Anda di halaman 1dari 55

DUNIA WANITA dan PRIA

setiap yang hidup selalu punaya pertanayaan mengenai sesuatu, maka dari itu, untuk
mengatasi masalah anda kami menciptakn blog yang mudah untuk dimengerti anda...........

There was an error in this gadget

Wednesday, May 11, 2011


TRANSFUSI DARAH

BAB I
TRANSFUSI DARAH

1.1 Pengertian
Transfusi darah adalah Proses pemindahan darah atau produk darah dari orang sehat ( donor )
dan memenuhi syarat kepada orang sakit (recipient) untuk memperbaiki daya angkut oksigen,
menambah volume, menambah komponen komponen maupun memperbaiki fungsi darah
lainnya. Jadi transfusi darah merupakan cara pengobatan dengan memakai darah dan atau
komponen darah.

1. 2 Tujuan Transfusi Darah


Tujuan utama dari transfusi darah ada dua macam, yaitu :
1. Menambah jumlah darah yang beredar dalam tubuh pasien yang darahnya berkurang
karena suatu sebab, misalnya : operasi, perdarahan waktu melahirkan, kecelakaan dan lain-
lain.
2. Menambah kemampuan darah dalam tubuh pasien untuk membawa zat asam atau O2,
misalnya : untuk penyakit-penyakit yang sel-sel darahnya tidak berfungsi dengan baik
sehingga sel darah itu cepat pecah dalam badan pasien dan kemampuan darahnya untuk
mengolah zat asam itu menjadi berkurang.

Transfusi darah membantu cara-cara pengobatan yang sudah ada, namun perlu diperhatikan
bahwa transfusi darah itu bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko. Transfusi / pemindahan
darah telah dilakukan kira-kira 100 tahun yang lalu. ( abad ke 18 ), dimana pada masa itu
pengetahuan tentang pisiologi dan sirkulasi darah yang dirintis oleh William Harvey masih
sangat sempit sekali. Dalam kondisi itu umumnya transfusi banyak mengalami kegagalan. Dr.
Karl Laindsteiner pada tahun 1900 mengumumkan penemuannya tentang golongan darah
manusia, setelah ditemukan golongan darah manusia ini kecelakaan akibat transfusi tidak lagi
membahayakan, tetapi sebaliknya banyak menolong jiwa manusia dari ancaman kematian
karena kehilangan darah. Kemajuan yang dicapai dalam bidang transfusi ini ditunjang oleh
tiga hal, yaitu ;
1. Penemuan golongan darah oleh Dr. Karl Landsteiner ( ABO ). Penemuan ini menjelaskan
mengapa transfusi yang terdahulu sering mengalami kegagalan bila penderita memiliki
golongan darah yang tidak sama dengan pendonornya.
2. Penemuan suatu zat kimia ( asam citrate ) sebagai zat anti pembeku darah ( antikoagulan )
yang tidak berbahaya bila seseorang penderita diberi darah yang telah dicapur dengan asam
sitrat itu.
3. Ditemukannya pula bahwa penambahan glukosa kedalam darah dapat memperpanjang
hidup sel darah merah diluar tubuh manusia, selama dalam penyimpanan. Dengan demikian
penyimpanan darah beberapa hari diluar tubuh merupakan cara-cara yang praktis untuk
transfusi darah.

1.3 Transfusi Darah Dari Segi Medis


Suatu sifat khusus dari transfusi darah adalah sumber untuk darah itu terbatas, sumbernya
dari manusia sendiri, dan tidak semua orang bisa jadi donor. Keadaan yang sulit inilah
menghadapi situasi dimana keadaan penderita demikian buruknya dan dipertimbangkan
untuk pemberian transfusi darah dalam jumlah besar sampai 2 -4 kali jumlah darah yang
seharusnya ada pada penderita itu sendiri. Perlu sekali kebijaksanaan apakan memberikan
transfusi atau tidak, sebab tidak jarang dalam keadaan tertentu transfusi itu tidak akan lagi
menolong keadaan pasien, sedangkan kita telah memberikan puluhan botol darah yang
mungkin akan lebih bermanfaat untuk puluhan jiwa lainnya pada waktu yang sama.
Transfusi darah merupakan suatu penunjang dari cara-cara pengobatan, dengan demikian
seharusnya setiap penderian rumah sakit, apalagi dengan perlengkapan yang moderen seperti
sekarang ini maka harus dipikirkan bagai mana mendapatkan darah nantinya. Darah itu harus
merupakan suatu bagian yang esensial dalam program kesehatan nasional

BAB II
MENGIDENTIFIKASI DONOR BERESIKO RENDAH

JENIS DONOR DARAH


Pada dasarnya ada tiga macam donor darah, yaitu ;
- Donor keluarga atau donor penganti
- Donor komersial
- Donor sukarela

a. Donor keluarga atau donor pengganti


Di banyak Negara , sistem pengganti penyumbang darah merupakan hal yang biasa. Dalam
sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat
pasien. Biasanya, keluarga pasien diminta untuk menyumbangkan darahnya. Tetapi di
beberapa Negara setiap pasien wajib memberikan nama sejumlah donor pada waktu diterima
di Rumah Sakit. Donor tidak dibayar di Unit Transfusi Darah ( UTD ) atau Rumah Sakit,
akan tetapi mereka mungkin diberi uang atau bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien.
Ada dua bentuk utama dalam sistem ini. Yaitu ;
1. Keluarga pasien menyumbang darah dengan jumlah yang sama dengan yang diberikan
kepada kerabatnya. Darah ini ditambahkan kepada persediaan UTD untuk kemudian
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
2. Donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, mungkin
karena khawatir atas keamanan darah dari donor yang tidak diketahui. Bentuk Donor ini
dikenal dengan nama Donasi Khusus ( Directed Donation ).
Sumbangan khusus ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO dan Badan Keaman Darah Dunia
( Global Blood Safety Initiative ).
Keuntungan Donor Keluarga :
Penyumbang darah keluarga atau donor pengganti berguna dalam membantu upaya
mencukupi darah, apabila donor sukarela tidak tersedia. Disamping itu ada kemungkinan
manfaat lain, bila donor pengganti mengetahui bahwa darah mereka telah menyelamatkan
keluarganya, mereka mungkin bersedia menjadi donor sukarela di masa yang kan datang.
Kerugian Donor Keluarga :
1. Pasien atau keluarganya harus menemukan donor penganti. Hal ini merupakan tambahan
beban dan stress pada saat mereka sudah dalam keadaan tertekan karena penderitaan pasien.
2. Ada tekanan atas anggota keluarga untuk menyumbangkan darah, bahkan pada keadaan
yang sebenarnya mungkin tidak cocok untuk itu, misalnya karena keadaan kesehatan mereka
atau resiko mereka terhadap infeksi penularan melalui transfuse.
3. Darah yang diberikan ke pasien tidak selalu diganti dengan sepenuhnya, baik dalam tipe
maupun kuantitas. Bila transfusi dibutuhkan untuk dewasa, biasanya beberapa unit darah
dibutuhkan. Sementara sumbangan dari satu atau dua anggota keluarga sering kali tidak
cukup untuk mengganti darah yang digunakan. Akibatnya kebutuhan masyarakat akan darah
ada kemungkinan tidak tercukupi dengan semestinya.
4. Keluarga yang tidak dapat menemukan donor yang cocok di keluarganya atau mereka tidak
mau menyumbangkan darahnya biasanya akan mencari donor yang mau memberikan
darahnya dengan imbalan.

b. Donor Komersial
Donor komirsial menerima uang atau hadiah ( yang dapat ditukarkan dnegan uang ) untuk
darah yang disumbangkannya. Mereka sering kali menyumbangkan darah secara teratur,
bahkan mungkin telah memiliki kontrak dengan UTD untuk memberikan darah berdasarkan
upah yang telah disetujui. Cara lainnya, mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD
atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti.
Donor komirsial biasanya termotivasi oleh apa yang mereka terima untuk darah mereka,
bukan karena keinginan menolong orang lain.

Kerugian Donor Komirsial :


Ada beberapa kelemahan pokok dari sistem donor bayaran, yaitu ;
1. Donor bayaran merusak sistem sumbangan darah sukarela yang merupakan dasar dari
sistem pemberian darah yang aman.
2. Banyaknya donor komersial berasal dari keluarga miskin, yang karena kebutuhan ekonomi
menyebabkan mereka mau menjual darah. Sebenarnya mungkin mereka tidak sehat, kurang
gizi atau menderita infeksi yang dapat ditularkan melalui transfuse sehingga berbahaya bagi
penerima darah.
3. Ada kemungkinan donor komersial menyumbnagkan darah mereka lebih sering daripada
yang semestinya. Hal ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan mereka sendiri, sehinga dapat
memberikan darah yang mutunya di bawah standard an dapat mendatangkan resiko kepada
penerima.
4. Bila donor harus dibayar, makanya dirasa perlu untuk menarik biaya kepada pasien atas
darah yang diterima. Akibatnya, keluarga miskin tidak mampu membyar ketika mereka
membutuhkan darah.

c. Donor Sukarela
Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya
atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya.
Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah yang tidak mereka kenal dan tidak
untuk menerima suatu keuntungan.
Hal-hal yang biasnya tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagai pengganti uang, ialah
;
Tanda jasa atau penghargaan sederhana seperti sertifikat yang tidak memiliki niali
komersial.
Pengganti biaya perjalanan secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka penyumbangan
darah
Pemberian makanan ringan sebelum, selama atau setelah penyumbangan darah.

Keuntungan Donor Sukarela


Terdpat beberapa keuntungan yang sangat penting yang dimiliki donor, sukarela
dibandingkan dengan donor jenis lainnya, yaitu ;
1. Donor sukarela tidak dalam tekanan untuk menyumbangkan darah, oleh karena itu
cendrung lebih memenuhi syarat sebagi donor resiko rendah.
2. Mereka lebih cendrung bersedia menyumbangkan darah secara teratur, yang sangat penting
untuk menjaga kecukupan persediaan darah.
3. Donor teratur cendrung lebih bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi,
karena mereka telah sadar akan pentingnya keamanan darah dan diperiksa setiap saat mereka
menyumbang darah.
4. Mereka cendrung lebih tanggap terhadap himbuan untuk menyumbangkan darah pada
keadaan darurat karena mereka telah menunjukkan kepedulian mereka terhadap donasi darah.

Hal ini berarti bahwa target setiap UTD adalah menjaga agar setiap donor darah adalah
sukarela dan tanpa imbalan. Ada dua pendekatan dasar untuk mengidentifikasi donor yang
aman. Keduanya harus selalu digunakan secara bersam-sama ;
Hindari donor yang tidak cocok, terutama mereka yang beresiko terkena infeksi yang dapat
ditularkan melalui transfusi
Rekrutlah donor sukarela.

Dalam kegiatan transfusi darah, istilah Donor Resiko Rendah ( Low Risk Donors ) biasanya
untuk menggambarkan donor yang beresiko rendah terhadap infeksi yang dapat ditularkan
melalui transfusi. Perlu diingat bahwa penyaringan baik terhadap donor maupun terhadap
darah mereka, selalu harus dilakukan.
2.2 Penyadapan Darah Untuk Penyembuhan ( Therapeutic-Phlebotomy )
Penyadapan darah untuk penyembuhan adalah pengumpulan darah dari seseorang untuk
memperbaiki kesehatannya sendiri. Biasanya disebabkan karena kelainan darah yang
mengakibatkan kenaikan jumlah sel darah secara tidak normal. Seseorang dengan kelainan
darah seperti ini secara medis tidak memenuhi persyaratan sebagai donor darah, walaupun
secara klinis hanya tingkat haemoglobin mereka yang tinggi yang menjadi masalah. Oleh
karena itu, darah dari orang seperti ini biasanya tidak digunakan untuk transfusi.

2.3 Transfusi Darah Donor Sendiri ( Autologous Transfusion )


Istilah transfusi darah donor sendiri ( aotologous transfusion ) digunakan untuk setiap
transfusi komponen darah yang disumbangkan oleh penerima sendiri.
Transfusi darah donor sendiri adalah transfuse yang paling aman karena terhindar dari infeksi
yang dapat ditularkan melalui transfuse dan dari terjadinya imunisasi alam / tak sengaja
( alloimmmunization )
Transfusi darah donor sendiri juga memberikan keuntungan kepada pelayanan transfusi darah
atau bang darah rumah sakit karena darah untuk pasien telah tersedia, walaupun persediaan
darah sangat terbatas. Bila mana darah tidak digunakan untuk transfusi darah sendiri maka
bisa ditambahkan pada penyediaan darah biasa asalkan donor pasien memenuhi kreteria
standar untuk donor darah.

2.4 MENGIDENTIFIKASI DONOR YANG TIDAK COCOK


Sangat penting untuk mengetahui alasan-alasan mengapa orong-orang tertentu tidak cocok
sebagai donor, karena darah mereka mungkinmendatang resiko kepada pasien yang
menerimanya. Faktor factor tersebut antara lai :
1. Status Kesehatan dan gizi donor yang jelek
Donasi darah oleh orang yang menderita kekurangan gizi atau masalah kesehatan lainnya
berbahaya terhadap kesehatan diri mereka dan terhadap penerimanya. Ada kemungkinan
mereka tidak memenuhi criteria tertentu seperti tingkat berat badan atau haemoglobin, dan
juga ada kemungkinan mereka akan pingsan pada waktu penyadapan darah. Pada masyarakat
dimana terdapat tingkat kurang gizi berat atau derajat kesehatan yang rendah, banyak
dijumpai calon donor yang tidak memenuhi syarat. Mungkin tidak ada gunanya mencoba
merekrut donor dari kelompok penduduk semacam ini.

2. Donasi tidak sukarela


Sumber darah yang ideal adalah donor suksrela. Donasi darah dari instansi seperti tentara,
polisi, atau lembaga pemasyarakatan ada keraguan tidak adanya sukarela murni karena para
donor mungkin telah diperintah untuk memberikan darah mereka. Khusus di lembaga
pemasyarakatan, kemudahan yang diterima setelah menyumbangkan darah mereka mungkin
merupakan insentif penting yang sebenarnya menyimpang dari darah sukarela yang
semestinya. Namun demikian, para individu dari lembaga semacam ini diterima sebagai
donor, asalkan mereka memenuhi persyaratan untuk donasi darah aman. Sering kali calon
donor seperti ini memiliki tanda-tanda penyakit menular yang tinggi dalam masyarakatnya.
Oleh karena itu penyaringan dan pemilihan donor secara hati-hati sangat penting pada
kelompok masyarakat semacam ini.
3. Prilaku resiko donor darah
Prilaku social tertentu memungkinkan calon donor terpapar pada resiko memperoleh infeksi,
seperti HIV, yang kemudian dapat ditularkan pada penerima darah. Mengingat prilaku
berisiko menjadi sangat penting sehubungandengan makin meningkatnya angka kejadian
HIV dan AIDS.
Donor potensial seringkali tidak menyadari bagaimana perilaku mereka dapat meningkatkan
resiko terhadap penularan penyakit HIV atau penyakit infeksi lain yang dapat ditularkan
melalui transfusi. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan informasi kepada mereka
tentang bahaya-bahayanya , baik bagi mereka sendiri maupun bagi penerima darah. Misalnya,
lebih banyak partner seksual yang dimiliki oleh calon donor, lebih besar resiko infeksi
penyakit menular seksual yang dapat mereka terima. Pemakian obat dengan suntikan
merupakan jalur langsung penularan infeksi melalui darah ( Blood Borne Infection ), seperti
HIV, yang dibeberapa kalangan masyarakat merupakan bentuk utama perilaku berisiko ini.
Jenis jenis perilaku berisiko biasanya adalah :
Memiliki partner hubungan seks lebih dari Satu.
Pekerja Seks
Homoseksualitas
Biseksualitas
Penggunaan obat secara injeksi
Pelukaan kulit seperti Tatto
Menjadi partner seks seseorang yang terlibat dalam perilaku berisiko.
Setiap UTD harus menentukan criteria untuk mengidentifikasi gaya hidup dan perilaku yang
membuat risiko melalui transfuse. Hal ini penting berdasarkan dua alasan :
1. Untuk memberitahu donor potensial tentang perilaku yang dapat membuat mereka menjadi
cocok sebagai penyumbang darah, karena adanya resiko terkena infeksi penyakit yang dapat
ditularkan melalaui transfuse darah, dan dapat menular kepada penerima darah.
2. Untuk membantu staf UTD dan penyuluh kesehatan dalam mengembangkan strategi untuk
identifikasi calon donor yang mungkin memiliki risiko menularkan penyakit melalui
transfuse darah.

2.5 AKIBAT PRILAKU BERESIKO TERHADAP KEAMANAN DARAH


Adalah sangat penting bagi petugas untuk menghimbau donor yang telah terlibat dalam
perilaku berisiko supaya tidak menyumbangkan darahnya. Hal ini disebabkan karena samapai
saat ini tidak mungkin mengetahui denagn pasti apakah seseorang terkena infeksi yang dapat
ditularkan melalui transfuse atau tidak. Pada gambar dibawah ini menunjukkan bahwa ada
periode antara infeksi HIV dengan perkembangan antibody. Hal ini biasanya disebut dengan
Periode Jendela ( Window Period ). Tidaklah mungkin seseorang diidentifikasi sebagai
terinfeksi HIV atau tidak terinfeksi HIV sampai ditemukan antibody pada dirinya.
Waktu sebelum dapat ditemukannya antibody yaitu masa periode jendela berbeda-beda pada
setiap orang. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa dibutuhkan sedikitnya 14 hari
setelah infeksi, sedangkan yang lain menyatakan bahwa tidak akan ditemukan sampai 28 hari
atau lebih setelah infeksi. Ini berarti bahwa walau test laboratorium belum menunjukkan
infeksi HIV, masih ada kemungkinan donor baru saj terkena virus yang bisa ditularkan
kepada penerima darah. Resiko terhadap pasien meningkat apabila donor tidak mengerti
tentang periode jendela dan salah menyimpulkan bahwa darahnya aman karena tidak ada
gejala-gejala penyakit apapun secara klinis.

Gambar : Periode Jendela

Sekarang ada beberapa test yang dapat mendeteksi antige HIV selama periode jendela. Pada
saat ini, test ini sangat mahal digunakan untuk umum ; bahkan walupun murah dan
terjangkau tidak akan memecahkan masalah periode jendela seluruhnya. Akan selalu ada
selisih waktu terkena infeksi dengan berkembangnya factor-faktor serologi yang dapat
dideteksi ( antigen atau antibody ) atas suatu infeksi.

BAB III
PERSYARATAN MENJADI DONOR DARAH

Persyaratan untuk menjadi donor darah sangat penting diperhatikan, karena semua orang
sangat mengharapkan mendapatkan darah yang aman dan berkualitas. Ini berarti darah
yang disumbangkan tidak boleh mengandung bibit penyakit, sehingga tidak menularkan
penyakit pada penerima darah tersebut. Kesehatan dan hidup penerima darah sangat
tergantung dari kejujuran dari pendonor karena PMI tidak mungkin dapat mendeteksi semua
penyakit.
Adapun persyaratan menjadi donor darah adalah sebagai berikuit :
1. Umur 17 60 tahun
2. Berat badan : paling sedikit 45 Kg.
3. Suhu badan : 36,6 - 37,50 C
4. Tekanan darah
Sistolik : 110 160 mmHg
Diastolik : 70 - 100 mmHg
5. Denyut nadi : teratur 50 100 per menit
6. Hemoglobin : 12,5 %
7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5x, dengan jarak sekurang-kurangnya 8
minggu. Keadaan ini harus disesuaikan dengan keadaan donor.

Seseorang tidak boleh menjadi donor atau menyumbangkan darahnya apabila :


1. Pernah menderita penyakit Hepatitis ( Penyakit Liver ).
2. Dalam 6 bulan yang lalu :
Kontak erat dengan penderita hepatitis
Melakukan Tatto
Tindik telinga
Operasi kecil
3. Dalam 12 bulan ( 1 tahun ) yang lalu : menjalani operasi besar
4. Dalam 74 jam ( 3 hari ) yang lalu menjalani operasi gigi.
5. Dalam 24 jam ( 1 hari ) yang lalu mendapatkan vaksisnasi : Polio, Influenza, Tetanus,
Difteri, Rabies Propilaksis.
6. Dalam 2 minggu yang lalu mendapatkan vaksinasi virus hidup ; Parotitis epidemika,
Campak, Tetanus / Toksoidnya.
7. Dalam jangka waktu 1 tahun
Mendapatkan suntikan Rabies terapetik.
Transplantasi kulit.
8. Dalam 1 minggu yang lalu ada gejala alergi
9. Khusus perempuan :
a. Sedang hamil atau menyusui
b. Melahirkan anak 6 bulan yang lalu.
10. Menderita :
a. Penyakit TBC klinis
b. Epilepsi/ sering kejang
c. Penyakit kulit pada daerah pembuluh darah balik
11. Mempunyai kecendrungan perdarahan atau penyakit darah seperti : Thalasemia, Sickle
cell, Polisetemiavera.
12. Ketergantungan minuman keras.
13. Mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit AIDS yaitu :
a. Berganti-ganti pasangan seks
b. Morfinis / narkoba
c. Homosek
d. Kebiasaan memakai jarum suntik secara berganti-ganti
14. Penderita AIDS dibuktikan dengan hasil Laboratorium positif ( + )
15. Tidak memenuhi persyaratan pemeriksaan dokter pada saat donor darah.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum menjadi donor :


1. Bila sudah memenuhi persyaratan menjadi donor, dan tidak sedang menderita batuk, flu,
pilek atau sakit tenggorokan.
2. Makan dan minum secukupnya sebelum menyumbang darah, hal ini untuk mengurangi
kemungkinan efek dari penyumbangan darah seperti kepala menjadi ringan dan membantu
aliran darah lebih baik.
3. Jangan minim obat seperti Aspirin, Bintang tujuh karena mengandung asetosal sekurang-
kurangnya 7 hari sebelum menyumbang darah, kecuali diharuskan dokter.
4. Jangan lupa membawa kartu donor untuk mempermudah administrasi.

Hal hal yang harus dilakukan setelah menyumbang darah :


1. Jangan langsung mengangkat kepala, setelah petugas selesai mengambil darah anda,
Tetaplah istirahat dalam posisi terbaring selama 5 10 menit. Hal ini berguna untuk
penyesuain tubuh setelah darah diambil.
2. Amati plester selama 4 6 jam setelah donasi. Bila ada darah yang keluar dari tempat
tusukan jarum, tekan kuat-kuat selama 5 menit atau sampai darah tidak keluar lagi. Ganti
dengan plester yang baru.
3. Hindari membawa barang yang berat pada tangan yang ditusuk sewaktu menyumbang
darah selama 24 jam ( 1 hari ).
4. Hindari merokok atau minum alcohol sekurang-kurtangnya 1 jam setelah menyumbang
darah.
5. Makan minum secukupnya setelah menyumbang darah.
6. Tunggu 1 hari, sebelum anda melakukan olah raga yang berat ( bersepeda, angkat besi,
lari-lari dan sepak bola )

Bila merasa tidak enak setelah setelah Donasi :


1. Berbaring.
2. Longgarkan pakian dan lepaskan ikat pinggang.
3. Jangan panic
4. Hubungi dokter atau UTD.

BAB IV
SELEKSI DONOR DARAH

4.1 Konsling Sebelum Donasi


Proses seleksi donor dimulai sebelum donor datang menyumbangkan darah mereka melalui
program penyuluhan yang memberikan informasi kepada para donor potensi tentang apa dan
bagaimana kondisi kesehatan atau perilaku berisiko yang dapat membuat mereka tidak cocok
untuk menjadi donor darah. Namun demikian, masih banyak donor belum mengetahui
tentang hal ini terutama bila mereka adalah donor keluarga, donor pengganti atau donor
komersial. Oleh karena itu konsling pra-donasi ( sebelum menyumbangkan darah )
merupakan bagian yang sangat penting dalam seleksu donor, karena dengan ini
memungkinkan staf UTD untuk :
1. Membuat penilaian pendahuluan tentang keadaan kesehatan donor.
2. Memberikan informasi tentang factor-faktor resiko.
3. Mengetahui tingkat pengertian donor tentang factor-faktor resiko.
4. memberikan kesempatan untuk donor untuk menunda sumbangannya.
5. Menjelaskan tentang prosedur yang harus dilaksanakan dalam donasi darah dan alasan
mengapa hal-hal tersebut harus dilaksanakan, termasuk dalam hal ini ; riwayat medis,
pemeriksaan kesehatan dasar, Prosedur penyadapan darah, penjagaan kesehtan setelah donasi
dan test laboratorium yang dilaksanakan pada semua darah donor.
6. Menjawab pertanyaan pertanyaan dari donor tentang penyumbangan darahnya dan
prosedur yang kan diikuti.
Karena mereka merasa sehat, para donor seringkali menganggap mereka adalah sehat.
Kenyataannya tidak selalu demikian. Oleh karena itu sangat penting untuk meyakinkan agar
semua donor menyadari mengapa mereka harus memberikan informasi secara benar dan
lengkap tentang kesehatan mereka dan pengobatan apapun yang mereka pakai. Mereka perlu
menyadari bahwa apabila mereka tidak memberikan informasi dengan benar, mereka
beresiko membahyakan kesehatan mereka sendiri dan kesehtan dari pasien yang menerima
darah. Dalam hal ini para donor membutuhkan informasi sederhana tentang fisiologi darah,
sebab anemia, serta kebutuhan darah pada keadaan klinis yang berbeda-beda. Mereka juga
harus diberi tahu tentang penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui transfusi darah
seperti HIV, hepatitis, dan malaria ; tanda-tanda dan gejalanya.
Sangat penting bagi para donor mengetahui tentang apa dan bagaimana test laboratorium
yang akan dilaksanakan terhadap darah mereka serta alasannya. Mereka juga harus diberi
tahu tentang apa arti positif dan negative terhadap infeksi penyakit menular terhadap hasil tes
darah mereka, dan bila negatif bagaimana mereka bisa tetap menjaganya. Langkah ini penting
karena secara fisiologi juga akan menindak lanjuti donor bila hasil test darah mereka positif.
Pada akhir dari konsling sebelum donasi darah, setiap donor harus memberikan pernyataan
persetujuan yang secara jelas menyatakan tindakan apa yang boleh diambil oleh UTD sebagai
kelanjutan dari test darah.

4.2 Perilaku Berisiko


Salah satu bagian yang terpenting dari konsling sebelum donasi adalah menjelaskan apakah
perilaku berisiko itu dan mengapa perlu mengetahui apakan seseorang berisiko terhadap
suatu infeksi ( penyakit ) yang dapat ditularkan melalui transfuse. Sangat penting untuk
mendorong seseorang seperti pekerja seks, pria homoseksual, atau biseksual, pemakai obat
suntik, orang yang berhubungan seks tidak terlindungi dengan orang yang bukan partner
tetapnya atau dengan orang yang berhubungan seks dengan salah satu dari orang-orang
diatas, untuk membatalkan diri.
Jangan pernah menganggap bahwa donor tahu persis apa yang dimaksud dengan perilaku
berisoko. Dengan memberikan sebuah leaflet sederhana saja kadang-kadang cukup untuk
membuat donor mengerti mengapa mereka mungkin berisiko untuk menjadi donor darah, dan
mengapa berbahaya bagi orang yang menerima darahnya. Namun demikian, pada umumnya
diperlukan diskusi secara mendalam, terutama dengan donor baru, mereka mungkin tidak
tahu tentang Window period dari penyakit-penyakit tertentu atau tanda tanda dan
gejalanya.
Diskusi tentang perilaku berisiko memberikan kesempatan baik untuk memberikan konsling
kepada para donor dalam mengurangi resiko terkena HIV dan penyakit-penyakit menular
lainnya. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk menyuluh mereka tentang tanda-tanda
infeksi mungkin tidak kelihatan oleh orang lain atau dirasakan oleh mereka sendiri.

4.3 Riwayat Medis


Apabila donor kelihatan sehat dan tidak ada indikasi bahwa mereka terlibat dalam salah satu
perilaku berisiko, langkah selanjutnya dalam prosedur seleksi donor adalah mengisi riwayat
medis. Kadang-kadang staf UTD hanya menanyai donor tentang kesehatan mereka tanpa
menuliskan informasi yang mereka terima, padahal mencatat riwayat medis donor pada
waktu donasi adalah sangat penting berdas atas beberapa alasan :
1. Mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menentukan apakah :
Menerima donor darah
Menunda donor untuk sementara
Membatalkan donor untuk selamanya.
2. Mendapatkan catatan yang permanent atas status kesehatan donor. Apabila pada masa yang
akan datang donor datang lagi untuk memberikan darahnya, catatan riwayat medis
sebelumnya memberikan informasi dasar yang dapat dijadikan pembanding atas riwayat
medis yang harus dibuat baru. Perubahan dalam berat bdan dan tekanan darah misalnya,
merupakan tanda tanda yang penting dalam pengambilan keputusan untuk menunda atau
terus dilanjutkan dengan pengambilan darah.
3. Memungkinkan staf untuk mengecek bila ada penundaan sebelumnya dan mengetahui
mengapa ditunda sementara ( misalnya karena donor baru saja vaksinasi )
4. Memungkinkan staf untuk mencegah donasi darah apabila donor yang datang sebelumnya
pernah ditolak / dibatalkan ( misalnya : karena riwayat kesehatannya atau perilaku berisiko )
5. Memungkinkan studi dilaksankan pada alasan-alasan penundaan, baik penundaan
sementara atau permanent.
6. Dapat digunakan untuk melindungi UTD apabila donor mengalami luka yang tidak
disengaja atau akibat yang tidak enak serta menyalahkan UTD. Oleh karena itu catatan
riwayat medis donor harus selalu ditandatangani oleh donor sebagai pernyataan bahwa
catatan tersebut adalah benar.

4.4 Kuesioner Riwayat Medis

Cara yang paling mudah untuk membuat catatan riwayat medis adalah dengan mengisi
kuesioner riwayat medis yang standar bagi donor pada setiap kali mereka datang
menyumbangkan darah. Ada 4 keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya kuesioner
standar untuk mencatat informasi riwayat medis donor, yaitu ;
1. Membantu menjamin bahwa informasi tentang hal yang sama dari tiap donor telah
dikumpulkan secara sistimatis.
2. Mencegah Staf UTD lupa untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang penting.
3. Mengingatkan staf UTD untuk menanyakan tanda-tanda klinis penyakit ketika mereka
mendengarkan apa yang dikatakan oleh donor.
4. Membuat staf UTD lebih mudah untuk menentukan apakah menerima, menunda
sementara, atau menolak seterusnya donor tertentu karena semua informasikan yang
dibutuhkan telah ada pada formulir standar yang ada.
Riwayat medis harus dibuat di tempat dimana bisa dijamin kerahasiaan pribadi ( privacy )
donor, karena kemungkinan donor tidak mau memebrikan informasi yang diperlukan apabila
khawatir ada orang lain yang mendengar apa yang mereka katakana. Kerahasiaan penuh
harus selalu dijaga atas setiap informasi yang diperoleh.

4.5 Keamanan Donor dan Penerima Darah


Keadaan keadaan dibawah ini menunjukkan beberapa keadaan pada donor yang secara
potensial dapat membuat Donor Tidak Aman untuk memberikan darahnya :
a. Tekanan darah rendah atau tinggi
b. Penyakit Hati / liver
c. Pusing
d. Perdarahan hidung yang berlebihan
e. Ayan / epilepsy
f. Demam Rhematik
g. Gangguan peredaran darah
h. Anemia
i. Diabetes Millitus
j. Luka-luka bernanah
k. Penyakit ginjal
l. Hamil
m. Menyusui
n. Gangguan Menstruasi ( perdarahan menstruasi berlebihan )

Keadaan-keadaan dibawah ini menunjukkan beberapa tanda-tanda dan gejala pada donor
yang secara potensial dapat membuat darah yang disumbangkan merugikan kesehatan
Penerima Darah
a. Pembengkakan kelenjar
b. Batuk terus-menerus
c. Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas
d. Ruam saraf
e. Berkeringat / demam pada malam hari
f. Brucellosis
g. Kudis kulit
h. Penyakit tidur ( trypanosomiasis )
i. Penyakit-penyakit menular seksual (PMS)
j. HIV / AIDS
k. Diare berkepanjangan
l. Malaaria ( demam )
m. Sakit kuning ( Hepatitis )
n. Sakit paru-paru
o. Tuberkulosis (TBC )
p. Asma
q. Kelainan kelenjar gondok
r. Kanker
s. Riwayat pengobatan yang baru
t. Injeksi yang baru
u. Operasi yang baru
v. Akupunture yang baru
w. Riwayat transfuse darah yang baru
x. Kontak dengan penyakit menular.
Dengan adanya risiko periode Jendela maka sangat penting untuk menghubungkan
indikasi dari perilaku berisiko dengan setiap gejala yang disebutkan oleh donor. Misalnya;
seseorang yang melaporkan bahwa baru saja menjalani pengobatan penyakit menular seksual
( PMS ), kemungkinan dia berada dalam peride jendela dari terkena HIV. Hal yang hamper
serupa, orang yang baru saja dari wilayah endemis malaria kemungkinan adalah pembawa
parasit malaria.

4.6 Pemeriksaan Kesehatan


Pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan terhadap setiap donor sebelum mereka
menyumbangkan darahnya dalam rangka melaksanakan penilaian menyeluruh atas keadaan
kesehatan mereka karena kemungkinan mereka sendiri tidak tahu mereka memiliki masalah
kesehatan tertentu. Penilaian berikut ini perlu dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan
kesehatan setiap kali seseorang donor memberikan darah :
Tekanan darah
Detak jantung rata-rat
Berat badan
Perkiraan kadar Haemoglobin
Penilaian atas ukuran berat dan tinggi badan dalam hubungannya umur donor.
Penilaian atas fisik donor terhadap adanya tanda-tanda seperti kekasaran kulit dan
pembnegkakan kelenjar atau bekas-bekas jarum yang kemungkinan merupakan tanda
penggunaan obat injeksi.
Kapan donor makan terakhir kali. Tidak makan dalam jangka waktu 12 24 jam terakhir
bisa mengakibatkan pingsan.
Pemeriksaan kesehatan hendaknya hanya dilakukan oleh staf yang telah terlatih dalam
diagnosis klinis penyakit. Staf teknis laboratorium tidak dilatih dalam mengenal tanda-tanda
dan gejala-gejala penyakit dan biasanya tidak diharapkan untuk melaksanakan proses seleksi
donor, kecuali jika mereka telah cukup terlatih dan dibawah pengawasan.

4.7 Penundaan Donor


Dalam hal ini telah ditekankan pentingnya riwayat medis donor dan pemeriksaan kesehatan
dalam mengidentifikasi donor mana yang ditolak atau ditunda. Apabila donor ditunda, baik
sementara atau seterusnya mereka kemungkinan akan menjadi cemas. Ada 6 langkah yang
harus diikuti apabila ada kemungkinan donor tidak bisa diterima :
1. Terangkan kepada mereka dengan cara yang sangat simpatik, mengapa mereka tidak cocok
untuk menyumbangkan darah. Mereka perlu diberitahu apakah karena :
Kemungkinan akan membahayakan diri mereka sendiri
Darah mereka akan berbahaya bagi penerima, baik disebabkan oleh keadaan kesehatan
donor atau karena adanya kemungkinan resiko penyakit menular pada darahnya.
2. Yakinkan mereka mengenai keadaan yang sebenarnya. Mungkin mereka takut kesehatan
mereka lebih jelek dari yang sebenarnya.
3. Terangkan apakah penundaan untuk sementara atau seterusnya; bila sementara, kapan akan
aman untuk menyumbangkan darahnya dan himbaulah mereka untuk datang pada waktunya
nanti.
4. Berikan mereka informasi tentang kemana mereka bisa memperoleh nasehat dan bantuan
lebih lanjut, bila diperlukan.
5. Bila perlu, rujuklah mereka kepada seseorang ahli, misalnya dokter atau tempat konsultasi
sebagai tindak lanjut.
6. Bila memungkinkan, beriklan mereka tindak-lanjut oleh anda sendiri untuk menyakinkan
bahwa mereka memperoleh kesempatan mendiskusikan lebih lanjut apa yang mereka
innginkan.

4.8 Pengambilan ( Penyadapan ) Darah


1. Persiapan
Periksalah kedua lengan donor untuk mencari lokasi yang terbaik
Darah harus disadap dari vena yang besar dan kokoh pada daerah yang bebas dari sakit
kulit
Mintalah donor untuk melonggarkan pakaian ketat yang berlengan jika mungkin atau
menggulung lengan baju.
2. Memasang Sphygmomanometer
Pakaikan sphygmomanometer yang tidak terkembang secara lembut di sekeliling lengan
atas donor, tepatnya 6 cm diatas siku. Pipa karet dan pompa tangan harus berada pada bagian
atas dan disisi lengan yang dekat tubuh. Penunjuk tekanan harus menunjukkan angka 0
sebelum pemompaan.
Periksa tekanan darah donor dan cantumkan pada kartu donor.
Ajaklah donor berbincang saat menunggu petugas medis, perawat, atau petugas terlatih
lainnya yanga kan melakukan venepuccture.
3. Memilih Vena
Sapalah donor dan saat memilih vena yang cocok tanyakan hal-hal berikut ini untuk
mencari kemungkinan ada masalah :
- Pernahkah menjadi donor sebelumnya ?
- Apakah kondisi anda baik-baik saja ?
- Pernahkah mengalami masalah saat menjadi donor darah sebelumnya ?
Pompa sphygmomanometer sampai 80/100 mm/Hg
Mintalah donor untuk mengepalkan dan mengendurkan kepalan tangannya beberapa kali.
Setelah itu minta agar tangannya tetap mengepal.
Periksa dengan menyentuh vena yang besar pada daerah lekuk lengan bagian depan dan
pilih venanya.
Periksa kartu pribadi donor untuk mencari informasi yang berkaitan dari saat pemberian
donor sebelumnya seperti ; merasa pusing setelah menyumbangkan darah.
4. Mempersiapkan permukaan kulit
Lakukan pada daerah yang telah dipilih untuk melakukan venapucture pembersihan pada
lekuk lengan bagian depan dengan cara pola lingkaran konsentrik yang membesar. Daerah
yang dibersihkan sebaiknya10 x 10 cm. Gunakan kapas pembersih yang dibasuh isopropyl
alcohol.
Tunggu hingga daerah lengan yang dibersihkan menjadi kering kembali. Jangan
menyentuh daerah yang telah dibersihkan kecuali bila tangan anda bersih untuk operasi.
5. Venepuncture
Periksalah tekanan sphygmomanometer tetap pada 80 mm/Hg atau lebih tinggi dan vena
cubital membesar.
Gunakan forcep plastic untuk menutup slang pas diatas penutup jarum.
Anestesi local sebanyak 1 % lignocine ( 0,3 ml ) dapat diberikan secara suntikan subkutan
sedalam 1 cm pada sisi vena yang akan ditembus.
Buka tabung penutup jarum.
Letakkan tangan anda yang bebas dibawah daerah kulit yang disiapkanuntuk dapat
membantu meregangkan kulit.
Dengan memegang jarum pada posisi 450 C, tusukkan dengan cepat melalui daerah yang
telah diberi anestesi.
Turunkan sudut jarum hingga 10 150C dan dengan tusukan yang mantap tembus dinding
pembuluh darah vena.
Lepaskan forcep yang menghalangi. Sesuaikan dengan bentuk anotomi local vena,
majukan jarum 1- 2 cm di dalam dinding vena. Darah akan mengalir secara bebas ke dalam
kantung darah.
Kurangi tekanan sphygmomanometer menjadi 40 -50 mm/Hg
Jaga posisi jarum dengan menggunakn pita perekat
Tutup lokasi venepucture dengan kapas steril
Tanyakan kepada donor apakah lengannya terasa nyaman dan minta untuk tidak memutar
atau memindahkan lengannya. Selain itu minta donor untuk mengepalkan tangan serta
melepaskannya setiap 10 detik agar membantu proses pengeluaran darah.
Apabila tidak banyak tugas lain, memberi waktu untuk berbincang dengan donor. Sebelum
meninggalkan donor periksalah bahwa ada seseorang yang dapat membantu mengawasi
keadaan donor.
6. Mengisi kantong Darah
Campur darah dengan antikoagulan. Lakukan pengocokan secara hati-hati dengan
memiringkan kantong darah pada menit pertama dan setidaknya tiga kali saat pengisian.
Jangan melipat atau menekan kantong darah. Pencampuran yang baik akan mencegah
terjadinya penggumpalan dan memperkecil kerusakan sel darah merah
Ketika jumlah yang diinginkan telah tercapai, isilah tabung dan tempat sample. Mintalah
donor untuk melepas kepalan tangannya.
Lepaskan jarum dengan hati-hati serta berikan tekanan pada daerah venepucture dengan
kapas steril. Buanglah jarum dengan aman pada kantong anti tembus yang disimpan khusus
bagi benda-benda tajam.
Periksa nomer dank ode donor pada kantung agar sama dengan yang tertera pada tabung
sample dan kartu donor.
Periksa agar daerah venepucture tidak mengeluarkan darah dan berikan pita perekat.
Berterima kasihlah pada donor dan antar mereka ke tempat pemulihan.

4.9 Reaksi Sampingan Negatif Donor


Sebagian besar donor menjalani proses pemberian darah denga sangat baik, namun kadang-
kadang bisa terjadi reaksi yang tidk nyaman. Masalah-masalah yang paling umum dihadapi
adalah :
1. Masalah pada aliran darah
Kadangkala venapucture gagal atau vena mengalami kontraksi sehingga aliran darah tidak
berjalan lancer. Berkurangnya aliran darah dapat diakibatkan oleh :
a. Berkurangnya tekanan pada vena; periksa tekanan yang diberikan pada lengan.
b. Penutupan jarum oleh pembuluh darah : Memutar jarum mungkin dapat membantu.
c. Jarum berada pada katup pembuluh darah : usakan memperlancar aliran darah dengan
menarik jarum secara perlahan atau sedikit memutar jarum.

2. Haematoma
Haematoma dapat dihindari dengan tehnik venapucture yang baik dan pemberian tekanan
yang cukup setelah pengumpulan darah.

3. Tertembusnya arteri secara tidak sengaja


Keadaan ini merupkan komplikasi yang tidak umum saat menyumbangkan darah. Keadaan
ini bisa dikenali dari mengalirnya cairan darah yang berwarna cerah dengan sangat cepat.

4. Reaksi samping yang ringan, Sedang dan Berat


Efek pskologis kadang berpengaruh pada reaksi sampling sehingga suasana yang bersahabat
dan nyaman saat donor darah dapat mengurangi ketegangan donor dan mencegah terjadinya
reaksi samping. Walaupun begitu, reaksi negative tetap dapat terjadi dan bisa digolongkan
sebagi berikut :
a. Ringan.
Gejala yang vasovagal tanpa kehilangan kesadaran, gejala efek samping ringan antara lain :
Kegelisahan
Peningkatan frekwensi pernapasan
Peningkatan detak jantung
Pucat dan berkeringat
Pusing dan menguap terus-menerus
Mual / pusing
Ketika efek samping ringan terjadi :
Hentikan proses penyadapan darah
Posisikan kedua kaki donor lebih tinggi dari kepala
Kendurkan atau lepaskan pakian yang ketat.
Jaga agar donor tidak kepanasan dengan membuka jendela atau menyalakan kipas angin
Siapkan kantong muntah disamping donor
Berikan waktu istirahat yang cukup
Tawarkan minuman yang segar kepada donor
Ketika donor telah pulih Bantu mereka dari tempat tidur ke tempat pemulihan dan berikan
lagi minuman segar.
Tenangkan donor dan jelaskan bahwa reaksi ini umum terjadi dan tidak berarti mereka saat
ini tidak sehat
Catat kejadian tersebut pada kartu donor
Berikan nasehat bagi donor untuk menemui dokter bila gejala berlanjut
Pastikan bahwa donor benar-benar telah pulih sebelum meninggalkan tempat dan telah
diperiksa oleh staf yang berpengalaman.

b. Sedang
Gejalanya sama seperti pada efek ringan, dilanjutkandengan kehilangan kesadaran, Gejala
terjadinya efek samping sedang antara lain :
Kehilangan kesadaran
Pingsan yang berulang-ulang
Detak jantung yang lemah dan sulit dirasakan karena kecil suaranya dan
Pernapasan yang lemah
Ketika hal ini terjadi :
Hentikan proses penyadapan darah
Posisikan kaki donor lebih tinggi dari kepala
Periksakan donor kepada dokter atau perawat senior.
Kendurkan atau lepaskan pakian yang ketat.
Jaga donor agar tidak kepanasan dengan membuka jendela atau menyalakan kipas angina
Siapkan kantong muntah disamping donor
Periksa detak jantung secara teratur. Penampilan dan detak jantung donor merupakan
petunjuk yang baik mengenai kondisi donor
Pindahkan donor ke ruangan lain yang lebih tenang jika mungkin untuk mencegah donor
lainmelihat apa yang terjadi
Jika tidak ada ruangan lain berikan tirai pembatas disekeliling donor
Jagalah agar donor selalu ditemani seseorang.
Tenangkan donor dan jelaskan bahwa mereka sebaiknya tidak menyumbang darah lagi di
kemudian hari
Catat kejadian tersebut pada kartu donor.
Yakinkan bahwa donor telah beristirahat secara cukup dan telah pulih sebelum
meninggalkan tempat.
Beri nasehat kepada donor untuk menemui dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat bila
gejala berlanjut
Pastikan bahwa staf senior telah menyetujui bahwa donor telah pulih untuk dapat dibiarkan
pergi.
Bila mungkin aturlah kendaraan pengantar ke rumah donor.
c. Berat
Semua gejala diatas dan dilanjutkan dengan kejang-kejang ( tidak umum terjadi ). Tingkatan
kejang dapat beragam dari kehilangan kesadaran disertai kejang local sampai kejang-kejang
berat yang diikuti keluarnya urine dan faeses. Pingsan sangat umum terjadi, tetapi kejang
jarang terjadi. Sebagian besar kejang berhenti setelah beberapa menit. Dokter atau perawat
terlatih harus segera dipanggil. Ketika Kejang-kejang terjadi :
Posisikan donorsecara terlentang untuk menjaga lancarnya aliran udara.
Jaga donor secara hati-hati agar tidak terluka
Berikan tirai pembatas disekeliling donor untuk menjaga ketenangan.
Periksa detak jantung secara teratur
Periksakan donor kepada dokter atau perawat senior.
Kendurkan atau lepaskan pakian yang ketat.
Jaga agar donor tidak kepanasan dengan membuka jendela atau menghidupkan kipas
angina
Jika kejang berlangsung lebih lama dari 5 menit, hal ini merupakan keadaan darurat medis
dan dokter harus hadir. Valium dapat diberikan secara intravena di bawah pengawasan dokter.
Tenangkan donor dan jelaskan apa yang telah terjadi.
Beri nasehat kepada pasien dengan hati-hati bahwa mereka sebaiknya tidak menyumbang
darah lagi dikemudian hari.
Catat kejadian tersebut pada buku donor dan buku pencatat kejadian yang terjadi di klinik.
Periksa kembali riwayat medis donor dan catatan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
apakah ada petunjuk akan terjadinya kejang-kejang.
Beri nasehat kepada donor untuk menemui dokter atau pergi kerumah sakit terdekat
Pastikan bahwa donor telah beristirahat secara cukup dan telah pulih sebelum
meninggalkan tempat.
Pastikan bahwa dokter atau staf paling senior telah menyetujui bahwa donor telah pulih
untuk dapat dibiarkan pergi.
Kontaklah dokter pribadi donor mengenai kejadian tersebut.
Aturlah kendaraan pengantar ke rumah jika donor telah pulih atau pastikan bahwa ia akan
segera diantar ke rumah sakit.
5. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah penganbilan darah yang sangat cepat dan berlenihan sehingga
mengurangi jumlah karbon dioksida dalam darah. Keadaan ini akan mengakibatkan otot
berkontraksi. Jika keaadaan inbi terjadi :
Perintahkan donor untuk bernapas secara pelan dan tenang, tetapi jangan menarik napas
dalam-dalam.
Jika hal ini gagal mengurangi kontraksi otot, perintahkan donor untuk menghirup kembali
udara yang dihembuskan ke dalam kantong kertas.
Jelaskan apa yang terjadi dan tenangkan donor
6. Kecelakaan
PROSEDUR DONOR DARAH

Pemeriksaan Pendahuluan
Konsling
Isi Formulir
Timbang berat badan
Pemeriksaan Kadar HB
Pemeriksaan Golongan darah

Pemeriksaan Dokter
Tekanan darah, Nadi, dan Suhu badan
Riwayat Medis
Pemeriksaan fisik

Proses Penganbilan Darah

Istirahat : makanan ringan

Pengambilan Kartu Donor

Pulang
BAB V
BERBAGAI KOMPONEN DAN FUNGSI DARAH
DALAM PROSES TRANSFUSI

5.1. Jenis Transfusi


a. Whole Blood
b. Komponen-komponen Darah
1. Komponen Seluler
- Packed Red Cell Transfusion
- Leukosit Transfusion
- Platelet Transfusion
2. Komponen Non Seluler
- Plasma Transfusion
- Fractie Plasma Transfusion
- Anti Hemofilik Globulin Transfusion
- Albumin Transfusion
- Fibrinogen Transfusion
- Gamma Globulin Transfusion
- Faktor IX

5.1.1 Darah Lengkap ( Whole Blood )


Darah adalah sejenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah yang bergabung
didalam cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Sel-sel darah terdiri atas
campuran dari sel darah merah, sel darah putih dan keeping darah pembeku. Plasma
mengandung bermacam-macam protein, zat kimia, factor-faktor pembekuan dan kaya dengan
zat metabolik. Darah berperan sebAgai media pengangkut berbagai komponen menuju
berbagai organ di dalam tubuh . Transfusi darah lengkap diperlukan bila pasien memerlukan
perbaikan :
1. Kemampuan transportasi zat asam oleh sel darah merah
2. Jumlah darah yang beredar misalnya pada perdarahan atau anemia.
Pemberian Whole Blood dapat dikelompokkan menjadi :
a. Fresh Blood ( Darah segar )
Kelebihan :
Faktor pembekuan masih lengkap seperti factor V dan VIII
Komponen sel-sel darahnya masih baik
Kerugian :
Sulit diperoleh pada saat yang tepat
Resiko penularan penyakit tinggi
- Lues ( sifillis ) masih akti selama 96 jam
- C.M.V masih aktif selama 48 jam
b. Preserved Blood ( Darah simpan )
Pada suhu 40 20C dapat tahan selama 21 hari
Keuntungan :
Pengadaan mudah ( setiap saat dan waktu )
Bahaya penularan penyakit kurang
Kekurangan :
Paktor pembekuan ( F V dan VIII) berkurang
Setelah 5 hari kemampuan pengangkutan oksigen berkurang.

5.1.1.1 Sel Darah Merah ( Eritrosit )


Sel darah merah terbentuk di sum-sum tulang dan jika telah matang masuk kedalam aliran
darah dengan masa hidupnya sekitar 120 hari. Kemudian mereka akan pecah lalu dengan sel-
sel tertentu akan diangkut ke retikuloendotelia. Sel darah merah sebagain besar mengandung
hemoglobin yang berfungsu membawa oksigen menuju jaringan tubuh.
Bentuk : tampak seperti cakram bikonkaf tanpa inti
Ukuran : Diameter sekitar 7,2 mikron
Sifat : Lunak, elastis, fleksibel sehingga dapat melalui pembuluh darah walaupun lebih kecil
dari diameter darah itu sendiri.
Fungsi Sel Darah Merah :
- Membawa Oksigen ( O2)
- Membawa Karbon dioksida ( C)2 )
- Mempertahankan keseimbangan asam basa, viskositas dan Bj darah.
Kalau tujuan transfusi darah hanya untuk merubah jumlah sel darah merah atau memperbaiki
kemampuan oksigenasi, maka pemberian SDM lebih baik karena :
a. Sebagian besar plasma tidak diberikan sehingga beban sirkulasi pada pasien berkurang. Hal
ini penting pada orang yang sudah tua atau pasien yang mengalami kelainan jantung.
b. Untuk orang sakit dengan gangguan ginjal dimana diperlukan pembatasan pemberian
protein
c. Mengurangi reaksi alergi terhadap protein plasma.
d. Mengurangi pembentukan antibody terhadap sel-sel darah.

Sajian Komponen Eritrosit :


1. Konsentrat eritrosit 90 95 %
2. Eritrosit Pekat ( Packed Red Cel ) Konsentrasi 70 80 %. PRC miskin leko ( 70 % lekosit
dipisahkan ).
3. Eritrosit Cuci / washed Red Cel ( bebas lekosit sampai 93 % )
Diperoleh dengan mencuci Packed Red Cel 2 3x dengan saline, sisa plasma terbuang habis,
berguna untuk pasien yang tidak bisa diberi human plasma.
Keuntungan :
Hematokrit ( Ht ) bisa diatur
Mengurangi bahaya hepatitis
Bebas dari antikoagulan
Jumlah / volumenya kecil
Kerugian :
Masa simpan pendek ( 4 6 jam )
Bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses.
4. Eritrosit Beku untuk waktu simpan lama
5. Neocytes ( eritrosit muda ) untuk Thalasemia mayor.

5.1.1.2 Haemoglobin
Haemoglobin terbentuk dari molekul yang berisi besi ( disebut Haem ) yang berikatan dengan
rantai polipeptida ( disebut Globin ). Haemoglobin adalah cairan kemerahan dalam sel darah
merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik mengikat oksigen dan karbon dioksida.
Peran utamanya adalah mengangkut oksigen menuju berbagai jaringan, sehingga tubuh
mendapat daya dan panas yang diperlukannya. Setelah terpakai oksigen dalam sel darah
merah digantikan oleh karbon dioksida, selanjutnya dibawa ke paru, di paru dilepaskan
kemudian diganti dengan sel oksigen yang baru. Kadar minimum haemoglobin yang telah
disepakati oleh pusat Transfusi Darah di Indonesia adalah sebagai berikut :
Pria : 13,5 g/dl
Wanita : 12,5 g/dl
Kadar minimum ini ditentukan dengan tetesan darah yang tenggelam dalam larutan Tembaga
Sulfat dengan berat jenis 1,052.
5.1.2 Sel Darah Putih ( Lekosit )
Sel darah putih (lekosit ) adalah kelompok sel-sel yang berinti, antara lain : granulosit,
limfosit dan monosit. Terdapat tiga macam granulosit, yaitu: Netrofil, eosinofil dan basofil.
Sel lekosit masa hidupnya pendek. Granulosit hidup sekitar 3 5 hari, sedangkan masa hidup
limfosit tidak begitu jelas mungkin sekitar beberapa seminggu atau tahun.
Peran utama dari sel granulosit adalah melawn infeksi. Sedangkan limfosit berperan dalam
pembentukan antibody, monosit seringkali dianggap sebgai sel-sel pembersih sebab mencerna
bakteri dan berbagai benda asing.
Lekosit indikasinya :
khusus penderita C.M.L ( Chorik Mieloblastik Leukemia )
Untuk Netreupenia ( kekerangan neutrofil )
Granulosit Indikasinya :
Untuk pemeriksaan keganasan
Terjadinya depresi sum-sum tulang

5.1.3 Keping Darah Pembeku ( Trombosit )


Trombosit berperan dalam proses pembekuan, perannya antra lain melepaskan zat ditempat
cedera dan bersama dengan berbagai factor pembekuan lainnya membentuk anyaman protein
yang kuat ( fibrin ). Obat-obatan yang mempengaruhi trombosit yaitu : Aspirin, Antihistamin,
decongestan.
Indikasi :
- Trombositopenia
- Gangguan fungsi trombosit
- Untuk propilaksis
Bentuk Sajian trombosit :
- Plasma kaya trombosit
- Trombosit cuci
- Trombosit beku

5.2 Plasma Transfusion


Transfusi plasma ini biasanya diberikan untuk ;
1. Penderita yang banyak kehilangan plasma, misalnya: Kebakaran dan kecelakaan.
2. Penderita Dehidrasi
3. Imunisasi pasif, diberkan imun convalescent serum, misalnya pada: Polio, pertusis, dan
Morbilli
4. Penderita dengan pendarahan oleh karena difisiensi factor-faktor pembekuan darah yang
terdapat dalam plasma.

Plasma yang diberikan dapat berupa :


a. Single Donor Plasma
- Berasal dari 1 unit darah
- Berupa fresh frozen plasma
b. Pooled Plasma
- Berasal dari beberapa unit darah
- Ada 2 macam bentuk pooled plasma yaitu :
1. Small pooled plasma ( 10 unit darah )
2. Large pooled plasma ( 10 30 unit darah )

5.2.1 Penyimpanan Plasma


1. Plasma Cair
- Disimpan dalam suhu kamar
- Masa pakai 2 tahun
- Kerugian : factor V dan VIII mulai rusak
2. Plasma Beku ( fresh frozen plasma )
- Didapat dari single donor plasma
- Disimpan dalam keadaan beku ( suhu -80C )
- Fraksi protein dan factor v masih baik, kecuali factor VIII
- Masa pakainya adalah 4 bulan
3. Plasma Beku Kering ( fresh dried plasma )
- Disimpan dalam suhu kamar
- Masa pakainya adalah 5 tahun
- Dapat dibeli dari pabrik

5.2.2 Keuntungan dan Kerugian Pengggunaan Plasma


1. Keuntungan Pengggunaan Plasma
- Dapat diberikan secara cepat, tidak perlu reaksi silang
- Reaksi hemolitik jarang terjadi
- Lebih hemat karena dapat disimpan lama
- Pengaruh hemostatik lebih baik
2. Kerugian
- Insiden penularan Hepatitis pada penggunaan pool plasma sangat tinggi
- Tidak dapat dipakai untuk penderita anemia

BAB VI
SISTEM GOLONGAN DARAH
6.1 Sistem-sistem Golongan Darah
Sejak tahun 1900 sampai dengan 1962 telah dikenal orang ada kira-kira 12 macam sistem
golongan darah, yang penting dalam bidang transfusi darah dan kehamilan. Bahkan dapat
pula digunakn untuk tujuan-tujuan dalam bidang krominologi. Masing-masing golongan
darah yang dimaksud itu adalah, sistem ; ABO, MNSs, P, Rhesus, Lutheran, Kell, Lewis,
Duffy, Kidd, Auberger, Xg, dan Doombrok.
Masih ada lagi sistem-sistem golongan darah yang lainnya seperti ; Diego, Sutter yang
ditemukan hanya pada Ras beberapa bangsa saja, Kemudian golongan Vel, Yt, Ge,dan I.
Sistem golongan darah seperti Levay, wright, dan SW merupakan private antigen atau disebit
juga sebagai family antigen
Sekitar 400 antigen golongan darah telah dilaporkan, Antigen-antigen darah yang berbeda-
berbeda tersebut memiliki makna klinis yang sangat bervariasi. Dalam hal ini hanya sistem
golongan darah ABO dan Rhesuslah yang merupakan golongan terpenting untuk tujuan-
tujuan klinis. Dengan demikian pelaksanaan transfusi dapat dilakukan secara praktis.
Sistem golongan darah lain dianggap kurang mempunyai arti klinis karena termasuk memiliki
antigen-antigen yang lemah, dan antybodinya baru timbul setelah mengalami transfusi
berulang kali. Zat anti yang terbentuk biasanya mempunyai suhu optimum reaksi yang rendah
sehingga tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Walaupun demikian dalam pemeriksaan
dilaboratorium segala kemungkinan diatas tetap menjadi perhatian yang khusus.
Tabel. 1 Sistem - sistem golongan darah yang perlu diketahui :
NO Sistem Golongan Darah Antigen Sel darah Merah Tahun Penemuan
1 ABO A,B,O (kosong) 1900
2 MNSs M, N, S, s 1927
3 P P1, P2 1927
4 Rhesus C, D, E, c,dan e 1940
5 Lutheran Lua, Lub 1945
6 Kell K, k 1946
7 Lewis Lea, Leb 1946
8 Duffy Fya, Fyb 1950
9 Kidd Jka, Jkb 1951
10 Vel Vel 1952
11 Wright Wra 1953
12 Diego Dia 1955
13 I I, i 1956
14 Yt Yta, Ytb 1956
15 Sutter Jsa, Jsb 1958
16 Gerbich Ge 1960
17 Auberger Aua 1961
18 Lan Lan 1961
19 Xg Xga 1962

Tabel. 2 Sistem golongan darah yang penting secara klinis

NO Sistem gol. darah Frekuensi antibodi Penyebab reaksi transfusi hemilitik Penyebab
penyakit hemolitik bayi
1 ABO Sangat sering Sering sering
2 Rh Sering Sering Sering
3 Kell Kadang-kadang Kadang-kadang Sering
4 Duffy Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang
5 Kidd Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang
6 Lutheran Jarang Jarang Tidak
7 Lewis Kadang-kadang Jarang Tidak
8 P Kadang-kadang Jarang Jarang
9 MN Jarang Jarang Jarang
10 Li jarang --- Tidak
6.2 Sistem Golongan Darah ABO
Golongan darah ABO ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1900 dan merupakan
kunci bagi terselenggaranya transfusi darah hingga saat ini. Beliau menemukan 2 macam
antigen yang terdapat pada sel darah merah manusia, yang diberi nama antigen A dan antigen
B. Dari kedua macam antigen ini kemudaian dapat ditetapkan bahwa golongan darah manusia
dibagi menjadi 4 macam. Masing-masing golongan darah itu ialah : A, B, AB, dan O.
Sebaliknya dalam serum /plasma darah manusia ditemukan 2 macam zat anti yaitu; Anti A
dan anti B. Antibodi anti B merupkan lawan antigen B dan anti A merupkan lawan antigen A.

Seseorang yang golongan darahnya A ; pada sel darah merahnya didapat antigen A dan
dalam plasma /serumnya terdapat anti B.
Seseorang yang golongan darahnya B; pada sel darah merahnya didapatkan antigen B dan
dalama serum/plasmanya terdapat anti A.
Seseorang yang golongan darahnya O; pada sel darah merahnya tidak didapatkan antigen A
dan B, sebaliknya didalam plasmanya terdapat kedua zat anti yaitu; anti A dan B.
Seseorang yang golongan darahnya AB; pada sel darah merahnya didapatkan antigen A dan
B, tetapi dalam plasmanya tidak ditemukan zat anti A atau B.
Dibawah ini adalah tabel golongan darah dasar penemuan Dr. Karl landsteiner:

NO Golongan Darah Gene/Antigen pada Sel Darah Merah Zat Anti / Antibodi dalam Plasma
1 A A Anti B
2 B B Anti A
3 O -- Anti A dan Anti B
4 AB AB --

Golongan darah ABO ini berbeda dengan golongan darah yang lain, kecuali sistem golongan
darah Lewis. Antigen ABO dan Lewis selain ditemukan pada permukan sel darah merah
ditemukan juga pada air liur dan cairan tubuh lainnya, antigen yang larut ini dinamakan
subtance.

6.2.1 GENE / ANTIGEN A ( A1, A2 ), B dan O


Golongan Darah ABO ini telah disebutkan ada 4 macam yaiatu; A, B, AB, dan O. Penetapan
ini didasarkan ada atau tidaknya antigen A dan B pada sel darah merah. Kedua macam
antigen ini dibawah control gene A dan B dan allelomorphicnya yang ketiga adalah gene O.
Gene O bersifat amorph dan tidak mempengaruhi dasar-dasar pembentukan antigen. Subtance
dasarnya yang disebut antigen H, diperkirakan pembentukannya dibawah pengontrolan gene
H, yang tidak mempunyai hubungan dengan dengan gene A dan gene B..
Antigen H berada pada semua sel darah merah ( kecuali Bombay Blood) tetapi jumlah
pembentukannya dipengaruhi gene A dan gene B.
Golongan darah A terdiri dari subgroup A1 dan A2 dan golongan AB dengan subgroup A1B
dan A2B. Gene A2 sanggup mempengaruhi pembentukan antigen H dari pada A1.Kalau sel
darah merah manusia direaksikan dengan anti H maka akan bereaksi dengan urutan kekuatan
reaksi sbb: O > A2 > A2B > B > A1 > A1B. ini berarti golongan O mengandung antigen H,
kemudian golongan A2 dan selanjutnya makin sedikit. Sangat jarang seseorang yang sel
darah merahnya tidak beraglutinasi dengan anti A, B dan anti H, kecuali Bombay Blood .
Antigen A, B, dan H dapat ditemukan didalam air liur ( saliva ) yang secretor. Kira-kira 80 %
dari manusia adalah secretor dan dan sisanya adalah nonsecretor. Air liur orang yang
bergolongan darah O pada sekretornya akan akan mengandung substance H, yang
bergolongan darah A air liurnya akan mengandung substance H dan A, yang bergolongan
darah B air luirnya akan mengandung substance H dan B.

Subtance ABH dalam air liur orang secretor


Tidak termasuk Bombay Blood

Golongan Darah Antigen Air Liur ( Subtance )


A A dan H
B B dan H
OH
AB A, B, dan H

6.2.2 Turun Temurunnya Golongan Darah ABO


Seperti antigen-antigen golongan darah darah lainnya, antigen A dan B adalah suatu
pernyataan dari gene yang diturunkan dari generasi sebelumnya. Jika terdapat suatu antigen,
maka ini berasal dari gene yang telah diturunkan dari kedua orang tua dan selanjutnya gene
ini pun akan diteruskan lagi kepada generasi-generasi penerusnya.
Gene A, B dan O adalah alleles, yakni salah satu dari ketiganya meduduki tempatnya pada
salah satu pasang kromosom. Bila kromosom dari ayah membawa gene A dan kromosom dari
ibunya membawa gene B anaknya akan mempunyai genotype AB dan sel darah merahnya
akan memiliki antigen A dan B, sehingga golongan darahnya adalah AB. Orang-orang yang
diturunkan gene O dari kedua orang tuanya gen\otipeny adalah OO dan golongan darah
anaknya adalah O. Gene O adalah amorph. Ia tidak dapat membuat antigen yang dapat
ditonjolkan. Sel golongan O tidak memiliki antigen A dan B. kalau gene O diturunkan
bersama gene A maka antigen yang dapat ditonjolkan adalah A dan genotipenya adalah AO.
Baik genotype AO maupun AA keduanya adlah golongan A ; dan dinyatakan bahwa
keduanya mempunyai Phenotipe A. Begitu juga hal ini terjadi pada golongan B. Maka bila
genotipenya adalah AO dinamakan Heterozygote dan yang AA dinamakan Homozogot.
Contoh 1 :
/ AO
B AB BO
O AO OO

Kemungkinan Golongan darah anaknya : AB, A, B dan O.

Contoh 2 :

/ AA
B AB AB
B AB AB

Golongan darah anaknya AB saja.

Maka :
Genotipe Phenotipe Golongan Darah
AA atau AO A A
BB atau BO B B
OO O O
AB AB AB

6.2.3 Phenotipe / Genotipe Golongan ABO :


Sehubungan dengan subgroup maka kemungkinan Phenotipe / Genotipe golongan ABO
terletak pada test serum yang dipakai dalam pemeriksaannya;
1. Dengan menggunakan test serum anti A dan anti B saja, dapat ditetapkan sebagai berikut :
Anti - A Anti - B Phenotipe Genotype Golongan Darah
+ _ A AA atau AO A
+ + AB AB AB
_ + B BB atau BO B
_ _ O OO O

+ = timbul aglutinasi
- = tidak terjadi aglutinasi

2. Dengan menggunakan test serum anti A, Anti A1 dan Anti B.

Anti A Anti A1 Anti B Phenotype Genotype Golongan Darah


+ + _ A1 A1A1 atau A1A2 atau A1O A1
+ _ _ A2 A2A2 atau A2O A2
_ _ + B BB atau BO B
+ + + A1B A1B A1B
+ _ + A2B A2B A2B
_ _ _ O OO O

6.2.4 Kepentingan Soubgroup


Subgroup golongan A ialah : A1, A2, A3, A4 atau A0
Subgroup golongan AB ialah : A1B, A2B, A3B, dan A4B
Secara praktiknya subgroup ini sering menimbulkan kesulitan-kesulitan. Antigen-antigennya
begitu lemah sehingga sukar dikenal dan bisa salah menetapkan golongan darah O atau B.
Hal ini berbahaya kalau yang ditetapkan itu darah seorang donor. Antigen A2 dan A2B
mengandung anti A1. Zat anti ini dapat dibuktikan dalam reverse grouping. Anti A1 ini
agaknya tidak menyebabkan reaksi-reaksi transfuse tetapi sangat mengganggu dalam
pemeriksaan Compatibility testing ( Crossmatching ) kalau donornya golonganA1 ( A1B)
untuk penderita yang bergolongan A2 ( A2B ). 1 2 % orang bergolongan A2 dalam
serumnya mengandungAnti A1 dan 25 % orang yang bergolongan A2B dalam serumnya
mengandung anti A1; zat anti ini bersifat natural antibody . Oleh karena itu dalam
pemeriksaan golongan darah pemeriksaan terhadap anti A, B ( serum O ) ini perlu
dilaksanakan.

Subgroup Golongan A Reaksi Sel Terhadap


Anti A Anti A1 Anti B Anti A,B
A1 + + _ +
A2 + ( + ) _ _ +
A3 + * _ _ +*
A4 atau A0 _ _ _ +

* = mikroskopis terlihat mix-agglutinasi .

6.2.5 Peranan gene H Pada Pembentukan Antigen A dan Antigen B

Gene H mempunyai peranan penting bagi terbentuknya antigen A, B dan H. Gene H


terdapat pada semua orang dan genothypenya kebanyakan HH ( homozygote ), yang
diperoleh dari ibu dan bapak. Alleles H ialah h, dan gene-h ini sangat jarang ditemukan hanya
terdapat pada golongan darah yang dinamakan Bombay Blood. Bombay Blood adalah
darah golongan O yang tidak memiliki antigen H.
Pewarisan gene H ini terpisah dari pewarisan gene A-B dan O, namun antigen-antigen A, B
dan H baik yang larut dalam air maupun yang tidak terbentuk dari bhan pokok yang sama
( precursor ). Bahan pokok ini terdiri dari persenyawaan zat-zat kimia; protein-protein, dan
lemak, dimana sejenis gula terikat pada persenyawaannya.. Penambahan jenis gula lain pada
bhan pokok itu akan menentukan pembentukan antigen baru. Jenis gula dan dimana gula itu
terikat menentukan spesefisitas antigen itu. Dibawah ini ditampilkan pembentukan antigen H,
A, dan B.
H AB

Permukaan sel eritrosit

Keterangan :

= N Acethylgalactosamine

= D- Galactose

= N Acethylglucosamine

= L-Fucosa

Tampak pada gambar bahwa pengikatan L-fukosa pada bahan pokok ( precursor )
membentuk antigen H ( gene - H ).
Pengikatan N-acethylgalactosamine pada gene - H akan membentuk antigen A.
Pengikatan D-galactose pada gene-H akan membentuk antigen B .
Pada golongan darah O ( kosong ) tidak memiliki antigen A dan B, tetapi memilki antigen
H.
Apabila L-fukose tidak terikat pada D-galactose, tetapi terikat pada N-acethylglukosamine
maka akan membentuk antigen Lewis ( Le ).

6.3 Bombay Blood ( Oh )


Golongan jenis darah ini mula-mula hanya ditemukan pada sekelompok orang Bombay di
India. Bombay Oh ini berbeda dengan golongan darah O yang biasa karena tidak memiliki
antigen H. Pada Golongan darah ABO, antigen H selalu ada. Pada golongan darah Bombay
Blood ini disamping zat anti A dan Anti B, ditemukan juga zat anti H sebagai zat anti
alamiah..

6.4 Zat Anti / Antibody


Hukum Landstainer dalam serum darah orang dewasa yang sehat dan anak-anak yang
berumur diatas 6 bulan mengandung zat Anti A kalau sel darah merahnya tidak memiliki
antigen A, dan mengandung anti B kalau pada sel darah merahnya tidak memiliki antigen B.
1. Zat anti yang beraturan ( Natural antibody )
- Anti A dan anti B
- Anti H di dalam serum darah Bombay Blood
2. Zat anti yang tidak beraturan
- Anti A1, anti H, dan anti O
a. Anti A1 : 2 % berada dalam serum darah subgroup A2
25 % berada dalam serum darah subgroup A2B
b. Anti H : Zat anti ini bisa timbul tak beraturan sebagai cold antibody di dalam serum darah
golongan A1B, A1 , dan kadang-kadang golongan B. Pada umumnya serum darah yang
mengandng anti H, sel darah merahnya memiliki antigen Le ( a+). Zat anti ini dapat
diabsorbsi dengan substance H ( saliva secretor ), tidak mengaglutinasikan Oh ( ( Bombay
Blood ) tetapi Oii ( Cord Blood ) dapat diaglutinasikan.
c. Anti O : Mempunyai daya dan suhu reaksi sama dengan anti H , tetapi tidak bisa diabsorbsi
dengan saliva secretor. Dapat beraglutinasi dengan sel O orang dewasa dan sel O bayi ( cord
Blood ), jika zat anti ini tidak bereaksi dengan sel O bayi maka ia termasuk zat anti I.

6.5 Aspek Klinis System Golongan Darah ABO.

1. Transfusi
a. Ketidakcocokan yang kasar pada system darah ABO ;
Misalnya pemberian darah golongan A kepada penderita golongan darah O, bisa
menimbulkan reaksi transfuse yang hebat dan menimbulkan kematian, dari pada
ketidakcocokan pada system-sistem golongan darah lain.
b. Transfusi iso-aglutinin
Misalnya plasma golongan O diberikan kepada penderita golongan A bisa menyebabkan
reaksi transfuse yang hebat, kadang-kadang kematian pula. Yang sangat ideal transfuse harus
dilaksanakan dengan pemberian darah kepada penderita dengan system golongan darah ABO
yang sama antara penderita dan donornya, dan hindarkan pemberian golongan O untuk
golongan-golongan lain.
2. Haemolitic Desease of Newborn
Bila seorang ibu bergolongan darah O dan anak yang dikandungnya bergolongan darah A
adalah keadaan yang sering dijumpai pada bayi-bayi yang menderita HDN, daripada lainnya.
Tetapi pengobatan yang diperlukan lebih sedikit bila dibandingkan dengan HDN karena
system Rhesus.

BAB VII
SYSTEM GOLONGAN DARAH RHESUS

7.1 Riwayat Penemuaannya


Pada tahun 1939, Levine dan Stetson menemukan seorang wanita yang bergolongan darah O
mengalama reaksi transfuse ketika mendapatkan transfusi dari darah suaminya yang juga
bergolongan darah O. Wanita tersebut belum pernah mendapatkan transfusi darah
sebelumnya. Ia baru saja melahirkan anak keduanya. Serum darah penderita ini setelah
mengalami reaksi transfuse diambil, dan ternyata dapat bereaksi aglutinasi terhadap sel
suaminya dan juga terhadap 80 dari 104 donor golongan O lainnya. Levine dan Stetson
menyatakan bahwa didalam darah ibu itu ada zat anti yang spesifik terhadap sel bayi dimana
antigen sel darah merahnya berasal dari gene ayahnya. Zat anti ini penyebab dari reaksi
transfusi yang dialami waktu transfusi dengan darah suaminya. Belum ada nama yang
diberikan kepada zat anti yang ditemukan itu.
Pada tahun yang bersamaan Landsteiner dan Wiener menyuntik kelinci dan
marmot dengan sel darah merah monyet ( Macacus Rhesus ), Kemudian mereka
melakukan penelitian terhadap zat anti yang dihasilkan oleh kelinci dan marmot
ini. Pada tahu 1940 mereka meng

mkan hasil penemuannya bahwa zat anti yang diperolehnya itu selain
mengaglutinasikan sel darah monyet itu sendiri, juga mengaglutinasikan 85 %
sel darah merah manusia, setelah zat anti itu diabsorbsi.
Wiener dan Peters melihat sifat kesamaan ( sifat kespesifikannya) antara zat anti
ini dengan zat anti yang ditemukan dalam darah ibu oleh Levine dan Stetson. Zat
anti ini menimbulkan reaksi aglutinasi yang sama terhadap sel yang sama,
kemudian zat anti ini dinamakannya anti Rhesus dan antigennya dinamakan
antigen Rhesus.
Fisher menamakan zat anti ini sebagai anti D dan antigennya Rhesus itu dinamakan antigen
D. Sel darah merah manusia yang menimbulkan reaksi aglutinasi terhadap anti D dinamakan
Rhesus positif, dan yang tidak beraglutinasi dinamkan Rheus Negatif. Ini berarti Rhesus
positif mengandung antigen D yang bersamaan dengan antigen Rhesus.

7.2 Antigen Antigen Sistem Rhesus


Sistem golongan darah Rhesus tidak hanya maengandunga satu macam antigen saja ( antigen
D ), tetapi masih ada antigen-antigen lainnya yang berada dalam satu ikatan. Oleh Fisher
antigen ini dinamakan antigen C dan E. Dinyatakan pula antigen-antigen Rhesus ditentukan
oleh 3 pasangan alleles-gene yang mempunyai kedudukan erat satu sama lain dalam
kromosom yang sama. Dalam pasangan allelegenicnya itu mempunyai kedudukan sebagai
berikut : C atau c, D atau d, E atau e. Dengan ditemukannya Anti C, anti c, anti D, anti E dan
anti e, maka diketahui bahwa system Rhesus ini mempunyai 5 macam antigen, kecuali
antigen d.
Dengan menggunakan 5 macam antisera masing-masing anti C, anti D, anti E, anti c dan anti
e, maka dapat diketahui Phenotipe Rhesus, bahkan dapat pula diperkirakan kedudukan
Genotypenya.

7.2.1 Teori Genetik Rhesus


Teori genetika Rhesus dikemukakan oleh oleh Fisher dan Wiener
1. Teori Menurut Fisher
Antigen Rhesus pada sel darah merah timbul dari 3 pasangan ikatan gene ( alleles ) yakni; C-
c, D-d, dan E-e. Dengan demikian dapat memberikan 8 kemungkinan kedudukan pada
kromosomnya yaitu ; CDe, cDE, CDE,cDe, Cde, cdE, CdE, dan cde. Dari sini timbul 36
macam kemungkinan bentuk genotypenya.
Rhesus Positif Rhesus Negatif
Rh (D) + Rh (D)-
Dd

CcCc

EeEeEeEe
2. Teori Menurut Wiener
Antigen Rhesus terdiri dari 8 allelegenik yakni : R1, R2, R0, Rz dan r, r, ry,dan rh, yang
memberikan aglutinogen / antigen sebagai berikut ; Rh1, Rh2, Rh0, dan Rhz dan rh, rh,
rhy, dan rh.
Melihat dari kedua macam teori ini tampaknya teori Wiener merupakan kependekan dari teori
Fisher, dan memang pada kenyataannya bahwa keduanya mengandung arti ytang sama.
Apabila kedua teori ini kita jajarkan adalah sebagai berikut :

Menurut Fisher Menurut Wiener


CDe R1
cDE R2
cDe R0
CDE Rz
Cde r
cdE r
CdE ry
cde r
Secara resmi belum ada ketepatan nama, yang mana yang harus dipakai . Sampai sekarang
dipakai satu diantaranya tau kedua-keduanya.

7.2.2 Antigen Du
Tidak semua sel darah merah dapat ditetapkan dengan mudah sebagi Rh (D) positif atau
Rh(D) negative dengan pemeriksaan secara langsung. Sebagian kecil orang sel darah
merahnya memberikan reaksi yang lemah dan lama, bahkan negative dengan anti D.
Beberapa keadaan ini walaupun tidak bereaksi dengan anti D, akan tetapi dapat beraglutinasi
juga bila pemeriksaannya dilakukan dengan antiglobulin test ( Coombs test ).
Sel atau antigen macam ini dinamakan antigen Du.
Dari 568 orang yang memiliki Rh (D) faktor positif diperiksa tentang keadaan kemungkinan
susunan Genotypenya dengan menggunakan anti C, Anti D, Anti E, anti c, dan anti e. Tabel
dibawah menunjukkan hasil yang diperoleh :

NO Reaksi sel Eritrosit


Terhadap anti :
C D E c e Phenotipe Kemungkinan Genotype Jumlah

5
6

+++++

++-++

++--+

+++-+

-+++-

-++++

++++-

-+-++
CcDEe

CcDee

CCDee

CCDEe

ccDEE

ccDEe

CcDEE

ccDee
CDe/cDE

CDe/cde

CDe/CDe

CDe/CDE

cDE/cDE

cDE/cde

CDE/cDE
cDe/cde
86

102

311

13

22

13

13
568

7.3 Frekuensi Sistem Rhesus di Indonesia.


Pemeriksaan Rh (D) factor pada 51.886 orang Indonesia didapatkan bahwa sebanyak 51.874
orang mempunyai Rh (D) factor positif ( 99,977% ), dan 12 orang mempunyai Rh (D)
negative ( 0,023 % ).

Kemungkinan Rhesus Faktor Seseorang bayi bila ayahnya Rh (D) positif dan ibunya Rh (D)
negative, Menurut bentuk Genotype, homo atau heterozygote dari ayahnya maka
kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Ayah Homozygote

/DD
d Dd Dd
d Dd Dd

Anak-anaknya 100 % memiliki Rh (D) positif


Dd = Heterozigote

b. Ayah Heterozygote

/Dd
d Dd dd
d Dd dd

50 % anaknya Rh Positif ( Dd )
50 % anaknya Rh negative ( dd )

7.4 Aspek Klinis Antigen D


1. Transfusi
Antigen D adalah antigen D yang kuat, Sekali saja transfusi darah yang Rh (D) positif kepada
penderita yang Rh (D) negative, 50 % dari penderita itu akan membentuk anti D dalam
darahnya. W.Pollack (1971) mengadakan percobaan terhadap donor-donor sukarela Rh
negative yang diinjeksi dengan Rh positif dinyatakan olehnya bahwa 25 ml darah Rh positif
itu telah dapat membentuk Immune-antibody anty Rh dalam waktu 3 bulan. Seseorang pasien
yang Rh (D)nya negative tidak ditransfusi dengan darahdonor yang Rh (D)nya positif,
walaupun golongan darah ABOnya sama.

2. Kehamilan
Seperti yang telah diutarakan bahwa penemuan anti Rh ( anti D ) berasal dari seseorang ibu
yang melahirkan bayi dimana bayi ini menderita ikterus. Setelah diadakan penelitian ternyata
ibu ini memiliki Rh (D) negative dan bayinya Rh (D) positif. Didalam darah ibu ditemukan
anti Rh.
Kalau anti D atau antibody-antibodi lain ditemukan dalam darah seseorang pasien kebidanan,
penderita ini belum perah hamil, zat zat anti yang ditemukan ini mungkin berasl dari
tranfusi. Dalam keadaan demikian bayi pertama bisa menderita Hemolitik Desease of
Newborn. Kalau zat anti tidak ditemukan dalam kehamilan pertama, imunisasi bisa terjadi
karena sel darah merah bayi masuk kedalam peredaran darah ibu pada waktu melahirkan.
Walaupun jumlah sel ini sedikit akan tetapi mempunyai kesanggupan untuk mengimunisasi
ibu. Zat anti yang baru terbentuk ini tidak membahayakan bayi yang baru saja dilahirkan,
akan tetapi zat anti ini akan tetap berada dalam peredaran darah ibu. Antibodi ini akan
membahayakan bayi yang berikutnya dan bisa membuat bayi ini menderita Hemolytic
Desease of Newborn.
Umumnya zat anti Rhesus lewat dengan bebas melalui plasenta keperedaran darah janin. Sel
janin tidak akan mengalami bahaya kalau zat anti yang masuk ini bukan merupakan lawan
dari antigen sel darah merah janin. Kalau zat anti bertemu lawan dengan antigen sel darah
merah janin, sel darah merah janin akan terus menurus dihancurkan. Janin akan
menderitaanemia ringan sampai anemia berat. Kalau penghancuran sel janin ini hebat maka
janin mungkin akan meninggal begitu dilahirkan walaupun kecil kemungkinan bayi bisa
meninggal dalam kandungan. ( Fetal Death ).

BAB VIII
HAEMOLYTIC DESEASE OF NEWBORN

HDN adalah suatu penyakit life span erytrosit dari faetus diperpendek oleh suatu serangan
dari spesipik antibody yang dibuat oleh ibu masuk keperearan darah faetus melalui plasenta.
HDN pertama kali ditemukan oleh Levine dan Stetson pada tahun 1939, antibody yang
ditemukan dalam serum ibu yang dapat bereaksi dengan eritrosit dari 80 % orang orang
kulit putih, juga dapat bereaksi dengan eritrosit suaminya tetapi tidak bisa bereaksi dengan
eritrositnya sendiri.
Seorang ibu Rh (D) negative mengandung anak yang Rh (D) positif . Pada waktu melahirkan
terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus ibu. Hal ini merupakan suatu kerusakan
jaringan antara plasenta dan uterus, bila ibu Rh (D) negetif , dan bayinya Rh (D) positif maka
sel bayi yang Rh (D) positif ikut masuk peredaran darah ibu. Sel bayi yang Rh (D) positif
berperan sebagai antigen dan pada waktu mengalir sampai spleen, maka sel ibu akan
membentuk antibody yang disebut sebagai anti Rh ( anti D ), anti D ini baru bisa diketahui
beberapa minggu kemudian setelah anak Rh positif yang pertama dilahirkan, pada waktu
kehamilan kedua yang anaknya juga Rh positif, immune antibody yang telah ada dalam
serum ibu bersifat Ig.G dapat melewati plasenta ke tubuh faetus, maka eritrosit foetus yang
Rh positif itu dapat dihancurkan dengan imun anti Rh yang bgerasal dari ibu. Keadaan
tersebut menyebabkan bayi menderita penyakit HDN yang disebabkan Rh factor.

8.1 PATOLOGI HDN


1. Anemia
Kerusakan atau penghancuran sel dapat menimbulkan Anoxia, yang lebih hebat bisa
menyebabkan edema dan mati dalam kandungan.
2. Hyperbilirubinemia
Kerusakan atau penghancuran eritrosit secara terus-menerus mengakibatkan makin tingginya
kadar bilirubin ( indireck ) sebagian besar bilirubin dapat di atur dan dikelurkan oleh ibu.
Indireck bilirubin yang berada di foetus tidak melarut dalam air, maka tidak bisa selaput
Glomerulus untuk dibuang keluar denga air seni, akan tetapi dapat ditransport ke badan
ibunya untuk selanjutnya di bawa ke liver, dimana ada enzim glukoronyl transferase yang
bisa merubah bilirubin indireck menjadi bilirubin direck. Bilirubin direck ini dapat larut
dalam air dan dikeluarkan bersama dengan air seni, maka foetus dapat dilindungi oleh ibunya
sebelum dilahirkan.

3. Perubahan-perubahan pada jaringan : seperti membengkannya sel spleen dan liver akibat
penghancuran sel eritrosit yang berlebihan.

8.2 GEJALA KLINIK


HDN yang ringan, bayi kelihatannya sehat seperti normal pada waktu dilahirkan 24 jam
kemudian baru menunjukka gejala kuning, jika Cord Hbnya diperiksa angkanya agak rendah.
Bilirubin meningkat, spleen dan liver sering melebar.
HDN yang berat, bayi sudah pucat dan animes berat pada waktu dilahirkan, jika badan dan
plesentanya bengkak dan segar bayi akan meninggal dlam beberapa jam. Hal ini dikenal
sebagai Hydrops Foetalis.

BAB IX
IMUNOLOGI DASAR SEL-SEL DARAH

Antigen
Antigen adalah suatu zat yang bersifat asing bila masuk kedalam tubuh, sehingga dapat
menimbulkan respon imun. Keadaan ini akan berakibat dibentuknya antibody yang akan
bereaksi spesifik dengan antigen tersebut.

9.2 Antibodi
Antibodi merupakan hasil produksi respon imun, yang akan bereaksi dengan antigen tertentu.
Antibodi-antibodi tersebut adalah immunoglobulin ( Ig G ) dan berada dalam bagian
gamaglobulin dari protein plasma. Terdapat lima kelas immunoglobulin, yaitu :
1. Imunoglobulin G ( IgG )
2. Imunoglobulin M ( IgM )
3. Imunoglobulin A ( IgA )
4. Imunoglobulin D ( IgD )
5. Imunoglobulin E ( IgE )

9.3 Respon Imun Antibodi


Bilamana tubuh pertama kali terpapar dengan antigen asing, maka akan terjadi respon imun
pertama, Respon ini tumbuh berlahan-lahan, bisa memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum
suatu antibody muncul. Sekali respon imun terangsang, maka paparan kedua pada seseorang
dengan antigen yang sama akan berakibat respon imun kedua. Respon ini lebih kuata aksinya
dan seringkali menghasilkan antibody yang banyak dengan waktu yang singkat. Respon imun
pertama seringkali berkaitan dengan sejumlah kecil antibody IgM, sedangkan respon imun
kedua akan menghasilkan terutama IgG.
Pada serum orang dewasa yang normal, terdapat antibody-antibodi group darah ABO, dilain
pihak serum dari pusar bayi baru lahir tidak ditemukan antibody ini. Akan tetapi setelah 12
sampai 20 minggu kemudian, pemeriksaan serum bayi akan memperlihatkan antibody dalam
jumlah yang cukup banyak . Antibodi-antibodi ini muncul secara alamiah artinya muncul
tampa rangsangan antigen. Antibodi-antibodi imun biasanya berupa IgG, dan dibuat sebagai
respon terhadap sel darah merah asing, hal ini bisa sebagai akibat transfuse darah atau jika
pada seorang wanita hamil disebabkan karena masuknya darah janin yang tidak sesuai
dengan darah ibunya.

9.4 Reaksi-reaksi Antigen - Antibodi Sel Darah Merah


Kebanyakan tehnik yang digunakan pada laboratorium UTD dan bang darah untuk
mendeteksi reaksi-reaksi antara antigen-antibodi berdasrkan atas tehnik aglutinasi, serta
kadang-kadang dengan tehnik mencari lisis sel darah merah ( hemolisis ). Aglutinasi adalah
perlengketan sel-sel darah merah yang disebabkan oleh antibody yang melekat pada antigen-
antigen beberapa sel darah merah, sampai menimbulkan suatu anyaman yang dapat menjerat
sel-sel menjadi mengelompok. Terdapat dua tahapan untuk menimbulkan aglutinasi, yaitu :

Tahap 1
Antibodi melekat pada antigen sel darah merahnya segera pada saat pertama bertemu. Hal ini
belum menimbulkan aglutinasi, tetapi Cuma menyelubungi atau mensensitasi sel tersebut.

Tahap 2
Anyaman telah terbentuk, menimbulkan gumpalan atau agglutinin. Hal ini adalah kelanjutan
dari tahap 1 sehingga antibody dapat secara jelas menimbulkan aglutinasi sel-sel
Sedangkan hemolisis sel-sel darah merah disebabkan oleh sejumlah antibody IgM dan hanya
sedikit antibody IgG. Setelah antibody melekat pada antigen, jalur komplemen akan
diaktifakan. Hal ini menyebabkan sel-sel darah merah pecah dan lisis. Jadi adanya lisis juga
memperlihatkan reaksi antigen-antibodi, yang seperti halnya aglutinasi.

9.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi Sel


Darah Merah
c. Muatan ion sel darah merah
Sel-sel darah merah tidak pernah membuat kontak fisik langsung dengan satu sama lainnya
dalam tubuh ( Invivo ), atau dalam tabung percobaan ( invitro ). Alasannya ialah : karena tiap
sel membawa muatan listrik negative. Muatan yang sama akan saling tolak menolak
sedangkan mutan yang berbeda akan saling menarik, sel-sel darah merah selalu berada dalam
keadaan saling tolak menolak, dan tidak pernah datang untuk menempel satu sama lainnya.
Muatan negative pada sel darah merah berasal dari kumpulan asam neuraminat yang ada pada
dinding sel darah merah. Daya penolak yang menjaga sel-sel darah merah terpisah satu sama
lainnya, kadang-kadang dinamai Potensial zeta . Antibodi-antibodi IgM dapat
menyebabkan sel darah merah beraglutinasi secara langsung karena ukuran IgM yang sangat
besar sehingga dapat mempertautkan sel-sel darah merah untuk berkumpul. Sedangkan
antibody-antibodi IgG menempel pada antigen-antigennya menyelubungi atau
mensensitisasinya.

d. Suhu
Antibodi-antibodi yang berbeda, mempunyai kecendrungan suhu yang berbeda pula untuk
bereaksi. Contohnya : antibody-antibodi darah ABO bereaksi terbaik pada suhu 40C,
sedangkan antibody-antibodi Rh bereaksi terbaik pada suhu tubuh, yaitu suhu 370 C.
e. pH
pH yang umum untuk kebanyak antibody group sel darah adalah berkisar antara 6,5 7,5.
Reaksi akan berhenti apabila pH terlalu asam atau terlalu basa
f. Kesegaran serum dan sel-sel darah merah
Reaksi-reaksi yang terbaik dapat selalu diperoleh bila menggunakan serum dan sel-sel darah
merah yang segar. Karena itulah, maka amt dianjurkan supaya memakai sel-sel darah merah
yang baru disiapkan, dan menyimpan serum yang tidak dipakai segera pada suhu 200C atau
lebih rendah.
g. Rasio antibody terhadap antigen
Rasio antibody terhadap antigen amatlah penting, semakin banyak antibody yang timbul
berkaitan dengan jumlah antigen antigen sel sel darah merah, maka akan semakin kuat
reaksi yang terjadi. Jadi amatlah penting untuk membuat kekentalan adonan sel darah merah
yang disiapkan secara tepat, sebab semakin kental adonan bisa menyamarkan keberadaan
suatu antibody yang lemah.
h. Kekuatan ion
Kecepatan reaksi antigen-antibodi meningkat cukup jauh jika kekuatan ion media adonan sel-
sel darah merah menurun. Dengan memakai Low Ionic Strength Saline ( LISS ), maka masa
inkubasi test antiglobulin dapat dikurangi menjadi 15 menit.
i. Aglutinasi sel-sel darah merah yang diselubungi antibody
j. Pemakian albumin
Molekul-molekul yang bermuatan besar seperti albumin akan membawa sel-sel darah merah
berdekatan satu samalainnya, sehingga antibody-antibodi IgG dapat menempel pada antigen-
antigen sel-sel yang berdekatan, dan membentukaglutinin. Albumin tidak akan menyebabkan
sel-sel darah merah yang tidak diselubungi mengggumpal. Kadang-kadang albumin
ditambahkan pada reagen-reagen untuk memperkuat aktivitas aglutinasinya, atau dipakai
dalam tes penambahan albumin dua-tahap. Pada test ini sel-sel dan serum telah diinkubasi
sehingga antibody-antibodi berkesempatan untuk menyelubungi sel-sel. Kemudian albumin
ditambahkan untuk mengaglutinasi sel-sel yang terselubung tersebut.
k. Penggunaan reagen-reagen antiglobulin
Test antiglobulin adalah suatu tes yang memakai reagen antiglobulin untuk mencari
keberadaan globulin manusia pada sel-sel darah merah yang telah disensititasi. Terdapat 3
tahapan :
5. Tahap 1 : Sensititasi atau penyelubungan
Sel-sel dan serum telah diinkubasi supaya setiap antibody berkesempatan muncul dalam
serum untuk menempel pada antigen-antigen sel-sel darah merah.
6. Tahap 2 : Pencucian
Sel-sel iti lalu dicuci beberapa kali dengan larutan garam isotonis untuk membuang sisa
protein atau immunoglobulin yang tidak diselubungi
7. Tahap 3 : penambahan reagen antiglobulin
Antiglobulin reagen ( AHG) lalu ditambahkan pada sel-sel yang telah dicuci. Jika sel-sel telah
diselubungi oleh antibody-antibodi IgG, mereka akan diaglutinasi oleh reagen antiglobulin
yang menempel pada sel-sel yang diselubungi antibody-antibodi IgG. Jika tidak ada antibody
pada sel-sel, maka tidak akan ada aglutinasi

BAB XI
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Tehnik yang dilakukan dalam tes serologi darah sangat sederhana bila dibandingkan dengan
tehnik yang dilakukan dalam bidang ilmu patologi lainnya, tetapi hasil test yang diperoleh
lebih tinggi nilainya. Kesalahan pada penggolongan ABO dan Rh atau tidak terdeteksinya
suatu ketidakcocokan dapat mengakibatkan efek yang serius, bahkan kematian. Test
penggolongan ABO dan Rh (D) positif umumnya dilakukan secara bersamaan .
Untuk penggolongan ABO, tehnik larutan saline pada suhu kamar umumnya digunakan untuk
test sel dan tes penggolongan terbalik. Antiserum Rh (D) beraneka ragam dalam metode
pengguanannya. Beberapa reagen monoclonal menggunakan tehnik yang sama denga reagen
ABO. Reagen jenis tersebut sangat baik untuk digunakan pada mikroplate, karena test ABO
dan Rh D dapat dilakukan pada pelat yang sama. Antiserum Rh D yang lain harus diinkubasi
pada suhu 370C sehingga umumnya lebih cocok untuk dipakai pada tehnik tabung.

11. 1 Tehnik Menemukan Golongan Darah A, B, dan O


Didalam mencari golongan darah ABO, kita memerlukan serum ( Reagen ) control yang baik.

Prinsip:
Antigen hanya kan bereaksi dengan antibody yang sesuai untuk bisa terjadi aglutinasi.
Pemeriksaannya dapat dikelompokkan menjadi :
a. Cell Grouping
Eritrosit diperiksa dengan menggunakan anti A dan Anti B serum untuk mengetahui jenis
antigennya
b. Serum Grouping
Serum diperiksa dengan menggunakan eritrosit yang mengandung antigen A dan antigen B
untuk mengetahui jenis antibodinya.

Hasil pemeriksaan akan lebih baik bila kedua cara ini dilakukan bersama-sama karena :
1. Hasil yang didapat akan lebih terjamin keamanannya.
2. Seseorang dengan group A2 atau A2B akan tidak mengalami kesalahan digolongkan
menjadi group O dan B.
3. Dapat mengetahui adanya protein abnormal didalam darah seseorang yang menimbulkan
kesalahan-kesalahan pemeriksaan.
Untuk bayi hanya dikerjakan sell grouping saja, karena antibodies alamiah anti-A dan anti-B
akan terbentuk pada umur 3 4 bulan. Pada orang yang amat tua atau penderita dengan orang
yang kekurangan gama globulin, Anti A atau anti B mungkin bereaksi sangat lemah oleh
karena itu cara sel grouping akan lebih dapat dipercaya.

Pemeriksaan golongan darah ini dapat kekerjakan dengan 3 metode :


1. Metode Slide
2. Metode Tabung, dan
3. Metode Tile

1. Metode Slide
a. Siapkan slide yang bersih dan kering.
b. Teteskan pada slide tersebut masing-masing; anti A, anti B, Anti AB dan Anti D 1 tetes
Anti A Anti B Anti AB Anti D

c. Kemudian diteteskan 1 tetes darah pada pada masing-masing anti tadi.

d. Campur dengan aplikator / pengaduk yang bersih dan kecil


e. Baca hasilnya setalah 1 3 menit
Positif : Terjadi aglutinasi
Negatif : tidak ada aglutinasi
f. Tentukan golongan darah dan Rhesusnya

Golongan Darah Anti A Anti B Anti AB Anti D


A+-+
B-++
AB + + +
O_--
Rh (D) + +
Rh (D) - -

Ket : ( + ) = terjadi aglutinasi


( - ) = tidak ada aglutinasi
2. Metode Tile
Cara Kerja :
1. Disiapkan Suspensi eritrosit A 5 % dan eritrosit B 5 %.
2. Darah pasien dengan antikoagulan diputar selama 3 menit 1000 rpm
3. Dipisahkan plasmanya
4. Sedimen eritrosit dicuci 3 kali dengan saline
5. Supernatan saline dibuang sebanyak-banyaknya sehingga terdapat packed cell 100 %
6. Kemudian dibuat suspensi eritrosit 5 % dengan cara :
5 tetes eritrosit 100 % dimasukkan kedalam 95 tetes saline

7. Disiapkan Tile, yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa kotak, sebagai berikut ;

Anti A

Anti B

Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %

8. Kemudian pada masing-masing kotak diteteskan Eri X 5 %, eri A 5 %,dan eri B 5 %.

Anti A

Anti B
Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %

9. Diteteskan Anti A, Anti B dan Serum X pada masing-masing kotak

Anti A

Anti B

Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %

10. Kemudian diamati terjadinya aglutinasi

Kontrol ( + )
Kontrol ( - )

Anti A

Kontrol ( - )
Kontrol ( + )

Anti B
Kontol ( - )

Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %

11. Tentukan golongan darahnya berdasarkan hasil aglutinasi dari masing-masing kotak.

12. Beberapa contoh hasil pemeriksaan golongan darah metode tile


Aglutinasi +

Aglutinasi +
Aglutinasi -

Anti A
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi +

Anti B
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi +

Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Golongan darah : A
Aglutinasi +

Aglutinasi +
Aglutinasi -

Anti A
Aglutinasi +
Aglutinasi -
Aglutinasi +

Anti B
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi -

Serum X ( pasien )

Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %

Golongan Darah: AB
3. Metode Tabung
Bahan yang diperlukan :
a. Test serum anti A dan anti B
b. Test eritrosit A suspensi 5 % dalam NaCl 0,9 %
c. Test eritrosit B suspensi 5 % dalam NaCl 0,9 %
d. Test eritrosit O suspensi 5 % dalam NaCl o,9 %
Cara Kerja :
1. Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Tabung I sampai III diisi dengan pasien masing-masing 1 tetes Anti A, Anti B dan Anti AB,
sedangkan tabung IV sampai VI diisi dengan masing-masing dengan eritrosit A 5 %, Eritrosit
B 5 % dan Eritrosit O 5 % dan eritrosit pasien 5 % sebagai kontrol sebagi kontrol.

Cell Grouping Serum Grouping


Anti A Anti B Anti AB Eri A Eri B Eri O Eri Pasien

1234567
3. Kemudian tabung I sampai tabung III ditambahkan eritrosit pasien masing-masing 1 tetes,
sedangkan tabung IV sampai VII ditambahkan masing-masing dengan serum pasien.

Anti A Anti B Anti AB Eri A Eri B Eri O Eri Pasien

1234567
Negatif
4. Kemudian tabung-tabung tersebut dikocok, biarkan pada suhu kamar selama 60 menit atau
putar 1 menit 1000 rpm.
5. Dibaca hasil reaksinya.
11.2 Kesulitan Kesulitan Dalam Menentukan Golongan Darah ABO
Dalam menentukan golongan darah ABO sering dijumpai kesulitan-kesulitan yang
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Rouleaux.
Terjadinya rouleauk dapat mengaburkan pembacaan karena menyerupai adanya aglutinasi.
Sel darah merah dapat membentuk rouleaux dengan cepat pada penyakit dimana serum
mengandung fibrinogen atau globulin yang tinggi ( kadar globulin dalam darah naik ).
Rouleaux ini dapat pula terjadi pada penyakit anemia. Biasanya rouleaux dapat dibedakan
dengan aglutinasi murni secara mikroskopis. Rouleaux akan menghilang bila ditetesi 1 2
tetes saline dan dibiarkan 1 2 menit.
2. Auto Aglutinasi
Auto aglutinasi adalah antibody spesifik yang mungkin ada dalam serum penderita,
menyebabkan aglutinasi terhadap sel darah merah sendiri. Hal ini terjadi pada penyakit-
penyakit Leukemia, Virus pneumonia, congenital syphilis, tumor ganas, Penyakit LE ( Lupus
Erithromatosus. Dalam hal ini sel darah merah akan mengalami aglutinasi sebelum
penggolongan darah dikerjakan. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan reaksi antara serum
dan sel darahnya sendiri sebagai control.

11.3 Pemeriksaan Crossmatching ( Compatibility Testing )


Test kompatibilitas ialah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan sebelum darah diberikan,
dan lengkap dengan kecocokannya. Tujuan dari tes kompatibilitas adalah untuk memastikan
bahwa sedapat mungkin transfuse darah donor tidak akan menimbulkan reaksi apapun pada
pasien, serta sel-sel darah merah bisa mencapai mas hidup maksimum setelah diberikan.
Tes kompatibilitas meliputi:
13. Meneliti catatan pasien akan hal-hal :
- Riwayat penggolongan darah sebelumnya
- Keberadaan antibody-antibodi
- Rincian riwayat transfuse terakhir
- Alasan transfusi
14. Melakukan penggolongan ABO dan Rh atas sample darah pasien dan meneliti untuk
memastikannya cocok dengan catatan sebelumnya.
15. Melakukan uji kecocokan terakhir, suatu Cross-match ( uji Silang ). Hal ini termasuk
Major Cross-match ( Uji Silang Utama ), yaitu ; uji antara serum pasien dan sel-sel darah
donor, serta Minor Cross-match ( Uji Silang Kecil ) yaitu ; uji antara sel-sel darah merah
pasien dengan serum donor untuk mencari setiap antibody dalam darah donor yang dapat
bereaksi dengan darah pasien.

11.3.1 Uji Kecocokan ( Uji Silang )


Suatu uji kecocokan dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibody-antibodi pada
darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor bila ditransfusikan atau sebaliknya.
Bahkan walaupun golongan ABO dan Rh pasien dan donor telah diketahui, adalah hal yang
mutlak untuk dilakukan uji kecocokan. Hal ini disebabkan karena seseorang pasien yang
golongan darah ABO dan Rhnya sudah cocok dengan donornya masih mungkin terjadi reaksi
setelah dilakukan transfusi. Keadaan ini terjadi karena ada beberapa golongan darah yang lain
dari golongan ABO dan Rh. Jadi, mungkin saja seseorang seseorang pasien yang golongan
ABO dan RHnya cocok dengan donor, tetapi ternyata mempunyai antibody-antibodi yang
lain, seperti anti Kell atau anti Duffy.
Untuk dapat menjamin pembuktian adanya zat anti dianjurkan untuk melaksanakan cross
match dalam 3 medium : saline, albumin,dan antiglobulin ( Anti Human Globulin / AHG ),
serta melalui 3 phase :
Phase I :
Reaksi silang dalam medium Saline ( NaCl 0,85 % ) untuk mengetahui kecocokan darah
donor dengan darah receptor dalam sisitem golongan darah yang mempunyai antibody yang
bersifat alami ( Ig.M ), umumnya golongan darah ABO.
Phase ini diinkubasi pada suhu kamar dengan masa inkubasi 15 menit atau lebih
dimaksudkan untuk memeriksa zat anti yang bersifat dingin ( Cold Antibody ), seperti Anti
M, Anti P1, Anti A dan Potent Anti Lewis yang biasanya Hemolitik invitro. Dalam phase ini
akan dapat dapat langsung mengetahui bila ada kekeliruan dalam penetapan golongan darah
pasien atau donor atau pasien, dimana akan timbul aglutinasi pada Mayor atau Minor . Masa
inkubasi ini bisa diganti dengan pemutaran 3600 rpm selama 15 detik.

Phase II : Phese ini dinamakan Thermo Phase atau incubation Phase, juga disebut
Albumin Phase . Tabung Mayor atau Minor diinkubasi pada suhu 370C selama 60 menit
untuk yang saline medium dan 15 menit untuk yang albumin medium. Albumin dapat
meningkatkan sensitifitas dari antibody sehingga waktu inkubasi dapat diperpendek. Phase-
phase ini dimaksudkan untuk memeriksa zat anti yang bersifat hangat ( warm antibody ) zat
anti yang mungkinbereaksi pada pase ini adalah zat anti dalam sistem Rhesus ( anti C, anti D
dan anti e ) dan anti Lea, anti Leb. Hasil negative pada phase ini belum dapat menjamin 100
% akan kecocokan darah donor untuk penderita, karena masih ada warm antibody yang tidak
mau bereaksi dalam albumin, diantaranya adalah : anti-D, anti E, anti c, anti K ( Kell ), anty
FYa, anti Jk, anti S, anti Lea Leb yang hanya dapat bereaksi dengan tehnik antiglobulin test
( coombs test ) Oleh karena itu kelanjutan pemeriksaan cross-matching ke phase III ( Coombs
test ) perlu dilaksanakan.
Phase III : Dalam reaksi ini larutan sel darah merah lebih pekat di campur dengan serum
penderita, setelah inkubasi 370C sel darah merah dicucui kemudian ditambahkan AHG.
Reagen antiglobin akan menunjukkan adanya antibody tipe imun didalam serum penderita
yang telah disensitasi oleh sel donor yang mengandung antigen sejenis.
11.3.2 Cara Kerja Cross-match
e. Pembuatan Suspensi Eritrosit 5 % dan 10 %
- Darah dengan antikoagulan diputar selama 3 menit 1000 rpm
- Dibuang plasmanya
- Sedimen eritrosit dicuci 3 kali dengan saline
- Supernatan saline dibuang sebanyak-banyaknya sehingga terdapat packed cell 100 %
- Untuk membuat suspensi 10 % dengan jalan :
10 tetes eritrosit 100 % dimasukkan ke dalam 90 tetes saline.
- Untuk Membuat suspensi 5 % dengan jalan :
5 tetes eritrosit 100 % dimasukkan kedalam 95 tetes saline

f. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan


1. Antisera
2. Anti A, anti B dan anti D
3. Bovine albumin 20 %
4. Coombs serum
5. Slide test
6. Tabung reaksi
7. Rak tabung
8. Watar bath / incubator
9. Pipet Pasteur

g. Cara Kerja
Phase 1
1. Periksa golongan darah pasien
2. Dicari golongan darah yang sesuai antara golongan darah pasien dan donor, baik ABO
maupun Rhnya.
3. Pisahkan antara sel dan serumnya baik darah pasien maupun donornya.
4. Dilakukan pencucian sel darah merah pasien dan donor dengan menggunakan NaCl 0,9 %
sebanyak tiga kali.
5. Kemudian dibuat suspensi 5 % darah donor dan pasien dengan cara : 1 tetes sel darah
merah pekat ( sel yang telah dicuci ) ditambahkan dengan 19 tetes NaCl 0.9 %.
6. Disiapkan 2 buah tabung masing-masing tabung diberi label Mayor ( tabung 1 )dan Minor
( tabung 2 ).

Mayor Minor

12

Isi tabung : 2 tetes serum pasien 2 tetes serum donor


1 tts sel donor sus. 5 % 1 tts sel pasien sus. 5 %
7. Kocok berlahan kedua tabung tersebut, putar 1000 rpm selama 1 menit. Dibaca hasilnya
Positif : Aglutinasi/hemolisis ( incompatible )
Negatif : tdk terjadi aglutinasi/lisis

Phase II
8. Tambahkan 2 tetes Bovine Albumine 20 % kedalam tabung mayor dan minor, inkubasi
selama 15 menit pada suhu 370C, putar selama 1 menit 1000 rpm
Mayor Minor

12

2 tetes Bovin Alb 20 % 2 tts Bovine Alb 20 %

9. Dibaca hasilnya
Positif : tidak cocok
Negatif : teruskan

Phase III
10. Kemudian Dicuci selnya masing-masing 3-4 kali dengan saline
11. Endapan sel masing-masing ditambahkan dengan 2 tetes Coombs test
Mayor Minor

12

2 tetes Coombs 2 tetes coombs

12. Kemudian dikocok, putar selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
13. Dibaca hasilnya
Positif : Incompatible
Negatif : Compatible ( cocok )

11.4 Coombs Test


Coombs test atau antiglobulin test perannya sangat besar disbanding transfuse darah
khususnya dan hematology pada umumnya. Anti Human Globulin ini ditemukan pertama kali
oleh Coombs, oleh karena itu nama yang diberikan untuk Anti Human Globulin ini adalah
Coombs serum. Coombs serum ( anti human globulin ) adalah suatu reagen untuk memeriksa
golongan darah dan untuk menyelidiki antibody dalam isoserologi dan imunohaematologi.
Prinsip pemakaian Anti Human Globulin ada 2 tujuan :

1. Direct Coombs test : untuk menemukan immune globulin antibody yang telah menyelimuti
sel.
Direct Coombs tes dapat digunakan sebagai :
a. Menunjukkan adanya incomplete antibody globin yang menyelimuti sel dari bayi yang
menderita HDN.
b. Menemukan autoantibody globin yang menyelimuti sel dari seseorang penderita Acquared
Haemalitic Anemia.
c. Menemukan sel yang telah diselimuti oleh antibody globulin dari seseorang penderita
setelah mendapat transfuse darah yang berbeda golongannya.

2. Indirect Coombs test : untuk mencari imun globulin dalam serum yang dapat menyelimuti
sel.
Indirect Coombs tes dapat digunakan sebagai :
a. Memeriksa golongan darh yang hanya dapat diketahui dengan antihuman globulin tes.
Misalnya: factor-faktor Duffy, Kell, Kidd, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan crossmatching dengan maksud mendapatkan darah seorang donor yang
compatible dengan penderita.

Cara Pemeriksaan Direct Coombs Test :

1. Dicuci sel 3 kali menggunkan NaCl 0,9 %


2. Dibuat suspensi sel 5 %
3. Siapkan 2 buah tabung dan diberi nomor tabung 1 dan 2
4. Diteteskan 1 tetes sel 5 % pada masing-masing tabung.
5. Kemudian sel dicuci 3 kali dengan menggunakan NaCl 0,9 %
6. Diteteskan 2 tetes Coombs serum pada sediment tabung nomor 1
7. Diteteskan 2 tetes NaCl 0,9 % pada sediment tabung nomor 2

12

1 tetes sel 5 % 1 tetes sel 5 %


2 tetes Coombs 2 tetes NaCl 0,9 %

8. Kocok berlahan, putar 1000 rpm selama 1 menit


9. Dibaca hasillnya
Positif : aglutinasi
Negatif : tidak aglutinasi

BAB XII
BAHAYA - BAHAYA TRANSFUSI DARAH

12.1 Reaksi Hemolitik


Reaksi hemolitik ditandai dengan penghancuran eritrosit dengan adanya Hb uria dan icterus.
Plasma mengandung ( Hp ) haptoglobulin yang mampu mengikat 100 mg Hb per 100 cc
plasma, selama kadar Haptoglobulin cukup. Bila terjadi hemolisis hebat, akan terjadi
kejenuhan ikatan Hb Hp komplek, terjadilah excess Hb yang terdapat dalam sirkulasi sebagai
Hb yang bebas. Sebagian Hb menjadi methemealbumin dan bilirubin. Bila kadar free Hb
plasma lebih besar 25 mg % akan terjadi Hb urua, dan bila hemolisis hebat dan terus menerus
terjadi hemosiderin uria yaitu bila kadar Hb lebih besar dari 50 mg %. Reaksi Hemolitik
dapat digolongkan menjadi :

1. Hemolitik karean golongan darah yang tidak cocok


a. Akute Reaksi
Reaksi hemolitik akut pada umumnya terjadi segera pada waktu transfuse sedang
berlangsung dan 50 cc darah dari golongan yang tidak cocok sudah dapat menimbulkan
reaksi. Reaksi akut pada umumnya disebabkan oleh potent hemolisin dari golongan ABO,
Lewis, Kidd dan pemberian darah Rhesus positif pada penderita Rh negative ( yang
mengandung anti D akibat transfuse sebelumnya ( iso imunisasi ).
Gejala-gejalanya :
- Rasa panas sepanjang vena lengan menjalar ke ketiak
- Nyeri pinggang yang khas
- Nyeri tertekan pada dada
- Sakit kepala, temperature badan naik.

b. Delayet Reaksi
Reaksi hemolitik terlambat ( delayed ) pada umumnya terjadi pada penderita yang sering
mendapatkan transfuse atau pernah melahirkan.
Reaksi terjadi beberapa jam atau hari setelah transfuse dan biasanya pada botol kedua atau
selanjutnya karena titer antibody penderita mula-mula rendah dan transfuse botol kedua
merupakan perangsang ( antigen ) yang meningkatkan kadar antibody tersebut. Pada
umumnya disebabkan oleh darah donor yang mengandung immune antibody, missal anti E
atau anti C dari golongan Rh atau G dan dari golongan golongan lain seperti Kidd, Lewis,
S, dan Duffy. Pemberian golongan O yang mempunyai titer anti A dan anti B yang tinggi
disebut : O Dangerou Donor bila diberikan pada golongan yang lain
Gejala gejala :
- Sakit kepala dan sakit pinggang
- Hampir Sama seperti pada Akut reaksi.
- Komplikasinya : Penyebab kegagalan ginjal akut

Tindakan yang diberikan :


a. Transfusi dihentikan
b. Berikan infuse manitol 10 % dan diteruskan dengan Na Bikarbonat
c. Berikan diuretika
d. Laporkan pada UTD atau Bang Darah untuk pemeriksaan penyebab reaksi.

2. Bukan karena ketidakcocokan golongan darah


Faktor hemolitik disamping disebabkan karena ketidak cocokan golongan darah, bisa juga
disebabkan karena beberapa factor antara lain ;
a. Pemberian darah yang sudah hemolisis, disebabkan karena :
- Pemanasan mendadak, dimasukkan dalam air panas melebihi temperature tubuh
- Frozen blood karena salah penyimpanan ( -40C ) eri bengkak dan hancur.
- Kontaminasi oleh bakteri yang mencerna eritrosit sebagai makanannya
b. Transfusi diberikan secara bersamaan dengan larutan yang hipotonis, misalnya Dextrose 5
%.
c. Transfusi dengan tetesan cepat, kadang-kadang dipompa sehingga menyebabkan eri hancur
dalam jarum giving set yang kecil
d. Khusus penderita PNH ( paroxysmal Nacturnal Hematuria ) pemberian whole Blood dapat
memperburuk keadaan, karena plasma donor mengandung active komponen yang
menyebabkan hemolisis
e. Kesalahan petugas , misalnya : salah pemberian lebel pada darah,

12.2 Reaksi non Hemolitik


Reaksi-reaksi non hemolitik yang bisa terjadi pada transfu se adalah,antara lain ;
a. Reaksi Alergi
Reaksi alergi disebabkan karena pemindahan alergin donor kepada penderita atau reaksi
penderita pada plasma donor.
Gejala : urtikaria, eritema, demam tetapi jarang anaphylaksis shock.
b. Febris
Reaksi febris disebabkan karena pembuatan larutan antikoagulan dan set yang kurang steril
atau reaksi antibody terhadap lekosit dan trombosit
Gejala : panas, menggigil, sakit kepala, dan nyeri seluruh badan.
c. Reaksi Kontaminasi oleh bakteri
Dapat terjadai pada waktu pengambilan darah atau darah terlalu lama dalam suhu ruangan.
Gram negative dapat berkembang biak pada suhu 40C atau akibat penyuntikan sesuatu dalam
botol darah.
Gejala : terjadai pada waktu transfuse atau beberapa hari sesudahnya, panas tinggi, nyeri
kepala, menggigil, vomit, nyeri perut dan buang air darah.
d. Reaksi Overloading
Reaksi ini dapat terjadai karena massive transfuse yaitu ; lebih dari 1
liter dalam waktu singkat dengan tetesan cepat atau dapat pula terjadi pada waktu pemberian
1 botol bagi penderita dengan penyakit jantung.
e. Cardiac Arrest
Terjadi secara tiba-tiba, bisa disebabkan karena :
- Pemberian ice cool blood yang segera dimasukkan dalam tubug penderita tanpa kesempatan
adaptasi dengan suhu kamar terlebih dahulu dan diberikan dengan tetesan cepat.
- Keracunan Kalium karena darah yang dipakai telah disimpan lebih dari 1 minggu, sehingga
kadar kalium plasma telah meninggi.
- Keracunan citrate, volume citrate yang ditaransfusikan bnayak dalam satu waktu dan ada
gangguan fungsi hati. Biasanya gejala disertai dengan adanya tremor dan gangguan ECG.
a. Asidosis
Pada penderita dengan kadar elektrolit yang normal, pemberian darah yang berumur lebih
dari 1 minggu dalam ACD hamper tidak menimbulakn pengaruh apa-apa, tetapi untuk
penderita-penderita yang sudah mempunyai tendensi untuk asidosis seperti penyakit ginjal,
dan Rehidrasi, maka pemberian darah senacam ini akan memperburuk keadaan karean akdar
lactic acid meningkat akibat metabolisme eritrosit yang menyebabkan penurunan pH.
b. Keracunan Kalium
Penyimpanan darah lebih dari 10 hari menyebabkan kadar kalium meningkat karena terjadi
pertukaran ion dnegan Natrium. Bahayanya pada seseorang yang mempunyai penyakit ginjal
dapat menyebabkan terjadainya Cardiac Arrest
c. Keracunan citrate
Berbahaya bagi penderita dengan gangguan hati dan terjadi hypocalsemia karena citrate
mengiakat Ca++ darah
d. Emboli udara
Karena kesalahan tehnik sehingga terjadi hipotensi sehingga menyebabkan syncope dan
cyanosis

12.3 Reaksi Penularan Penyakit


Sampai Saat sekarang ini telah dikenal empat kelompok mikroorganisme penyebab infeksi,
yaitu :
1. Virus
2. Bakteri
3. Protozoa dan
4. Jamur
Dari keempat mikroorganisme tersebut, tiga diantaranya telah terbukti dapat ditularkan
melalui pelayanan transfuse darah, ketiga jenis mikroorganisme tersebut adalah, virus bakteri
dan protozoa. Virus merupakan penyebab yang paling umum ditularkan melalui transfuse,
meskipun penulran bakteri dan protozoa dapat terjadi namun tingkat penularannya bervariasi
dari suatu Negara ke Negara lainnya.
Penularan penyakit melalui transfuse darah, harus didahului oleh adanya suatu penyebab
infeksi didalam darah yang di donasi. Oleh karena itu, setiap unit transfuse darah harus
menyaring terhadap semua kemungkinan infeksi.
Terdapat tiga kondisi dasar yang dapat menentukan apakah suatu penyebab infeksi mungkin
ditularkan melalui transfuse :
1. Penyebab tersebut harus mampu menggunakan aliran darah sebagai cara untuk masuk ke
dalam penjamu, yakni pasien
2. Donor yang terinfeksi harus benar-benar bebas dari tanda dan gejala penyakit, sebab jika
tidak, mereka seharusnya sudah diidentifikasi waktu seleksi donor sehingga penyadapannya
tidak jadi dilaksanakan.
3. Penyebab tersebut harus berada secara alamiah selama suatu periode, baik secara bebas
dalam plasma maupun berada dalam komponen sel dalam aliran darah dari donor yang
terinfeksi.
Suatu penyebab infeksi yang memenuhi semua keadaan tersebut dapat ditularkan melalui
transfuse darah. Meskipun demikian, apakan penularan benar-benar terjadi atau tidak
tergantung pada sejumlah factor lain seperti status kekebalan pasien atau jumlah infeksi yang
ditransfusikan.
12.3.1 Virus
Virus merupakan bentuk kehidupan yang paling sederhana dan dapat menginfeksi semua
bentuk kehidupan. Virus tidak bersifat seluler, karena tidak memiliki komponen yang
diperlukan untuk hidup dan tumbuh sendiri. Untuk memperoleh komponen-komponen yang
hilang ini , virus tergantung pada sel penjamu yang diinfeksinya.
Setelah menginfeksi sel penjamu yang sesuai, virus tersebut mempengaruhi fungsi-fungsi
normal dalam sel bersangkutan. Asam nukleat virus menyebabkan sel tersebut membuat
partikel virus baru, yang disebut varion, dan akan dilepaskan untuk menginfeksi sel-sel lain.
Protein yang terdapat dalam lapisan virus dan inti virus dikenali melalui respon kekebalan
dari organisme tersebut.
Beberapa contoh virus yang bisa ditularkan melalui transfusi adalah :
1. Virus Hepatitis A
2. Virus Hepatitis B dan
3. Human Immunodifisiensy virus ( HIV )
Beberapa virus memiliki sifat kelatenan, yaitu kemampuan suatu virus untuk menggabungkan
asm nukleatnya dengan asam nukleat dari sel penjamu tanpa mengontrol sepenuhnya sel
tersebut sebagaimana biasanya dilakukan oleh suatu virus. Kelatenan biasanya terjadi setelah
suatu infeksi aktif ketika orang tersebut telah sembuh dan kekebalannya sedang meningkat.
Asam nukleat virus berada dalam bentuk tidak aktif yang nampaknya tidak merugikan sel
penjamu. Ketika sel penjamu membagi diri, maka asam nukleat sel digandakan, bersama
dengan asam nukleat virus. Dengan cara ini, asam nukleat virus menjadi bagian dari asam
nukleat sel dan digandakan setiap kali sel tersebut membagi diri. Kelatenan biasanya tidak
pasti dan tanpa memiliki dampak yang merugikan terhadap sel penjamu. Meskipun demikian
pada suatu ketika asam nukleat laten dapat menjadi aktif dan mengambil alih fungsi-fungsi
sel, yang menimbulkan infeksi aktif. Keadaan ini disebut infeksi reaktivasi yang disebabkan
oleh reaktivasi virus yang telah ada dalam individu tersebut.
Gejala penularan virus ini biasanya muncul 2 5 bulan setelah transfuse, gejala fase II yaitu ;
ikterus, hepar dan limpa membesar dsb.
12.3.2 Bakteri
Bakteri merupakan sel-sel individu yang memiliki dinding sel, meskipun dengan struktur
yang sangat sederhana dan kurang memiliki nucleus yang sebenarnya. Banyak bakteri dilapisi
oleh suatu kapsul yang berbentuk mata rantai yang kompleks. Kapsul-kapsul ini mempunyai
peran yang sangat aktif dalam respon kekebalan terhadap bakteri karena kapsul ini
mengandung antigen yang dapat menyebabkan timbulnya respon umum.
Salah satu contoh bakteri yang dapat ditularkan lewat transfusi adalah : Treponema pallidum,
Gejalanya timbul 9 10 minggu setelah transfusi dan timbul gejala kulit stadium kedua.
Bakteri ini biasanya mati setelah 96 jam dalam suhu dingin pada penyimpanan 4 60C. Jadi
bila ingin bebas dari bakteri ini sebaiknya menggunakan darah Dalayed jangan menggunkan
fress blood untuk transfusi.

12.3.3 Protozoa
Protozoa merupakan organisme sel tunggal, yang diklasifikasikan sebagai eukaryotes.
Mereka memilki struktur sel yang jelas dengan nucleus dan organel yang jelas. Contoh
protozoa yang bisa ditularkan lewat transfusi antara lain :
1. Spesies Plasmodium : penyebab Malaria
2. Spesies Tripanosoma : Penyebab penyakit tidur
Plasmodium malaria tetap hidup dalam darah 40 C dan tidak dapat ditemukan dengan
pemeriksaan tetes tebal.

12.3.4. Gejala Adanya Infeksi


Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan infeksi dari donor kepada penerima
darah. Meskipun demikian, Resiko terjadinya penularan penyakit dapat dikurangi dengan
cara :
1. Seleksi donor secara hati-hati untuk memastikan bahwa darah tidak dikumpulkan dari
orang yang mungkin merupakan pembawa infeksi.
2. Uji saring langsung dari darah yang didonasi untuk membuktikan tidak adanya penyebab
infeksi.
3. Pengambilan komponen khususnya dari darah yang dianggap menyembunyikan penyebab
infeksi ; contohnya, dengan filtrasi darah untuk mengangkat sel darah putih.
Tidak semua penyebab infeksi dapat dideteksi secara langsung pada darah yang didonasi.
Dalam uji saring darah biasanya dicari antibody spesifik yang melawan pembawa infeksi.
Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, dapat berarti bahwa darah tersebut tidak terinfeksi.
Gejala dari adanya infeksi adalah adanya tanda-tanda infeksi yang dapat dideteksi yang
muncul dalam aliran darah selama, atau setelah terjadainya infeksi. Tanda-tandanya dapat
dideteksi melalui keberadaan dari penyebab infeksi tersebut, tetapi yang lebih umum adalah
melalui keberadaan antibody spesifik yang melawan penyebab infeksi yang dihasilkan oleh
sistem kekebalan sebagai akibat infeksi.
Lebih baik mengadakan uji saring darah donor terhadap adanya penyebab infeksi langsung
daripada terhadap adanya antibody. Dalam hal ini, adanya antibody hanya menandakan
adanya kekebalan bukan adanya suatu keadaan infeksi. Disamping uji terhadap adanya
antibody dan antigen penyebab infeksi, gejala danya infeksi juga dapat diamati dari gejala-
gejala klinis dari penyebab infeksi tersebut setelah beberapa minggu atau bulan dilakukannya
transfusi.

BAB XIII
PRINSIP PRINSIP PENGUJIAN UJI SARING
PENYAKIT INFEKSI

13.1 Uji Saring Untuk Donor Darah


Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit melalui transfuse darah, perlu diingat
bahwa seseorang donor yang sehat akan memberikan darah yang aman. Donor yang paling
aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan tidak dibayar.
13.2 Prinsip Prinsip Pengujian

BAB XIII
PEMISAHAN KOMPONEN-KOMPONEN DARAH

Pengertian mengenai transfusi darah tidak hanya terbatas pada pemindahan darah secara utuh
dari seseorang kepada orang lain tanpa mengurangi komponen-komponen darah, tetapi
berkembang sedemikian rupa sehingga darah tersebut perlu diolah sebelum diberikan kepada
yang membutuhkan. Tentunya dalam pengolahan dan pada waktu transfuse prinsip-prinsip
transfuse darah tidak ditinggalkan dengan memperhatikan factor-faktor sterilitas dan cara
penyimpanan serta penilian mutu komponen yang ditransfusikan. Pengolahan darah tidak
hanya memberikan komponen yang diperlukan saja tetapi mengurangi komponen yang tidak
diperlukan juga yang memberatkan pasien.
Beberapa contoh pemisahan komponen darah

PembuatanThrombosit Konsentrat.
Prinsipnya hanya pemisahan komponen-komponen dari whole blood dengan cara sentrifige
dan menyisihkan endapan trombosit yang terjadi. Dalam hal ini keutuhan trombosit
dipengaruhi berbagai factor antara lain :
- Lamanya aliran darah pada waktu aftap
- Permukaan dalam selang
- Penampung darah yang dilaluinya.
Cara-cara yang dilakukan adalah sebgai berikut :
a. Perlengkapan
1. Double plastic bag atau triple plastic bag
2. Refrigerated centrifuge ( khusus untuk botol / plastic bag )
3. Plasma extractor
4. Hand sealer dan clip
b. Tehnik Pengerjaan
1. Darah donor diaftap pada double / triple bag yang berisikan ACD tidak lebih dari 4 jam.
2. Putar whole blood ini dengan kecepatan 1.500 2.000 rpm selama 15 menit dengan
temperature 40C ( dapat pula 220C ).
3. Pindahkan supernatant plasmanya ke dalam bag pasangannya dengan memakai plasma
extractor atau dapat pula dengan melekatkan bag tersebut lebih tinggi dari bag yang kosong.
Supernatan dialirkan dengan gaya berat. Pemindahan plasma ini harus dilakukan sedemikian
rupa supaya lapisan trombosit yang berada diatas turut serta sebanyak mungkin.
4. Maka akan diperoleh Platelet Rich Plasma ( PRP )
5. Plastik bag diputar sekali lagi selama 30 menit dengan kecepatan 2500 rpm ( 10 menit
dengan kecepatan 4000 rpm ) pada suhu 40C. Pemutaran ini dimaksudkan untuk memisahkan
PRP menjadi PPP ( Platelet Poor Plasma ) sebagai supernatant dan endapannya trombosit.
6. Supernatannya dikembalikan dalm bag yang berisi sel eritrosit ( Packed Cell ) sehingga
akan dihasilkan eritrosit tanpa trombosit. Endapan yang dihasilkan dari pengolahan tadi berisi
kurang lebih 30 ml trombosit konsentrate. Yang ideal digunakan adalah plastic triple bag,
sehingga hasil yang diperoleh adalah :
- Packed Red Cell ( PRC ) : Bag I
- Trombosit Konsentrate : Bag II
- Platelet Poor Plasma ( PPP) : Bag III
7. Selanjutnya dapat diolah menjadi AHF

Pembuatan AHF ( Anti Haemofilic factor )


AHF mempunyai daya tahan selama 1 tahun pada suhu -180 C atau lebih rendah. Sebelum
ditransfusikan dipanaskan dulu pada suhu 37 370 C dalam water bath dan harus dipakai
dalam 6 jam atau 1 jam jika dimasukkan dalam container.
Tehnik pengerjaan :
1. Cara aftap sama seperti aftap untuk pembuatan trombosit Consentrate
2. Diputar whole blood dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit pada suhu 40C agar
semua sel sekaligus mengendap ( AHF berada dalam plasma ).
3. Pindahkan supernatant plasmanya kedalam bag pasangannya untuk segera dibekukan CO2
dalam alcohol 96 % ( - 800C ). Sedangkan bag eritrosit tidak dibekukan.
4. Plasma beku ini kemudian dimasukkan pada suhu 40C ( 1- 60 C ) selama 24 jam supaya
berlahan-lahan larut kembali, kecuali AHF masih dalam bentuk kristal.
5. Supernatannya kemudian di kembalikan kedalam bag eritrosit dengan cara : Bag yang yang
berisi supernatant diletakkan mendatar pada permukaan yang lebih tinggi, sehingga dengan
gaya beratnya supernatant akan mengalir ke bag eritrosit.
Hasilnya akan lebih baik jika pemisahan ini dilakukan dengan sentrifuge 4000 rpm selama 4
menit pada suhu 40C.
6. Sisanya cryiopresipitate kira-kira 20 30 cc dalam AHF

http://hengki-the-pretet.blogspot.com/2011/05/transfusi-darah.html

Anda mungkin juga menyukai