SAK-IFRS LANJUTAN
DEPARTEMEN AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin derasnya arus globalisasi yang menghilangkan batas batas geografis dalam
kegiatan perekonomian telah menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang seragam dan dapat diterima di berbagai negara. Untuk itu, dibentuklah suatu standar
yang bernama IFRS (International Financial reporting standar) sebagai suatu pakem umum
dalam usaha harmonisasi standar akuntansi keuangan. Dengan adanya suatu standar yang
diterima secara internasional, diharapkan keterbandingan laporan keuangan antar negara
menjadi lebih tinggi.
Indonesia, sebagai suatu negara berkembang pun tidak ketinggalan dalam mengadopsi
IFRS. Adopsi PSAK ke IFRS pun semakin menggaung ketika IAI mencanangkan
konvergensi penuh IFRS ke PSAK pada tahun 2012. Diharapkan, dengan adanya konvergensi
ini dapat memudahan pemahaman terhadap laporan keuangan yang dikenal secara
internasional serta dapat meningkatkan arus investasi
Proses konvergensi IFRS di Indonesia terbagi atas tiga tahap, yaitu:
1. Tahap adopsi (Tahun 2008-2010)
2. Tahap persiapan (Tahun 2011)
3. Tahap implementasi (2012)
Dalam tahap konvergensi ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti perlunya
penyesuaian standar internasional terhadap aspek hukum di Indonesia, penyesuaian terhadap
aturan perpajakan, kesiapan sumber daya manusia yang belum matang, serta masalah
keberadaan lembaga standar akuntansi Indonesia yang belum independen.
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan keuangan adalah pelaporan yang terstruktur dari posisi keuangan perusahaan
dan kinerja keuangan perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan adalah melaporkan posisi
keuangan perusahaan, kinerja perusahaan (terkait laba rugi) dan arus kas perusahaan.
Laporan keuangan akan menunjukkan kualitas pengelolaaan perusahaan.
1. Aset
2. Kewajiban
3. Ekuitas
3. Akrual, yang berarti transaksi dicatat saat terjadinya, bukan saat penerimaan uang
4. Periode pelaporan
Perbedaan format laporan keuangan dari berbeda negara juga menyulitkan investor
untuk melakukan melakukan analisa sebelum mengakusisi perusahaan lain yang berbeda
negara dengan investor.
Sejak pembentukannya, IFRS telah diterapkan pada lebih dari 100 negara. Dengan
banyaknya negara yang telah menerapkan IFRS maka perusahaan yang menjalankan bisnis
secara global akan lebih mudah dalam melakukan analisa laporan kauangan. Begitu juga
dengan investor yang akan melakukan investasi di negara lain juga lebih mudah melakukan
analisa laporan kauangan. Kadang-kadang IFRS juga disebut IAS (International Accounting
Standards).
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy , adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh negara Negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat 3 tahapan dalam
melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Kedua, pengukuran laporan keuangan, yaitu peningkatan penggunaan nilai wajar (fair
value); standar IFRS lebih condong kepada penggunaan nilai wajar, terutama untuk properti
investasi, beberapa aset tak berwujud, aset keuangan, dan aset biologis. Dengan demikian,
diperlukan sumber daya yang kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu
menyewa jasa konsultan penilai, terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar
aktif; penggunaan estimasi dan judgement; akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis
prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan judgement untuk menentukan bagaimana suatu
transaksi keuangan dicatat.
Ketiga, pengungkapan, yaitu persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih
rinci; IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko, baik kualitatif
maupun kuantitatif; dan pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data
/informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen
3. PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based. Dengan menganut principle based diharapkan dapat
menurunkan tingkat manajemen laba.
Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya.
Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas
75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update
untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan
Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi
perusahaan.
Laporan keuangan merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas bisnis. Bahasa
bisnis tersebut disusun berdasarkan standar akuntansi yang merupakan aturan-aturan
pengukuran untuk laporan keuangan. Dalam perkembangannya, terdapat banyak dan
berbedanya standar akuntansi yang berlaku sehingga menimbulkan masalah keterbandingan
laporan keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena dalam proses penyusunan standar
akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lokal suatu negara (Wolk
et al., 2001: 4)
Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu
keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Kinerja keuangan
perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan
investi saham. mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan
perusahaan dan sebgai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004).
Kriteria penilaian ARA direview setiap tahun dan disesuaikan dengan perkembangan
terkini dari praktik GCG. Sehingga, diharapkan praktik corporate governance di Indonesia
akan terus meningkat sejalan dengan dinamika perkembangan standar dan praktik GCG. Pada
ARA 2014 ini, sejumlah perubahan dilakukan untuk menyelaraskan kriteria penilaian dengan
peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait dengan peraturan tentang tata kelola dan kriteria
ASEAN corporate governance scorecard yang dilaksanakan dalam kerangka Asean Capital
Market Forum (ACMF) sebagai bagian dari proses pelaksanaan program ASEAN economic
community yang dilaksanakan pada tahun 2015. Beberapa kriteria baru antara lain
pengungkapan mengenai keberagaman komposisi dewan komisaris dan direksi dan
pengungkapan nama dan persentase kepemilikan 20 pemegang saham terbesar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sianipar, Glory Augutsa. 2013. Analisis Komparasai Informasi Akuntansi Sebelum dan
Sesudah Pengadoposian Penuh IFRS di Indonesia. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013.
Pradhana. Analisis Perkembangan prospek dan risiko BUMN yang terdaftar di BEI sebelum
dan setelah penerapan SAK IFRS.
http://desiauliasari.blogspot.co.id/2016/04/perkembangan-pengungkapan-pelaporan.html
http://www.proweb.co.id/articles/erp/ifrs.html
http://infiyati.blogspot.co.id/2014/06/perkembangan-adopsi-ifrs-di-indonesia.html