Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GOUT ARTHRITIS

DI DESA KEPLAKSARI DILAYAH KERJA PUSKESMAS

PETERONGAN JOMBANG

Oleh :

FRIDA SRI ASTUTIK (100501073)

STIKES PEMKAB JOMBANG


Jln. Dr. Soetomo No.75-77 Telp.0321-870214
TAHUN 2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GOUT ARTHRITIS
Topik :
Sub topik :
Sasaran :
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu :

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang proses penyembuhan tulang dan
penanganannya, klien dan keluarganya dapat mengerti mengenai proses penyembuhan
tulang beserta penatalaksanaan yang perlu diberikan.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang proses penyembuhan tulang dan
penanganannya, diharapkan klien dan keluarganya mengerti:

III. MATERI
A. Pengertian fraktur.
B. Prinsip penanganan fraktur.
C. Proses penyembuhan fraktur.
D. Proses penyembuhan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

V. MEDIA
1. Leaflet proses penyembuhan tulang
2. Lembar Balik

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No FASE KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA WAKTU
1. Pra Interaksi Menyiapkan Satuan Acara 3 menit
Penyuluhan & bahan untuk
leaflet.
Menentukan kontrak waktu &
materi dengan klien atau
keluarganya satu hari sebelum
penyuluhan dilakukan
2. Kerja Membuka kegiatan dengan Menjawab salam 1 menit
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan 1 menit
1 menit
penyuluhan
Menyebutkan materi yang Memperhatikan
1 menit
akan diberikan.
Menggali pengetahuan klien Memperhatikan
1 menit
dan keluarganya Pengertian
fraktur.
Menjelaskan tentang Prinsip Memperhatikan 10 menit
penanganan fraktur
Memberi kesempatan kepada Bertanya dan 10 menit
klien keluarganya untuk menjawab pertanyaan
mengajukan pertanyaan yang diajukan.
kemudian di diskusikan
bersama & menjawab
pertanyaan.
Memberikan leaflet ibu Memperhatikan
menyusui.
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab 10 menit
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada klien dan keluarganya
yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi : Mengakhiri pertemuan & Mendengarkan 2 menit
mengucapkan terimakasih atas
partisipasi klien dan Menjawab salam
keluarganya.
Mengucapkan salam penutup
VII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
Kesiapan media : leaflet dan flipchart
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang PAV. ASOKA RSUD
KAB.JOMBANG
2. Evaluasi Proses
Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Suasana penyuluhan tertib
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarganya dapat :
A. Menjelaskan pengertian fraktur.
B. Menjelaskan prinsip penanganan fraktur.
C. Menjelaskan proses penyembuhan fraktur.
D. Menjelaskan proses penyembuhan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor

MATERI PENYULUHAN
1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya
jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

2. PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR


Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi
a. Reduksi : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan posisi anatomis normal.
Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik
normalnya.
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.4
Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya
tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera
sudah mengalami penyembuhan.
Metode reduksi :
i. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien
harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan
diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara
gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi
dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan
untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
ii. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
iii. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan
kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan.
Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat,
brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal
(nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).

c. Rehabilitasi
Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit.
Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan
imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status
neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,
partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara
bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas
semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

3. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR


Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:
A. Stadium Pembentukan Hematom :
Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang
robek
Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)
Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

B. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :


Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur
Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast
Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang
Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang
Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi

C. Stadium Pembentukan Kallus :


Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)
Kallus memberikan rigiditas pada fraktur
Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

D. Stadium Konsolidasi :
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu
Secara bertahap menjadi tulang mature
Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan
E. Stadium Remodeling :
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan
tulang.
4. PROSES PENYEMBUHAN TULANG DIPENGARUHI OLEH BERBAGAI FAKTOR
usia, lokasi dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan
pada fragmen fraktur, pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti
diabetes mellitus), derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi
fraktur.

Anda mungkin juga menyukai