Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

Nama : Ihlasul Amal


NIM : 120160106019
Prodi : Diplomasi Pertahanan

The Contribution of Natural Resources in Defence Diplomacy: The Case of


Indonesia

Sumber kekayaan laut Indonesia di Selat Malaka dan Kepulauan Natuna


sebagai kontribusi sektor pada Diplomasi Pertahanan Indonesia

ABSTRAK

Dengan jumlah wilayah sumber daya laut yang sedemikian luas, tentu hal ini
menjadi sebuah ancaman dan peluang yang besar bagi Indonesia, peluang untuk
memanfaatkan sumber daya alam tersebut menjadi sumber kekuatan negara, atau
bahkan menjadi ancaman yang mengancam sektor keamanan negara. Kasus-kasus
yang berkaitan dengan keamanan wilayah teritorial laut kerap berdengung
mengancam keamanan wilayah laut dan kepulauan terluar yang ada di Indonesia,
seperti selat malaka dan kepulauan Natuna yang letaknya tidak jauh dengan
Indonesia yang sensitif dan berpotensi menimbulkan konflik. Berdasarkan
pergeseran paradigma saat ini yang lebih menekankan soft power daripada hard
power dengan kekayaan Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh Indonesia, potensi
dan ancaman Sumber Daya Alam Indonesia yang satu dan yang lain tersebut dapat
menjadi sebuah senjata atau power alternatif yang berkonsep simbiosis mutualisme
dalam melakukan aktifitas diplomasi.

Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara yang kaya
akan Sumber Daya Alamnya. Terbukti melalui luas wilayah yang diperoleh dari
keputusan politik pada Deklarasi Djuanda yang berhasil memperluas wilayah
kedaulatan Indonesia dari 1.904.596 km 2 (berdasarkan Ordonantie 1939) menjadi
5.193.250 km2 yang terdiri dari 2.027.087 km 2 daratan dan 3.166.163 km2 lautan dan
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

yang pada saat itu luas wilayah itu belum termasuk wilayah Irian Barat 1. Luasnya
wilayah perairan Indonesia tersebut menjadikan Indonesia disebut sebagai negara
yang termasuk dalam kategori negara maritim dan melalui pernyataan dari hasil
Deklarasi Djuanda yang membuat garis batas laut teritorial Indonesia yang semula
hanya 3 mil menjadi 12 mil yang kemudian menghubungkan dan mempersatukan
pulau satu dengan yang lainnya menjadikan satu kesatuan yang luas 2.

Pada perkembangannya, sehubungan dengan keikutsertaan Indonesia dalam


ratifikasi perjanjian UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea)
pada tahun 1982, melalui Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang hukum laut,
wilayah Indonesia bertambah menjadi:

1. Luas Perairan 5,9 juta km2.


2. Perairan Kepulauan 2,8 juta km 2.
3. Laut Teritorial 0,4 juta km2.
4. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 2,7 juta km2.
5. Landas Kontinen 0,8 juta km2.
6. Luas Daratan 1,9 juta km2.
7. Panjang Garis Pantai 81.000 km.
8. Jumlah Pulau 17.499.3

Dengan jumlah wilayah sumber daya laut yang sedemikian luas, tentu hal ini
menjadi sebuah ancaman dan peluang yang besar bagi Indonesia, peluang untuk
memanfaatkan sumber daya alam tersebut menjadi sumber kekuatan negara, atau
bahkan menjadi ancaman yang mengancam sektor keamanan negara. Seperti pada
kasus-kasus yang muncul beberapa tempo kebelakang, kasus-kasus yang berkaitan
dengan keamanan wilayah teritorial laut kerap berdengung mengancam keamanan
wilayah laut dan kepulauan terluar yang ada di Indonesia, seperti selat malaka dan
kepulauan Natuna yang mana letak geografis wilayah kedua pulau tersebut
berdekatan dengan negara-negara tetangga yang letaknya tidak jauh dengan

1 Rajab Ritonga, Kesadaran Baru Maritim Biografi Laksamana TNI Dr. Marsetio
(Jakarta: PT. Gramedia, 2016), hlm. 6.

2 Ibid.

3 Ibid, hlm. 8.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

Indonesia yang sensitif dan berpotensi menimbulkan konflik. Konflik antar negara
yang berkaitan dengan sumber daya alam ini merupakan salah satu bentuk
ancaman yang menambah jumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh
Indonesia yang salah satu langkah yang diambil adalah dengan cara berdiplomasi.

Potensi dan Tantangan Kepulauan Natuna dan Selat Malaka

Mengingat ancaman terbesar pada dunia internasional saat ini adalah krisis
energi yang dibuktikan oleh angka keseimbangan antara peningkatan jumlah
sumber daya manusia dan dan produksi sumber daya manusia yang semakin tidak
seimbang. Hal ini membuat negara-negara berebut kekuasaan dengan melancarkan
berbagai strategi. Terutama sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi yang
notabene memiliki siklus pembaharuan yang membutuhkan waktu cukup panjang.
Berkaitan dengan hal tersebut, sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada
di kepulauan natuna, pulau yang terletak di bagian paling utara kepulauan yang ada
di selat Karimata ini menyimpan cadangan gas alam terbesar di kawasan Asia
Pasifik dan bahkan di Dunia. Secara scientific kekayaan Natuna dibuktikan oleh
kandungan gas alam pada salah satu ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km
sebelah utara kepulauan Natuna (didalam ZEE) yang menyimpan 112.356.680 barel
total cadangan gas alam dengan volume sebesar 222 trillion cubic feet (TCT),
dengan 46 TCT gas hidrokarbon yang merupakan salah satu sumber terbesar di
Asia yang mana angka tersebut belum termasuk cadangan gas alam di bagian barat
kepulauan Natuna. Ditambah dengan cadangan minyak bumi di kepulauan Natuna
yang diperkirakan mencapai 14.386.470 barel 4. Angka-angka tersebut membuktikan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai
peluang atau power untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia dalam
berinteraksi dan menjalin hubungan dengan dunia Internasional.

4 Annisa Purwatiningsih, Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan Minyak dan


Gas Bumi di Laut Natuna Bagian Utara Laut Yuridiksi Nasional Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kepulauan Natuna, Jurnal Reformasi,
Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2012, hal. 61.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

Melalui besarnya jumlah simpanan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia
terutama di kepulauan Natuna, jika Indonesia tidak mengindahkan regulasi yang
telah dirumuskan pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi sebagai landasan hukum untuk penataan atas penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan, pengaturan, dan pelaksanaan dari kegiatan pengusahaan
minyak dan gas bumi demi terciptanya kegiatan usaha mandiri, transparan, berdaya
saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, serta mendorong perkembangan
potensi dan peranan nasional, maka Indonesia diprediksi akan menjadi negara
pengimpor minyak total kurang lebih pada tempo 10 tahun yang akan datang 5. Hal
ini menjadi sebuah ancaman sektor internal yang berpengaruh signifikan pada
stabilitas pengembangan potensi strategis yang ada di Kepulauan Natuna yang
dapat mensuplai power untuk kebutuhan eksternal.

Terkait dengan batas wilayah teritorial laut yang telah ditentukan pada ZEE,
wilayah laut Indonesia yang berdekatan dengan negara-negara tetangga membuat
persinggungan yang berdampak pada kerancuan yang menimbulkan masalah-
masalah yang berhubungan dengan keamanan dan kedaulatan, baik regional
maupun internasional. Seperti pada permasalahan Konflik Laut Cina Selatan, konflik
lama yang bermula dari klaim peta laut Cina yang dilakukan secara sepihak oleh
Cina secara diam-diam sejak Februari 1948 yang dikenal sebagai nine dotted line
berupa garis batas berbentuk U termasuk kepulauan Paracel dan Kepulauan
Spratly tersebut membuat beberapa negara yaitu Filipina, Malaysia, Brunei,
Vietnam, dan Taiwan melancarkan protes terhadap klaim tersebut, karena mereka
juga mengklaim kedua kepulauan tersebut. Hal ini memberikan dampak besar bagi
stabilitas Politik dan Keamanan di Kawasan Asia Pasifik yang kemudian
memunculkan kesepakatan baru yang dibuat oleh para ahli yang menyatakan bahwa
peta laut Cina atau nine dotted line bertentangan dengan ketentuan UNCLOS
19826. Dalam hal ini, meskipun tidak ikut campur dalam pengklaiman wilayah
Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel, Indonesia turut melancarkan protes atas

5 Ibid

6 Syaiful Anwar, Peran Diplomasi Pertahanan Dalam Mengatasi Tantangan di


Bidang Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 5.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

garis yang dibuat oleh Cina tersebut karena masuk dalam wilayah ZEE dan landas
wilayah Kontinental Indonesia di wilayah kepulauan Natuna. Dari perspektif ini
kekuatan pengelolaan sumber daya alam sangat rentan kaitannya dengan
kemunculan dan pengelolaan konflik dalam lingkup litoral ataupun regional.

Tak hanya itu, letak posisi geografis Indonesia yang berada di jalur
persilangan antar beberapa benua seperti negara-negara yang berada di Asia
dengan Australia menjadi sebuah peluang dan tantangan. Salah satu diantaranya
adalah jalur Selat Malaka. Selat Malaka mempunyai peran strategis dalam
perniagaan wilayah timur dan barat. Sejarahnya, setelah jatuhnya Mesir ke tangan
Romawi dan peperangan di Kawasan Asia Tengah yang membuat para pedagang
memindahkan aktifitas dagangnya dari jalur darat (Jalur Sutra) menuju jalur laut
dengan dalih menghindari ancaman keamanan dan dinilai lebih ekonomis. Selat
yang terletak di antara bagian timur Pulau Sumatra, bagian barat Semenanjung
Penisula, dan Singapura ini menghubungkan Samudra Hindia dengan Laut Cina
Selatan dan Samudra Pasifik dan memperpendek jalur perdagangan dari Teluk
Persia menuju kawasan Asia Timur7. Meskipun belum tergolong selat Internasional,
selat Malaka diakui sebagai salah satu selat terpenting di Dunia setelah Selat
Hormuz karena diperkirakan setiap tahunnya lebih dari 50.000 kapal melintasi Selat
Malaka dengan membawa sepertiga komoditas perdagangan dunia 8.

Seperti pada konsep yang sama, dimana terdapat Sumber Daya yang
melimpah, peluang untuk terjadinya kejahatan juga bersamaan meningkat. Potensi
yang dimiliki oleh Selat Malaka juga melahirkan ancaman keamanan yang berupa
kejahatan pembajakan dan perompakan. Berbagai macam pelanggaran terjadi di
wilayah perbatasan Indonesia. Salah satunya kejadian pada tahun 2001, karena
dituduh melanggar wilayah ZEE Malaysia, sekelompok nelayan asal Sumatera Utara
yang sedang berlayar di perairan perbatasan Indonesia dan Malaysia di Selat

7 Nadia Nurani Isfarin, Perlindungan Lingkungan Laut Selat Malaka Dari


Pencemaran Minyak Lintas Batas, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 15, No. 2, September
2012, hlm. 206

8 Ibid, hlm. 208


UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

Malaka ditembak dan ditahan oleh aparat keamanan laut Malaysia 9. Jika hal ini tidak
ditindak dan dibicarakan dengan baik akan menimbulkan konflik yang
berkepanjangan. Berbagai peluang dan tantangan yang ditimbulkan dari
ketersediaan sumber daya alam yang ada di wilayah kepulauan Natuna dan Selat
Malaka tersebut. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pengelolaan Sumber
Daya Alam berperan penting dalam pengelolaan konflik antar negara. Oleh karena
itu kontribusi Sumber Daya Alam harus dipertimbangkan karena dapat dipergunakan
sebagai power melalui akuntabilitasnya dalam menangani konflik yang timbul
beberapa waktu terakhir.

Peran Sumber Daya Alam pada Diplomasi Pertahanan Indonesia

Dalam melakukan hubungan dan interaksi antar negara, terkait dengan tujuannya
untuk mencapai perdamaian dan menghindari pecahnya perang konvensional, jalan
berdiplomasi ialah salah satu pilihan yang dapat diambil. Beberapa dafinisi tentang
makna diplomasi itu sendiri juga mendefinisikan diplomasi sebagai sebuah urusan
dan kepentingan yang berkaitan dengan perhubungan resmi antara satu negara
dengan negara yang lain. Beberapa pakar juga mendefinisikan aktifitas diplomasi
dengan makna yang berbeda-beda yang pada intinya diplomasi adalah aktifitas yang
dilakukan oleh sebuah individu yang aktornya bisa berupa individu seseorang atau
bahkan pemerintahan negara dalam memperjuangkan kepentingannya
menggunakan berbagai macam cara berkomunikasi 10. Dari pengertian tersebut
berarti sebuah individu, yang dalam hal hubungan internasional adalah sebuah
negara, diplomasi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan tergantung pada
kebutuhan dan potensi yang negara tersebut miliki, bisa melalui pendekatan budaya,
sektor ekonomi, pendidikan, pertahanan dan sebagainya. Salah satu jalan diplomasi
yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah diplomasi pertahanan. Diplomasi
pertahanan adalah sektor diplomasi yang dilakukan oleh kementerian pertahanan

9 Syaiful Anwar, Peran Diplomasi Pertahanan Dalam Mengatasi Tantangan di


Bidang Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 5

10 Ibid, hlm. 9.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

melalui peran pertahanan yang erat hubungannya dengan penjagaan perbatasan


dimana sektor tersebut pada umumnya dilakukan oleh militer.

Diplomasi pertahanan tidak hanya mencakup operasi militer saja, kegiatan seperti
pertukaran personel, kunjungan kapal dan pesawat militer, pertemuan tingkat tinggi,
training dan exercises, forum pertahanan regional, program bantuan (outreach),
aktifitas yang membangun confidence building measures, dan kegiatan-kegiatan
tentang pembatasan pengembangan senjata (non-proliferation)11 adalah varian
kegiatan yang menjadi bagian dari aktifitas diplomasi pertahanan. Dalam kaitannya
dengan sumber daya alam Indonesia seperti yang telah dipaparkan pada chapter
sebelumnya, untuk menjawab peran apa yang dilakukan oleh diplomasi pertahanan
dalam kaitannya dengan sumber daya alam, beberapa praktisi mengutarakan
pendapatnya. Mantan Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro,
mengungkapkan, dalam upaya untuk menyelesaikan konflik, Indonesia lebih
mengutamakan jalan berdiplomasi dalam mencari solusi karena dewasa ini
perkembangan dunia telah mengalami pergeseran paradigma dari hard power ke
soft power12. Menurut analisis yang telah dilakukan, sengketa Laut Cina Selatan
tidak akan mengalami spill over ke wilayah Indonesia, khususnya wilayah Kepulauan
Natuna. Oleh karena itu, pembangunan kekuatan pertahanan negara dalam konsep
Minimum Essential Forces tidak difokuskan ke wilayah kepulauan Natuna, namun
pada sektor sumber daya alam yang lain yakni di kawasan Laut Sulawesi. Hal ini
merupakan salah satu praktik peran Sumber Daya Alam pada diplomasi pertahanan
di sektor internal. Terkait implikasinya dengan potensi dan ancaman, hal ini
membuktikan bahwa keterkaitan antara sumber daya satu dengan sumber daya
yang lain yang mana keduanya, memiliki persepsi ancaman dan potensi yang dapat
dipertimbangkan prioritasnya dalam membantu penyelesaian masalah.

Disisi lain, pandangan berbeda muncul dari beberapa kalangan akademisi. Salah
satunya adalah pendapat dari Eddy Prasetyono dan Hasjim Djalal yang

11 Ibid, hlm. 11.

12 Estu Prabowo, Kebijakan dan Strategi Pertahanan Indonesia (Studi Kasus di


Laut Cina Selatan), Jurnal Ketahanan Nasional, No. XIX (3), Desember 2013, hlm.
123.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

menganggap bahwa sengketa Laut Cina Selatan adalah ancaman terhadap


kepentingan Indonesia karena aktor yang terlibat dalam sengketa tersebut adalah
aktor utama yang banyak melakukan intervensi pada kepentingan kawasan seperti
Cina dan Amerika Serikat yang diperkirakan berpotensi memberikan dampak yang
besar bagi Indonesia13. Dinamika yang sedemikian rupa membuat Indonesia pada
akhirnya merumuskan kebijakan luar negeri dan pertahanan yang
diimplementasikan pada kegiatan Workshops on Managing Potential Conflicts in the
South China Sea yang mempunyai tujuan untuk pencegahan konflik melalui promosi
kerjasama antar negara-negara pengklaim Laut Cina Selatan dalam rangka
menciptakan Confidence Building Measures (CBM). Indonesia telah berhasil
mendorong negara-negara tersebut untuk menyepakati Declaration of Conduct
(DOC) of Parties on the South China Sea pada 2002 yang mengatur regulasi
negara-negara pengklaim wilayah maritim di Laut Cina Selatan agar tidak terjadi
konflik. Sengketa ini pada akhirnya berkembang dan secara resmi menjadi agenda
tetap ASEAN dalam pertemuan rutin seperti KTT ASEAN, ASEAN Ministerial
Meeting, ASEAN Regional Forum, ASEAN China Summit, dan lain sebagainya 14.

Indonesia tentu juga telah melakukan usaha-usaha diplomasi dengan negara di


tingkat regional untuk menghindari terjadinya kejahatan dilaut seperti pada kasus-
kasus kejahatan di selat Malaka. Seperti pada pertemuan ASEAN Regional Forum
(ARF) 2003 di Kamboja yang menjadikan keamanan maritim sebagai agenda. Pada
pertemuan tersebut, ARF menekankan beberapa poin untuk keamanan maritim,
termasuk peningkatan kontak antar personel, information sharing, anti-piracy
exercises, dan regional training in anti-piracy dan membuat peraturan baru yang
mengizinkan anggota ASEAN untuk mengontrol perpindahan extremists lintas
perbatasan melalui peningkatan kapasitas. Pada saat yang bersamaan, ASEAN
Special Ministerial Meeting bidang terorisme mengadopsi program untuk
mengimplementasikan rencana ASEAN dalam aksi melawan kejahatan
transnasional pada 2002, yang secara lugas memasukkan aspek keamanan maritim.
Dengan dasar kepemilikan lahan atau kedaulatan wilayah Indonesia di Selat Malaka
13 Ibid, hlm. 124.

14 Ibid, hlm. 122.


UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

ini dapat menjadi sebuah power untuk merumuskan kebijakan Internasional baru
oleh Indonesia yang diadaptasikan melalui perundang-undangan dunia dengan fakta
yang ada di lapangan.

Pada tahun 2004, Malaysia, Singapore, dan Indonesia (Malsindo) membuat


perjanjian tiga negara untuk melakukan patroli koordinasi di selat Malaka yang
dilakukan oleh Tentara Nasional dari tiga negara tersebut dengan mengikutsertakan
17 kapal perang sebagai pasukan gabungan spesial untuk mengamankan jalur laut
yang berada di tiga negara tersebut. Dan pada tahun 2005, untuk meningkatkan
kapasitas jangkauan patroli, Indonesia mengkombinasikan kerjasama patroli laut
dengan koordinasi patroli udara yang disebut Eye in the Sky (EiS). EiS kombinasi
patroli keamanan udara melalui pasukan militer dan agen keamanan maritim. Dan
pada tahun 2006, dua program gabungan yakni EiS dan Malacca Straits Patrol
(MSP) berintegrasi dan berubah nama menjadi Malacca Straits Sea Patrols
(MSSP)15. Perjanjian trilateral ini adalah salah satu usaha diplomasi pertahanan
Indonesia dalam mengatasi kejahatan yang mengintervensi kedaulatan wilayah
Indonesia.

Kesimpulan

Sesuai dengan topik pada paper ini yang membahas kaitan antara Sumber Daya
Alam pada Diplomasi Pertahanan Indonesia, langkah-langkah dan tindakan yang
diambil oleh Indonesia merupakan sebuah langkah yang diputuskan secara efisien
dalam mengatasi konflik antar negara yang dalam hal ini adalah wilayah regional.
Pernyataan tersebut terimplikasi pada pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam
Indonesia satu yang digunakan untuk mengatasi ancaman pada Sumber Daya Alam
lain yang telah diperhitungkan frekuensi resiko dan keuntungannya. Menyesuaikan
dengan apa yang menjadi pola perkembangan diplomasi Internasional dimana telah
terjadi pergeseran paradigma dengan men-deliver-kan soft power daripada hard
power dalam penyelesaian konflik, dengan kekayaan Sumber Daya Alam yang

15 Muhibat, S. F. Indonesias Maritime Security: Ongoing Problems and Strategic


Implications. EU-ASIA DIALOGUE, 2014, 126.
UJIAN AKHIR SEMESTER
Defense Diplomacy
Dosen Kol.Inf.Dr.rer.pol. Rodon Pedrason, MA

dimiliki oleh Indonesia, potensi dan ancaman Sumber Daya Alam yang satu dan
yang lain tersebut dapat menjadi sebuah senjata atau power alternatif yang
berkonsep simbiosis mutualisme dalam melakukan aktifitas diplomasi.

Anda mungkin juga menyukai