Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat
bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok
yang terdiri dari atasan dan bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk sistem
pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor
atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan
pada tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem
pengendalian manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.

Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan


pengendalian manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain sistem pengendalian manajemen
untuk membantu mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan
memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah
organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling
berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang
diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk
membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-
unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling
pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi komunikasi?
2. Apa unsur-unsur dalam Komunikasi?
2. Bagaimana tahap-tahap berkomunikasi?
3. Apa definisi Organisasi?
4. Bagaimana proses komunikasi dalam organisasi?
5. Bagaimana gaya komunikasi dalam organisasi?
6. Bagaimana peranan dan fungsi komunikasi dalam organisasi?
7. Apa saja hambatan komunikasi dalam organisasi dan cara mnegatasinya?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi
1.1. Komunikasi secara Umum
Secara harfiah istilah komunikasi menurut Effendy berasal dari bahasa Latin
communication yang bersumber dari kata communis, yang berarti sama makna dan sama
rasa mengenai suatu hal. Sedangkan menurut Tasmara mengatakan asal kata komunikasi
communicare communicare yang di dalam bahasa Latin mempunyai artiberpartisipasi atau
berasal dari kata commones yang berarti sama = commmon.

1.2. Komunikasi menurut para ahli


Newstrom mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Ambarita, dkk (2014:230) bahwa
defenisi komunikasi itu adalah communication is the transfer of information and understanding
from one person to another person. Sedangkan Lussier menyatakan bahwa communication is
the process of transmitting information and meaning.
Himstreet & Baty mengemukakan komunikasi adalah suatu proses penukaran informasi
antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal,
maupun perilaku atau tindakan.
The Odorson & The Dorson berpendapat komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-
ide sebgai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
Sedangkan pendapat Charles H. Cooley adalah : komunikasi berarti suatu mekanisme
hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya
melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.

komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempuyai relevansi terluas di dalam
memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat. Kelangsungan hidup organisasi
berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan meleksanakan
komunikasi.[1]
Sebagaimana dikutip oleh Ido Priono Hadi menurut Evert M. Rogers dan Rekha
Agarwala Rogers dalam bukunya Communications in Organization mengemukakan definisi
komunikasi adalah "a stable system of individuals who work togather to achieve, through a
hierarchy of ranks and division of labour, common goals"
[Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas[2]
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut
lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan tetapi juga ekspresi wajah,
intonasi, titik putus vokal, dan sebagainya. Aktivitas komunikasi ada dimana-mana dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam berhubungan dengan orang lain agar dapat mencapai
tujuan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Secara umum paling tidak ada tiga elemen pokok yang saling berkaitan setiap terjadinya
suatu komunikasi, yaitu :
1. Sender (sumber berita),
2. Message (pesan)
3. Receiver (penerimaan berita).
Dari elemen di atas maka dapat dipahami bahwa sender harus mampu menyampaikan
informasi/pesan (message) dengan baik kepada receiver dan receiverjuga harus memahami isi
informasi yang di terimanya. Sebaliknya, apabila receivertidak memahami informasi yang
diberikan oleh kominikator dengan baik berarti tidak terjadi komunikasi yang effektif yang pada
akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik yang mengakibatkan tujuan organisasi tidak akan
tercapai.
Sementara itu menurut Lista Kuspriatni ada lima elemen komunikasi dalam sebuah
organisasi, yaitu :
1. Komunikator
Dalam suatu kerangka organisasi, komunikator adalah karyawan dengan ide,maksud, informasi
dan suatu tujuan untuk berkomunikasi.
2. Pesan
Tujuan komunikator diekspresikan dalam bentuk pesan baik verbal atau non verbal.
3. Media
Media adalah pembawa pesan, alat dimana pesan dikirim. Dalam organisasi memberikan
informasi pada anggota dalam berbagai cara, termaksud komunikasi tatap muka, pembicara
melalui telepon, pertemuan kelompok, pesan melalui fax dan lain-lain.
4. Penerimaan Kode
Agar proses komunikasi sempurna, pesan dapat dikodekan, sehingga relevan dengan
penerimaan.
5. Umpan Balik
Proses komunikasi satu arah tidak membuka umpan balik penerima terhadap komunikator,
meningkatkann potensi distori antara pesan yang dimaksud dan pesan yang diterima.
3. Tahap-Tahap Berkomunikasi
1. Tahap Ideasi,
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan
oleh komunikator.
2. Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi disusun dalam serangkain bentuk simbol
atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan
media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan
maupun tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3. Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting) adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah disimbolkan
atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi.
Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar,
dan bertindak. Saluran yang dilalui pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media
komunikasinya dapat berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung) atau tertulis (papan
pengumuman, poster dan buku pedoman), mengalir kebawah (memo dan instruksi
tertulis), keatas (kotak saran, grievance prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke
samping (panitia, pertemuan antar departemen), formal (diskripsi jabatan dan prosedur kerja,
konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria perusahaan), dan aliran satu arah
(laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua arah (konferensi, wawancara pemutusan
hubungan kerja).

4. Tahap Penerimaan.
Setelah pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan.
Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati tergantung
pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Jika informasi atau pesan
berbentuk komunikasi lisan, maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi
mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tersebut.
5. Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan, dibaca,
diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui suatu proses berpikir.
Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi
sebagai mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau
bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang diencoding oleh komunikator dikarenakan
adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan
persepsi komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6. Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang
diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap ini, respon
komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta informasi tambahan, atau
melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan yang dikirimkan komunikator menghasilkan
respon tindakan seperti apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi
yang efektif.

4. Pengertian Organisasi
4.1. Organisasi secara umum
Secara harfiah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang berarti padauan dari
bagian-bagian yang satu sama yang lainnya saling bergantung.[3] Ada juga pendapat lain bahwa
organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.
4.2. Organisasi menurut para ahli
a. Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di
bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
b. James D. Mooney
Organisasi adalah bentuj setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c. Chester I. Bernard
Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih.
d. Stephen P. Robbins
Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relative dapat diindentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

5. Proses Komunikasi dalam Organisasi


Komunikasi sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi yang mampu mengembangkan
sikap anggota untuk merubah pola pikir dan pola perilakunya sehingga sejalan dengan apa yang
menjadi tujuan dari organisasi tersebut. Semua kegiatan organisasi diawali dengan lalu lintas
komunikasi, seperti proses penetapan visi dan misi, tujuan, pemberian tugas sampai pelaporan
dilakukan melalui komunikasi. Maka oleh karena itu komunikasi adalah sebuah tindakan untuk
berbagi informasi, gagasan maupun pendapat dari setiap anggota organisasi guna mencapai
kesamaan makna.
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian
informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu. Apabila
semua bawahan dan atasan dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang
beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian
komunikasi yang berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus
berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan
mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil
apapun pasti akan berakibat fatal
Untuk lebih memudahkan memahami posisi komunikasi dalam organisasi mari kita
perhatikan gambar di bawah ini.

Administrasi
Manajemen
Kepemimpinan
Pengambilan keputusan
Komunikasi

Gambar 1 : gambaran komunikasi dalam organisasi


Sebuah organisasi terdiri dari beberapa orang atau bagian yang berbeda beda tapi saling
berhubungan satu sama lain. Maka untuk menghubungkan sejumlah orang maupun bagian-
bagian dalam sebuah organisasi diperlukan komunikasi. Untuk lebih lanjut mari kita lihat gambar
di bawah ini.
Gambar 2 : Komunikasi menghubungkan antar unit-unit komunikasi dalam sebuah
organisasi

Adapun proses komunikasi dalam organisasi dapat dilihat dari arahnya Kuspriatni (2009)
membedakannya menjadi empat arah berbeda :
1. Komunikasi dari atas ke bawah : komunikasi yang mengalir dari individu dengan tingkat hirarki
yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah
2. Komunikasi dari bawah ke atas : komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi dalam suatu organisasi.
3. Komunikasi horizontal : komunikasi yang mengalir antar fungsi dalam suatu organisasi
4. Komunikasi diagonal : komunikasi yang memotong antar fungsi dan tingkat dalam suatu
organisasi.
Sementara menurut Ambarita dkk. (2014 : 242) proses komunikasi dalam organisasi terbagi
kepada dua macam, yaitu :
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal ialah pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan
dalam suatu perusahaan atau lembaga dalam struktur lengkap yang disertai pertukaran gagasan
secara horizontal dan vertikal.
Selanjutnya ada empat dimensi komunikasi dalam organisasi, yaitu :
1. Downward communication, yaitu komunikasi dari atasan ke bawahan, fungsinya adalah : (a)
pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction), (b) penjelasan dari atasan tentang
mengapa suatu tugas itu perlu untuk dilaksanakan (job rationale, (c) penyampaian informasi
tentang peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices), dan (d) pemberian
motivasi kepada bawahan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi dari bawahan ke atasan, fungsinya adalah : (a)
penyampaian tugas yang telah dilaksanakan, (b) penyampaian informasi tentang persoalan-
persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak bisa diselesaikan oleh bawahan, (c) penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan, dan (d) penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya
sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya
segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari
bawah. Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit : (a)Kecenderungan bagi
pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka, (b) Perasaan bahwa atasan mereka tidak
tertarik kepada masalah yang dialami pegawai, (c) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke
atas yang dilakukan pegawai, (d) Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap
pada apa yang disampaikan pegawai.

3. Horizontal communication, yaitu komunikasi antar sesama rekan yang setara, fungsinya adalah:
(a) memperbaiki koordinasi tugas, (b) upaya pemecahan masalah, (c) saling berbagi informasi,
(d) upaya pemecahan konflik, dan (e) membina hubungan melalui kegiatan sesama.
4. Interline communication, yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas
fungsional
b. Komunikasi Eksternal
Adalah komunikasi pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisas. Contoh,
komunikasi dari organisasi kepada khalayak yang bersifat informatif seperti : Majalah, media
release, artikel surat kabar, pidato, brosur, poster, konfrensi pers, dan lain-lain.

Jika ditinjau dari sudut bentuknya, maka proses komunikasi dalam organisasi dibagi
menjadi :
a. Komunikasi Langsung, yaitu Komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan alat. Komunikasi
berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat.
b. Komunikasi Tidak Langsung yaitu komunikasi yang biasanya menggunakan alat dan
mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi
hambatan geografis waktu. Contoh : Radio, televisi.

Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasai, manajer atau administrator harus


memilih salah satu dari berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pada saat komunikasi dilancarkan.

6. Gaya Komunikasi dalam Organisasi


1. The Controlling Style
Controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-
orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communications.
2. The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan
setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis
yang bersifat dua arah (two-way communication).
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka
bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka
penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim
pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi
dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi
oleh orang-orang tersebut.

7. Peran dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


Henry Mintzberg seorang profesor manajemen pada McGill University di Montrean-
Kanada, sebagaimana dikutip oleh Khomsahrial (2011:3) dalam bukunya yang
berjudul Komunikasi Organisasi menyebutkan wewenang formal seorang manajer menyebabkan
timbulnya tiga peranan : peranan antarpersona, peranan informasi dan peranan memutuskan
Adapun menurut Sendjaja fungsi organisasi itu adalah sbb :
1. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya,
seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif,
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan
yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
Sedangkan menurut Scott dan T.R. Mitchell fungsi komunikasi dalam organisasi itu
adalah sebagai berikut :
1. Kendali, control, pengawasan.
2. Motivasi.
3. Pengungkapan emosional.
4. Informasi.
Sedangkan menurut Thayer, fungsi komunikasi dalam organisasi adalah :
1. Memberi informasi.
2. Membujuk.
3. Memerintah.
4. Memberi instruksi.
5. Mengintegrasikan organisasi.

8. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi


1. Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak
jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
f. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
2. Hambatan Fisik seperti cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan
kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3. Hambatan Semanti, yaitu faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata
yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas
atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan
bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
4. Hambatan Psikologis, seperti perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim
dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim
maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi, seperti faktor emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.

9. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi


1. Gunakan umpan-balik, beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau
gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2. Kenali si penerima berita
a. Bagaimana latar belakang pendidikannya,
b. Bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
c. Sejauh mana minat dan perasaan.
3. Rencanakan secara teliti
4. Pertimbangkan baik-baik, misalnya : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut lebih dari sekedar kata-kata yang
digunakan dalam percakapan tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal, dan
sebagainya
2. unsur-unsur komunikasi : 1) Sender (sumber berita), 2) Message (pesan), 3) Receiver
(penerimaan berita).
3. Tahap-Tahap Berkomunikasi
1. Tahap Ideasi,
2. Tahap Ecoding
3. Tahap Pengiriman
4. Tahap Penerimaan.
5. Tahap Encoding
6. Tahap Tindakan

4. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah yang memiliki tujuan bersama.
5. Proses Komunikasi dalam Organisasi
dapat dilihat dari arahnya :
1. Komunikasi dari atas ke bawah :
2. Komunikasi dari bawah ke atas
3. Komunikasi horizontal :
4. Komunikasi diagonal
Menurut Ambarita dkk. (2014 : 242) proses komunikasi dalam organisasi terbagi kepada dua
macam, yaitu :
1. Komunikasi Internal
2. Komunikasi Eksternal
Jika ditinjau dari sudut bentuknya, maka proses komunikasi dalam organisasi dibagi menjadi :
1. Komunikasi Langsung,
2. Komunikasi Tidak Langsung

6. Peran dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


tiga peranan : peranan antarpersona, peranan informasi dan peranan memutuskan
Adapun menurut Sendjaja fungsi organisasi itu adalah sbb :
1. Fungsi Informatif
2. Fungsi Regulatif
3. Fungsi Persuasif,
4. Fungsi Integratif

7. Gaya Komunikasi dalam Organisasi


1. The Controlling Style yaitu dikenal dengan komunikator satu arah
2. The equalitarian style, yaitu komunikasi yang dilakukan secara terbuka.
3. The Structuring Style, gaya komunikasi yang berstruktur
4. The Dynamic style, gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, 5. The
Relinguishing Style, gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,.
5. The Withdrawal Style, akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi,

8. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi


1. Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan,
b. Hambatan dalam penyandian/simbol
c. Hambatan media,
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
2. Hambatan dari penerima pesan,
3. Hambatan dalam memberikan balikan.
4. Hambatan Fisik
5. Hambatan Semantik,
6. Hambatan Psikologis, seperti perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim
dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim
maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
7. Hambatan Manusiawi,
9. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1. Gunakan umpan-balik
2. Kenali si penerima berita
a. Bagaimana latar belakang pendidikannya,
b. Bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
c. Sejauh mana minat dan perasaan.
3. Rencanakan secara teliti
4. Pertimbangkan baik-baik, misalnya : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner dkk., Perilaku Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2014).
Romli, Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap. (Jakarta: Grasindo, 2011)
Ido Priyono
Hadi,https://www.academia.edu/7158520/Komunikasi_dalam_Sebuah_Organisasi diakses
26/8/2015 12:00.
lista.staff.gunadarma.ac.id/.../Proses+Organisasi.pdf diakses 26/08/2015 12:00
http://alvitaprima.blogspot.com/2013/05/makalah-komunikasi-dalam-organisasi_23.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi
http://radenmasyonatanpandukristanto.blogspot.com/2013/05/peran-komunikasi-dalam-
organisasi.html

[1] lista.staff.gunadarma.ac.id/.../Proses+Organisasi.pdf diakses


26/08/2015 12:00
[2] Ido Priyono
Hadi, https://www.academia.edu/7158520/Komunikasi_dalam_Sebuah_Organisasi diakses
26/8/2015 12:00.
[3] Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo, 2011. Hal.1
Diposkan oleh Muzanni Lub

Anda mungkin juga menyukai