PENDAHULUAN
untuk mengubah warna produk dan membuatnya lebih menarik bagi konsumen.
serta dalam masakan domestic diseluruh dunia. Alasan untuk popularitas mereka
dengan rasa tertentu dan warna makanan dapat mempengaruhi individu untuk
melihat rasa dalam produk, terlepas dari jenis produk baik itu permen, angur, bir,
mampu meningkatkan cita rasa pada makanan adalah saus. Untuk meningkatkan
kualitas produk makanan agar dapat bersaing dipasaran, maka perlu bahan
makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau
memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Rhodamin B termasuk salah satu zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan
kuantitatif terhadap sampel saus dan kerupuk yang berasal dari salah satu pasar di
Kota Makassar.
dan menentukan kadar Rhodamin B dalam saus dan kerupuk yang beredar di
2. Menentukan kadar Rhodamin B dalam saus dan kerupuk yang beredar dipasar
Prinsip dari percobaan ini yaitu dengan penarikan zat warna dari sampel
kedalam benang wol bebas lemak dalam suasana asam dengan pemanasan,
selanjutnya akan terjadi pelunturan atau pelarutan warna oleh suatu basa,
TINJAUAN PUSTAKA
pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia. Hal ini karena
sebagian besar adalah anak sekolah. Observasi yang dilakukan oleh BPOM
menunjukkan ada 4 Jenis bahan berbahaya yang sering ditambahkan pada bahan
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan
(seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak
dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh. Pewarna
alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam warna yang
dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis tumbuhan, umur
warna sintetis semakin luas dan keunggulan zat warna sintetis antara lain lebih
murah, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya
mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna yang lebih luas. Selain itu
tebal dan kerataan pada saat penotolan sampel juga mempengaruhi gerakan noda
dalam kromatografi lapis tipis yang akan memberikan hasil Rf yang berbeda pula
makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau
memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat warna pada
makanan, misalnya untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan
digunakan pada industri tekstil dan kertas untuk pewarna kain, kosmetika, produk
pembersih mulut dan sabun. Penggunaan Rhodamin B pada jajanan karena anak-
anak lebih menyukai makanan dengan warna yang menarik, seperti minuman
warna-warni (air minum dalam kemasan maupun es sirup tanpa label), minuman
jeli, es susu (milk ice), dan minuman ringan (soft drink). Hal ini perlu segera
berwarna hijau atau ungu kemerahan yang beredar di pasar untuk industri sebagai
zat pewarna tekstil. Dengan mengkomsumsi rhodamin B yang cukup besar dan
kulit, iritasi pada mata, ritasi pada pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati
Kerupuk merupakan produk kering yang dibuat dari tapioka atau tepung
lain dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan jenis makanan lainnya.
Kerupuk biasanya digunakan sebagai makanan ringan dan juga jajanan bagi anak-
yang menjual kerupuk dengan penampilan yang menarik dan tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan, dengan cara mewarnai dengan warna yang beragam
pewarna agar lebih menarik sehingga konsumen lebih tertarik untuk membelinya.
digunakan dan harganya relative murah serta tersedia dalam kemasan kecil di
dkk., 2013).
Saos adalah bahan pelengkap makanan yang terbuat dari tomat. Industri
pembuatan saos biasanya juga menggunakan pepaya, maizena, bawang putih, gula
putih, bibit cairan tomato, sakarin, garam, pewarna sunset, pewarna jenis poncau,
dan potassium fosfat. Hal ini jelas berbahaya jika dikonsumsi dan dapat
detkesi warna yang terikat pada benang wol berdasarkan prinsip penarikan zat
warna dari sampel ke dalam benang wol bebas lemak dalam suasana asam dengan
pemanasan, selanjutnya akan terjadi pelunturan atau pelarutan warna oleh suatu
benang wool tersusun atas ikatan peptida yang didalamnya terdapat ikatan sistina,
asam glutamat, lisin, asam aspartat dan arginin. Rhodamin B dapat melewati
lapisan kutikula melalui perombakan sistein menjadi suatu asam. Sistein terbentuk
melalui pemecahan ikatan S-S sistina dalam suasana asam. Terbukanya ikatan
Rhodamin B yang sudah terserap pada benang wool tidak dapat tercuci
oleh air. Terikatnya Rhodamin B pada benang wool inilah yang menjadi prinsip
dapat memicu terjadinya kerusakan hati, ginjal, limfa dan perubahan anatomi
bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan pada makanan, namun masih
makanan disebabkan karena harga pewarna tekstil tersebut yang lebih murah dari
pada pewarna makanan dan mudah didapat di took bahan-bahan obat batik dan
dan bahaya yang ditimbulkan dari pewarna tekstil apabila terkonsumsi oleh
konsumen. Selain itu warna dari zat pewarna tekstil yag bila digunakan akan
menghasilkan warna yang lebih menarik pada makanan dari pada pewarna
iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air
kencing yang berwarna merah atau merah muda. Dengan menghirup Rhodamin B
saluran pernapasan. Demikian pula apabila kulit terkena Rhodamin B, maka kulit
pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami
iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada
terjadinya gangguan fungsi hati maupun kanker, jika terpapar Rhodamin B dalam
jumlah besar, dalam waktu singkat akan menyebabkan terjadinya keracunan akut
METODE PERCOBAAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sampel saos dan
kerupuk, benang wool, akuades, etanol 70%, HCl 0,1 M, kertas saring whatman
no.41, NH4OH, n-buutanol, kloroform, etil asetat, asam asetat, tissue roll dan plat
kromatografi.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Erlenmeyer, hot plate,
neraca analitik, corong pisah, labu ukur, gelas kimia, pipet skala, batang
kemudian didiamkan semalam hingga semua pewarna larut. Lalu disaring dengan
filtrat. Filrat yang didapatkan diuapkan diatas penangas air selama 30 menit
dan 5 mL asam asetat 10%). Lalu dimasukkan benang wool dengan panjang 10
cm dan didihkan selama 15 menit. Kemudian benang wol diangkat ketika pewarna
telah mewarnai benang. Selanjutnya benang wool dicuci dengan air. Lalu
dimasukkan benang kedalam larutan basa yaitu 10 mL ammonia 20% yang
Abduurrahmansyah., Aini, F., dan Chrislia, D., 2017, Analisis Zat Pewarna
Rhodamin B pada Saus Cabai yang Beredar di Kampus Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang, Jurnal Biota 3(1): 38-39.
Praja, D.I., 2015, Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya, Garudhawaca,
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT, GramediaPustaka Utama,
Jakarta.
Rusmalina, S., dan Anindhita, M.A., 2014, Identifikasi Rhodamin B dalam Saus
Sambal yang beredar di Kota Pekalonan, Universitas Pekalongan,
Pekalongan.
Dawile, S., Fatimawali., Wehantouw, F., 2013, Analisis Zat Pewarna Rhodamin B
pada Kerupuk yang beredar di Kota Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi 2(3):
86-90.
Lestari, W.P., Putri, D.L., Intan, W.N.,Nuryani, O., dan Agustin, Y., 2015, Analisis
Rhodamin B pada Saos secara Kuantitatif dan Kualitatif (KLT),
sUniversitas Jember, Jember.