Anda di halaman 1dari 45

PORTOFOLIO

SEORANG PASIEN DENGAN HIDRONEFROSIS DEXTRA


DAN NEFROLITHIASIS

Disusun untuk memenuhi sebagian tugas Internship


RSI Muh Pekajangan Pekalongan

Diajukan kepada :
dr. Mokhammad Aji Edo Susanto

Disusun oleh :
dr. Egi Mahendra

RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


KABUPATEN PEKALONGAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Egi Mahendra


Judul : Seorang Pasien dengan Hidronefrosis Dextra dan
Nefrolitiasis
Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Pekalongan, September 2016


Mengetahui dan Menyetujui
Pendamping Internship
RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Dokter Pendamping

dr. Mokhammad Aji Edo Susanto


PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Borang portofolio
Nama Peserta : dr. Egi Mahendra
Nama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Topik : Seorang Pasien dengan Hidronefrosis Dextra dan Nefrolitiasis
Tanggal Kasus : 20/1/2016
Pendamping : dr. Mokhammad Aji Edo Susanto

Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi :
Seorang laki-laki Tn. N usia 31 tahun dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan.
Tujuan :
menegakan diagnosis, mengetahui penyebab dan mencegah timbul kembalinya serta
melakukan penatalaksanaan.
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi Email Pos

0
BAB I

DATA PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Alamat : Kedungwuni
Pekerjaan : Servis Alat Elektronik
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
No. Reg. CM : XX.XX.XX
Tanggal Periksa : 20 Januari 2016 (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)

2. Keluhan Utama : Nyeri pinggang sebelah kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSI Muh Pekajangan Pekalongan pada hari rabu, 20
Januari 2016 dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti diremas-remas, nyeri
diperberat saat pasien capek dan jika duduk terlalu lama, nyeri biasanya
hilang pada saat berbaring. Saat nyeri timbul, pasien merasakan BAB dan
BAK sulit, saat pasien buang air kecil, urin berwarna bening. Selama sakit
pasien sudah pernah berobat 3 kali, membaik saat minum obat dan keluhan
muncul setelah obat habis. Pasien lupa mengkonsumsi obat apa. Sejak 2 hari
SMRS keluhan dirasakan makin memberat, nyeri pinggang kanan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri terus menerus, nyeri lama membaik walaupun istirahat
dan sakit saat BAK. BAK berwarna bening, tidak keruh dan tidak terdapat
darah. BAB pasien mengaku tidak ada keluhan. Sumber air minum pasien
berasal dari air isi ulang, pasien minum 1 hari kurang dari 1 liter dan tidak
suka mengkonsumsi makanan berkuah maupun sayuran.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
Pasien tidak mempunyai riwayat di rawat di rumah sakit.
Riwayat penyakit hipertensi, DM dan alergi disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

1
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa maupun
menderita batu ginjal. Tidak ada riwayat hipertensi, stroke, maupun DM pada
keluarga.

6. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien telah menikah dan memiliki 2 orang anak. Saat ini pasien tinggal
bersama istri dan kedua anaknya. Pasien merupakan pekerja servis alat
elektronik. Istri merupakan ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan
menggunakan biaya sendiri (umum).

II. PEMERIKSAAN FISIK (Rabu, 20 Januari 2016)

1. Keadaan Umum :
i. Kesadaran komposmentis, GCS E4 V5 M6 (15), tampak sakit ringan.
ii. Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi cukup
Laju nafas : 18 x/menit, reguler
Suhu : 36,7 0C
iii. Data antropometri :
Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 164 cm
IMT : 23,5 (normoweight)
2. Pemeriksaan Sistematis :
i. Kepala : bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut
dan kulit kepala tidak ada kelainan.
ii. Mata : palpebra superior et inferior, dextra et sinistra tidak
tampak edema/cekung, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.
iii. Telinga : bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikel
(-), liang telinga D/S lapang, serumen (-/-), sekret (-/-).
iv. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-).
v. Mulut : perioral sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-),
mukosa dinding faring tidak hiperemis.
vi. Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
KGB submandibula, servikal D/S tidak teraba membesar.
vii. Toraks :
I : bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan
nafas, retraksi dinding dada (-).
P : stem fremitus kanan-kiri depan-belakang sama kuat.
P : sonor, batas paru-hepar di ICS VI MCL dextra.
A : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.

2
viii. Jantung :
I : pulsasi ictus cordis tak tampak.
P : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
P : redup, batas jantung kanan : midsternum, kiri : ICS V
MCL sinistra, atas : ICS III PSL sinistra.
A : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
ix. Abdomen :
I : tampak datar.
P : supel, turgor baik, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba.
P : timpani, meteorismus (-), nyeri ketuk kostovertebra
kanan (+).
A : bising usus (+) normal.
x. Anus dan Genitalia : tidak terdapat kelainan.
xi. Ekstremitas : akral teraba hangat, pulsasi dan perfusi baik.
xii. Kulit : turgor baik, ruam (-).
xiii. KGB : tidak membesar.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium :
Saat ini belum dilakukan pemeriksaan laboratorium lagi seperti ureum
kreatinin. Namun, beberapa bulan yang lalu pasien sempat melakukan
pemeriksaan urine namun hasilnya pasien lupa. Selain itu pasien pernah
melakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil kolesterol tinggi.

2. Pemeriksaan Radiologis :
Pasien telah menjalani pemeriksaan USG abdomen pada hari kamis, 21
Januari 2016 dengan hasil sebagai berikut :

3
Interpretasi hasil USG abdomen :

HEPAR ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, ekogenisitas


normal, tepi rata, sudut tajam, tak tampak nodul, V. Porta dan V. Hepatika tak
melebar.
VESIKA FELLEA tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu.
LIEN ukuran normal, parenkim homogen, V. Lienalis tak melebar, tak
tampak nodul.
PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak
melebar.

4
GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas,
PCS melebar, tampak lesi hiperekoik kecil-kecil (1-2 mm), tak tampak
massa.
GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS
tak melebar, tak tampak batu, tak tampak massa.
AORTA tak tampak melebar.
Tak tampak pembesaran noduli limfatici paraaorta.
VESIKA URINARIA dinding tak menebal, reguler, tampak batu ukuran
1,08 cm.
Tak tampak efusi pleura.
Tak tampak cairan bebas intraabdomen.

KESAN :
Moderate hidronefrosis dekstra disertai nefrolitiasis (kecil-kecil) dan
hidroureter kanan curiga e.c batu ureter di distalnya.
Vesikolitiasis ukuran 1,08 cm.
Tak tampak kelainan lainnya pada sonomorfologi organ intraabdomen di
atas.

IV. RESUME

Telah diperiksa seorang laki-laki 31 tahun dengan :

1. Nyeri pinggang sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul, nyeri seperti diremas-remas, nyeri diperberat saat pasien capek
dan jika duduk terlalu lama, nyeri biasanya hilang pada saat berbaring. Saat
nyeri timbul, pasien merasakan BAB dan BAK sulit, saat pasien buang air
kecil, urin berwarna bening. Sejak 2 hari yang lalu keluhan dirasakan makin
memberat, nyeri pinggang kanan dan sakit saat BAK. Sumber air minum
pasien berasal dari air isi ulang, pasien minum 1 hari kurang dari 1 liter dan
tidak suka mengkonsumsi makanan berkuah maupun sayuran. Terdapat
riwayat hiperkolesterolemia.
2. Pemeriksaan fisik dalam batas normal kecuali pada pemeriksaan abdomen
terdapat nyeri ketuk kostovertebra kanan.
3. Pemeriksaan laboratorium saat ini belum dilakukan namun terdapat riwayat
hiperkolesterolemia.
4. Pemeriksaan radiologi (USG abdomen) menunjukkan moderate hidronefrosis
dekstra disertai nefrolitiasis (kecil-kecil) dan hidroureter kanan curiga e.c
batu ureter di distalnya dan vesikolitiasis ukuran 1,08 cm

V. DIAGNOSIS

5
Hidronefrosis e.c nefrolitiasis dextra

VI. PENATALAKSANAAN
Saat ini, pasien diberikan inj. Cefotaxim 2x1gr dan ketorolac 3x30mg untuk
mengurangi rasa nyeri pada pinggang kanan pasien.

VII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad functionam : dubia ad bonam
3. Ad malam : dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Traktus Urinarius

Sistem traktus urinarius memegang peranan dalam pembentukan, penampungan


sementara, dan pengeluaran urin. Organ-organnya terdiri dari :

6
Ren (ginjal), yang membentuk urin.
Ureter, yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih.
Vesica urinaria, yang menampung air kemih (urin) untuk sementara.
Uretra, saluran yang mengeluarkan urin.

Ginjal

Ginjal terdapat sepasang, berbentuk seperti kacang, berwarna merah kecoklatan,


dan permukaannya berkilap karena dibungkus capsula fibrosa. Panjang ginjal adalah 11-
12 cm, lebarnya 5-6 cm, dan tebalnya 3 cm (ginjal kiri sedikit lebih panjang tetapi lebih
tipis), dan beratnya kurang lebih 130-150 cm.

Ginjal memiliki extremitas superior renis, extremitas inferior renis, fascies


anterior renis, fascies inferior renis, margo medialis renis, margo lateralis renis. Facies
anterior renis menghadap ke depan lateral, sementara facies posterior renis menghadap
ke belakang medial. Margo medialis renis, yang cekung, membentuk hilum renale,
tempat lewatnya pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe, dan ureter.

Pada potongan koronal ginjal, terlihat dua massa padat yang bisa dibedakan ;
massa sebelah dalam yang lebih gelap disebut medulla renalis, sementara massa sebelah
luar yang lebih pucat disebut cortex renalis. Di sebelah dalam medulla renalis terdapat
rongga yang disebut sinus renalis, yang sumbunya sesuai dengan sumbu ginjal. Sinus
renalis berbatasan dengan capsula renalis yang sebagian masuk ke dalamnya. Sinus

7
renalis berisi calices renales, pelvis renales, dan pembuluh-pembuluh darah yang
tertanam di dalam massa lemak. Dinding sinus tidak rata tetapi mempunyai 6 15
tonjolan yang disebut papillae renales.

Ke arah luar, papillae renales membentuk jaringan seperti jari-jari yang berwarna
lebih gelap, disebut piramida renales. Dasar piramida renalis teletak pada cortex disebut
basis piramida renalis. Piramida renalis bergabung membentuk medulla renalis.

Pada papilla renalis terdapat lubang kecil tempat bermuaranya tubuli renalis.
Setelah melalui lubang-lubang tersebut, urine mengalir keluar ke calices renalis minores,
lalu bergabung menjadi calices renalis mayor lalu ke pelvis renalis dan masuk ke ureter.

Ginjal terdiri dari susunan lobus-lobus dimana tiap lobus memiliki sistem
pembuluh darah yang terdiri dari sejumlah bangunan yang memegang peranan dalam
filtrasi urin. Sistem tersebut berawal di corpusculum Malpighi (glomelurus dan capsula
Bowman) yang terletak pada cortex renalis. Pada glomelurus terdapat arteriola
glomelularis afferens dan efferens. Pada bagian ini terjadi filtrasi yang mengawali proses
pembentukan urin.

Dari corpusculum Malpighi, filtrat ditampung di dalam tubuli renales mulai dari
tubulus contortus proximalis, tubulus spiralis, ansa Henle (pars ascendens dan
descendens), tubulus contortus distalis, tubulus renis arcuatus, tubulus colligens rectus,
dan berakhir pada ductus papillaris.

8
Ginjal terletak pada bagian belakang rongga abdomen, di sebelah columna
vertebralis dan M. Psoas mayor. Tepi medial ginjal menghadap ke arah medial depan.
Letak ginjal kiri biasanya 1,5 cm lebih tinggi dan terletak sedikit lebih medial. Pada
pernafasan tenang dan posisi berbaring, hilum renale terletak di bidang transpilorik.
Pada pandangan ventral, ekstremitas inferior ginjal kiri terletak di bidang subcostal.
Pada pandangan dorsal, hilum renale ginjal kiri terletak setinggi prosesus spinosus
vertebra lumbalis I dan ekstremitas inferiornya terletak 5 cm di atas titik tertinggi crista
iliaca.

Pembuluh darah yang memperdarahi ginjal adalah arteria renalis yang


merupakan cabang dari aorta abdominalis. Kedua arteria renalis tidak hanya berfungsi
untuk memperdarahi parenkim ginjal, tetapi juga berperan dalam filtrasi urin. Arteri
renalis berjalan menuju hilum renale. Setelah mencapai hilum renale, A. Renalis
bercabang menjadi 5 aa. Segmentales renis. Lalu sesampainya pada piramida renalis
bercabang menjadi arteriae lobares renis. Sebelum memasuki medulla renalis bercabang
lagi menjadi aa. Interlobares renis. Pada perbatasan antara cortex dan medulla renalis
menjadi aa. Arcuatae renis yang berjalan menuju cortex renalis dan membentuk
percabangan yang memasuki glomelurus (vas afferens glomeruli). Lalu setelah keluar
dari glomelurus menuju vas efferens glomeruli atau arteriola glomeluruli) dan masuk ke
vena yang namanya sesuai dengan nama arteri tempat masuknya darah ke ginjal.

9
Persarafan ginjal dipersarafi oleh plexus coeliacus dan plexus intermesentericus.
Masuk mengikuti A. Renalis kemudian bergabung dengan n. splanchinicus imus dan n.
splanchnicus lumbalis I memebntuk plexus renalis.

Ureter

Ureter dalah saluran yang menampung dan mengalirkan urin dari pelvis renalis
ke kandung kemih. Saluran ini mempunyai dinding yang tebal dan lumen yang kecil,
serta panjangnya kurang lebih 25 cm. Pada tempat keluarnya dari pelvis renalis, ureter
terletak di belakang arteria dan vena renalis. Separuh ureter berada di rongga abdomen
(pars abdominalis ureteris) dan setelah menyilang dengan vasa iliaca communis masuk
ke rongga pelvis (pars pelvica ureteris).

Ureter dexter dan sinister bermuara ke dalam vesica urinaria dengan sudut miring
inferomedial. Muara ureter pada vesica urinaria disebut ostium ureteris yang berbentuk
pipih panjang yang berfungsi seperti katup untuk mencegah refluks urin ke ureter.

Ureter memuliki 3 tempat penyempitan yaitu:

Di perbatasan antara pelvis renalis dan ureter (ureteropelvic junction)


Di bagian yang menyilang vasa iliaca communis atau vasa iliaca eksterna
Di muaranya pada vesica urinaria

Pada batu ginjal yang turun ke ureter dapat tersangkut di tempat penyempitan
tadi menyebabkan kolik dan retensi urin yang dapat menimbulkan hidronefrosis.

Ureter diperdarahi oleh a. Renalis, a. Testicularis/ovarica, a. Iliaca interna, a.


Vesicalis inferior atau a. Uterina. Ureter dipersarafi oleh sejumlah nervus yang berasal
dari plexus renalis, plexus testiularis/ovaricus, dan plexus hypogastricus. Adanya batu

10
ureter menyebabkan spasme pada otot dinding ureter yang menyebabkan nyeri yang
juga terasa pada daerah kulit yang dipersarafi oleg segmen torakal XI-XII dan lumbal I-
II. Nyeri khas pertama kali di daerah pinggang yang kemudian menjalar ke scrotum dan
penis/labium majus (reffered pain).

Vesica Urinaria

Vesica urinaria merupakan kantong muskulomembranosa yang dapat


merenggang dan berfungsi sebagai tempat penampunga urin. Pada orang dewasa terletak
pada rongga pelvis, di belakang simfisis pubis. Pada laki-laki terletak di depan rektum
dan pada perempuan terdapat seviks uteri dan vagina di antara vesica urinaria dan
rektum. Ketika terisi penuh, vesica urinaria akan mengembang ke atas sampai rongga
abdomen. Permukaan atas vesica urinaria dilapisi perineum. Pada laki-laki lapisan ini
meluas ke belakang membentuk lekukan di antara vesica urinaria dna rektum disebut
excavatio rectovesicalis. Pada perempuan, peritoneum yang melapisi permukaan atas
vesica urinaria meluas ke atas dan berbatasan dengan corpus uteri membentuk excabatio
vesicouterina; lapisan peritoneum tersebut juga meluas ke belakang uterus dan
berbatasan dengan rectum membentuk excabatio rectouterina (cavum Douglasi). Dalam
keadaan normal, vesica urinaria dapat menampung sampai 550 cc urin atau lebih.
Sensasi ingin berkemih biasanya mulai timbul sewaktu terdapat urin sebanyak 160-300
cc. Ketika volume urin mencapai 450 cc vesica urinaria sudah menyantuh dinding depan
abdomen dan puncaknya berada 7-8 cm di atas crista pubica.

Vesica urinaria menempati sebuat ruangan berbentuk limas segitiga yang kedua
sisi sampingnya bertemu di depan (pada simfisis pubis). Sisi samping ruangan tersebut
dibentuk m. Obturatorius internus (di atasnya) dan m. Levator ani (bagian bawahnya).
Bagian bawahnya ditahan oleh diafragma urogenital.

11
Ketika terisi sedikit urin, vesica urinaria berbentuk seperti piramida dengan
empat permukaan; yang menghadap ke atas disebut facies superior vesicae, yang
menghadap ke lateral bawah disebut facies inferolateral vesicae (ada dua, kanan dan
kiri), sementara yang menghadap ke belakang bawah disebut facies posterior vesicae
(basis atau fundus vesicae). Puncaknya terletak di depan pada pertemuan facies superior
dan kedua facies inferolateralis, disebut apex vesicae. Bagian di antara apex dan fundus
disebut corpus vesicae.

Ligamentum umbilicale medianum atau chorda urachi melekat pada apex


vesicae. Kadang-kadang, chorda urachi ini masih paten ketika bayi lahir sehingga urin
dapat merembes keluar melalui umbilicus. Pada kedua sudut superior basis vesicae,
terdapat ostium ureteris (kanan dan kiti). Pada sudut inferiornya, terdapat ostium
urethrae internum; di bagian permulaan urethra ini, terdapat otot polos sirkular yang
disebut m. Sphincter vesicae. Bagian bawah vesica urinaria ini, yang melekat erat pada
prostata, disebut cervix vesicae; bagian ini relatif tidak bergerak karena difiksasi oleh
ligamentum puboprostaticum dan ligamentum laterale vesicae.

Permukaan dalam vesica urinaria berlipat-lipat, kecuali pada daerah segitiga


yang puncaknya menghadap ke bawah, disebut trigonum vesicae (trigonum Lieutardi).
Pada puncak segitiga tersebut, terdapat ostium urethrae internum. Alasnya merupakan
garis yang menghubungkan kedua ostium ureteris (kanan dan kiri); di antara kedua
ostium ureteris, terdapat plica interureterica.

Lapisan-lapisan dinding vesica urinaria terdiri dari 4 lapisan :

Tunica serosa : berasal dari peritoneum parietal. Lapisan ini menutupi facies
superior, bagian atas facies inferolateralis, dan fundus vesicae.
Tunuca muskularis : terdiri dari tiga lapisan otot polos
o Lapisan luar, sebagian besar tersusun dari serabut-serabut longitudianl
o Lapisan tengah, sebagian besar berupa serabut sirkular
o Lapisan dalam, sebagian besar berupa serabut longitudinal
Tunuca submukosa : tersusun dari jaringan ikat longgar. Berhubungan erat dengan
tunica mocosa.
Tunica mukosa : lapisan tipis, tidak mempunyai kelenjar.

Pembuluh darah yang memperdarahi vesica urinaria adalah a. Vesicalis superior


dan a. Vesicalis inferior; pada perempuan, vesica urinaria juga didarahi oleh cabang-
cabang a. Uterina dan a. Vaginalis. Dari vesica urinaria, darah dialirkan ke plexus

12
venosus vesicalis dan (pada laki-laki) plexus venosus prostaticus, kemudian menuju vv.
Vesicales, sebelum akhirnya memasuki v. Iliaca interna.

Vesica urinaria mempunyai persarafan motorik dan sensorik. Serabut saraf


parasimpatisnya berasal dari nervi pelvici splanchnici, menyebabkan perangsangan otot
polos vesica urinaria (m. Detrusor vesicae) dan menghambat m. Sphincter vesicae (otot
motorik). Serabut simpatisnya berasal dari nervi lumbales bagian atas (melalui plexus
hipogastricus), menghasilkan efek yang berlawanan. Persarafan sensorik berperan dalam
menimbulkan sensasi ingin miksi sewaktu kandung kemih terisi penuh. Rasa nyeri yang
dirasakan pad penyakit-penyakit vesica urinaria juga terkait dengan persarafan ini.
Serabut penghantar impuls nyeri berjalan ke segmen lumbal dan sakral medulla spinalis;
karena itu, nyeri tak tertahankan yang timbul pada penyakit-penyakit terminal sulit
diatasi.

Uretra

Uretra merupakan saluran yang keluar dari vesica urinaria, berawal dari cervix
vesicae (pada ostium urethra internum). Urethra laki-laki (kurang lebih 20 cm) jauh
lebih panjang dibandingkan urethra perempuan (hanya sekitar 4 cm).

Uretra laki-laki tidak hanya berfungsi untuk saluran keluar urin, namun juga
sebagai saluran keluar bagi sekret yang dihasilkan oleh vesicula seminalis, prostata,
glandula bulbourethralis, dan sejumlah kelenjar urethra waktu ejakulasi. Berbentuk
seperti huruf S. Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

13
Pars prostatica : bagian yang terletak di dalam prostata, hanya sekitar 2,5 cm.
Merupakan bagian prostat yang paling lebar. Terdapat crista urethralis, sinus
prostaticus, collicus seminalis, utriculus prostaticus, dan ductus ejakulatorius.
Pars membranacea : menembus diafragma urogenital. Paling pendek diantara bagian
urethra lainnya. Dikelilingi oleh m. Sphincter urethrae dan terdapat glandula
bulbourethralis di lateral kanan dan kirinya.
Pars spongiosa : bagian yang berada pada corpus spongiosum. Merupakan bagian
terpanjang (15 cm). Berakhir pada ostium urethrae externum. Terdapat muara ductus
glandula bulbourethralis dan glandula urethralis. Tepat sebelum muara urethra
terdapat pelebaran yang disebut fossa navicularis urethrae.

Uretra perempuan berawal dari cervix vesicae sebelum akhirnya bermuara di


ostium urethrae externum pada vestibulum vaginae. Sepanjang perjalanannya, urethra
melekat erat pada dinding depan vagina; bagian belakang bawah simfisis pubis,
posisinya miring ke bawah depan. Pada dinding posterior urethra terdapat tonjolan
mukosa longitudinal yang disebut crista urethralis.

2.2. Fisiologi Traktus Urinarius

Sistem urinaria adalah suatu sistem kerjasama tubuh yang bertujuan untuk
mempertahankan homeostatis. Sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria, dan
uretra.

Fungsi spesifik dari ginjal adalah :

Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.


Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES termasuk Na +, K+, Cl-,
HCO3-, Ca 2+, Mg2+, SO42-, PO43-, dan H+.
Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal
sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O.
Membantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh.
Memelihara osmolaritas.
Mengekskresikan produk sisa dari metabolisme seperti ures, asam urat, dan
kreatinin.
Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, pestisida, dll.
Mensekresikan eritropoietin untuk merangsang pembentukan sel darah merah.

14
Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang
penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal.
Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta satuan fungsional berukuran
mikroskopik yang dikenal sebagai nefron, yang disatukan satu sama lain oleh jaringan
ikat. Susunan nefron di dalam ginjal membentuk dua daerah khusus yaitu konteks di
sebelah luar, dan medula di bagian dalam. Setiap nefron terdiri dari komponen vakular
dan komponen tubulus.

Komponen vaskular :
o Arteriol aferen : mengangkut darah ke glomelurus.
o Glomelurus : berkas kapiler yang menyaring plasma bebas protein ke dalam
komponen tubulus.
o Arteriol eferen : mengangkut darah dari glomelurus.
o Kapiler peritubulus : memperdarahi jaringan ginjal, berperan dalam
pertukaran dengan cairan di lumen tubulus.
Kombinasi komponen vaskuler dan tubulus :
o Aparatus jukstaglomerulus : mensekresikan zat-zat yang berperan dalam
mengontrol fungsi ginjal.
Komponen tubulus :
o Kapsula bowman : mengumpulkan filtrat glomerulus.
o Tubulus proksimal : reabsorpsi dam sekresi tidak terkontrol za-zat tertentu
berlangsung di sini.
o Lengkung henle : membentuk gradien osmotik di medula ginjal yang penting
dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan berbagai konsentrasi.
o Tubulus distal : sekresi dan reabsorpsi tidak terkontrol zat-zat tertentu
berlangsung di sini.
o Tubulus pengumpul : reabsorpsi H2O dalam jumlah bervariasi berlangsung
disini; cairan yang meninggalkan tubulus pengumpul menjadi urin, yang
kemudia masuk ke pelvis ginjal.

15
Terdapat 2 jenis nefron yaitu nefrom korteks (paling banyak dijumpai) dan nefron
jukstamedula. Glomerulus nefron korteks teletak di korteks luar, sedangkan glomerulus
nefron jukstamedula terletak di bagian dalam korteks di samping medula. Lengkung
Henle nefron korteks hanya sedikit terbenam dalam medula, tetapi nefron jukstamedula
memiliki lengkung Henle yang panjang yang menyelam masuk ke dalam medula.
Kapiler peritubulus jukstamedula membentuk lengkung-lengkung halus yang dikenal
sebagai vasa rekta (penting untuk kemampuan ginjal menghasilkan urin dalam berbagai
konsentrasi).

Tahap pembentukan urin :

1. Filtrasi glomerulus

16
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus
melewati 3 lapisan yaitu dinding kapiler glomerulus, lapisan gelatinosa
aselular yang dikenal sebagai membran basal, lapisan dalam kapsula
Bowman. Ketiga lapisan ini menahan sel darah merah dan protein plasma,
tepapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain yang ukuran molekularnya
cukup kecil.

Gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus dalah tekanan darah kapiler
yang mendorong filtrasi juga tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan
hidrostatik kapsul Bowman yang melawan filtrasi. Perbedaan gaya yang
mendorong dan melawan filtrasi adlah tekanan filtrasi netto. GFR adalah laju
filtrasi sebenarnya yang merupakan perkalian antara koefisien filtrasi dengan
tekanan filtrasi netto. Faktor yang sering menyebabkan perubahan GFR
adalah perubahan tekanan darah kapiler glomerulus.
Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus
difiltrasi dengan tekanan filtrasi netto 10 mmHg, menghasilkan secara
kolektif melalui semua glomerulus 180 liter filtrat glomerulus setiap hari
untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 liter filtrat per hari
untuk GFR 115 ml/menit pada wanita.
2. Reabsorpsi tubulus
Air, natrium dan glukosa hampir 100% direabsorpsi, sedangkan urea dan
fenol sebagai zat sisa akan dibuang. Terdapat 2 jenis reabsorpsi, yaitu pasif
dan aktif.
Sistem renin angiotensin aldosteron : ginjal mensekresikan hormon renin
sebagai respons terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah arteri.
Renin mengaktifkan angiotensinogen, suatu protein plasma yang diproduksi
oleh hati, menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II

17
oleh ACE yang diproduksi paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal
mensekresikan aldosteron yang merangsang reabsorpsi Na oleh ginjal.
3. Sekresi tubulus
Yang terpenting adalh sekresi H+, K+, dan ion-ion organik.

2.3. Nefrolitiasis

Definisi

Batu di dalam saluran kemih yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran urin, atau infeksi. Tergantung
lokasinya, batu saluran kemih disebut nefrolitiasis (ginjal), ureterolitiasis (ureter),
vesikolitiasis (kandung kemih), dan uretrolitiasis (uretra).

Etiologi dan Faktor Risiko


Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut

18
adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

Patofisiologi

Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
maupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antar lain:

a. Teori inti matriks


Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organik
sebagai inti. Substansi organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang akan mempermudah terjadinya kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.

b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti cystine,
xantine, asam urat, calsium oxalat, akan mempermudah terbentuknya batu.

c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada
urin yang bersifat asam akan mengendap cystine, xantine, asam dan garam urat
sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat

19
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya
batu saluran kencing.

Jenis-jenis Batu

Batu kalsium

Paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu saluran kemih.
Terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, ataupun campuran dari kedua unsur itu.

Faktor ternyadinya batu kalsium :

Hiperkalsiuri : kadar kalsium dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. 3
penyebabnya adalah :
o Absolut : peningkatan absorpsi kalsium melalui usus.
o Renal : gangguan kemampuan reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal.
o Resoptif : peningkatan resorpsi kalsium tulang pada hiperparatiroid
primer atau pada tumor paratiroid.
Hiperoksaluria : ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keasaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan
yang kaya akan oksalat, di antaranya adalah teh, kopi instan, soft drink, kokoa,
arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
Hiperurikosuria : kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam.
Asam urat berlebihan dalam urin bertindak sebagai inti batu/nidus untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urin berasal dari
makan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme
endogen.
Hipositraturia : pada penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis,
sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka
waktu lama.
Hipomagnesuria : pada penyakit IBS yang diikuti dengan gangguan malabsorpsi.

Batu struvit
Disebut juga batu infeksi karena terbantuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (urea
splitter seperti Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urin menjadi

20
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasanya basa ini memudahkan
garam magnesium, amonium, fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium
amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, batu jenis
ini dikenal sebagai batu triple phosphate.

Batu asam urat


Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80%
batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien
penyakit GOUT, penyakit mieloproliferatif, terapi antikanker, dan banyak
menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazone, kegemukan, peminum alkohol,
dan diet tinggi protein. Asam urat berasal dari purin yang diubah menjadi xanthin
lalu hipoxanthin, dan akhirnya menjadi asam urat. Asam urat diekskresikan ke urin
dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat sering berikatan dengan natrium
membentuk natrium urat yang lebih mudah larut dalam air. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah urine yang terlalu asam (pH <6),
volume urine yang sedikit, hiperurikosuria. Batu asam urat biasanya halus dan bulat
sehingga sering keluar spontan. Bersifat radiolusen dan pada IVU tampak sebagai
filling deffect, sedangkan pada USG tampak acoustic shadow.

Batu jenis lain


Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang.

Batu Ginjal dan Batu Ureter


Komplikasi
Batu yang ukurannya kecil (<5cm) pada umumnya dapat keluar spontan
sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan
reaksi radang (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa
hidroureter atau hidronefrosis. Jika disertai infeksi sekunder dapat menimbulkan
pielonefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefritik, abses paranefritik, atau
pielonefritis. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal yang jika
mengenai kedua ginjal menyebabkan gagal ginjal permanen.
Gambaran klinis
Keluhan tergantung pada posisi dan letak batu, besar batu, dan penyulit. Keluhan
yang paling sering dirasakan adalah nyeri pada pinggang. Nyeri kolik terjadi
karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu. Nyeri non kolik terjadi akibat

21
perenggangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing. Hematuria sering dikeluhkan akibat trauma pada mukosa
saluran kemih yang disebabkan batu. Jika terdapat demam harus dicurigai
sebagai urosepsis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kostovertebra juga teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya leukosuria, hematuria,
dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pada kultur mungkin ada
pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal berfungsi untuk
mempersiapkan pasien yang akan menjalami pemeriksaan IVU. Perlu juga
diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu
saluran kemih.
Pemeriksaan radiologis
a. Foto Polos Abdomen (FPA)
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan
paling sering dijumpai di antara batu jenis lain. Batu asam urat bersifat non
opak (radiolusen). Batu MAP bersifat semi opak.
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU
dapat mendeteksi adanya batu semiopak ataupun non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keasaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd (media kontras
dimasukkan melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem
pelviocaliceal dengan memasang kateter dibantu cyctoskopi).
c. USG
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU yaitu oada
keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di
ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pielonefrosis, atau pengerutan ginjal.
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agak tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk

22
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi
sosial.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecah dengan ESWL,
melalui tindakan endoneurologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka.
o Medikamentosa
Untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar secar spontan. Bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan banyak
minum supaya dapat mendorong batu keluar.
o ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan, tetapi dengan
menggunakan getaran gelombang. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak
jarang pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria. Indikasi adalah untuk batu ginjal <2
cm dan batu ureter (non impacted).
o Endourologi
Tindakan invasif minimal melalui alat yang dimasukkan langsung
ke dalam saluran kemih. Prose pemecahan batu dapat dilakukan
secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau laser.
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran
ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen
kecil. Indikasi luas termasuk batu ginjal d an ureter
proksimal, batu staghorn, batu residif.
Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu urethrea dengan
memasukkan litotriptor ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi
Eksisi dormia
o Bedah laparoskopi
Sedang berkembang. Banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

23
o Bedah terbuka
Pielolitotomi atau nefrolototomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Pencegahan
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine
sebanyak 2-3 liter per hari.
Diet untuk mengurangi kadar zat kompetem pembentuk batu (diet rendah
purin, protein, dan garam).
Aktivitas harian yang cukup.
Hindari vitamin C dan kalsium berlebih, terutama yang berasal dari
suplemen.
Konsumsi obat seperti thiazides, potasium sitrat, magnesium sitrat, dan
allopurinol tergantung dari jenis batunya.
Prognosis
Baik bila tidak timbul komplikasi
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang
lebih 50% dalam 10 tahun.

Batu Buli-buli
Batu buli-buli sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat
benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien hiperplasia prostat,
striktura uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli nefrogenik. Kateter yang dipasang
dalam waktu lama seringkali menjadi inti batu. Batu buli-buli dapat berasal dari batu
ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli. Sering dijumpai pada anak yang
menderita kurang gizi atau sering menderita diare dan dehidrasi. Gejal khas adala gejala
iritasi seperti nyeri kencing/disuria hingga staguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing
dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri seringkali reffered pain pada ujung skrotum, perineum, pinggang,
sampai kaki. Pada anak seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping
sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan menggosok-gosok vulva pada
anak perempuan. Seringkali komposisi batu merupakan batu asam urat dan struvit. Batu
buli-buli dipecahkan dengan litotripsi ataupun besikolitotomi.

Batu Urethra
Biasanya berasal dari batu ginjal/ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke
uretra. Keluhan biasanya miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urine, yang
mungkin didahului dengan nyeri pinggang. Pengeluaran batu tergantung pada posisi,
ukuran, dan bentuk batu.

24
2.4. Hidronefrosis

Definisi
Hidronefrosis adalah distensi dari kalix renal dan pelvis renal yang disebabkan oleh
obstruksi aliran urin di distal dari pelvis renal. Hidronefrosis dapat merupakan kejadian
akut maupun kronik, unilateral maupun bilateral. Hidronefrosis merupakan kejadian
yang normal pada wanita yang sedang mengandung yang disebabkan oleh pengaruh
progresteron yang dapat menyebabkan dilatasi pada pelvis dan kalix renal, juga karena
kompresi mekanih pada ureter.

Epidemiologi
Penelitian pada 59.064 orang dengan variasi usia dari neonatus hingga lansia
menyatakan bahwa hidronefrosis terjadi pada 3,1% populasi. Pada usia antara 20-60
tahun, kebanyakan penderita adalah wanita disebabkan karena usia reproduktif. Pada
laki-laki, biasanya hidronefrosis disebabkan karena pembesaran prostat dan usia yang
lazim adalah di atas 60 tahun.

Etiologi
Penyebab hidronefrosis dan hidroureter dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi
sumbatan, yaitu :
Ureter :
a. Intrinsik : striktur ureteropelvic junction, obstruksi ureterovesical junction,
nekrosis papila, reluks ureterovesical, striktur ureter, tumor ureter,
ureterocele, endometriosis, tuberkulosis.
b. Fungsional : neurogenic bladder.
c. Ekstrinsik : kanker serviks, kanker prostat, fibrosis retroperitoneal,
inflammatory bowel disease, prolaps uteri, kehamilan, kista ovarium,
divertikulitis.
Kandung kemih :
a. Intrinsik : karsinoma kandung kemih, kalkulus pada kandung kemih, sistokel
hipertrofi leher kandung kemih.
b. Fungsional : refluks versikoureteral.
c. Ekstrinsik : lipomatosis.
Uretra :
a. Intrinsik : striktur uretra, divertikel uretra, atresia uretra, hipospadia dan
epispadia.
b. Ekstrinsik : BPH, kanker prostat, fimosis.

25
Faktor Resiko

Faktor resiko dari hidronefrosis adalah usia di atas 60 tahun, pekerjaan yang
meningkatkan statis urine (supir, sekretaris), riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya,
GOUT, riwayat pembedahan. Riwayat penyakit keluarga kalkulus, ginjal, GOUT,
diabetes. Riwayat kebiasaan kurang minum.

Patofisiologi
Hidronefrosis terjadi karena gangguan pada anatomi atau fisiologi dari traktus urinarius
yang dapat menyebabkan gangguan pasase urine dari ginjal. Peningkatan tekanan ureter
menyebabkan perubahan pada filtrasi glomerulus, fungsi tubulus, dan aliran darah
ginjal. GFR akan turun setelah beberapa jam setelah obstruksi akut. Kemampuan tubulus
ginjal dalam transportasi sodium, potasium, dan proton juga kemampuan untuk
menghasilkan urine dengan berbagai konsentrasi juga ikut terganggu.

Terdapat 2 jenis hidronefrosis yaitu akut dan kronik. Pada hidronefrosis akut, biasanya
fungsi ginjal dapat kembali dengan sempurna dan hanya terjadi sedikit perubahan
anatomi dari parenkim ginjal. Sedangkan pada hidronefrosis kronik akan terjadi
perubahan ireversibel dari fungsi ginjal. Dilatasi pada kasus kronik menyebabkan
kompresi pada papila renalis dan penipisan pada korteks ginjal.

Tanda dan Gejala


Gejala bervariasi bergantung pada tipe hidronefrosis akut maupun kronik. Pasien juga
mungkin asimptomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Gejalan yang sering
ditemukan pada pasien dengan hidronefrosis adalah :
Nyeri (tergantung pada lokasi sumbatan. Jika pada ureter bagian atas atau pelvis
renal, nyeri terasa pada bagian flank, sedangkan jika obstruksi pada ureter bagian
bawah, nyeri dapat terasa juga sampai ke testis atau labia ipsilateral).
Disuria hingga anuria.
Demam jika terjadi infeksi.
Nyeri tekan.
Hematuria.
Jika kedua ginjal terkena, maka akan muncul tanda dan gejala gagal ginjal seperti
hipertensi, gagal jantung kongesif, perikarditis, pruritis, anoreksia, mual muntah, dan
lain sebagainya).

Pemeriksaan fisik : pada hidronefrosis yang parah dapat ditemukan ballotemen positif,
nyeri ketuk kostovertebra biasanya positif.

26
Diagnosis

Definitif :

Nyeri perut kanan menjalar ke bawah sampai lipat paha.


Nyeri pinggang sebelah kanan beberapa waktu kemudian.
Demam.
Disuria.
Rasa nyeri di kandung kemih dan ginjal.
USG hidronefrosis.
Mual muntah.

Probable : demam, nyeri abdomen, disuria, rasa nyeri di kandung kemih dan ginjal, mual
muntah.

Possible : demam, nyeri abdomen, rasa nyeri di kandung kemih dan ginjal, mual
muntah.

Derajat keparahan dari hidronefrosis dilihat dengan USG :

1. Mild : separasi kecil pada pola kaliks, echo normal, ketebalan parenkim normal.
2. Moderate : ballooning pada kaliks mayor dan minor, hipoekoik, ketebalan parenkim
normal atau sedikit menipis.
3. Severe : dilatasi masif dari pelvis renal dan kaliks dengan penipisan korteks ginjal,
hipoekoik.

Ada 4 derajat hidronefrosis menurut IVP :

1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting (tumpul).
2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening (datar).
3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor, tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing (menonjol).
4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, serta adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentuk balloning (mengembung).

Pemeriksaan Laboratorium

Urinalisis berguna untuk mendeteksi adanya infeksi. Hematuria mengindikasikan


keberasaan batu atau tumor. Jika pada CBC ditemukan leukositosis kemungkinan terjadi
infeksi akut. Pemeriksaan kimia darah dapat menunjukkan peningkatan dari BUN dan

27
kadar kreatinin pada hidronefrosis bilateral. Jika terjadi hiperkalemia menunjukkan
suatu kondisi yang mengancam nyawa.

Pemeriksaan Radiologis

Beberapa pemeriksaan radiologis yang biasa digunakan pada kasus hidronefrosis adalah:

USG
Pemeriksaan untuk mengetahui obstruksi dati traktus urinarius.
Tidak ada resiko alergi dan toksik.
CT scan
Dilakukan jika hasil USG equivocal, ginjal tidak dapat divisualisasikan dengan baik,
ataupun jika penyebab obstruksi tidak dapat diidentifikasikan.
Adekuat untuk mendiagnosis lebih dari 90% kasus.
IVP
Memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan USG.
False positif sangat rendah dan dapat mengidentifikasi letak obstruksi, juga dapat
membantu mendeteksi kondisi terkait seperti nekrosis papila atau penumpulan kaliks
renal karena infeksi.
Namun, IVP memerlukan kontras (efek samping alergi).
IVP dapat membantu membedakan kalkulus staghorn dengan kista multipel renal
atau parapelvik yang seringkali tidak terdeketksi dengan menggunakan USG atau
CT scan.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
obstruksi, menangani infeksi, dan mempertahankan serta melindungi fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi, urine harus dialihkan melalui nefrostomi atau tipe diversi.
Infeksi ditangani dengan agen antimikroba karena sisa urine dalam kaliks dapat
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien juga dipersiapkan untuk pembedahan
yaitu untuk mengangkat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu
ginjal rusak berat dan fungsinya hilang, dilakukan nefrektomi (pengangkatan ginjal).

Komplikasi

Hidronefrosis berkaitan dengan nefropati obstruktif dan gagal ginjal. Pada pasien
hidronefrosis bilateral yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal akut maupun kronik.
Statis urine sendiri dapat menyebabkan infeksi, pembentukan kalkulus, dan sepsis.
Hipertensi juga dapat terjadi karena obstruksi aliran urine dan karena efek dari sistem
renin angiotensin. Selain itu juga dapat menyebabkan azotemia.

Prognosis

28
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis kronis belum dapat
dipastikan.

2.5. Gambaran Radiologi Pada Nefrolitiasis Dan Hidronefrosis

Nefrolitiasis
Foto Rontgen Polos (BNO)
Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, ukuran, dan posisi
kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan
perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas muskuli psoas mayor kanan dan kiri.
Serta batu radioopak di daerah ureter dan buli-buli. Interpretasi terhadap kalsifikasi pada
saluran ginjal harus dilakukan dengan hati-hati karena fleboit pada kelenjar mesenterika
dan vena pelvis yang berada di atasnya sering disalah artikan sebagai batu ureter. Film
yang diambil saat inspirasi dan ekspirasi akan mengubah posisi ginjal dan seringkali
dapat mengkonfirmasikan bahwa daerah yang mengalami kalsifikasi pada abdomen
tersebut adalah batu.

Gambaran normal dari foto polos abdomen :


Distribusi gas di usus normal
Kontur hepar dan lien tidak membesar
Kontur ren D/S normal
Psoas shadow simetris
Tulang baik
Tidak tampak adanya bayangan batu radioopak sepanjang traktus urinarius

29
normal batu

Kelebihan menggunakan BNO :


Relatif murah
Cepat
Dapat menemtukan posisi batu
Memberikan gambaran abdomen dan pelvis secara lengkap

Kekurangan menggunakan BNO :

Tidak dapat mendeteksi batu radiolusen


Tidak dapat membedakan batu radioopak atau kalsifikasi

Persiapan untuk BNO :

Tidak merokok
Minum laksan saat malam sebelum pemeriksaan
Puasa minimal 8 jam sebelum pemeriksaan
Makan rendah serat 3 hari sebelum pemeriksaan
Telah BAB di rumah pada pagi sebelum pemeriksaan

USG
Pada USG, batu ditunjukkan sebagai gambaran echogenis terang dengan bayangan
posterior akustik. Batu divisualisasilan cukup baik dengan USG di ginjal dan ureter
distal pada atau dekat UVJ, terutama jika ada dilatasi. Pemeriksaan USG sangat baik
untuk menilai komplikasi batu saluran kemih seperti hidronefrosis. Namun, USG tidak
dapat menilai derajat obstruksi yang ditimbulkan batu saluran kemih. Pemeriksaan ini

30
juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertinggalnya batu.

Kelebihan menggunakan USG :


Tidak ada kontraindikasi
Dapat melihat semua jenis batu beserta ukurannya
Relatif murah
Dapat digunakan oleh pasien hamil atau alergi kontras
Dapat menentukan hidronefrosis sebagai akibat dari obstruksi batu

Kekurangan menggunakan USG :

Operator dependant
Tidak dapat menilai batu di ureter
Tidak dapat membedakan batu radioopak atau radiolusen
Sulit menunjukkan batu yang ukurannya sangat kecil

Persiapan :

Puasa minimal 6 jam


Sebelum pemeriksaan minum air putih yang banyak dan menahan kencing agar
vesica urinaria dapat dilihat pada USG abdomen

Sonogram ginjal normal :


Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8 14 cm (rata-rata 10,74 cm) ,
Ginjal kiri : 7 12 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-posterior 4 cm dan
diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih
kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih rendah (hipoekoik)
dibandingkan dengan sonodensitas hati, limpa dan sinus renalis. Sinus renalis yang
terletak ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik)
disebabkan karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan parenkim
ginjal. Di dalam sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu irisan kalises yang
bila diikuti akan bergabung pada daerah anekoik besar, yaitu pelvis renalis.

31
Normal

Batu

IVP
IVP merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria dengan menyuntikkan zat
kontras melalui pembuluh darah vena. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mendapatkan gambaran radiologis dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi
kelainan patologis dari ginjal, ureter, dan kandung kemih.

Indikasi pemeriksaan IVP :


Batu saluran kemih
Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius
Infeksi traktus urinarius berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat
Hidronefrosis

Kontraindikasi pemeriksaan IVP :

Alergi terhadap media kontras


Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
Multiple mieloma

32
Neonatus
DM tidak terkontrol
Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
Hasil ureum dan kreatinin tidak normal

Persiapan :

Kadar ureum kreatinin darah harus normal


Malam sebelumnya diberi laksan (12 jam sebelum pemeriksaan)
Makan rendah serat dan tekstur lunak selama 3 hari sebelum pemeriksaan
Tidak minum sejak jam 22.00 untuk mendapatkan kondisi dehidrasi ringan
Mengurangi rokok
Memastikan tidak alergi kontras dengan melakukan skin test
Sebelum pemeriksaan pasien disuruh berkemih untuk memastikan pengosongan
traktus urinarius

Prosedur pemeriksaan dan fase-fase pemotretan :

1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP untuk melihat persiapan pasien dan melihat
keadaan rongga abdomen, khususnya traktus urinaria secara umum.
2. Jika persiapan pasien baik, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja,
diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergi. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien
ditensi terlebih dahulu.
3. Jika tidak ada reaksi alergi, penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat
komprehensif ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri. Kompresi ureter
dilakukan untuk menahan media kontras tetap berada pad sistem pelvis calyces dan
bagian proksimal ureter. Penyuntikan bahan kontras dilakukan secara perlahan,
instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam, keluarkan dari mulut guna
meminimalkan rasa mual yang mungkin dirasakan.
4. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine untuk melihat
pelviocaliseal dan ureter proksimal terisi media kontras (fase nefrogram).
5. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine mencakup gambaran
pelviocaliceal dan ureter terisi media kontras (fase pielogram).
6. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine untuk melihat gambaran bladder
terisi penuh media kontras (fase sistogram).
7. Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya
dibuat foto blast oblique untuk melihat prostat.
8. Yang terakhir lakukan foto post voiding dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect

33
dapat pula menunjukkan adanya pergerakan ginjal yang tidak normal pada kasus
post hematuria.

Kelebihan :

1. Memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat


mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal
hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan.
2. Relatif aman.
3. Bersifat minimal invasif.

Kekurangan :

Tidak dapat digunakan untuk pasien alergi


Tidak dapat digunakan pasa wanita hamil
Tidak dapat digunakan pada pasien dengan ureum kreatinin yang tinggi
Memerlukan waktu yang cukup lama
Ada paparan radiasi

Gambaran IVP normal :

34
35
36
Gambaran IVP pada pasien dengan batu ginjal :

CT Scan
Pada kasus batu ginjal, CT scan non kontras memiliki sensitivitas 95-100% dan
spesifisitas 94-96%.

Kelebihannya adalah paling definitif dan spesifik, juga memberikan informasi tentang
kondisi selain sistem genitourinarius. Namun kerugiannya adalah mahal dan kurang
terjangkau, tidak mengukur fungsi ginjal, dan adanya radiasi.

Persiapannya adalah minum laksansia saat malam sebelum pemeriksaan, puasa minimal
8 jam, makan rendah serat 3 hari sebelum pemeriksaan, telah BAB di rumah pagi
sebelum pemeriksaan.

37
Normal Batu

Hidronefrosis

USG

Derajat keparahan dari hidronefrosis dilihat dengan USG :

1. Mild : separasi kecil pada pola kaliks, echo normal, ketebalan parenkim normal.
2. Moderate : ballooning pada kaliks mayor dan minor, hipoekoik, ketebalan parenkim
normal atau sedikit menipis.
3. Severe : dilatasi masif dari pelvis renal dan kaliks dengan penipisan korteks ginjal,
hipoekoik.

Mild

38
Moderate

Severe

IVP

Ada 4 derajat hidronefrosis menurut IVP :

1. Derajat 1 : Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting
(tumpul).
2. Derajat 2 : Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening
(datar).
3. Derajat 3 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor, tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing (menonjol).
4. Derajat 4 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, serta adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk balloning (mengembung).

39
Hidronefrosis

CT Scan

Gambaran CT Scan pada hidronefrosis adalah hidronefrosis dini memberikan gambaran


kalik-kalik yang mendatar (flattening). Perubahan ini reversibel. Pada stadium lanjut
memperlihatkan kalik-kalik yang berbentuk tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih
parah lagi terjadi destruksi parenkim dan pembesaran saluran kemih.

Hidronefrosis

40
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Batu di dalam saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang yang terbentuk di
sepanjang traktus urinarius dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih, maupun infeksi. Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik. Batu ginjal dapat menyebabkan infeksi,
pielonefritis, uretritis, hidronefrosis, hidroureter, pielonefritis, ataupun urosepsis.

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, MAP, xanthin dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang
ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.

Batu dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis seperti foto polos abdomen, USG,
maupun BNO-IVP. Pilihan pemeriksaan yang akan dijalankan adalah sesuai dengan
indikasi masing-masing pasien.

Salah satu komplikasi dari batu adalah hidronefrosis. Hidronefrosis adalah distensi dari
kalix renal dan pelvis renal yang disebabkan oleh obstruksi aliran urin di distal dari
pelvis renal. Hidronefrosis biasanya dideteksi dengan menggunakan USG maupun IVP.

Saran

Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya untuk
mencegah timbulnya kekambuhan. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan
unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan adalah menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi
urine 2-3 liter per hari, diet rendah zat pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup,
serta penggunaan medikamentosa.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC.
2. Harjadi Widjaja I. 2011. Anatomi Pelvis. Jakarta : EGC. Hal 51-93.
3. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Hal 462-
502
4. Guyton. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Page 307-347.
5. Netter FH. 2006. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US : Saunders. Page 563-622.
6. Rasad S. 2008. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. Hal 283-289,
297-299, 494-504.
7. Purnomo B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. Hal 85-99.
8. Rifki Muslim, Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola Makan
serta Analisis Ekonomi Pada Pengobatannya. Fakultas Kedokteran Undip Semarang,
3 Maret 2007
9. Sidartag H. 2006. Atlas Ultrasonografi Abdomen & Beberapa Organ Penting Edisi
3. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
10. Medscape. Hydronefrosis and Hydroureter.
http://emedicine.medscape.com/article/436259.
11. Sudoyo AW. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI. Hal 1025-1031.
12. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
2008. Harrisons Principle od Internal Medicine 17th edition. New York : McGraw-
Hill. Chapter 287.

42

Anda mungkin juga menyukai