karena
denyut jantung relatif mudah diukur. Kompleks QRS dasar (basic QRS
complex) merupakan sinyal biologis yang besar, dan terdapat noise
listrik kecil yang berdenyut. Waktu antar denyut diperhitungkan sebagai
interval antar denyut dan dapat dikonversikan kedalam denyut per menit.
Secara umum peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya
level pembebanan kerja. Dengan menggunakan analisis spektral, beberapa
peneliti menemukan 3 komponen variabilitas denyut jantung yang
berkaitan dengan mekanisme pengendalian biologis. Yang terendah,
berkisar antara 0,03-0,06 Hz berhubungan dengan mekanisme pengaturan
temperatur. Komponen tengah, mendekati 0,07-0,14 Hz dipercaya
berasosiasi dengan pengaturan tekanan darah. Sementara yang ketiga 0,15-
0,5 Hz berkesesuaian dengan efek respirasi. Komponen tengah
menunjukan variasi yang berkaitan erat dengan pembebanan kerja mental
dari suatu pekerjaan, kekuatan komponen ini berkurang dengan
meningkatnya beban kerja yang berarti variabilitas denyut jantung
berkurang pada level pembebanan yang tinggi (Karhiwikarta, 1996).

2.7.2 Pengukuran Waktu Kedipan


Pilihan data lain yang berkorelasi dengan tingkat beban kerja
mental adalah frekuensi kedipan mata. Mata secara embriologi merupakan
perpanjangan otak dalam melaksanakan banyak pemrosesan informasi
visual sebelum mencapai otak (Remson dan Clark, 1959). Sejumlah
variabel yang berkaitan dengan mata merupakan kandidat untuk
pengukuran beban kerja, termasuk pergerakan mata, ukuran pupil,
elektroretinogram, dan kedipan mata. Pengukuran kedipan mata
menjanjikan hasil yang memuaskan. Penelitian di laboratorium
mendemonstrasikan bahwa pekerjaan yang membutuhkan perhatian,
terutama perhatian visual, berasosiasi dengan kedipan lebih sedikit dan
durasi kedipan yang lebih pendek (Karhiwikarta, 1996).

2.8 Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang
13

diperoleh sudah mencukupi dan akurat untuk diolah. Sebelum dilakukan uji
kecukupan data terlebih dahulu tentukan derajat ketelitian yang menunjukkan
penyimpangan maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat
harga indeks atau tingkat kepercayaan yang menunjukkan besarnya
keyakinan pengukur akan ketelitian data antropometri. Rumus yang
digunakan menurut (Wignjosoebroto, S. 2008:182) dapat dilihat pada
persamaan berikut ini :
2
k / s N x 2 ( x )2
N'
i i


x i

(2.1)
Keterangan :
N = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan
N = jumlah pengukuran yang telah dibuat
K = harga indeks
S = tingkat ketelitian yang dipakai
Xi = jumlah hasil pengukuran ke-1
Harga (k) yang dipakai dari tingkat kepercayaan yang diambil yaitu:
1. Tingkat kepercayaan = 95% maka k = 2
2. Tingkat kepercayaan = 99% maka k = 3
Tingkat ketelitian (s) yang dipakai dari tingkat kepercayaan yang diambil
yaitu :
1. Tingkat kepercayaan = 95% maka s = 0.05
2. Tingkat kepercayaan = 99% maka s = 0.01
Hasil Dari data N maka didapat nilai yang menyatakan dan menunjukkan
data cukup atau tidak. Jika N < N maka data dianggap cukup sehingga tidak
perlu mangadakan pengambilan data kembali (Wignjosoebroto, S. 2008:182)
.
2.9 Uji Kuesioner Sebagai Alat Ukur
Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun,
belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk
mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian jika dilakukan uji validitas, reliabilitas dan juga harus dilakukan
uji coba (trial) di lapangan. Responden yang digunakan untuk uji coba
sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat di mana penelitian
tersebut harus dilaksanakan (Notoatmodjo, S. 2005:129).
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,
maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang.
14

Hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat
ukur (kusioner) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas
(Notoatmodjo, S. 2005:129).

2.9.1 Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibagikan kepada siswa
yang bertujuan untuk mengetahui keluhan saat menggunakan kursi dalam
proses belajar mengajar saat ini. Adapun metode pengolahan data yang
digunakan adalah dengan teknik statistik Wilcoxon Match Pairs Test,
dimana teknik statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
2 sampel yang berkorelasi bila datanya berjenjang (Sugiyono,2007:134).

2.9.2 Uji Validitas


Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
instrument alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya.menurut Sekaran
(2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang
seharusnya diukur. Berbagai metode yang digunakan dalam uji validitas
seperti korelasi product moment pearson atau melihat corrected item total
correlation pada pengujian reliabilitas dan analisa faktor. Data dikatakan
valid jika nilai corrected item total correlation lebih besar dari nilai kritis
yang diperoleh dari table (Sekaran, 2003:44).

2.9.3 Uji Reliabilitas


Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan
suatu alat ukur. Hasil pengukuran dipercaya bila digunakan dalam beberapa
kali pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek tidak berubah. Kuisioner
dianggap reliabel jika nilai alpha > nilai standarisasi item alpha
(Notoatmodjo, S. 2005:133).
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient
reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item
reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki
reliabilitas yang kuat. Menurut Notoatmodjo, S (2005:134) ada bebrapa
15

cara perhitungan reliabilitas suatu alat ukur dapat dilakukan dengan


menggunkan berbagai teknik, yaitu:
a. Teknik tes-tes ulang
Teknik ini kuisioner yang sama diteskan atau diujicobakan
kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali. Selang
waktu antara tes yang pertama dengan yang kedua, sebaiknya tidak
terlalu jauh tetapi juga tidak terlalu dekat. Apabila selang waktu
terlalu pendek kemungkinan responden masih ingat pertanyaan-
pertanyaan pada tes yang pertama. Sedangkan kalau selang waktu
terlalu lama kemungkinan pada responden sudah terjadi perubahan
dalam variabel yang akan diukur.
b. Teknik belah dua
Penggunaan teknik ini berarti alat ukur (kuisioner) yang telah
disusun dibelah atau dibagi menjadi dua, oleh sebab itu pertanyaan
dalam kusioner ini harus cukup banyak sekitar 40-60 petanyaan.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Mengajukan kuesioner tersebut kepada sejumlah responden,
kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaan.
2. Membagi pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi
dua kelompok secara acak.
3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan
dan menghasilkan skor total.
4. Melakukan uji korelasi antara dua belah kelompok.
5. Selanjutnya dengan daftar seperti uji korelasi sebelumnya, dapat
diketahui reliabilitas kuesioner tersebut.
c. Teknik parallel
Dengan menggunakan teknik ini kita membuat dua alat
pengukuran (kuesioner) untuk mengukur aspek yang sama. Kedua
kuesioner tersebut diteskan atau dicobakan terhadap kelompok
responden yang sama. Kemudian masing-masing pertanyaan pada
kedua kuesioner tersebut dihitung validitasnya. Pertanyaan
pertanyaan dari kedua kuesioner tersebut yang tidak valid dibuang
16

dan yang valid dihitung total skornya, lalu skor total dari masing-
masing responden dari kedua kuesioner tersebut dihitung korelasinya
dengan menggunakan teknik korelasi product moment seperti contoh
di atas.

2.10 ANOVA

Analisis varians dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung


jika kelompok sampel yang diuji lebih dari dua buah yang berasal dari
populasi yang berbeda. Namun, jika dikehendaki ia dapat juga dipergunakan
walau kelompok itu hanya dua buah. Dengan demikian, anova dapat
dipandang sebagai teknik t-tes yang diperluas. Hasil perhitungan uji analisis
varians dinyatakan dengan nilai F (Nurgiyantoro, 2002)

Analis ragam yaitu suatu metode untuk menguraikan keragaman total


data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber
keragaman. Percobaan analisis ragam akan memperoleh dua komponen
yaitu komponen mengukur keragaman yang disebabkan oleh alat percobaan
dan komponen mengukur keragaman yang disebabkan oleh pecobaan
ditambah keragaman yang disebakan oleh perbedaan varitas (Walpole, 1995)

Jika kita menguji hipotesis nol bahwa rata-rata dua buah kelompok tidak
berbeda, teknik Anova dan uji-t (uji dua pihak) akan menghasilkan
kesimpulan yang sama; keduanya akan menolak atau menerima hipotesis
nol. Dalam hal ini, statistik F pada derajat kebebasan 1 dan n-k akan sama
dengan kuadrat dari statistik t.
Anova digunakan untuk menguji perbedaan antara sejumlah rata-rata
populasi dengan cara membandingkan variansinya. Pembilang pada rumus
variansi tidak lain adalah jumlah kuadrat skor simpangan dari rata-ratanya,

yang secara sederhana dapat ditulis sebagai . Istilah jumlah

kuadrat skor simpangan sering disebut jumlah kuadrat (sum of squares). Jika
17

jumlah kuadrat tersebut dibagi dengan n atau n-1 maka akan diperoleh rata-
rata kuadrat yang tidak lain dari variansi suatu distribusi. Rumus untuk
menentukan varians sampel yaitu,


(1)

Seandainya kita mempunyai suatu populasi yang memiliki variansi

dan rata-rata . Dari populasi tersebut misalkan diambil tiga buah

sampel secara independent, masing-masing dengan n1, n2, dan n3.


Dari setiap sampel tersebut dapat ditentukan rata-rata dan variansinya,
sehingga akan diperoleh tiga buah rata-rata dan variansi sampel yang
masing-masing merupakan statistik (penaksir) yang tidak bias bagi
parameternya. Dikatakan demikian karena, dalam jumlah sampel yang
tak hingga, rata-rata dari rata-rata sampel akan sama dengan rata-rata

populasi dan rata-rata dari variansi sampel juga akan sama dengan

variansi populasi .

Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kita memiliki 3 buah variansi sampel yang masing-masing

merupakan penaksir yang tidak bias bagi variansi populasinya. Jika


n1=n2=n3=.....=nk, maka seluruh variansi sampel tersebut dapat
dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan banyaknya sampel (k)
sehingga akan diperoleh rata-rata variansi sampel yang dalam jangka
panjang akan sama dengan variansi populasi. Dalam bahasa Anova,
rata-rata variansi sampel ini dikenal dengan rata-rata jumlah kuadrat
dalam kelompok (RJKD) atau mean of squares within groups (MSw).
2. Kita memiliki 3 buah rata-rata sampel yang dapat digunakan untuk
menentukan rata-rata dari rata-rata sampel. Simpangan baku distribusi
18

rata-rata sampel atau galat baku rata-rata adalah simpangan baku

distribusi skor dibagi dengan akar pangkat dua dari besarnya sampel.

..(2)
Sejalan dengan itu, variansi distribusi rata-rata sampel dapat

ditulis sebagai berikut.

(3)
Dengan demikian, sebagai penaksir yang tidak bias bagi variansi

populasi akan ekuivalen dengan variansi distribusi rata-rata dikalikan


dengan besarnya sampel (n) yang secara aljabar dapat ditulis sebagai
berikut.
.(4)
Dalam konteks Anova, dikenal dengan sebutan rata-rata

jumlah kuadrat antar kelompok (RJKA) atau mean of squares between


groups (MSB). Jika seluruh sampel diambil secara acak dari populasi yang
sama, maka
MSB=MSW atau RJKA = RJKD,
Sehingga,

F=MSB/ MSW = .(5)

Anova digunakan untuk menguji hipotesis nol tentang perbedaan


dua buah rata-rata atau lebih. Secara formal, hipotesis tersebut dapat
ditulis sebagai berikut.

Hipotesis nol di atas mengatakan bahwa rata-rata populasi pertama


sama dengan rata-rata populasi ke dua dan seterusnya yang berarti bahwa
seluruh sampel diambil dari populasi yang sama. Jika demikian maka,
rata-ratanya akan mirip satu sama lain. Dalam menguji hipotesis nol
tersebut, Anova meakukan perbandingan antara variansi antar kelompok
(MSB) dengan variansi dalam kelompok (MSW). Jika ternyata kedua
variansi itu sama (F=1) maka berarti seluruh sampel yang dianalisis
19

berasal dari populasi yang sama, dan kita tidak memiliki dasar untuk
menolak hipotesis nol. Namun, jika ada salah satu nilai rata-rata yang jauh
berbeda dengan nilai rata-rata lainnya maka berarti sampel tersebut berasal
dari populasi yang berbeda.
Seluruh subjek yang berada dalam satu kelompok memiliki
karakteristik yang sama pada peubah bebas yang tengah dikaji. Dalam
bahasa eksperimen, mereka seluruhnya menerima perlakuan yang sama,
sehingga keragaman mereka pada peubah terikat dipandanga sebagai
keragaman galat dan tidak berkaitan dengan perbedaan jenis perlakuan
atau peubah bebas.
Perbedaan rata-rata antar kelompok terdiri atas dua unsur yaitu keragaman
galat dan keragaman yang berkaitan perbedaan pada peubah bebas. Oleh
karena keragaman di dalam kelompok (MSW) merupakan penaksir yang
tidak bias atas variansi populasi dan keragaman antara kelompok (MSB)
terdiri atas MSW dan keragaman yang berkaitan dengan perlakuan, maka
hubungan antara keduanya dapat dituliskan sebagai berikut:

..(6)
Dengan demikian, F dapat juga dituliskan:

Jika dampak perlakuan sama dengan nol, maka

(7)

Persoalan kita sekarang adalah bagaimana membedakan pengaruh


yang sistematik dari pengaruh yang tidak sistematik (acak). Anova dan
statistika inferensial pada umumnya mendekati persoalan ini dengan
menggunakan teori peluang. Paket analisis statistik pada komputer
umumnya memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut secara
langsung dalam bentuk p= 0,25, 0,01, 0,001 dan sebagainya. namun jika
dilakukan secara manual maka harga Fhitung harus dibandingkan dengan
nilai kritis yang sudah disediakan dalam bentuk F tabel pada derajat
kebebasan dan tingkat keyakinan. Nilai p yang lebih kecil dari nilai yang
ditentukan menunjukkan penolakkan terhadap H0. Kesimpulan yang sama
20

diperoleh jika ternyata Fhitung > Ftabel. Menolak hipotesis nol berarti
menyimpulkan bahwa perbedaan antara MSB dengan MSW berkaitan
dengan pengaruh yang sistematik dari faktor atau peubah bebas yang
diteliti. (Furqon. 2009).
2.11 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jurnal. Penjelasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Pendahulu
No Peneliti Judul Metode Hasil Publikasi
Penelitian
1 Miranti Siti Tingkat Beban NASA-TLX Analisis Beban kerja Mental Jurnal Institute
Astuti, Kerja Mental Masinis PT.KAI Daop.II Teknologi
Caecillia S.W, Masinis Bandung yang dapat menjadi Nasional,
Yuniar berdasarkan acuan dalam perbaikan ISSN 2338-
NASA-TLX ( T pembebanan kerja. 5081
ask L oad I ndex
) di PT. KAI
Daop. II
Bandung
2 Mega Mutia Pengukuran NASA-TLX Analisa beban kerja fisik dan Jurnal Teknik
Beban Kerja Dan beban kerja mental, yang Industri
Fisiologis Dan pengukuran dapat dijadikan acuan dalam Universitas
Psiklogis Pada Denyut jantung mengatur beban kerja pada Andalas
Operator PT.Mitra Kerinci ISSN : 2088-
Pemetikan teh 4842
Dan Operator
Produksi The
hijau Di PT
Mitra Kerinci
3 Alper Seker Using Outputs NASA-TLX, Software Workload Expert Gazi
of NASA-TLX ANOVA, FDL, untuk pemberian rating University
for Building a Dan AHP danpromosi kerja Journal of
Mental Science GU J
Workload
Sci
Expert System
27(4):1131-
1142 (2014)
21

MIRANTI S.A, Caecillia S.W, dan Yuniar (2013)., telah melakukan penelitian
pengukuran beban kerja mental terhadap masinis PT.KAI Daop. II Bandung
dengan menggunakan Metode NASA Task Load Index. Penelitian tersebut
menghasilkan analisis tingkat beban kerja jarak terjauh dan jarak terdekat
Daop. II Bandung, dengan hasil nilai rata-rata beban kerja masinis jenis kereta
jarak dekat adalah 77,1% dan untuk beban kerja mental masinis jenis kereta
jarak terjauh adalah 82,7% yang menyimpukan bahwa tingkat beban kerja
mental yang dirasakan masinis cukup tinggi dimana beban kerja mental yang
cukup tinggi ini dapat memicu stress dalam bekerja.
Mutia Mega (2014) melakukan penelitian mengenai pengukuran beban
kerja fisiologis dan psikologism pada operator pemetik teh dan operator
produksi teh PT. Mitra Kerinci. Penelitian ini memadukan antara pengukuran
secara objektif dan pengukuran secara subjektif. Untuk pengukuran objektif
dilakukan pengukuran denyut jantung dan pengukuran suhu tubuh. Untuk
pengukuran subjektif dilakukan dengan metode NASA Task Load Index. Hasil
penelitian menunjukan bahwa beban kerja psikologis operator pemetik teh dan
operator produksi teh tergolong tinggi sedangkan beban kerja fisiologis
operator pemetik teh tergolong ringan.
Seker Alper (2014) dari Gasi University Turki melakukan penelitian
penggunaan output dari NASA Taks Load Index untuk membangun sistem
beban kerja . Dalam penelitian dilakukan kombinasi metode NASA Task Load
Index dengan metode analisis statistic seperti metode ANOVA, dan Least
Significant Difference test untuk mengolah data NASA Task Load Index. Data
NASA Task Load Index serta digunakan juga penggunaan metode AHP
(Analytic Hierarchy Process). Output dari penelitina ini ini adalah software
sistem beban kerja mental yang digunakan untuk menentukan rating dan
promosi karyawan.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada lokasi dan
objek penelitian. Dimana penelitian ini akan dilakukan di Kalimantan Barat
dengan objek penelitian adalah pengemudi transportasi bus antar kota dalam
provinsi. Perbedaan juga terletak pada variablenya yaitu waktu keberangkatan
dan ukuran / jenis bus yang dioperasikan. Metode penelitian yang akan
22

digunakan adalah metode NASA Task Load Index , metode ANOVA, metode
Korelasi, metode sampling, dan metode homogenitas dan normalitas.
Hasil Penelitian ini memiliki manfaat sebagai acuan dan gambaran tingkat
beban kerja mental pengemudi bus antar kota dalam provinsi, yang berguna
untuk pengambilan kebijakan yang akan dilakukan pemerintah atau pengusaha
trransportasi untuk perbaikan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai