Glaukoma
Glaukoma
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 1 Glaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai
oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.1,2,3
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih
tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini.
Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan
meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000
kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam
di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih
menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan
berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi
dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. 2, Penatalaksanaan
glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser. 2,5
Primary Open Angle Glaucoma (POAG) merupakan glaukoma yang paling
sering ditemui dan biasanya pada orang dewasa. Suatu glaukoma primer yang
ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. POAG juga dikenali sebagai glaukoma
kronik simpleks. Glaukoma ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada
kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat
merupakan penyebab2. Glaukoma jenis ini mempunyai respon yang baik terhadap
obat-obatan dan harus digunakan seumur hidup, jika kerusakan saraf penglihatan
masih dalam tahap awal (Jelita R. 2010).
2
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis Glukoma Simplek
Kronis pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUD Kanjuruhan
Kepanjen.
1.3 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya glukoma
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 74 tahun
Alamat : Pakis Aji
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Periksa : 14 Juli 2011
No. RM : 259961
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh penglihata kedua mata kabur sejak + 2 bulan yang lalu. Mata
semakin kabur dan memberat 1 minggu terakhir ini. Pandangan mata yang
kabur tersebut terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya mata sebelah kanan
kemudian menjalar ke mata kiri. Pasien merasakan sejak satu minggu yang
lalu penglihatan kedua matanya menjadi gelap, sehingga sering menabrak-
nabrak saat berjalan, aktivitas sehari-harinya terganggu dan bila berjalan harus
dituntun. Selain itu, pasien juga merasa matanya berat, selalu ingin menutup
matanya seperti orang mengantuk. Riwayat halo (-), cekot-cekot (-), kemeng
(-), nyeri (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), silau (+), sekret (-), belekan (-),
mata merah (-), trauma (-), riwayat bengkak kelopak mata (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama
Hipertensi (+), DM (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.
4
OD Pemeriksaan Mata OS
1/2
/60 Visus 1/
N+1/P TIO N+1/P
Ortophoria Kedudukan Ortophoria
Pergerakan
Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-), kornea jernih
, bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+),
lensa jernih.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-),kornea jernih,
bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC
(+)/menurun, lensa jernih.
Funduskopi:
Fundus reflex: +/+
Media keruh ec katarak -/-
Papil nervus II: bulat +/+, tegas +/+, C/D ratio: 0,9/ 1.0
2.5 Diagnosis
ODS Glaukoma Simplek Kronis
2.6 Penatalaksanaan
Planning Diagnosis : Gonioskopi, Tonometri aplanasi, Perimetri Goldman
Planning Therapy : OS Trabekulektomi (pasien menolak)
R/ C. Timol MD strip No I
S 2 dd gtt I ODS
R/ Glaukon tab 250 mg No XV
S 3 dd tab I
R/ KSR tab No V
S 1 dd tab 1
Kontrol 1 minggu lagi
2.7 Rencana Monitoring
Inspeksi diskus optikus secara teratur
Pengukuran tekanan intraokular secara teratur
Pengukuran lapang pandang secara teratur
Keluhan subjektif
2.8 KIE
2.9 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad malam
OD Pemeriksaan Mata OS
1/60 Visus 1/60
N/P TIO N/P
Ortophoria Kedudukan Ortophoria
Pergerakan
Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-), kornea
jernih, bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC
(+), lensa jernih.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-),pterigium (-),kornea edema
minimaljernih , bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat,
sentral, RC (+), lensa jernih.
Funduskopi:
Fundus reflex: +/+
Media keruh ec katarak -/-
Papil nervus II: bulat +/+, tegas +/+, C/D ratio: 0,9/ 1.0
Diagnosis
ODS Glaukoma Simplek Kronis
Penatalaksanaan
Planning Diagnosis : Gonioskopi, Tonometri aplanasi, Perimetri Goldman
R/ C. Timol MD strip No I
S 2 dd gtt I ODS
R/ Glaukon tab 250 mg No XV
S 3 dd tab I
R/ KSR tab No V
S 1 dd tab 1
R/ Codein tab 10 mg No.VI
S 1 dd tab I prn batuk
8
BAB III
TELAAH KASUS
tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke kornea dan lensa dan juga memberi bentuk ke
bola mata anterior. 8
Kecepatan produksi cairan aquos diukur dalam satuan mikroliter per menit
(L/menit) rata-rata adalah 2,3 l/menit. 2,8 Dalam penelitian didapat bahwa kecepatan
rata-rata aliran cairan aquos pada jam 8.00 16.00 berkisar antara 2,75 0.63
L/menit sehingga didapat batas normal produksi cairan aquos sekitar 1,8 4,3
L/menit. Kecepatan ini dalam sehari dapat bervariasi yang disebut dengan variasi
diurnal yaitu kecepatan selama tidur 1,5 kali lebih cepat dari pada pagi hari.4
3.4 Epidemiologi
Diseluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tertinggi,
2% penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga
didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang daripada
wanita.2
Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat pertama
untuk kawasan Asia Tenggara. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka
kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu
melampaui negara Asia lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan
Thailand 0,3%.5 Menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran
tahun 1993-1996, kebutaan tersebut disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma
13
(0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia
lanjut (0,38%).
3.5 Etiologi
Hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran cairan dari bilik mata
belakang kedepan bilik mata depan (glaukoma blockade pupil).
3.7 Patofisiologi
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai
makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari
mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Pada keadaan normal
tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan mata oleh epitel badan
siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada glaukoma tekanan
intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali.
Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan.7
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata
depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
vena episklera.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel
ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam
retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi
atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi
berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang
sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan
intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi
cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan
diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan
15
tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan yang permanen. 2,6
3.8 Klasifikasi
3.8.1 Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering
dijumpai. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia
lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga
glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50%
penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada
seseorang untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit
berwarna dan miopia.1,2,6,8
Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan
aquoeus humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.2
Peningkatan tekanan intra-okuler mendahului kelainan diskus optikus dan
lapangan pandang selama bertahun-tahun. Walaupun terdapat hubungan yang jelas
antara besarnya tekanan intra-okuler dengan keparahan penurunan penglihatan, efek
besar tekanan pada saraf optikus sangat bervariasi antar individu. Sebagian orang
dapat mentoleransikan peningkatan tekanan intra-okuler tanpa mengalami kelainan
diskus atau lapangan pandang (hipertensi okuler); yang lain memperlihatkan
kelainan-kelainan glaukomatosa pada tekanan intra-okuler normal (glaukoma
tekanan rendah).2
Efek dari peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh waktu dan
besarnya peningkatan tekanan tersebut. Pada glaukoma primer sudut terbuka, TIO
biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion retina
berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun (Vaughan, 2000).2,9
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan
hubungannya dengan tingginya tekanan intra-okuler masih diperdebatkan. Teori-teori
16
KOA mungkin normal dan pada golioskopi terdapat sudut terbuka.
Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.
Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.
Tes provokasi positif.
Facility of out flow menurun. 1,6,8
Gambar 5. Glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui normal ini terhalang.
Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan
anatomik sudut kamera anterior (dijumpai terutama pada hipermetrop). Serangan akut
biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina
yang berkaitan dengan penuaan.
Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh munculnya kekaburan
penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo dan mual serta muntah.
Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera
anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi
siliaris.1,2,3,8.
Gambar 6. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran
humor aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).
aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat
disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan
lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari
tangan.1,7
1. Digital
Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan
alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu
membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil
pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,
Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah.
Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan
interpretasinya bersifat subjektif.
2. Tonometer Schitz
Tonometer Schitz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang
digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat yang
ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi
anestesi topikal (pantokain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka
tertentu pada skala. Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari
Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.
21
Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang
menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
1. Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.
2. Badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.
22
3. Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan
shier.
4. Trabekulum meshwork
5. Garis Schwalbe, suatu garis putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.
diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang
masih dini, lapang pandangan perifer belum menujukan kelainan, tetapi lapang
pandangan sentral sudah menunjukan adanya macam macam skotoma. Jika
glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa
penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu
dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah
olah melihat melaliu teropong untuk kemudian menjadi buta.
Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena
gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada
semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat
progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah
khas untuk penyakit ini.2
Gambar 1. Diskus optikus normal. Gambar 2. Rasio C/D pada nervus Gambar 3. Cup nervus optikus
Lihat batas tegas dari diskus optikus ini mendekati 0,6. yang bersifat glaukomatous. Cup
optikus, demarkasi yang jelas dari Hubungan klinis dengan riwayat dari pada nervus optikus ini membesar
cup, dan warna pink cerah dari sisi pasien dan juga pemeriksaan sampai 0,8, dan terdapat penipisan
neuroretinal. menunjukkan bahwa nervus optikus yang khas pada sisi inferior
ini abnormal. neuroretinal, terbentuk suatu takik.
3.10 Diagnosa
Diagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan kelainan
- kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai
peningkatan tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal,
dan tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan tekanan
intraokular yang normal sewaktu pertama kali diperiksa, sehingga untuk menegakan
diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang.2
Glaukoma sudut tertutup terjadi bila tekanan intraokular mendadak naik karena
adanya hambatan oleh akar iris pada sudut balik mata depan, yang membendung
semua aliran keluar. Ini terjadi bila secara anatomis sudut bilik mata depan sempit.
Glaukoma sudut tertutup ditandai oleh penglihatan yang kabur mendadak diikuti rasa
nyeri hebat dan penampakan lingkaran berwarna pelangi disekitar lampu. Sering
mual-mual dan muntah. Biasanya nyeri pada dan disekitar mata, gejala lainnya antara
lain tekanan intraokular yang sangat tinggi, bilik mata depan yang dangkal, sembab
kornea, tajam penglihatan menurun, pupil yang agak melebar dan tidak bergerak dan
injeksi siliar. Pada funduskopi, papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan
atrofi.1,2,3,8
Selain dari anamnesis diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada pasien yang diduga glaukoma.
26
3.12 Terapi
3.12.1 Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular
dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan
kornea, menurunkan inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah terbentuknya
sinekia anterior perifer dan posterior.
a. Supresi Pembentukan Aquoeus humor
Penghambat adrenergik beta (beta blocker)
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%
Betaksolol 0,25% dan 0,5%
Levobunolol 0,25% dan 0,5%
27
Metipranolol 0,3%
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif.
Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan
napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.2
Apraklonidin
Suatu agonis adrenergik 2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus humor
tanpa efek pada aliran keluar.2
Inhibitor karbonat anhidrase2
Asetazolamid dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500
mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini
timbul poliuria.
Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni,
granulositopeni, kelainan ginjal.
Metazolamid
Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang
sangat tinggi perlu segera dikontrol.
b. Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor
Obat parasimpatomimetik2
o Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4%
sebelum tidur.
o Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%
o Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%
Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan
trabekular melalui kontraksi otot siliaris.
Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya
penglihatan, terutama pada pasien katarak.
Epinefrin 0,25-2%
Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus humor
28
dua pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat
parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.11
Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin. Tekanan
intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48 jam, maka akan
terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan dengan parasimpatomimetik
tidak berguna lagi.
Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:
a.
Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5
menit. Kemudian diteruskan setiap jam.
b.
Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet.
Kemudian disusul dengan 1 tablet tiap 4 jam.
c.
Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.11
Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah 25
mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi harus
dilakukan dalam 2-4 hari kemudian. 12
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan semaksimal mungkin sehingga
tercapai tekanan intraokuler normal, ekstravasasi tidak bertambah dan lapangan
pandang tidak memburuk. Namun, obat yang diberikan haruslah yang mudah
diperoleh dan mempunyai efek samping yang minimal. 12
Obat yang bisa dipakai untuk glaukoma sudut terbuka adalah :
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau
eserin 0,25-0,5%, 1 tetes, 3-6 kali sehari
b. Agonis-: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari
c. -blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari
d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali
sehari
Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat
dikombinasi. Bila dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol dengan
baik, maka penderita harus menggunakan obat tersebut seumur hidup. Kalau tidak
berhasil, frekuensi penetesan atau dosis obat dapat ditingkatkan. 12
30
3.12.2 Non-Medikamentosa
Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja.
Keputusan untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang
memang memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:
1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai.
2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif
meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah
dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.
3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan
keruksakan diskus yang berat.
1. Pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam
sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi.
Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa
tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang
sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa juga tetap
dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih sedikit.
a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang
paling sering digunakan. Pada
teknik ini, bagian kecil trabekula
yang terganggu diangkat kemudian
dibentuk bleb dari konjungtiva
sehingga terbentuk jalur drainase
yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan
aquos sehingga dapat menurunkan tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan
operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-90% . Sayangnya di
kemudian hari lubang drainase tersebut dapat menutup kembali sebagai akibat
sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler akan
31
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan insisi
di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan pinset dan
ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan celah
untuk mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui pupil
dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini biasanya dilakukan
pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan aman, namun waktu
pulihnya lama.
2. Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :
32
Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan merusak
sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos berkurang.
34
3.13 Komplikasi
Jika penanganan glaukoma pada penderita terlambat dapat mengakibatkan
sinekia anterior perifer dimana iris perifer melekat pada jalinan trabekula dan
menghambat aliran aquoeus humor keluar10.
Lensa kadang-kadang melekat dan membengkak, dan bisa terjadi katarak Lensa
yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah
hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut10.
Serangan glaukoma yang hebat dan mendadak seringkali menyebabkan atrofi
papil saraf optik10. Daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular
yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina,
terutama pada lapisan sel-sel ganglion
3.14 Prognosa
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat
tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum
mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses
penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan
baik.2
Pada glaukoma kongenital untuk kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini.
Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya akibat trauma
ringan.2
35
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Glaukoma dapat mengenai semua usia tapi paling sering usia di atas 40 tahun.
POAG adalah tipe glaukoma yang paling sering ditemukan.
b. Terdapat beberapa faktor yang diduga terlibat dalam terjadinya glaukoma,
antara lain:Usia, Genetik, Hipertensi, Diabetis mellitus, Kelainan refraksi
yang ekstrim, Trauma pada mata, Penggunaan jangka panjang obat yang
mengandung steroid, TIO yang tinggi, > 21 mmHg, Asimetri TIO dan CDR
kedua mata
c. Patofisiologi glaukoma adalah: 1) produksi cairan aqueus yang berlebihan
dari korpus siliaris, sedangkan pengeluaran pada jalinan trabekular dan
kanalnya normal, 2) hambatan aliran pada pupil sewaktu cairan aqueus
melewati kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior, dan 3) pengeluaran
di sudut bilik mata terganggu
d. Penegakan diagnosa POAG berdasarkan anamnesis (kadang tanpa gejala,
penciutan lapang pandang), pemeriksaan fisik (berkurangnya ketajaman
visual) dan pemeriksaan penunjang (perimetri, tonometri, oftalmoskop,
biomikroskopi, gonioskopi, OCT, fluorescein angiography dan
stereophotogrammetry of the optic disc).
e. Penatalaksanaan glaukoma meliputi terapi medikamentosa, laser dan bedah
dengan indikasi, kontraindikasi dan efek samping masing-masing.
4.2 Saran
Pemberian KIE kepada masyarakat mengenai perjalanan penyakit glaucoma
serta komplikasi yang dapat terjadi.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal : 172-9,220-
4.
2. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.
Jakarta. 2000.hal : 220-38.
3. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hal
: 97-100.
4. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,
Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika.
1996
5. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology. Philadelphia. Elsevier
Saunders. 2002
6. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2000. hal : 155-72.
7. Ilyas S. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2000. hal : 117-37.
9. Kanski J J. Atlas Bantu Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta 1992. hal : 51-7.
10. Ilyas S. et all. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2001. hal : 254-9.
11. Ilyas S. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta. 2001. hal : 54-7.
12. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook.
Second edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.
13 Jelita R. 2010, Glaukoma Si Pencuri penglihatan.(online)
http://www.pucebebe.com/healthUpdateView.php/view/Nw== Diakses tanggal 9
Oktober 2010
37