Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Salah satu sumber gizi yang dapat diandalkan untuk


mendukung perbaikan gizi masyarakat adalah pangan hewani.
Pangan hewani memiliki keunikan yang menyebabkan kelompok
pangan ini tergolong sebagai pangan bermutu tinggi. Keunikan
tersebut dikarenakan pangan hewani memiliki kandungan asam
amino esensial yang lengkap, mengandung zat besi yang mudah
diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang tinggi. Ikan
sebagai bahan pangan hewani memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan sumber protein lainnya, diantaranya kandungan
protein yang cukup tinggi dalam tubuh ikan yang tersusun oleh
asam-asam amino yang berpola mendekati kebutuhan asam
amino dalam tubuh manusia.

Ikan lele adalah salah satu ikan air tawar yang paling
banyak diminati, serta dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
dari berbagai lapisan. Harganya yang terjangkau membuat ikan
lele terdistribusi secara merata hampir di seluruh pelosok tanah
air. Salah satu jenis ikan lele yang popular di masyarakat adalah
lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo memiliki berbagai
kelebihan sehingga lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah
diterima masyarakat. Kelebihan tersebut adalah
pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan
gizinya cukup tinggi (Anonymous, 2006). Selain keunggulan-
keunggulan yang dimiliki, ikan lele dumbo juga mempunyai
kekurangan, yaitu tingginya kandungan air dan pH, serta
kandungan asam lemak tak jenuh yang dagingnya mudah
mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan bau tengik.
Hal-hal tersebut dapat menghambat penggunaannya sebagai
bahan pangan. Oleh karena itu, diperlukan proses pengolahan
untuk menambah nilai, baik dari segi gizi, rasa, bau, bentuk,
maupun daya awetnya (Adawyah, 2007).

Tepung ikan merupakan salah satu produk pengolahan


hasil sampingan ikan. Usaha pengolahan tepung ikan
memerlukan banyak bahan baku ikan segar dengan harga murah
karena rendemennya relatif kecil. Sampai saat ini penggunaan
tepung ikan belum dilakukan secara maksimal.

Kegunaan utama tepung ikan masih sebatas bahan


campuran pakan ternak (Moeljanto, 1992). Pembuatan tepung
ikan berbahan dasar ikan lele dumbo dapat menjadi suatu
bentuk alternatif bahan pangan. Selain memiliki daya simpan
yang cukup lama dibandingkan ikan segar, bentuknya yang
berupa tepung diharapkan menjadikan tepung ikan lebih fleksibel
dalam pemanfaatannya. Penggunaan tepung ikan sebagai bahan
pelengkap tepung terigu pada pembuatan biskuit merupakan
salah satu alternatif pengunaan yang menjanjikan, terutama dari
segi kualitas yang dihasilkan.

Biskuit merupakan makanan yang cukup populer dan


praktis karena dapat dimakan kapan saja dengan pengemasan
yang baik, serta memiliki daya simpan yang relatif panjang.
Biskuit dapat dipandang sebagai media yang baik sebagai salah
satu jenis pangan yang dapat memenuhi kebutuhan khusus
manusia. Berbagai jenis biskuit telah dikembangkan untuk
menghasilkan biskuit yang tidak saja enak tapi juga
menyehatkan. Dengan menambahkan bahan pangan tertentu,
seperti tepung ikan lele ke dalam proses pembuatan biskuit,
dapat dihasilkan biskuit dengan nilai tambah yang baik untuk

kesehatan (Manley, 2000).

Tepung kedelai biasa digunakan sebagai komponen utama


dalam pembuatan biskuit yang tinggi protein. Penggunaan
tepung kedelai juga dapat dikatakan memperbaiki tekstur biskuit.
Kedelai juga biasa digunakan sebagai bahan baku industri
pangan. Salah satu bahan baku industri dari kedelai adalah isolat
protein. Fungsi utama isolat protein kedelai dalam bahan pangan
adalah untuk memperbaiki kandungan gizi produk makanan yang
diproduksi (Manley, 2000).

Adanya kebutuhan akan alternatif pangan bergizi dengan


harga terjangkau membuka peluang untuk memproduksi biskuit
dari tepung ikan lele dumbo. Pasar produk biskuit lele ini masih
terbuka lebar dan persaingan belum ketat. Selain itu, teknologi
pembuatan biskuit lele tidaklah terlalu rumit dan dapat
menggunakan peralatan yang sederhana, serta ketersediaan
bahan baku untuk pembuatan biskuit ini cukup melimpah.
Untuk melakukan pendirian industri tepung dan biskuit dari
tepung ikan lele dumbo diperlukan adanya studi kelayakan. Studi
kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang
sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang memiliki
pengaruh terhadap kemungkinan proyek untuk mencapai sukses.
Semua data, fakta dan berbagai pendapat yang dikemukakan
dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan
direalisasikan, dibatalkan, atau dikaji ulang. Beberapa aspek
studi kelayakan yang diperlukan dalam pendirian industri ini,
antara lain: aspek pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi,
manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan analisis
finansial.

II. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelayakan


pendirian industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) dari aspek pasar dan pemasaran, teknik dan
teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas,
serta finansial.

III. Manfaat
Memanfaatkan nilai gizi yang terdapat dalam ikan
lele
Mengembangkan produk olahan dari ikan lele yang
kaya akan protein
Menciptakan makanan yang diminati oleh
masyarakat dari berbagai kalangan

IV. Segmentasi Pasar


Segmentasi geografis
Biskuit ikan lele ini menargetkan pasar-pasar se-Jawa
Barat dan se-Jabodetabek, karena penduduk biasanya
lebih mudah menerima produk yang baru dan rasa
penasaran yang tinggi.
Segmentasi demografis
Biskuit ikan lele ditujukan kepada orang-orang di semua
kalangan, semua usia, dan jenis kelamin.
Segmentasi psikologi

V. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Salah satu perencanaan yang paling penting dalam


pendirian suatu perusahaan adalah factory planning, yang salah
satunya adalah penentuan lokasi perusahaan. Lokasi merupakan
hal yang penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi
kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan
kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Pemilihan lokasi yang tepat dalam mendirikan industri


merupakan hal yang penting. Pemilihan lokasi yang tepat akan
menentukan posisi perusahaan dan kelangsungan hidup
perusahaan, karena akan berpengaruh terhadap efisiensi
perusahaan. Lokasi suatu industri yang ditentukan dengan tepat
akan membantu industri tersebut berjalan dengan lancar, efektif,
dan efisien. Oleh karena itu, pemilihan lokasi industri tersebut
perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
biaya produksi dan biaya distribusi produk yang dihasilkan
sehingga biaya-biaya ini dapat ditekan seminimal mungkin.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi adalah tata ruang wilayah, kedekatan lokasi dengan
sumber bahan baku, serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Suatu industri yang lokasinya tidak tepat, akan menghadapi
persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama
dalam menghadapi saingan sehingga kelangsungan hidup dan
stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. Oleh
sebab itu, untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam
penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat
melayani proses-proses baru, perkembangan teknologi, dan
dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan
industri.

Calon lokasi pabrik biskuit ikan ditetapkan oleh kami, yaitu


di daerah Sukabumi, Cianjur dan Bogor. Pemilihan lokasi perlu
dilakukan dengan cara membandingkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pemilihan tersebut.

Bogor menjadi salah satu alternatif pendirian pabrik biskuit


ikan adalah berdasarkan faktor kedekatan dengan sumber bahan
baku sehingga memperkecil biaya transportasi dan infrasturktur
yang cukup mendukung.

Jika dibandingkan dengan kota sukabumi dan cianjur kota


bogor lebih strategis, karena jika sukabumi dan cianjur dalam
segi transportasi relatif cukup tinggi dan tarif dapat berubah-
ubah. Dalam segi lokasi juga kota sukabumi dan cianjur lebih
jauh karena harus menembus beberapa kabupaten.

Lampiran 1. Penetapan lokasi pabrik didasarkan pada


berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan. Dikaji dari
karakteristiknya industri biskuit ikan membutuhkan lokasi yang
cukup luas, karena terbagi menjadi dua proses, yaitu proses
pembuatan tepung ikan lele dumbo dan proses pembuatan
biskuit ikan sehingga area yang dibutuhkan meliputi area
produksi tepung ikan lele dumbo, area produksi biskuit ikan, dan
kelengkapannya. Industri biskuit ikan tidak menghasilkan limbah
padat, cair, dan gas yang membahayakan bagi lingkungan
sehingga lokasi pendirian industri pun tidak harus jauh dari
pemukiman penduduk. Untuk mendukung proses pendistribusian
bahan baku dan produk dibutuhkan infrasturktur yang
mendukung. Industri biskuit ikan membutuhkan infrastruktur
yang mendukung, yaitu kebutuhan tenaga listrik harus memadai,
pasokan air tanah memadai dengan kualitas air cukup baik.
Selain itu, air yang berasal dari Perusahaan Daerah Air minum
juga tersedia, sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi
dengan baik. Keseluruhan kriteria kebutuhan pendirian industri
tersebut terpenuhi pada alternatif lokasi Bogor, sehingga
pemilihan lokasi di Bogor sudah tepat. Dokumentasi calon lokasi
pabrik dapat dilihat pada Lampiran 2. Ketersediaan sumber daya
manusia pun menjadi faktor penting yang perlu
dipertimbangkan.
Pasokan sumber daya yang kompeten dan tenaga kerja
tersedia dalam jumlah yang memadai. Dengan adanya industri
biskuit ikan, tenaga kerja yang ada di daerah ini dapat terserap
dan mampu mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, faktor
berbagai biaya seperti transportasi pemasaran, biaya sewa
lahan, dan pendirian bangunan cukup terjangkau.

Meskipun lokasi Darmaga Hijau agak jauh dari tempat


pemasaran utama, namun hal ini tidak menjadi permasalahan
besar karena biskuit ikan memiliki umur simpan hingga satu
tahun. Selain itu, sifatnya yang ringan, ringkas, dan tidak
membutuhkan tempat yang luas semakin mempermudah dalam
pendistribusian biskuit ikan. Kelemahannya hanya ada pada
biaya transportasi pendistribusian biskuit ikan yang menjadi lebih
tinggi.

VI. Analisis Data


Analisis yang dilakukan meliputi analisis pasar dan
pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi,
lingkungan dan legalitas, dan finansial. Analisis data dilakukan
dengan dua metode pendekatan, yaitu analisis secara kualitatif
dan kuantitatif.

a. Analisis Pasar dan Pemasaran


Aspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan
pemasaran meliputi proyeksi permintaan dan penawaran, pangsa
pasar yang mungkin diraih, perilaku konsumen, dan strategi
Mulai
pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut. Semua aspek
tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian dan sumber data yang diperoleh.
Jumlah permintaan
Setelah diketahui biskuit balitabiskuit balita dan
jumlah permintaan
Harga biskuit balita
jumlah yang diproduksi di Indonesia, maka peluang pasar akan
didapatkan dari selisih nilai tersebut. Setelah diketahui pangsa
pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi pemasaran,
diantaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target
Analisis peluang pasar biskuit lele
pasar (targeting), penentuan posisi di pasar (positioning), serta
bauran pemasaran (marketing mix). Langkah-langkah dalam
analisis pasar dan pemasaran ini dapat dilihat pada Gambar 3.2
Analisis struktur pasar dengan pesaing

Presentasi mangsa pasar yang dapat diraih

Selesai
Gambar 3.2 Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran

No Alternatif L
Jenis Biaya Quantity
. Bogor
* Investasi
1 Tanah 72 M2 Rp72,000.000

2 Bangunan 72 M2 Rp50,000.000
3 Mesin dan Peralatan
a. Mesin Produksi
Tepung
Retart Chamber 1 unit Rp15,000.000

Pressure Preumatic 1 unit Rp15,000.000

Drying Drum 1 unit Rp100,000.000

Grinder 1 unit Rp10,000.000

Disc Mill 1 unit Rp10,000.000

Boiler 1 unit Rp15,000.000

Freezer 2 unit Rp5,000.000

Pengemas 1 unit Rp2,000.000


Timbangan 1 unit Rp350.000
Ban Pencucian 2 unit Rp100.000
Subtotal Rp294,450.000
b. Mesin Produksi
Biskuit
Timbangan 1 unit Rp350.000
Mixer 1 unit Rp5,500.000

Lemari Pendingin 1 unit Rp2,000.000

Dough Sheeter 1 unit Rp8,500.000

Dough Moulder 1 unit Rp15,000.000

Oven 1 unit Rp7,500.000

Loyang 20 unit Rp2,000.000

Tabung Gas 5 tabung Rp625,000.000

Pengemas 1 paket Rp4,000.000


Peralatan
Rp150.000
Kebersihan
Subtotal Rp45,625.000

c. Alat Laboratorium 1 Paket Rp20,000.000


Perlengkapan
1 Paket Rp10,000.000
Utilitas
Subtotal Rp30,000.000
Perlengkapan
4
Kantor
Meja Kursi Kantor 1 Paket Rp7,000.000
Telepon 2 Unit Rp300.000
Alat Tulis Kantor 1 Paket Rp800.000
Komputer 2 unit Rp8,000.000

Printer dan Fax 1 unit Rp1,500.000

Subtotal Rp17,600.000
5 Sarana Distribusi
Mobil Box 1 unit Rp150,000.000
6 Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan Rp9,965.000
Tenaga Kerja
7
Perbulan
Direktur 1 orang Rp5,000.000
Manajer Produksi
1 orang Rp4,500.000
dan QC
Manajer Logistik 1 orang Rp4,500.000
Manajer
Administrasi dan 1 orang Rp4,500.000
Keuangan
Staff Pemasaran 2 orang Rp3,500.000

Staff logistik 2 orang Rp3,500.000

Staff Administrasi 2 orang Rp3,500.000

Staff Keuangan 2 orang Rp3,500.000

Sopir 1 orang Rp2,500.000

Security 2 orang Rp2,500.000

Laboran 1 orang Rp2,500.000

Operator Produksi 6 orang Rp2,800.000

Operator Gudang 3 orang Rp2,800.000


Quality ( IPC dan
3 orang Rp2,800.000
Analis )
Subtotal Rp48,400.000

Total Fix Cost Rp596,040.000

Pajak 10% Rp59,604.000

Total Fix Cost Rp655,644.000

Anda mungkin juga menyukai