Dampak Globalisasi Terhadap Kehidupan Bermasyarakat
Dampak Globalisasi Terhadap Kehidupan Bermasyarakat
Dampak globalisasi dalam suatu negara menyangkut bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik.
Bagi negara-negara berkembang, hal tersebut merugikan karena produk dalam negerinya tidak
akan mampu bersaing dengan produk negara maju. Jika dilihat dampak positifnya, globalisasi
di bidang ekonomi berdampak:
membuka lapangan kerja yang lebih memiliki fasilitas dan lebih profesional.
Globalisasi juga mempunyai dampak pada bidang sosial budaya antara lain:
meningkatnya individualisme
Dampak negatif globalisasi sosial budaya kebanyakan terjadi pada generasi muda seperti meniru
budaya asing, bersifat konsumtif dan hedonisme.
Dalam bidang politik pengaruh globalisasi terjadi pada perubahan sistem kepartaian, jaminan
HAM, perubahan sistem ketatanegaraan, pemilihan anggota parlemen, pemilihan presiden,
wapres, gubernur, bupati, walikota.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap
masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah
makhluk sosial.
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Akan jadi apa bangsa kita, jika para remajanya terkontaminasi narkoba
Remaja, katanya generasi penerus bangsa. Masalahnya, akan seperti apa nasib
bangsa kita jika remajanya adalah pengguna narkoba. Nah, sumber terbaru
menyatakan, tercatat, 19 % dari jumlah remaja di Indonesia atau sekitar 14 ribu
remaja, diindikasikan menjadi pengguna narkoba. Fenomena ini akan menjadi
pertanda buruk bagi eksistensi bangsa, jika persoalan tersebut tak segera dicarikan
solusinya. Pernyataan terbaru ini disampaikan Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono.
Eksistensi bangsa akan terancam, manakala banyak remaja atau pemudanya yang
menjadi pemakai narkoba, kata, dalam peluncuran Aksi Peduli Anak Bangsa Bebas
Narkoba bertajuk Love in Action yang digelar Polres Metro Jakarta Barat bekerja
sama dengan Pemprov DKI Jakarta, di Central Park Podomoro City, Jl S Parman,
Grogolpetamburan, Jakarta Barat, Sabtu (30/1) kemarin.
Remaja yang telah terkontaminasi oleh narkoba secara otomatis akan mengalami
banyak problem. Mulai dari mengalami degradasi moral, penurunan intelektual,
hingga penurunan produktivitas. Pada akhirnya mereka akan menjadi remaja
pemalas dalam melaksanakan berbagai hal termasuk belajar.
Bahkan hanya untuk mandi sekalipun, para pecandu narkoba juga menjadi malas,
lanjut Ani.
Selain itu, lanjutnya, remaja juga akan menjadi sangat cuek atau tidak peduli
dengan keadaan di sekitarnya. Mereka menjadi suka berbohong kepada keluarga
maupun teman-temanya. Bahkan, mereka juga tidak takut lagi melakukan tindakan
kriminal seperti mencuri barang, baik milik keluarganya sendiri maupun orang lain,
hanya demi membeli narkoba. Lebih dari itu, kesehatan pemakai narkoba juga akan
menjadi menurun. Berbagai penyakit, seperti hepatitis bahkan HIV/AIDS bisa
menyerang mereka.
Untuk itu saya mengimbau kepada seluruh anak-anak Indonesia agar menjauhi
narkoba. Jangan sampai mencoba-coba, karena sekali mencoba maka akan
terperosok lebih dalam, tegasnya.
Selanjutnya, ibu negara mengajak pada semua pihak untuk turut serta dalam
mencegah bertambahnya pengguna narkoba. Berbagai lapisan masyarakat,
termasuk orangtua juga harus lebih memperhatikan dan mengasihi anak-anak
mereka.
Bahkan hingga anak-anak sudah memasuki bangku kuliah sekalipun, kasih sayang
disertai bimbingan harus tetap dilakukan, pesanya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyatakan dukunganya
terhadap pemberantasan narkoba. Menurutnya, dalam memerangi narkoba
diperlukan pendekatan preventif, edukatif, dan persuasif. Untuk itu dibutuhkan
sinergi kerja sama yang erat dari berbagai pihak. Pemprov DKI bersama Polri akan
terus memerangi narkoba khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Kita semua harus berperan aktif dalam menanggulangi narkoba, khususnya di DKI
Jakarta untuk menuju Indonesia bebas narkoba 2015, tegasnya.
Kapolres Metro Jakarta Barat yang juga ketua panitia acara, Kombes Abdul Kamil
Razak, mengatakan, penyalahgunaan narkoba sampai kini masih menjadi masalah
utama, bukan saja nasional tapi juga internasional.
Maka dari itu, persoalan ini menuntut penyelesaian tuntas dari semua pihak,
karena angka penggunaan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun, ucap
Kamil.
Dibina
Lebih jauh, Ani juga mengatakan, sebaiknya pengguna narkoba tidak diperlakukan
sebagai kriminal. Yang terjerumus menggunakan narkoba dibimbing dan
ditempatkan di pusat rehabilitasi. Sedangkan bagi pengedar narkoba, Ani
Yudhoyono menyatakan dukungan jika ditempatkan di penjara sebagai efek jeranya.
Oleh karena itu, dia meminta kepada semua pihak terutama pihak-pihak terkait
untuk lebih memberi perhatian terhadap penyalahgunaan narkoba yang
kebanyakan dilakukan di kalangan remaja. [bjkt/www.hidayatullah.com]
Ilustrasi
BLITAR - DPRD Kabupaten Blitar mencemaskan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang
(narkoba) yang telah merambah lingkungan sekolah. Berdasarkan laporan data Badan Narkotika
Nasional (BNN) belum lama ini, tiga siswa dan tiga siswi tingkat sekolah menengah atas (SMA)
terbukti menggelar pesta ganja dan sabu-sabu (SS).
Data Bakesbanglinmas Kabupaten Blitar tahun 2011 menyebutkan, bahwa pengguna narkoba
lebih banyak didominasi kelompok usia remaja daripada orang dewasa. Dari kasus yang
tertangani, para pemakai dengan diantaranya juga pengedar rata-rata berada pada usia 18-28
tahun.
Bagi kami ini mengejutkan. Dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena yang terjadi di
lingkungan pelajar, lembaga terkait (dinas pendidikan) sudah seyogyanya mengambil langkah
antisipatif, kata Ketua Komisi IV DPRD Blitar, Ahmad Tamim atau dikenal dengan sebutan
Gus Tamim.
Menurut Tamim, hal itu merupakan fenomena yang harus memperoleh perhatian serius dari
seluruh kalangan, terutama dinas pendidikan (diknas). Hal itu mengingat Blitar bukan kategori
daerah tingkat dua yang memiliki fasilitas sebagaimana kota metropolis. Namun, anehnya
benda-benda terlarang tersebut sepertinya bisa beredar dengan leluasa.
Dari 40 kasus yang masuk kepolisian, hanya 10 persen yang melibatkan pelaku dengan usia
diatas 30 tahun. Secara nasional, pada tahun 2006 dan diprediksi akan meningkat pada tahun
berikutnya, BNN menemukan sebanyak 8.500 anak dengan latar pendidikan setingkat sekolah
dasar (SD) sudah mengenal narkoba.
Sejumlah kasus menunjukkan pada usia 7 tahun, mereka sudah menggunakan narkoba dengan
model inhalan (menghisap) atau popular di kalangan para anak jalanan (anjal) dengan istilah
ngelem. Mereka menghirup lem cair yang didalamnya terdapat kandungan zat kimiawi aica
aibon.
Kembali
VIVAlife - Seks bebas yang dilakukan oleh remaja kian meningkat. Salah satu pemicunya, arus informasi
yang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi baik pada orangtua
maupun anak.
Pendidikan seksual yang kurang diberikan orangtua pada anak, jadi salah satu alasan angka ini selalu
menunjukkan peningkatan.
Beberapa penelitian mengungkap remaja perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang melakukan seks
pranikah makin tinggi. Bahkan, Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu
menemukan, satu persen remaja wanita dan 6 persen remaja pria mengaku pernah melakukan seks di luar
nikah.
Tak heran, jumlah kehamilan dan kelahiran di kalangan remaja juga tinggi. Sebuah studi lainnya pada 2010 di
daerah kota besar seperti Jakarta menunjukkan 20,6 persen remaja mengalami kehamilan dan kelahiran
sebelum menikah.
Tak hanya itu, seks bebas juga kerap berujung pada penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. Psikolog
Baby Jim Aditya, pernah memaparkan kalau sebagian besar pengidap HIV/AIDS berada di usia produktif,
yakni 20-29 tahun.
Hal ini karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi. Dan, perilaku mereka yang
sudah kadung bebas dan berisiko tidak diselaraskan pengetahuan penggunaan alat kontrasepsi, seperti kondom
karena bentroknya kampanye kondom dengan nilai budaya.
Meski masih mensosialisasikan penggunaan kondom untuk melindungi kesehatan reproduksi pada remaja-
remaja berisiko, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Sugiri Syarief, memaparkan kalau pencegahan yang dilakukan oleh keluarga adalah faktor yang
terpenting untuk menekan angka pertumbuhan seks bebas pada remaja.
"Di Indonesia, masalah yang umum terjadi adalah masalah komunikasi antara orangtua dan anak. Selain masih
menganggap tabu, budaya di Indonesia itu adalah diam sehingga terjadi kesulitan berkomunikasi," ujarnya saat
ditemui VIVAlife seusai peluncuran Global Youth Forum oleh United Nation Population Fund (UNFPA)
bersama BKKBN.
Padahal lewat komunikasi orangtua dapat memberikan informasi-informasi seputar kesehatan reproduksi pria
dan wanita. Termasuk, konsekuensi melakukan hubungan seks di usia dini.
"Jangan sampai hal ini justru disampaikan orang lain. Karena bagaimana pun, orangtua pasti akan lebih bijak
dalam menyampaikannya," ujar Sugiri.
Sugiri juga menekankan materi pendidikan seks untuk anak laki-laki dan perempuan adalah sama. Meski
penyampaiannya terkadang berbeda, tergantung dari situasi dan kondisi yang dibangun dalam keluarga.
Menurutnya, orangtua sebaiknya tak hanya memberitahu anak perempuan bagaimana mereka menjaga
keperawanan dan kesehatan reproduksinya, tapi juga anak laki-laki.
"Anak laki-laki juga harus tahu bagaimana menjaga kesehatan reproduksi perempuan agar mereka tidak
semena-mena terhadap perempuan," kata Sugiri
Menurut Sugiri, pemerintah lewat BKKBN telah menjalankan kampanye Generasi Berencana atau GenRe.
Kampanye ini tidak hanya menyediakan informasi pada anak remaja tetapi juga mengajarkan orang tua untuk
menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
"Lewat pusat informasi konseling untuk remaja yang ada di hampir setiap sekolah, kita memberikan materi-
materi kesehatan reproduksi, alat-alat reproduksi dan seksual. Untuk orangtua
kita terobos dengan kelompok-kelompok bina keluarga remaja untuk menjalin komunikasi remaja dan orang
tua," katanya.
Dari kampanye tersebut, selanjutnya dilakukan sensus. Hasil dari sensus ini nantinya akan dilihat bagaimana
pengetahuan remaja terkait informasi soal seks yang benar.
"Hasilnya akan kita survei tahun ini melalui sensus demografi dan kesehatan sehingga akan terlihat bagaimana
pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi dan juga bagaimana sifat remaja terhadap orangtua," ujar
Sugiri. (umi)
Rumus 1 :
W=PxT
Rumus 2 :
W=VxIxT
Rumus 3 :
W=IxRxIxT
Keterangan :
Jika salah satu komponen pada rumus tersebut coba cari dengan rumus
berikut :
P=W:T
T=W:P
V=IxR
I=V:R
R=V:I
http://image.slidesharecdn.com/usahaenergidaya-1225897385779533-9/95/slide-1-
728.jpg?1323235178