Bells Palsy Fix
Bells Palsy Fix
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat,rahmat dan tuntutan-Nyalah sehingga laporan untuk Skenario 2pada
semester 3 ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa,
2. Dr. Elizabeth S. Nugraheni, sebagai pembimbing tutor kelompok 42, dan
3. Teman-teman kelompok 42
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat diperlukan agar dalam pembuatan laporan
selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Sekian dan terima kasih.
Kelompok 42
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
I. Skenario................................................................................................4
II. Kata kunci.............................................................................................4
III. Problem.................................................................................................4
IV. Pembahasan...........................................................................................5
Batasan..............................................................................................5
Anatomi/Histologi/Fisiologi/Patofisiologi/Patomekanisme.............5
Jenis-jenis penyakit yang berhubungan............................................10
Gejala Klinis......................................................................................11
Pemeriksaan Fisik Penyakit..............................................................13
Pemeriksaan Penunjang Penyakit.....................................................14
V. Hipotesis Awal......................................................................................15
VI. Analisis dari Differential Diagnosis......................................................15
Gejala Klinis......................................................................................15
Pemeriksaan Fisik.............................................................................16
Pemeriksaan Penunjang....................................................................16
VII. Hipotesis Akhir.....................................................................................16
VIII.Mekanisme Diagnosis...........................................................................17
IX. Strategi Menyelesaikan Masalah..........................................................18
Penatalaksanaan ...............................................................................18
Prinsip Tindakan Medis ....................................................................19
X. Prognosis dan Komplikasi....................................................................19
Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien/ Keluarga pasien.......19
Tanda untuk Merujuk Pasien.............................................................20
Peran Pasien/ Keluarga untuk Penyembuhan....................................20
Pencegahan Penyakit.........................................................................21
3
I. SKENARIO
WAJAH TERASA MENCONG PADA PIPI KANAN BU AYU
Bu Ayu umur 50 Th, Setelah bangun tidur dalam ruangan yang dingin berAc. Bu
Ayu mengeluh mendadak wajahnya terasa mencong pada pipi kanan dan turunnya wajah
sisi kanan yang terjadi sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya bu Ayu tidak pernah mengalami
trauma kepala. Setelah dibawa oleh suaminya ke dokter. Dan dokter melakukan
pemeriksaan, ternyata bu Ayu mengalami kesukaran menutup kelopak mata kirinya. Pada
lipat nasolabial sisi kirinya lebih licin daripada sisi kanan. Pada sudut bibir bu Ayu juga
mengeluarkan air liur dari sisi kiri mulutnya. Pemeriksaan neurologis selebihnya normal.
Dan tekanan darah bu Ayu normal 120/80 mmhg.
III. PROBLEM
1. Apa yang terjadi dengan keadaan bu Ayu ?
2. Apa yang menyebabkan mati rasa pada pipi kanan bu Ayu ?
3. Bagaimana cara mendiagnosa pasiennya ?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus tersebut ?
5. Baaimana pencegahan penyakit ?
IV. PEMBAHASAN
4.1 Batasan
- Bells palsy karena udara dingin dan angin
- Anatomi lintasan nervous fascialis
- Gangguan lintasan nervous fascialis pada bells palsy
- Prinsip dasar penanganan bells palsy
4
4.2 Anatomi/Histologi/Fisiologi/Patofisiologi/Patomekanisme
a. Anatomi
5
eksterna. Serabut-serabut kecap pertama-tama melintasi nervus lingual,
yaitu cabang dari nervus mandibularis lalu masuk ke korda timpani
dimana ia membawa sensasi kecap melalui nervus fasialis ke nukleus
traktus solitarius. Serabut-serabut sekretomotor menginnervasi kelenjar
lakrimal melalui nervus petrosus superfisial major dan kelenjar
sublingual serta kelenjar submaksilar melalui korda tympani.
6
berlokasi di foramen stilomastoideus maka yang terjadi hanya paralisis
fasial (wajah).
b. Histologi
NEURON
Unit fungsional baik dalam SPP maupun SST adalah neuron atau sel saraf.
Kebanyakan neuron terdiri atas tiga bagian badan sel, atau perikarion, yang
merupakan pusat trofik atau sintesis atau keseluruhan sel saraf dan juga
dikhususkan untuk menerima stimulasi darilingkungan, sel-sel epitel sensorik,
atau dari neuron lain, yang akson yang merupakan dari suatu prosessus
tunggal yang dikhususkan untuk menciptakan atau hantaran impuls saraf sel-
sel lain (sel saraf,sel otot,dan sel kelenjar) akson dapat juga menerima
informasi dari neuronlain. Informasi ini terutama memodifikasi transmisi
potensial aksi ke neuron tersebut, bagian distal akson umumnya bercabang
dan membentuk percabangan terminal (terminalaburizaltion). Setiap cabang
berakhir pada sel berikutnya berupa pelebaran di sebut bulbusakhir (boutons)
yang berinteraksi dengan neuron atau sel lain neuron, dan membentuk
stuktur yang disebut sinaps. Sinaps meneruskan informasi ke sel berikutnya
dalam sirkuit.
Neuron dan prosessus-prosessusnya memiliki ukuran dan bentuk yang
sangat bervariasi.Badan sel dapat berukuran sangat besar, berdiameter
hingga 150 m. Sel saraf lain termasuk sel terkecil di tubuh, misalnya
badan sel dari sel granula serebelum yang hanya berdiameter 4-5 m.
c. Fisiologi
7
Kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu rangsang ialah sifat
fundamental semua organisme hidup. Kelenjar bersekresi, otot
berkontraksi, sillia menyapu dan sel-sel mencerna organisme asing, Dua
buah susunan mengalami spesialisasi untuk memungkinkan organisme
melakukan kooordinasi dan mobilisasi sumber-dayanya sebagai jawaban
terhadap lingkungan dalam dan luarnya. Kedua susunan itu ialah susunan
saraf dan susunan saraf endokrin, dantegrasi. Susunan endokrin ialah
coordinator yang menggunakan messenger kimiawi (agenshomoral atau
hormon) yang di sebarkan lewat aliran darah dari sumbernya dalam suatu
kelenjar endokrin ke tempat kerja di organ sasaran. Reaktivitas susunan
ini lambat tetapi bertahan lama. Susunan saraf ialah juga kordinator yang
menggunakan messenger kimiawi, agens itu sekresi oleh sel saraf ke
dalam celah sinaps yang sempit tempat agens itu bekerja mempengaruhi
sel saraf lain, sel otot atau sel kelenjar.
d. Patofisiologi
8
Terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang
menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi
kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.
Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis
fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada
pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik
tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat
menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan
oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear,
nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah
korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan
asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks
motorik primer. nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen
stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi
LMN bias terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau
kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi
nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus
abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis
fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis
atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis
LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan
ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).
Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bells palsy
adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang
menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini
menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di
ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga
menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.
9
Bell's palsy adalah namapenyakit yang menyerang saraf wajah
hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah.
Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis).Berbeda denganstroke,
kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan
sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa
meniup,dan sebagainya. Kata Bell's Palsy diambil dari nama seorang
dokter dari abad 19,Sir Charles Bell,orang pertama yang menjelaskan
kondisi ini dan menghubungkan dengankelainan pada saraf wajah.
2. Stroke
10
Sakit telinga
Pendengaran berkurang
Dering di telinga (tinnitus)
Sebuah sensasi berputar atau bergerak (vertigo)
Perubahan dalam persepsi rasa
11
Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri
3. Ramsay Hunt syndrom
didahului dengan gejala prodormal berupa nyeri kepala, nyeri
telinga, lesu, demam, sakit kepala, mual dan muntah.
Lesi terdapat di telinga luar dan sekitarnya
kelainan berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang
eritema,
edema
rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya
12
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
E. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus : Kadang terdapat
incontinensia atau retensio urine
F. Pemeriksaan ekstremitas : Sering didapatkan kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
G. Pemeriksaan neurologi : Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central.
3. Ramsay Hunt syndrom
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan tampak vesikel
berkelompok pada daun telinga liang telinga lapang,
membran timpani utuh, pada telinga kiri tidak ditemukan
kelainan.
Pada pemeriksaan hidung, orofaring dan tenggorok tidak ada
vesikel berkelompok dan tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan penala ditemukan kesan pendengaran normal.
Pada pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan kesan
telinga kanan normal dengan ambang dengar 16,25 dB dan
telinga kiri terdapat gangguan konduksi pada frekuensi
rendah dan ambang dengar 15 dB.
13
V. Hipotesis Awal
Ibu Mega diduga terkena Bells Palsy, Ramsay Hunt syndrom, Stroke.
VI. Analisis dari Differential Diagnosis
1.1. Gejala Klinis
adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya
lipatan nasolabialis akan menghilang
sudut mulut menurunbila minum atau berkumur
air menetes dari sudut ini
fisura palpebra melebar
kerut dahi menghilang
Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanyamaka
kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka
(disebut lagoftalmus) dan bolamata berputar ke atas.
14
impulse elektrikdalam aliran saraf.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk
menentukan letak lesi dan derajat kerusakan N. Fasialis
sebagai berikut:
- Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
- Uji Konduksi saraf (nerve conduction test)
- Elektromiografi
- Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah
- Uji Shirme
Mulut Mencong
STROKE
Kelopak mata tidak menutup sempurna
Pendengaran
Hanya menyerang meningkat
bagian wajah
kesulit mengembangkan cuping hidung BELLS PALSY
Sulit tersenyum
RAMSAY HUNT SYNDROME
Gangguan menelan
c. Pemeriksaan Penunjang
BELLS PALSY
MRI : MRI dapat
memvisualisasi perjalanan dan
penyengatan kontras saraf STROKE
fasialis
Elektromiografi : menunjukkan
seberapa banyak kerusakan saraf
yang terjadi RAMSAY HUNT SYNDROME
tes elektronistagmografi (ENG)
Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu Ayu menderita penyakit
Bells Palsy.
16
- tidak terdapat penyembuhan spontan
- tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison
5. Home Programe
1. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20
menit
2. Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan
menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat
3. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah
disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah
permen karet
4. Perawatan mata :
1. Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari
2. Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari
3. Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum
tidur
17
Tanda untuk merujuk pasien merupakan salah satu komplikasi yang
dapat menyertai penyakit bells palsy. Dimana komplikasi yang
dapat menyertai, adalah :
Hilangnya rasa (ageusia)
Kerusakan saraf wajah yang permanen
Spasme wajah kronis (kontraksi kedutan spontan pada saraf
yang mengontrol otot-otot wajah seperti alis, kelopak mata,
mulut, bibir)
Infeksi kornea mata
Kebutaan penuh atau sebagian
Peran Keluarga
- keluarga sebaiknya Memberi semangat kepada pasien agar pasien
tabah dan kuat dalam menjalani proses penyembuhan penyakit
yang di derita
- selalu Mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur agar
lekas sembuh.
- keluaga menemani pasien selama melakukan pengobatan agar
pasien merasa diperhatikan dan memiliki semangat untuk sembuh
18
bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah
saat pengoperasian kipas.
- Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di
malam hari. Selaintidak bagus untuk jantung, juga tidak baik
untuk kulit dan syaraf.
- Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker
dan pelindung mata.Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan
atmosfir yang rendah berpotensi tinggimenyebabkan Anda
menderita Bells Palsy.
- Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau
mencuci wajahdengan air dingin.
- Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena
angin langsung.Tutupi wajah dengan kain atau penutup.
Larangan
Tidak boleh duduk di mobil dengan jendela terbuka
Tidak boleh tidur di lantai atau setelah bergadang
Saran yang harus dikerjakan
Istirahat terutama pada keadaan akut .
Tiap malam mata diplester.Gunanya melatih mata yang
tidak dapat menutup supaya dapat menutup bersamaan.
Pakailah helm teropong.Ini dilakukan untuk menghindari
sentuhan langsung dengan angin.
19