Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNITAS

SINDROM HELLP

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Cipta Agustiani (30.01.14.0010)
Eli Kurniasari (30.01.14.0016)
Ita Purnama Sari (30.01.14.0026)
Mega Ayuning Lestari (30.01.14.0030)
Putri Novita Sari (30.01.14.0038)
Sry Istiyani (30.01.14.0046)

Dosen Pembimbing:

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatnya kelompok dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
kegawardaruratan maternitas yang mengalami gangguan SINDROM HELLP.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan
maternitas. Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan dari
berbagai pihak, penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Sehingga dalam kesempatan ini perkenankan kelompok mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Dosen mata kuliah kegawardaruratan maternitas yaitu
2. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i tentang
kegawardaruratan maternitas yang mengalami gangguan SINDROM HELLP.
Adapun makalah ini harus digunakan sebaik-baiknya oleh mahasiswa/i. Oleh
karena itu, kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Akhir kata menulis mohon maaf jika kesalahan dalam bentuk apapun
berkaitan dengan makalah ini.

Palembang, 16 Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1. Tujuan Umum .................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................... 2
D. Statistika ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medik ......................................................................................... 4
1. Pengertian .......................................................................................... 4
2. Etiologi...............................................................................................
3. Faktor Resiko......................................................................................
4. Manifestasi Klinis ............................................................................. 6
5. Klasifikasi...........................................................................................
6. Komplikasi ......................................................................................... 7
7. Pemeriksaan diagnostik......................................................................
8. Penatalaksanaan.................................................................................. 8

BAB III KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian.......................................................................................... 20
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 21
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 22
D. Implementasi Keperawatan ............................................................... 25
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN JURNAL
A. Analisa Jurnal..................................................................................... 31
1. PICO.............................................................................................. 31

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 32
B. Saran .................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom Hemolysis Elevated Liver enzymes Low Platelets (HELLP)
merupakan suatu komplikasi obstetri yang dapat membahayakan nyawa.
Sindrom HELLP biasanya dihubungkan dengan kondisi pre eklampsia. Angka
kejadian dilaporkan sebesar 0,2-0,6% dari seluruh kehamilan, dan 10-20%
terjadi pada pasien dengan komorbid preeklampsia.
Manifestasi klinis pasien dengan sindrom HELLP sangat bervariasi. Secara
umum terjadi pada kehamilan multipara, wanita kulit putih, dengan usia
kehamilan minimal 35 minggu.Sebanyak 20% kasus tidak disertai hipertensi,
30% disertai hipertensi sedang, dan 50% kasus disertai hipertensi berat.Gejala
lainnya adalah nyeri kepala (30%), pandangan kabur, malaise (90%),
mual/muntah (30%), nyeri di sekitar perut atas (65%), dan parestesia.
Kadang-kadang bisa juga disertai edema.
Kejadian sindrom hellp pada saat kehamilan (70%) paling sering terjadi
pada umur kehamilan 27-35 minggu (70%) dan (30%) terjadi pasca
persalinan. Timbulnya sindrom hellp pada kehamilan memiliki resiko yang
tinggi pada maternal dan perinatal. Dilaporkan kematian maternal sebesar
24% dan kematian perinatal berkisar 30-40 %. Sindrom hellp secara
signipikan terbanyak pada wanita kulit putih dan keturunan eropa. Sindrom
hellp telah tebukti pada kelompok usia ibu yang lebih tua, dengan usia rata-
rata 25 tahun dan sebaliknya pre-eklamsi paling sering terjadi pada pasien
yang lebih muda usia rata-rata 19 tahun.
Kriteria sindrom HELLP adalah Hemolytic Anemia, Elevated Liver
enzymes, Low Platelet count. Komplikasi yang dapat menyertai adalah
terlepasnya plasenta (abruption), edema paru-paru, acute respiratory distress
syndrome (ARDS), hematom pada hati dan pecah, gagal ginjal akut,
disseminated intravascular coagulation (DIC), eklampsia, perdarahan
intraserebral, dan kematian maternal.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep medik dan konsep keperawatan dari


kegawatdaruratan maternitas pada SINDROM HELLP.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam makalah ini, mahasiwa mampu :

a. Mengetahui dan memahami definisi dari Sindrom Hellp


b. Mengetahui dan memahami etiologi dari Sindrom Hellp
c. Mengetahui dan memahami Manifestasi Klinis dari Sindrom Hellp
d. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Sindrom Hellp
e. Mengetahui dan memahami komplikasi dari Sindrom Hellp
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari Sindrom
Hellp
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Sindrom Hellp
h. Mengetahui dan memahami pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi dari asuhan keperawatan Sindrom Hellp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
H emolysis, EL eleveted liver enzymes, LP low platelets. Sindrom hellp
adalah komplikasi yang tidak lazim tetapi berat pada preeklamsia, meskipun
terkadang sindrom hellp terlihat ketika hipertensi tidak terjadi. Sindrom ini
merupakan manifestasi dari gangguan fungsi hati. Sindrom hellp dapat terjadi
selama kala akhir kehamilan,selama atau sampai dengan 48 jam setelah
pelahiran. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium terkait pola koagulasi darah (Janet, 2011: 386).
Sindrom hellp (haemolysis elevated liver enzym low platelet) merupakan
komplikasi berat preeklamsia. Derajat beratnya sindrom hellp tidak
tergantung pada beratnya hipertensi, juga di laporkan pada ibu dengan
tekanan darah normal (Vicky, 2006: 172).

B. Etiologi
Etiologi dan patogenesis dari sindrom HELLP ini selalu dihubungkan
dengan preeklampsia. Walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia
sampai saat ini juga belum dapat diketahui dengan pasti.
Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang
ditemukan pada penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler,
vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor
pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang
menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit da
selanjutnya terjadi kerusakan endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai
anemi hemolitik mikroangiopati merupakan tanda khas.
Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang
endotelnya rusak dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus merah darah tepi
ditemukan spherocytes, schistocytes, triangular cells dan burn cells.
Peningkatan kadar enzim dihati diperkirakan sekunder akibat obstruksi
aliran darah hati oleh deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan
nekrosis periportal dan pada kasus yang berat dan dapat terjadi perdarahan
intrahepatik, hematom subkapsular atau ruptur hati. Nekrosis periportal dan
perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang paling sering
ditemukan. Trombositpeni ditandai dengan peningkatan pemakaian dan atau
destruksi trombosit.

C. Faktor Resiko
Faktor risiko sindrom HELLP berbeda dengan preeklamsi. Pasien
sindrom HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun)
dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom HELLP (rata-rata
umur 19 tahun). Insiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi kulit
putih dan multipara.
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11%
pasien muncul pada umur kehamilan <27 minggu, pada masa antepartum
sekitar 69% pasien dan pada masa postpartum sekitar 31%. Pada masa post
partum, saat terjadinya khas, dalam waktu 48 jam pertama post partum.
Sindrom HELLP Pre-eklampsi
Multipara Nullipara
Usia ibu >25 tahun Usia ibu <20 tahun atau >40 tahun
Ras kulit putih Riwayat keluarga pre-eklampsi
Riwayat obstetri jelek ANC yang minimal
Diabetes Melitus
Hipertensi Kronik
Kehamilan Multipel
Tabel. faktor Resiko Sindroma HELLP
D. Manifestasi Klinis
1. Sindrom hellp biasanya terdiagnosis ketika hasil uji darah preeklamsia
diterima
2. Nyeri epigastrik (berat, tidak reda dengan pemberian nyeri tekan pada
hati)
3. Mual muntah, sakit kepala
4. Hematuria, ikterus
5. Ibu mengalami perdarahan berat (misal melalui kanula) dan darah lambat
tidak bisa membeku
6. Malaise
7. Keletihan
8. Sakit kepala
9. Perdarahan gastrointestinal
10. Hipertensi
11. Proteinuria
12. Penurunan haluaran urine

E. Klasifikasi
Klasifikasi Sindroma HELLP berdasarkan klasifikasi Missisippi,terdiri dari :
1. Kelas I bila trombosit dibawah sampai dengan 50.000/ml, LDH >600
IU/l, AST dan atau ALT>40 IU/l
2. Kelas II trombosit antara >50.000-100.000/ml,<100.000/mm, LDH >600
IU/l, AST dan atau ALT >40 IU/l
3. Kelas III trombosit antara >100.000-150.000/ml. LDH > 600 iu/l, AST
dan ALT > 40 iu/l.

F. Komplikasi
a. Komplikasi terhadap ibu
Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,2%: 1-2,5%
berkomplikasi serius seperti DIC, solusio plasenta, adult respiratory
distress syndrome, kegagalan hepatorenal, oedema paru, hematoma
subkapsular, dan rupture hati
b. Komplikasi terhadap bayi
Angka kematian bayi berkisar 10-60%, disebabkan oleh solusio plasenta,
hipoksi intrauterin, dan prematur. Pengaruh sindrm HELLP. Pada janin
berupa pertumbuhan janin terlambat (IUGR) sebanyak 30 % dan sindrom
gangguan pernafasan (RDS).
Terdapat resiko morbiditas/mortalitas maternl/janin yang disebabkan oleh:
1. Gangguan pembekuan darah, atau perdarahan
2. Kerusakan hati yang berat, menyebabkan kegagalan atau
3. Kerusakan ginjal yang berat, menyebabkan kegagalan
4. Kesulitan bernapas
5. Hemoragi serebral/konvulsi
6. Retardasi pertumbuhan janin intrauteri; pelahiran prematur mungkin
diperlukan dan kematian intrauteri dapat terjadi

G. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium dapat menunjukkan sebagai berikut:
1. Hapus darah perifer akan menunjukkan gambaran sistiolit, burr cells,
helmet cells yang menunjukkan keadaan adanya kerusakan eritrosit
2. Meningkatnya LDH (lactic dehydrogenase) dan penurunan haptoglobin
terjadi sebelum peningkatan kadar bilirubin indirek dan penurun kadar
Hb.
3. Trombositopenia menunjukkan terjadinya abnormalitas sistem koagulasi
4. Kelainan prothrombin time, partial tromboplastin time dan fibrinogen
pada proses lanjut
5. Peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan LDH. Kadar bilirubin indirek
meningkat pada kasus yang lanjut
6. Kadar asam urat >7,8 mg/dl, ureum >200 IU/L dan kreatinin >1,0.
Sebagai pelengkap catatan medik dan pemeriksaan fisik, prosedur diagnosis
untuk sindrome HELLP antara lain:
1. Pengukuran tekanan darah
2. Pemeriksaan darah lengkap terutama jumlah sel darah dan trombosit
3. Tingkat bilirubun, bahan yang dihasilkan dari lisis sel darah merah
4. Tes fungsi hati
5. Tes protein pada urin

Temuan laboratorium
1. Hemolisis
2. Anemia
3. Hitung trombosit rendah <100.000 mm3
4. Peningkatan enzim hati:
a. Alanin aminotransferase,
b. Aspartat aminotransferase,
c. Gamma glutaniltransferase
5. Peningkatan kadar bilirubin

H. Penatalaksanaan
Hospitalisasi segera diperlukan untuk memungkinkan pemantauan
kondisi ibu dan janin yang lebih intensif dengan tujuan stabilisasi dan
memperlancar kelahiran. Waktu yang tersedia untuk memulai tindakan
ditentukan oleh kondisi ibu, maturasi janin, serta fasilitas klinis yang tersedia
untuk pelahiran dan penatalaksanaan kemungkinan bayi prematur yang aman.
Untuk beberapa ibu, kondisi dapat berkembang cepat dan sebelum tahap
ketika viabilitas janin merupakan kemunginan, sementara untuk ibu lain,
kemajuan penyakit mungkin lebih bertahap. Penatalaksanaan optimal sindro
HELLP :
1. Diagnosis tepat waktu
2. Pengkajian keparahan secara akurat
3. Pengendalian tekanan darah
4. Pencegahan kejang
5. Penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Pengkajian kondisi janin
7. Perencanaan dan penatalaksanaan pelahiran
8. Perawatan yang bijaksanauntuk mengelola kemungkinan hemoragi
9. Dukungan perawat yang maksimal untuk meningkatkan ketahanan hidup
bayi
10. Perawatan intensif untuk ibu pascapartum
11. Kewaspadaan akan berlanjutnya resiko gagal organ multiple
12. Konseling tentang kehamilan yang akan datang.
(Boyle 2007 : 77-79)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnnesa
a. Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, berapa
kali nikah, dan berapa lama
b. Riwayat kehamilan sekarang: kehamilan yang ke berapa, sudah
pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual-muntah, dan penglihatan kabur
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit jantung, ginjal, HT, paru
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu: adakah hipertensi atau
preeklampsia.
e. Riwayat kesehatan keluarga: adakah keluarga yang menderita
penyakit jantung, ginjal, HT.
f. Pola pemenuhan nutrisi
g. Pola istirahat
h. Psikososial-spiritual: emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan
2. Pemeriksan Fisik
a. Inspeksi: oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan
menekan bagian tertentu dari tubuh
c. Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu
d. Perkusi: untuk mengetahui refles patela sebagai syarat pemberian Mg
SO4
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium: proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/l atau + 1 sampai+2 pada skala kualitatif),
kadar hematokrit menurun. Berat jenis urine meningkat, serum
kreatinin meningkat, uric acid >7 mg/100 ml.
c. Usg: untuk mendeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta
d. NST: ntuk menilai kesejahteraan janin

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring atau imobilisasi
4. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
5. Resiko syok

C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1 nyeri akut b.d Pain level Pain management
agen cedera fisik Pain control
Comfort level 1. Lakukan pengkajian
Kriteria hasil
nyeri secara
Mampu mengontrol nyeri
komprehensif termasuk
(tahu penyebab nyeri,
lokasi, karakteristik,
mampu menggunakan tehnik
durasi, frekuensi, kulitas
nonfarmakologi untuk
dan faktor presifitasi
mengurangi nyeri, mencari 2. Gunakan tehnik
bantuan ) komunikasi teraupetik
Melaporkan bahwa nyeri
untuk mengetahui
berkurang dengan
pengalaman nyeri
menggunakan majemen nyeri
Mampu mengenali nyeri pasien
3. Kaji tipe dansumber
(skala, intensitas, frekuensi
nyeri untuk menentukan
dan tanda nyeri )
Menyatakan rasa nyaman intervensi
4. Evaluasi pengalaman
setelah nyeri berkurang
nyeri masa lalu
5. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2 Kekurangan Fluid balance Fluid Management
volume cairan hydration 1. Monitor status hidrasi
b.d kehilangan Kriteria hasil: (kelembaban membrane
cairan aktif a.Mempertahankan urine output mukosa, nadi adekuat,
sesuai dengan usia dan BB, tekanan darah ortostatik
BJ urine normal, HT normal 2. Pertahankan intake output
b.Tidak ada tanda dehidrasi
yang akurat
c.Elastisitas turgor kulit baik,
3. Monitor vital sign
membrane mukosa lembab, 4. Monitor masukan
tida ada rasa haus yang makanan/cairan dan
berlebihan hitung intake kalori
harian
5. Kolaborasi pemberikan
cairan IV

3 Intoleransi Energy conservation Activity therapy


aktivitas b.d tirah Activity tolerance
Kriteria hasil 1. Bantu klien untuk
baring atau Mampu melakukan aktivitas
mengidentifikasi aktivitas
imobilisasi sehari-hari secara mandiri
yang mampu dilakukan
Tanda-tanda vital normal
2. Bantu untuk memilih
Mampu berpindah dengan
aktivitas konsisten yang
atau tanpa bantuan alat
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
3. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas tang diinginkan
4. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
5. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
6. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat

4 Resiko Circulation status Acid-base management


ketidakefektifan Elektrolit and acid
Base balance 1. Observasi status hidrasi
perfusi ginjal Tissue prefusion : renal
(kelembaban membran
Urinary eliminasion
Kriteria hasil mukosa, TD ortostatik
Intake output seimbang dan keadekuatan dinding
Tidak ada rasa haus yang
nadi
abnormal 2. Observasi tanda-tanda
Warna dan bau urin dalam
cairanberlebih atau
batas normal
retensi
3. Monitor HMT, ureum,
albumin, total protein,
serum osmolalitas dan
urin
4. Pertahankan intake dan
output secara akurat
5. Monitor TTV
5 Resiko syok Syok prevention Syok prevention
Syok management 1. Monitor warna kulit,
Kriteria Hasil :
Frekuensi nafas dalam batas suhu kulit, denyut

yang diharapkan jantung, HR, dan ritme,


Irama nafas dalam batas nadi perifer da kapiler
yang diharapkan 2. monitor suhu dan
pernafasan
3. monitor tanda awal syok
4. ajarkan keluarga pasien
tentang tanda dan gejala
syok
5. ajarkan keluarga untuk
mengatasi gejala syok
Syok management
monitor tekanan nadi
6. monitor status cairan,
intake output

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi yaitu komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
membantu kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan untuk
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008: 177)

E. Evaluasi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan majemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
a. Tidak ada tanda dehidrasi
b. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tida ada rasa
haus yang berlebihan
3. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring atau imobilisasi
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
b. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
4. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
a. Intake output seimbang
b. Tidak ada rasa haus yang abnormal
c. Warna dan bau urin dalam batas normal
5. Resiko syok
a. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
b. Irama nafas dalam batas yang diharapkan
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
A. Analisa Jurnal
P ibu pre-eklampsia berat yang mengalami kematian dan populasi
kontrol adalah ibu pre-eklampsia berat yang tetap hidup
I Pengobatan definitif untuk sindrom HELLP adalah dengan terminasi
kehamilan. Pada kasus sindrom HELLP, pengelolaan secara obstetrik
adalah dengan melakukan terminasi kehamilan tanpa memandang
usia kehamilan, persalinan dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominam. Selain terminasi kehamilan, penatalaksaannya sama
seperti pre-eklampsia berat yaitu diberikan magnesium sulfat untuk
pencegahan kejang dan pemberian antihipertensi sebelum dilakukan
terminasi kehamilan. Manajemen perawatan dalam mengobati
sindrom HELLP memerlukan dukungan semua pihak, mengingat
keparahan penyakitnya maka pasien memerlukan perawatan intensif
dan pada pasien dengan prematuritas ekstrim dapat diberikan terapi
kortikosteroid selama 24 jam sebelum terminasi kehamilan.12
Sedangkan pengobatan definitif untuk sindrom HELLP adalah
dengan terminasi kehamilan.

C Tidak ada perbandingan yang di dapat kan dalam jurnal yang kami
bahas
O Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sindrom HELLP
memiliki risiko kematian ibu 12 kali lebih tinggi (95%CI 2,9 53,7)
dan eklampsia memiliki risiko 12,1 kali lebih tinggi (95%CI 3,8
38,6). Tekanan darah diastolik 110 119 mmHg memiliki risiko 7,4
kali lebih tinggi (95%CI 1,8 29,2), tekanan darah diastolik 120
mmHg memiliki risiko 5,5 kali lebih tinggi (95%CI 1,1 23,1),
tekanan darah sistolik > 190 mmHg memiliki risiko 2,1 kali lebih
tinggi (95%CI 0,5 7,4), tekanan darah sistolik 170 190 mmHg
memiliki risiko 1,6 kali lebih tinggi (95%CI 0,5 4,5), proteinuria
+3 memiliki risiko 4,2 kali lebih tinggi (95%CI 0,3 27,4),
proteinuria +4 memiliki risiko 3,2 kali lebih tinggi (95%CI 0,5
31,7) setelah dikontrol oleh usia ibu, gravida, usia kehamilan, metode
persalinan, pemberian diasepam, pendidikan, tempat tinggal, dan
pekerjaan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindrom hellp (haemolysis elevated liver enzym low platelet) merupakan
komplikasi berat preeklamsia. Derajat beratnya sindrom hellp tidak
tergantung pada beratnya hipertensi, juga di laporkan pada ibu dengan
tekanan darah normal. Etiologi dan patogenesis dari sindrom HELLP ini
selalu dihubungkan dengan preeklampsia. Walaupun etiologi dan patogenesis
dari preeklampsia sampai saat ini juga belum dapat diketahui dengan pasti.
Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan
pada penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme,
dan kelainan koagulasi. Tanda dan gejala dari hellp sindrom yaitu nyeri
epigastrik (berat, tidak reda dengan pemberian nyeri tekan pada hati),mual
muntah, sakit kepala, hematuria, ikterus, ibu mengalami perdarahan berat
(misal melalui kanula) dan darah lambat tidak bisa membeku, keletihan, sakit
kepala. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu komplikasi terhadap ibu,
komplikasi terhadap bayi.

B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC.
Boyle, Maureer. 2007.Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta : EGC
Billington, Mary. 2009. Kegawatan Dalam Persalinan : Buku Saku Bidan. Jakarta
: EGC
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Myrtha, Risalina;. (2015). Penatalaksanaan Tekanan Darah pada
Preeklampsia.CDK, 42, 262-266.
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi
(Manual of gyneocologic and obstetic emergencies). Jakarta : EGC.
Woodward, vivien. 2011. Kedaruratan Persalianan : Manajemen di Komunitas.
Jakarta : EGC.
Yeyeh, Ai Rukiah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta : TIM.

Anda mungkin juga menyukai