Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


AKI didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan saat

hamil atau selama 40 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang

lama dan tempat persalinan akibat kehamilan atau pengelolaannya, dan

bukan karena sebab lain. Angka ini dihitung per 100.000 kelahiran hidup.

Angka ini biasanya dipakai untuk memperlihatkan kualitas pembangunan

kesehatan masyarakat sebuah negara. Angka kematian ibu di rumah sakit

disebabkan karena banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan,

persalinan dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak

adalah: perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan

komplikasi aborsi (Depkes, 2011).


Sedangkan pengertian AKI menurut World Healthy

Organization (WHO) adalah adalah kematian selama kehamilan atau

dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab

yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,

tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (Nurhayati, 2012).


Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)

adalah jumlah kematian bayi di bawah usia 1 tahun per

1000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini merupakan indikator yang sensitif

terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan

terutama pelayanan perinatal. AKB juga berhubungan dengan

1
2

pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan

keadaan gizi keluarga (Shofia, 2013).


WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari

585.000 jiwa per tahun meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut data

WHO sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau

kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. AKI di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 516 kematian ibu per 100

ribu KH, sedangkan AKB pada tahun 2011 42 per 1.000 KH. Jika

dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51

negara persemakmuran (Mudanija, 2011).


Berdasarkan data dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia melonjak

sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau

mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justru

mengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007 AKI di

Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan

sekarang kembali mengalami peningkatan. AKI dari 23 per 1.000

kelahiran hidup menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun

2012 mengalami penurunan yaitu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengah kematian bayi

(59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita,

kematian neonatal menyumbangkan 47,5% (SDKI, 2012).


Dari data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012

Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 97 jiwa. Jumlah kejadian kematian Ibu

di Jakarta Selatan 34 kematian ibu. Angka kematian bayi berdasarkan


3

SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2012, AKB di

Provinsi DKI Jakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Target

MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 kematian bayi per 1.000

kelahiran hidup, dan artinya Provinsi DKI Jakarta telah mencapi target

MGDs dengan tujuan 4, menurunkan angka kematian bayi dalam kurun

waktu 1990-2015. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada

tahun 2012 terdapat 148.939 kelahiran hidup, dan tercatat 1.129 bayi

meninggal sebelum mencapai usia pertama (0-11 bulan). Di Jakarta

Selatan terdapat 32.231 kelahiran hidup dan tercatat 89 bayi mati.


Dari data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012

tercatat 1.376 balita meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dengan

jumlah kelahiran hidup sebesar 148.939 sehingga dapat diperoleh

AKABA (Angka Kematian Balita) DKI Jakarta tahun 2012 di DKI

Jakarta yaitu 9, artinya terdapat 9 balita mati per 1.000 kelahiran hidup

pada tahun tersebut. Di Jakarta Selatan terdapat 109 balita mati dari

32.231 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Anak Balita Provinsi DKI Jakarta

yaitu 31 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dan telah mencapai

target MDGS 2012, 32 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini

dapat diartikan bahwa hanya 28,13 persen kejadian kematian anak balita

yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.


Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung

dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan


4

infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena

masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan

faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Faktor tidak

langsung 3 Terlambat meliputi: Terlambat mengenali tanda bahaya

persalinan dan mengambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat

ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, masih cukup banyak ibu hamil

dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu : Terlalu tua hamil (hamil di atas usia

35 tahun) sebanyak 27%, terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia

20 tahun) sebanyak 2,6%, terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4)

sebanyak 11,8%, terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).

Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan infeksi dan berat bayi

lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan,

pertolongan persalinan yang aman dan perawatan bayi baru lahir

(Kemenkes, 2011).
Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian ibu adalah

dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih di fasilitas kesehatan. Ditambahkan, secara nasional persentase

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari

66,7% pada tahun 2002 menjadi 77,34 % pada tahun 2009 (Susenas).

Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 % pada tahun 2010 (Data

Riskesdas, 2010).
5

Penyebab kematian ibu dan perinatal dapat dicegah dengan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2008).

Target Cakupan kesehatan ibu yang dicapai pada tahun 2009 masing-

masing sebesar 94% untuk akses pelayanan antenatal (cakupan ibu hamil

K1), 84% untuk cakupan pelayanan ibu hamil sesuai standar (K4) (Depkes

RI, 2010). Menurut Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Millennium Indonesia (2015), upaya yang dilakukan untuk

menurunkan angka kematian bayi yaitu dengan memberikan akses

pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin meliputi pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kebidanan dasar, pelayanan perbaikan gizi, pos

pelayanan terpadu (posyandu), pemberantasan penyakit menular, dan

revitalilasasi kewaspadaan pangan dan gizi. Dalam upaya menekan angka

kematian bayi, dianjurkan untuk melakukan kunjungan sebanyak 4 kali,

yaitu baru lahir sebelum usia 6 jam, usia 6-48 jam, usia 3-7 hari dan

minggu kedua pasca lahir.

Dengan latarbelakang tersebut maka penulis melakukan studi kasus

melalui pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan secara Komprehensif

dengan tujuan memberikan asuhan kebidanan sejak masa kehamilan,

persalinan, sampai masa nifas serta asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

sampai kepada batas yang tidak dapat diturunkan lagi. Tujuan ini hanya

dapat dicapai bila kita mampu mengenali dan menangani faktor-faktor

medis dan non medis penyebab morbiditas dan mortalitas. Asuhan


6

kebidanan ini dilandasi sebagai filosofi, kerangka kerja, manajeman

kebidanan dan monitoring pelayanan kebidanan dan dapat berguna bagi

pelayanan kebidanan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan

bayi.

Selain itu terdapat upaya lain yaitu Lima Benang Merah yang

penting terkait dengan persalinan yang bersih dan aman yaitu membuat

keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan bayi, pencegahan infeksi,

dokumentasi, dan rujukan. Membuat keputusan klinik merupakan proses

yang menetukan dalam menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan

yang diperlukan oleh pasien. Keputusan harus akurat, komprehensif, dan

aman baik bagi pasien, keluarga maupun petugas yang memberikan

asuhan. Salah satu cara yang dilakukan adalah meningkatkan upaya

promotif dan preventif, meningkatkan keterampilan dalam memberikan

asuhan kebidanan, serta meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan

bermutu di masyarakat.

Dengan ini penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif di

Klinik ES jumlah rata-rata kunjungan setiap bulan mencapai 250 orang

ibu hamil dan persalinan 25 orang sedangkan kasus kematian ibu dan

bayi belum pernah terjadi. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh Klinik ES sudah sesuai standar pelayanan kebidanan. Pencegahan

infeksi yang dilakukan Klinik ES dalam asuhan kebidanan telah

didapatkan seperti melakukan sterilisasi alat dan sebagainya. Untuk

pencatatan (rekam medis) di Klinik ES telah lengkap seperti pencatatan


7

periksa kehamilan, persalinan, jadwal imunisasi dan lain-lain. Hal lain

yang menunjang pemilihan Klinik ES untuk dijadikan sebagai tempat

studi kasus yakni, Klinik ES sudah melakukan kolaborasi atau kerjasama

dengan Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat sehingga memudahkan

dalam melakukan rujukan jika terjadi kegawatdaruratan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis

mengangkat masalah dalam menyelesaikan studi kasus komprehensif

mengenai Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A Meliputi Ibu

Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Klinik ES

KebagusanJakarta Selatan Periode Oktober-Desember Tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah


Salah satu tujuan asuhan kebidanan adalah untuk menurunkan

angka komplikasi terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

serta bagaimana cara mengatasi faktor resiko kematian ibu secara langsung

maupun tidak langsung seperti perdarahan yang disebabkan oleh anemia,

eklamsia, infeksi, keterlambatan (3 Terlambat) dan 4 terlalu yang terkait

dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi.


Dari pemilihan tempat untuk pengambilan kasus komprehensif di

Klinik ES dapat dilihat bahwa dalam melakukan pelayanan asuhan

kebidanan untuk membuat keputusan klinik sudah dilaksanakan, seperti

untuk melakukan rujukan apabila tidak dapat atau diperbolehkan untuk

ditangani oleh pihak bidan. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh Klinik ES sudah sesuai standar pelayanan kebidanan. Klinik ES


8

sudah melakukan kolaborasi atau kerjasama dengan Puskesmas dan

Rumah Sakit terdekat sehingga memudahkan dalam melakukan rujukan

jika terjadi kegawatdaruratan.


Maka penulis ingin menggali lebih dalam mengenai studi kasus

pada Ny. A G1P0A0 mulai dari kehamilan trimester 3, persalinan, nifas,

bayi baru lahir sampai dengan 6 minggu yang sesuai dengan penerapan

Standar Asuhan Pelayanan Kebidanan secara Komprehensif di Klinik

ES Kebagusan-Jakarta Selatan periode Oktober-Desember tahun 2015.

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.2 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif dimulai sejak

masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas dengan pendekatan

tujuh langkah varney dan SOAP pada Ny. A G1P0A0 di Klinik Bd. ES

Kebagusan-Jakarta Selatan periode Oktober-Desember tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan asuhan kebidanan ibu hamil, pada Ny. A

G1P0A0 di Klinik Bd. ES Kebagusan-Jakarta Selatan periode

Oktober-Desember tahun 2015.


b. Mampu melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin, pada Ny. A

G1P0A0 di Klinik Bd. ES Kebagusan-Jakarta Selatan periode

Oktober-Desember tahun 2015.


c. Mampu melakukan asuhan kebidanan ibu nifas, pada Ny. A G1P0A0

di Klinik Bd. ES Kebagusan-Jakarta Selatan periode Oktober-

Desember tahun 2015.


9

d. Mampu melakukan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir, pada Ny. A

G1P0A0 di Klinik Bd. ES Kebagusan-Jakarta Selatan periode

Oktober-Desember tahun 2015.


e. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir dengan manajemen Varney

dan SOAP pada Ny. A G1P0A0 di Klinik Bd. ES Kebagusan-Jakarta

Selatan periode Oktober-Desember tahun 2015.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan studi kasus ini dapat mengkonfirmasi

teori yang ada dengan penerapan praktik di lapangan dalam memberikan

asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, dan

sebagai bahan msukan untuk menambah pengetahuan dan informasi serta

sebagai bahan yang dapat dijadikan parameter keberhasilan menciptakan

sumber daya manusia.


1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktek
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi klinik dalam upaya meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya asuhan kebidanan.


b. Bagi Klien
Hasil studi kasus ini untuk meningkatkan pengetahuan

kesehatan masyarakat mengenai kehamilan, persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir.


c. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman belajar dan

wawasan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin,

bayi baru lahir dan nifas. Serta mampu menerapkan ilmu yang
10

pernah didapatkan kedalam situasi yang nyata dan dapat

melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai prosedur.

1.5 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus ini untuk

melakukan asuhan kebidanan komprehensif secara normal pada Ny. A

G1P0A0 dari masa kehamilan trimester III dengan kunjungan antenatal care

sebanyak 4 kali, persalinan, bayi baru lahir, dan perawatan post partum

yang dimulai dari 6 jam, 6 hari, 14 hari, dan 40 hari di Klinik ES

Kebagusan Jakarta Selatan periode Oktober-Desember 2015 dengan

Manajemen Varney dan SOAP. Dengan melakukan observasi dan

memberikan Asuhan Kebidanan kepada Ny. A dari kehamilan, persalinan,

nifas dan perawatan bayi baru lahir. Study kasus ini dilakukan untuk

menganalisa masalah atau diagnosa lebih awal apakah ada masalah pada

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. A dengan

Manajemen Kebidanan Komprehensif ini sebagai salah satu cara untuk

menekan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai