Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN SELUMA

Zul Efendi, Wahyuni Amelia Wulandari dan Alfayanti


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang potensial yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Seluma.
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, kelapa sawit membutuhkan pemanfaatan faktor-faktor produksi yang
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Air Periukan dan Kecamatan Seluma Selatan
Kabupaten Seluma pada bulan Mei 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan responden berjumlah 76 orang.
Responden yang dipilih merupakan petani kelapa sawit yang telah menghasilkan (umur tanaman diatas 3 tahun). Penelitian
dilaksanakan pada dua lokasi egroekosistem yaitu perkebunan kelapa sawit rakyat di lahan kering dan perkebunan kelapa
sawit rakyat dilahan gambut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui informasi yang dihimpun dari responden menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara
terstruktur (kuesioner) meliputi identitas responden, kelembagaan, kepemilikan lahan dan ternak, aksebilitas wilayah serta
faktor produksi kelapa sawit. Sedangkan data skunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Instansi terkait. Data
yang diperoleh di analisis dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diolah dengan teknik analisis
OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di
Kabupaten Seluma adalah umur tanaman berpengaruh nyata positif sebesar 56,10%, curahan tenaga kerja berpengaruh nyata
positif sebesar 46,30%, frekuensi pemupukan berpengaruh nyata positif sebesar 7,70% serta variabel dummy jenis lahan .
Kata Kunci : faktor produksi, mempengaruhi, kelapa sawit

PENDAHULUAN

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan
penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidaklah sama, tergatung pada jenis komoditas yang
diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun turut sebagai penentu pencapaian
produksi. Menurut Sasongko (2010) keberhasilan budidaya suatu jenis komoditas tergantung pada
kultivar tanaman yang ditanam, agroekologi/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya
tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Menurut Daniel (2002) proses
produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, persyaratan ini lebih
dikenal dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal,
tenaga kerja dan skill atau manajemen. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan
saling terkait satu sama lainnya. Kalau salah satu faktor tidak tersedia, maka poses produksi tidak
akan berjalan, terutama tiga faktor tersebut diatas (Asnil dkk, 2010). Faktor-faktor produksi tersebut
merupakan sesuatu yang mutlak harus tersedia yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun
dapat terpenuhi.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit karena hanya
membahas aspek mikro. Sehingga dalam mempelajari aspek ini, hubungan input produksi dan output
produksi mendapatkan perhatian utama. Peranan input bukan hanya saja dapat dilihat dari segi
macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi
penggunaannya.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang perkembangannya cukup
pesat dibandingkan dengan komoditas lain terutama terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Untuk
seluruh Indonesia, pada tahun 1986 luas pertanaman kelapa sawit hanya sekitar 593.800 ha, semenjak
tahun 2001 sampai 2006 perkembangan luas tanaman kelapa sawit cukup pesat yaitu: 4.713.000
(2001); 5.067.000 ha (2002); 5.239.000 ha (2003) 5.284.000 ha (2004); 5.454.000 ha (2005) dan
6.074.000 ha (2006) (Ditjen Perkebunan, 2007).
Kabupaten Seluma merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang memiliki
potensi tanaman perkebunan. Usaha perkebunan di Kabupaten Seluma sebagian besar dilakukan oleh
rumah tangga perkebunan rakyat dan sisanya oleh perusahaan pekebunan. Tanaman perkebunan yang
banyak diusahakan adalah kopi, karet dan kelapa sawit dengan total luas diperkirakan mencapai
65.802 hektar atau sebesar 94,65% dari total luas lahan perkebunan rakyat diKabupaten Seluma. Pada
tahun 2010 luas lahan tanaman kelapa sawit mencapai 31.174 hektar atau 44,84%, luas tanaman karet
mencapai 26.272 hektar atau 37,79% sedangkan untuk tanaman kopi mencapai 8.357 hektar atau
12,02% dari total luas lahan perkebunan rakyat.
Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas yang memiliki peranan penting sebagai penghasil
devisa negara terbesar memiliki peranan yang penting sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor penentu produksi yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Seluma
Provinsi Bengkulu sehingga diharapkan dapat dibentuk sebuah sistem perkebunan kelapa sawit rakyat
dengan tingkat produksi yang tinggi.

BAHAN DAN METODA

Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Air Periukan dan Kecamatan Seluma Selatan


Kabupaten Seluma pada bulan Mei 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
responden berjumlah 76 orang. Responden yang dipilih merupakan petani kelapa sawit yang telah
menghasilkan (umur tanaman diatas 3 tahun). Pengkajian ini dilaksanakan pada dua lokasi
egroekosistem yaitu perkebunan kelapa sawit rakyat di lahan kering dan perkebunan kelapa sawit
rakyat dilahan gambut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui informasi yang dihimpun dari responden menggunakan
daftar pertanyaan yang disusun secara terstruktur (kuesioner) meliputi identitas responden,
kelembagaan, kepemilikan lahan dan ternak, aksebilitas wilayah serta faktor produksi kelapa sawit
sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Instansi terkait. Untuk
menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit digunakan analisis kuantitatif
melalui pendungaan Ordinary Least Square (OLS). Analisis ini dilakukan melalui pendekatan fungsi
produksi bertipe Cobb-Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau
lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut
variabel dependent (X) yang secara matematis formulasinya dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6eD1+u
Agar fungsi produksi Cobb-Duoglas dapat diestimasi dengan metode OLS maka diubah
kedalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:
Ln Y = Lna+b1LnX1+b2LnX2+b3LnX3+b4LnX4+b5LnX5+b6LnX6+b7LnD1+u
dimana: Y = produksi kelapa sawit (kg)
X1 = luas lahan (ha)
X2 = jumlah populasi tanaman (pohon)
X3 = Umur tanaman (tahun)
X4 = jumlah pestisida (ml)
X5 = jumlah curahan tenaga kerja (HOK)
X6 = frekuensi pemupukan (kali/tahun)
D1 = dummy jenis lahan (D1= lahan kering, D0= lahan gambut)
a = Intersep
bi = Koefisien
e = Logaritma regresi
u = Kesalahan pengganggu

Untuk mengetahui goodness of fit dari model dilihat dari nilai R2. Model dikatakan baik
apabila nilai R2 mendekati 1. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
secara serentak dilakukan dengan pengu-jian uji F. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dari
masing-masing variabel bebas secara individu/parsial digunakan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Petani kelapa sawit di Kabupaten Seluma didominasi oleh petani yang berumur relatif muda
yaitu berusia 20-39 tahun (48,68%) dengan jumlah tanggungan keluarga paling banyak berkisar 3-5
orang (Tabel 1). Umur merupakan salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan suatu kegiatan
usaha karena berkaitan dengan semangat, tenaga, kondisi fisik seseorang serta tingkat produktifitas
kerja dimana umur produktif seseorang berada pada kisaran umur antara 15-55 tahun (Rosman, 2000).
Petani kelapa sawit di Kabupaten Seluma rata-rata mengenyam pendidikan formal selama
8,13 tahun dan bila diasumsikan setiap orang menyelesaikan setiap jenjang tepat waktu maka dapat
dikatakan rata-rata petani telah menamatkan Sekolah Dasar (SD) namun belum menamatkan Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dengan tingkat pendidikan ini diasumsikan dapat menunjang keberhasilan
petani dalam mengelola usahataninya apalagi didukung oleh pengalaman berusahatani kelapa sawit
rata-rata selama 8,80 tahun.
Tabel 1. Karakteristik petani kelapa sawit di Kabupaten Seluma tahun 2012.
No Karakteristik Kelompok Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata
1. Umur (tahun) 20-39 37 48,68 41,68
40-59 30 39,47
60-79 9 11,84
2. Jumlah anggota 0-2 28 36,84 3,96
rumah tangga (jiwa) 3-5 44 57,89
6-8 4 5,26
3. Pendidikan (tahun) 0-5 3 3,94 8,13
6-11 55 72,36
12-17 8 23,68
4. Pengalaman 3-7 31 40,80 8,80
Usahatani (tahun) 8-12 39 51,31
13-17 6 7,89
Sumber: data primer diolah 2012.

Karakteristik Usahatani
Dilihat dari karakteristik usahatani, terlihat luas lahan rata-rata yang diusahakan oleh petani
untuk berusahatani kelapa sawit di Kabupaten Seluma seluas 1,41 ha dengan jumlah populasi rata-rata
berjumlah 178,47 pohon. Bila dikonversikan dalam satuan per hektar, maka jumlah populasi tanaman
kelapa sawit petani di Kabupatn Seluma berjumlah 125,57 pohon/hektar (Tabel 2). Jumlah ini lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah populasi pohon produktif yang ditanam dengan susunan
paling ekonomis yaitu 143 pohon per hektar ( Fauzi, 2002 dalam Wijayanti dan Mudakir, 2013).
Tabel 2. Karakteristik usahatani kelapa sawit di Kabupaten Seluma tahun 2012.
No Karakteristik Kisaran Rata-rata
1 Luas lahan (ha) 0,4 - 5,5 1,41
2 Jumlah populasi (pohon) 40 - 680 178,47
3 Umur tanaman (tahun) 3 - 20 7,92
4 Frekuensi pemupukan (kali/thn) 0,5 - 6 2,73
5 Jumlah penggunaan pupuk (kg/thn) 0 - 36.000 2.651,25
6 Jumlah penggunaan pestisida (ltr/thn) 0 - 60 11,14
7 Curahan tenaga kerja (HOK/thn) 13 - 300 54,68
Sumber : data primer 2012.

Rata-rata umur kelapa sawit yang diusahakan petani adalah 7,92 tahun. Bila berdasarkan
umur tanaman maka kelapa sawit petani berada pada kelompok tanaman muda dan apabila
dikelompokkan berdasarkan masa berbuah maka termasul kedalam kelompok tanaman menghasilkan
(TM). Pada masa berbuah, kelapa sawit membutuhkan perawatan seperti pemupukan dan
pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT). Dalam satu tahun, rata-rata petani melakukan
pemupukan sebanyak 2,73 kali dengan jumlah pupuk 2.651,25 kg/tthn. Jenis pupuk yang digunakan
antara lain urea, KCL, SP-36, NPK Phonska, kompos dan dolomit. Kegiatan pemupukan ini dilakukan
bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat
menyerapnya sesuai dengan kebutuhan (Mursidah, 2009). Dalam mengendalikan organisme
pengganggu tanaman, petani melakukan kegiatan penyemprotan gulma dan hama. Jumlah pestisida
yang digunakan oleh petani dalam pemeliharaan kelapa sawitnya sejumlah 11, 14 ltr/ha/thn terdiri
dari herbisida dan insektisida. Jenis herbisida yang banyak digunakan oleh petani dengan merk
dagang gramaxone, kleen up, dan lindomin. Sedangkan jenis insektisida yang banyak digunakan
adalah regent. Jenis pupuk dan pestisida yang digunakan oleh petani adalah pupuk dan pestisida yang
tersedia di kios-kios pertanian di desa mereka.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani berjumlah 54,68 HOK/tahun. Tenaga kerja
ini digunakan pada kegiatan pemupukan, penyiangan, penyemprotan hama dan penyakit serta panen
dan pengangkutan hasil panen. Penyerapan tenaga kerja terbanyak adalah pada kegiatan panen dan
pengangkutan hasil panen dengan frekuensi panen antara 18 dan 24 kali per tahun.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit


Hasil analisis regresi model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh
sebesar 0,641 artinya secara bersama-sama variabel luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman,
jumlah pestisida, curahan tenaga kerja,frekuensi pemupukan dan jenis lahan mempengaruhi produksi
kelapa sawit sebesar atau 64,10 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang belum
dimasukkan dalam model. Nilai F hitung (17,376) (signifikan pada taraf kepercayaan 99%)
menunjukkan bahwa semua variabel yang ada di dalam model analisis secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit (Tabel 3). Dengan demikian model yang digunakan
dalam estimasi fungsi produksi ini dapat dikategorikan telah memadai.
Tabel 3. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di Kabupaten
Seluma tahun 2012.
Variabel bi t hitung

Konstanta 2,847 2,771


Luas lahan (X1) -0,050 -0,240
Jumlah populasi (X2) 0,293 1,612
Umur tanaman (X3) 0,561 4,855***
Jumlah pestisida (X4) -0,006 -0,232
Curahan tenaga kerja (X5) 0,463 4,701***
Frekuensi pemupukan (X6) 0,077 2,067*
Jenis lahan (D1) 0,024 1,712*
R2 0,641
F hitung 17,376***
Keterangan : ***signifikan pada taraf kepercayaan 99%, *signifikan pada taraf kepercayaan 90%
Sumber : data primer diolah 2012

Secara parsial analisis terhadap variabel bebas yang mempengaruhi produksi menunjukkan
bahwa variabel umur tanaman, curahan tenaga kerja, frekuensi pemupukan dan jenis lahan
berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi kelapa sawit. Sedangkan variabel luas lahan, jumlah
populasi kelapa sawit dan jumlah pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit.
Umur tanaman berpengaruh nyata positif terhadap produksi kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Seluma. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung (4,855) > t tabel (2,642) dengan koefisien
regresi sebesar 0,561 pada taraf kepercayaan 99%. Dengan asumsi variabel yang lain ceteris paribus
maka peningkatan umur tanaman sebesar 1 persen akan meningkatkan total produksi sebesar 56,10
persen. Umur tanaman kelapa sawit petani rata-rata berumur 7,92 tahun hal ini berarti kelapa sawit
petani mulai memasuki masa produktivitas maksimal karena produktivitas maksimal kelapa sawit
dapat dicapai ketika tanaman berumur 7-11 tahun dengan produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata
umur tanaman 15 tahun ( Lubis,1992 dalam Prihutami, 2011).
Jumlah tenaga kerja juga berpengaruh nyata positif terhadap produksi kelapa sawit pada
taraf kepercayaan 99% dengan nilai t hitung (4,701) > t tabel (2,642). Dengan asumsi variabel yang
lain ceteris paribus maka peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan total
produksi sebesar 46,30 persen. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi. Tenaga kerja lebih penting dari faktor produksi lain seperti
bibit, tanah dan air, sebab manusialah yang menggerakkan faktor-faktor tersebut untuk menghasilkan
sesuatu jenis barang (Bukit dan Bakir (1998) dalam Mariyah (2004). Salah satu kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga kerja adalah kegiatan pemeliharaan tanaman seperti pemupukan. Frekuensi
pemupukan juga berpengaruh nyata positif terhadap produksi kelapa sawit pada taraf kepercayaan
90% dimana nilai t hitung (2,067) > t tabel (1,665). Dengan asumsi variabel yang lain ceteris paribus
maka peningkatan frekuensi pemupukan sebesar 1 persen akan meningkatkan total produksi sebesar
7,70 persen. Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan perawatan tanaman yang bertujuan
untuk mendapatkan target produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal dan mendapatkan
kualitas minyak yang baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994 dalam Prihutami, 2011). Menurut
Puslitbangbun (2010) pemupukan kelapa sawit sebaiknya dilakukan 2-3 kali tergantung pada kondisi
lahan, jumlah pupuk, umur dan kondisi tanaman.
Jenis lahan kering memiliki potensi menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lahan gambut dibuktikan dengan hasil analisis dengan taraf kepercayaan 90% menunjukkan
bahwa nilai t hitung (1,712) > t tabel (1,665). Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,
datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Walaupun
demikian, kelapa sawit juga dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut dengan syarat ketebalan
gambut tidak lebih dari 1 meter (Sasongko, 2010). Kandungan bahan organik yang sangat tinggi pada
gambut merupakan sumber unsur hara yang sangat potensial untuk mendukung produksi kelapa sawit
(Listyanto, 2000).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Faktor produksi umur tanaman berpengaruh nyata positif sebesar 56,10%, curahan tenaga kerja
berpengaruh nyata positif sebesar 46,30%, frekuensi pemupukan berpengaruh nyata positif sebesar
7,70% serta variabel dummy jenis lahan.

Saran
1. Tanaman kelapa sawit telah melewati masa produktivitas maksimal perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan peremajaan tanaman sehingga penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan pemupukan
lebih efisien.
2. Perluasan lahan kelapa sawit disarankan untuk dilakukan di lahan kering karena akan
menghasilkan produksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan lahan gambut.
DAFTAR PUSTAKA

Asnil, S., H.B. Tarmizi, dan W.A. Pratomo. 2010. Analisis Produksi Pendapatan dan Alih Fungsi
Lahan di Kabupaten Labuhan Batu. http://jurnalmepaekonomi.blogspot. com. [3 Oktober 2012]
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penrbit PT. Bumi Aksara. Jakarta
Listyanto. 2000. Budidaya Tanaman Sawit (Elaeis Guineensis Jacg) Di Lahan Gambut.
http://www.biopz.com/index.[ 7 Juni 2012]
Mariyah. 2004. Analisis Kebutuhan Modal dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Di PT.REA Kaltim
Plantations. Jurnal EPP 1 (2): 41:50
Mursidah. 2009. Optimalisasi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit. Jurnal EPP 6 (2): 9-15
Prihutami, N.D. 2011. Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa
Sawit di Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA) Wilayah VI
Metro Cempaga Kota Waringin Timur Kalimantan Tengah. Skripsi Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor.Bogor. ;115.
Puslitbangbun. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Rosman. 2000.Tingkat Produktfitas Kerja Terhadap Umur Petani di Indonesia. Jurnal Pertanian No
87 :12-19
Sasongko, P.E. 2010. Studi Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kelapa Sawit Di Kabupaten
Blitar. Jurnal Pertanian MAPETA 7 (2): 72 134
Wijayanti, R.T dan B. Mudakir. 2013. Analisis Keuntungan dan Skala Usaha Perkebunan Kelapa
Sawit Gerbang Serasan. Diponegoro Journal Of Economics 2 (1): 1-7

Anda mungkin juga menyukai