Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang
tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk
mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum adalah
illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan
pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan
untuk aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang menggunakan cara-cara antara lain
dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan pemijatan
penguguran kandungan yang membahayakan.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan
karena banyak kasus abortus provokatus tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi
komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya hanya sedikit
memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
berobat. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini disebabkan oleh kegagalan gamet
(misalnya sperma dan disfungsi oosit).
Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum
kesehatan tahun 1992.Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi adalah samar-
samar, secara umum hukum tersebut mengizinkan aborsi bila perempuan yang
akan melakukan aborsi mempunyai surat dokter yang mengatakan bahwa
kehamilannya membahayakan kehidupannya, surat dari suami atau anggota
keluarga yang mengijinkan penguguran kandungannya, test laboratorium yang
menyatakan perempuan tersebut positif dan pernyataan yang menjamin bahwa setelah
melakukan aborsi perempuan tersebut akan menggunakan kontrasepsi.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1
I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit?

I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit?

I.3 TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit.

I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan abortus


inkomplit.

I.4 MANFAAT

I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya,


dan ilmu kebidanan dan kandungan pada khususnya

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang


mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan
kandungan

2
BAB II
STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

II.1 IDENTITAS PASIEN


Identitas pribadi :
Nama penderita : Ny. N Nama Suami : Tn.K
Umur penderita : 38 tahun Umur suami : 49 tahun
Alamat : tembelang jombang
Pekerjaan penderita : IRT Pekerjaan suami : Swasta (Pedagang)
Pendidikan penderita : SD (6 tahun) Pendidikan suami : SMP (tamat)

Anamnesa :
1. Masuk rumah sakit tanggal : 20 november 2016 jam 23.00 WIB
2. Pasien dikirim oleh : BPS
3. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS,
perdarahan berwarna merah segar dan mengalir banyak, serta keluar jaringan
berwarna putih.
4. Keluhan penyerta : Sakit pada perut bagian bawah dan terasa kenceng-
kenceng seperti mau melahirkan. Pasien juga sempat pingsan saat terjadi
perdarahan.
5. Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, HPHT 30-09-2016
6. Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 x, lamanya 8 tahun, umur pertama
menikah 30 tahun.

3
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Partus 1 spontan di bidan tahun 2009,
tidak ada penyulit, Partus 2 spontan dibidan tahun 2014, tidak ada penyulit.
8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : Suntik 1 bulanan selama 2 bulan
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -
10. Riwayat penyakit keluarga : -
11. Riwayat Kehamilan: Hamil awal pasien mual muntah selama 1 minggu,
ANC 1x di bidan
12. Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, Riwayat coitus
semalam sebelum MRS (22.00)

13. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pasien mengkonsumsi obat


penambah darah dan antimual dari bidan
Pemeriksaan fisik
A. Status present
Keadaan umum : kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 90/60 Nadi : 68 x/menit
Suhu: 36C Jumlah pernapasan : 20x/menit
B. Pemeriksaan umum
Kulit : normal
Kepala :
Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)
Wajah : simetris
Mulut : kebersihan gigi geligi kurang stomatitis (-)
hiperemi faring (-) pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru
Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (-), ASI (-)
pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan
normal
retraksi costa -/-
Palpasi :teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar
axila -/-
Perkusi : sonor +/+ hipersonor -/- pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+ suara nafas menurun -/-
wheezing -/- ronki -/-
Jantung :

4
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : thrill -/-
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung S1 S2
Abdomen :
Inspeksi : flat -/-, distensi -/-, gambaran pembuluh darah
kolateral -/-
Palpasi : pembesaran organ -/- nyeri tekan -/-
teraba massa abnormal -/-
Perkusi : timpani
Auskultasi : suara bising usus +/+ metallic sound -/-
Ekstremitas : odem -/-
C. Status obstetri

Pemeriksaan luar
Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Bunyi jantung janin :-
Ukuran panggul luar (jika diperlukan) : -
Pemeriksaan Dalam
Pengeluaran pervaginam :-
Vulva / vagina : Blood (+)
Pembukaan : 2 cm teraba jaringan
Penipisan portio :-
Ketuban :-
Bagian terdahulu :-
Bagian tersamping terdahulu : -
Bagian terendah :-
Hodge :-
Molase :-
Ukuran panggul dalam (kalau diperlukan) : -

5
Ringkasan :
Anamnesa : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS, perdarahan berwarna
merah segar dan mengalir banyak. Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian
bawah dan terasa kenceng-kenceng seperti mau melahirkan. Pasien juga sempat
pingsan saat terjadi perdarahan.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah :
90/60, nadi : 68x/menit, suhu: 36C, jumlah pernapasan : 20x/menit
Pemeriksaan obstetric luar :
Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : Blood, Pembukaan: 2 cm teraba
jaringan

Diagnose : GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus Inkomplit


Rencana tindakan :
1. Infus RL
2. Antibiotik
3. Kuretase

6
Lembar Follow Up

Nama pasien : Ny. N


Ruang kelas : vk
Dignose : GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus
Inkomplit

Tanggal/jam Catatan Observasi Paraf/Nama terang


20 Juni 2011 jam 23.00 S : keluhan nyeri pada perut bagian
bawah dan perdarahan masih
terasa mengalir
O : T : 90/60, N :68x/menit, S :
36C, RR: 20 x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P : Infus RL
Injeksi ceftazidine 2x1
Injeksi kalnex 2 amp
Pro: Kuretase

S : Nyeri sudah berkurang,


21 Juni 2011 jam 07.00 perdarahan juga sudah berkurang
(tidak mengalir)
O : T : 100/60, N : 78x/menit, S :
36C, RR: 20x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P:
Injeksi ceftazidine 2x1
Dilakukan kuretase dengan
dokter SPOG

S : Nyeri sudah tidak ada,

7
21 Juni 2011 jam 14.00 perdarahan juga sudah tidak ada
(hanya flek-flek sedikit)
O : Observasi post kuret
T : 120/70, N : 80x/menit, S :
36C, RR: 20 x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P:
Infus di aff
p/o Amoxiclav 3x1
B.Comp 3x1
Pasie dipulangkan
Kontrol ke poli kandungan
1 minggu lagi

BAB III

8
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari aborsi bervariasi tergantung dari variabel yang digunakan untuk
menentukan status aborsi dari suatu kehamilan.
Menurut penelitian yang dilakukan Aan Guttmacher Institute, angka kejadian
aborsi di Amerika Serikat adalah 1.287.000 kasus pada tahun 2003 dengan
rasio 20.8 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian menunjukkan angka kejadian aborsi sebesar
2.000.000 kasus pada tahun 2000 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada wanita usia
produktif (15-49 tahun). Penelitian ini dilakukan pada fasilitas kesehatan dari 6 wilayah.
Dari penelitian yang telah dilakukan, terbukti sebagian besar perempuan yang
melakukan aborsi memiliki profil khusus yaitu mereka cenderung sudah menikah
dan hampir dua pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa hanya38% dari perempuan
pernah kawin yang pernah duduk di bangku Sekolah Menengah. Selanjutnya
ditemukan bahwa hampir setiap klien yang melakukan aborsi berusia lebih
dari 20 tahun (58% berusia lebih dari 30 tahun). Dan hampir separuh dari perempuan-
perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit dua anak. Hampir sebagian
besar dari mereka yang melakukan praktek aborsi mengaku karena sudah
tidak ingin memiliki anak lagi.

C. ETIOLOGI
Aborsi memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi menunjukkan 60%
disebabkan oleh kelainan kromosom.
Berikut adalah penyebab yang umum didapatkandalam kasus aborsi:
1. Faktor janin:

9
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan
oleh kesalahan gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan
berkaitan dengan kelainan kromosom pada aborsi pada trimester
pertama. Sedangkan monosomy X adalah kelainan kromosom tunggal
spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di
kemudian hari dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka
kejadian dari aborsi euploidi berkurang dramatis setelah umur ibu
lebih dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson
dan teman-teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat
infeksi. Studi lain yang dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002)
menunjukkan hubungan antara aborsi pada trimester kedua dengan
bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari
hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun
peningkatan autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan
peningkatan angka kejadian dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka
kejadian aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari
aborsi euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan
frekuensi dan dosis dari merokok itu sendiri.
e. Alkohol

10
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat
dengan peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi
kafein lebih dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada
trimester kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan
penggembungan dari membran ke vagina sehingga terjadi expulsi dari
janin prematur.

D. KLASIFIKASI
Secara umum aborsi dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang tidak disertai
dengandilatasi servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang
disertai dengandilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteru
d. Abortus komplit
Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih secara
berurutan
g. Abortus Septik

11
Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus

2. Abortus yang diinduksi:


Aborsi yang dicetuskan karena pertimbangan medis atau secara elektif.

E. PATOFISIOLOGI
Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena
kelainan kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir dengan kelainan
kromosom tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami proses
terjadinya abortus secara umum. Dalam sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat
plasentasi yang tidak adekuat sehingga menyebabkan kegagalan dari sel-sel trofoblast
untuk masuk dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast tersebut
mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang prematur.
Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan terjadinya ekspulsi dari
kantung kehamilan. Selain hal tersebut, kegagalan sel-sel trofoblast di atas
mengakibatkan peningkatan tekanan oksigen di ruang intervili sehingga terjadi
peningkatan stres dan berkurangnya fungsi dari plasenta.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang

G. DIAGNOSA
a. Abortus iminens:
Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan

12
Biasa berupa bercak-bercak
Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup,
tidak ditemukan jaringan

b. Abortus insipiens:
Anamnesis:
o Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
o Biasa berupa darah segar yang mengalir
o Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, tidak
ditemukan jaringan

c. Abortus inkomplit:
Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio
terbuka, bisa ditemukan jaringan di jalan lahir

d. Abortus komplit:
Anamnesis:

13
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Darah biasa berupa bercak-bercak
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup,
tidak ditemukan jaringan

e. Abortus tertunda:
Anamnesis:
o Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia kehamilannya
o Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak
ditemukan jaringan

f. Abortus septik:
Anamnesis:
Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
Riwayat sedang menggunakan IUD
Riwayat percobaan aborsi sendiri
Pemeriksaan Fisik:
Demam > 38 C
Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang:
o Serum hCG

14
Serum - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
Serum - hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen merefleksikan
90%kehamilan intrauterine
o USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7 minggu

I. PENATALAKSANAAN
Secara umum tatalaksana aborsi dibagi 2, yaitu:
a. Terapi medikasi
Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan penggunaan
misoprostol atau mungkin hanya misoprostol saja. Terapi medikasi ini
digunakan pada aborsi dengan masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14
minggu. Terapi bedah cenderung digunakan pada masa gestasi 9-14 minggu.
Regimen lain seperti methotrexate disusul dengan misroprostol juga sering
digunakan. Indikasi penggunaan terapi medikasi:
Pilihan pasien
Masa gestasi yang kecil
Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular
Fibroma uterus
Malformasi uterus
Riwayat bedah sevik sebelumnyaKontraindikasi terapi medikasi;
Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya
Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang
Gagal ginjal kronik
Kelainan pembekuan darah
IUD yang masih terpasang
Infeksi daerah panggul yang berat

Rekomendasi WHO dan IPPF:

15
o Mifeprostone 200mg oral diikuti misprostol 800g 36-48 jam setelahnya
(oral, sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu dosis atau dibagi
menjadi dua dosis 400g yang diberikan selang 2 jam
Rekomendasi FDA Amerika Serikat:
o Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali minum
o Hari kedua: Rh-imunoglobin 50g tidak lebih dari 48 jam sesudah
terjadinya tanda-tanda aborsi pada pasien dengan Rh -
o Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan dikonfirmasi
dengan USG, berikanmisoprostol 400g
o Hari keempat belas: cek kembali keadaan aborsi pasien dengan USG atau
serum -hCG. Serum - hCG seharusnya berada di bawah 1.000IU/L
setelah 2 minggu pemberian mifepristone. Bila proses aborsi belum selesai,
dilanjutkan dengan aspirasi vakum.
b. Terapi bedah
Indikasi terapi bedah:
Pilihan pasien
Sterilisasi
Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi
Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi

Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:


1. Aspirasi Vakum
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi
terapi pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa
digunakan hingga masa gestasi 12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi
teknik ini lebih rendah dibandingkan teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik
yang dibutuhkan lebih kecil, harga yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi
umum.
2. Dilatasi dan Kuretase
Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik
aspirasi vakum sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi

16
dan terapi medikasi tidak bisa diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga
masa gestasi 12 mingguan 99% efektif.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada aborsi dibagi dua antara lain:
a. Komplikasi akut
Komplikasi ini terjadi selama prosedur atau 3 jam sesudah proses abortus selesai:
Perdarahan
Luka serviks
Perforasi uterus
Hematometra
b. Komplikasi lanjut:
o Infeksi
o Jaringan sisa
o Sensitisasi Rh

K. PROGNOSIS
Resiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak
terjadi pada wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi, kesehatan
secara umum lebih baik pada pasien aboertus dibandingkan kelahiran cukup
bulan. Resiko kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran berkisar 7
- 8 per 100.000 kelahiran sedangkan bila dikaitkan dengan abortus, berkisar kurang dari
1 per 100.000 kelahiran. Beberapa studi tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan antara aborsi dengan penurunan kesuburan atau resiko terjadinya
kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan pemakaian
mifepristone dan misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemakaian
obat tersebut dengan peningkatan resiko kehamilan prematur

17
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang
ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan
memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan
genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu (untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah
abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan
masyarakat.

IV.2 SARAN
Mahasiswa diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang
bahaya abortus

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Guttmatcher Institute. Aborsi di Indonesia. Guttmatcher Institue. 2008


2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2009
3. Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md Gilstrap, John C.,
MdHauth, Katharine D., Md Wenstrom, John C.Hauth, J. Whitridge Obstetrics
Williams(Editor), StevenL. Clark, Katharine D. Wenstrom.Williams Obstetrics 23rd
Ed: McGraw-Hill Professional
4. McBride, Dorothy E. Abortion in United State. ABC-CLIO.2008
5. Evans, Arthur T.Manual of Obstetric 7th ed .Lippincot Williams and Willkins. 2007
6. Morgan, Mark. Siddighi, Sam.Obstetrics and Gynecology Volume 1.LippincotWilliams
and Willkins. 2004
7. R. James. Scoot, Md. S. Ronald et al.Danforths Obstetric and Gynecology
9thEdition.Lippincott Williams & Wilkins. 2003
8. Keeling, Jean W. Khong T Yee.Fetal and Neonatal Pathology. Springer. 2007
9. World Health Organization. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for
HealthSystems. World Health Organization. 2003
10. Hatcher, Robert A. Trussell, James.Nelson, Anita L. Contraceptice Technology.Ardent
Media. 2008

19
MAKALAH ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

OLEH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HUSADA

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK


JOMBANG
2016

20
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan hadirat TUHAN yang maha Esa karena


atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Administrasi dan manajemen pendidikan Kepemimpinan pendidikan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Askeb lanjutan ini


penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Soelidjah Hadi, M. Kes. MM selaku Ketua STIKES dan
Ketua Yayasan
2. Ibu Semy Naim, SST.MKes selaku Kaprodi D IV Kebidanan
3. Ibu Ambarwati
4. Ibu Erieska Safitri Hendarti, SST. Mkes selaku wali Dosen
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun asuhan kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah Administrasi dan manajemen pendidikan
ini jauh dari sempurna oleh karena itu perlu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.

Jombang,...Oktober 2016

Penyus
un

21
22

Anda mungkin juga menyukai