setiap yang hidup selalu punaya pertanayaan mengenai sesuatu, maka dari itu, untuk
mengatasi masalah anda kami menciptakn blog yang mudah untuk dimengerti anda...........
BAB I
TRANSFUSI DARAH
1.1 Pengertian
Transfusi darah adalah Proses pemindahan darah atau produk darah dari orang sehat ( donor )
dan memenuhi syarat kepada orang sakit (recipient) untuk memperbaiki daya angkut oksigen,
menambah volume, menambah komponen komponen maupun memperbaiki fungsi darah
lainnya. Jadi transfusi darah merupakan cara pengobatan dengan memakai darah dan atau
komponen darah.
Transfusi darah membantu cara-cara pengobatan yang sudah ada, namun perlu diperhatikan
bahwa transfusi darah itu bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko. Transfusi / pemindahan
darah telah dilakukan kira-kira 100 tahun yang lalu. ( abad ke 18 ), dimana pada masa itu
pengetahuan tentang pisiologi dan sirkulasi darah yang dirintis oleh William Harvey masih
sangat sempit sekali. Dalam kondisi itu umumnya transfusi banyak mengalami kegagalan. Dr.
Karl Laindsteiner pada tahun 1900 mengumumkan penemuannya tentang golongan darah
manusia, setelah ditemukan golongan darah manusia ini kecelakaan akibat transfusi tidak lagi
membahayakan, tetapi sebaliknya banyak menolong jiwa manusia dari ancaman kematian
karena kehilangan darah. Kemajuan yang dicapai dalam bidang transfusi ini ditunjang oleh
tiga hal, yaitu ;
1. Penemuan golongan darah oleh Dr. Karl Landsteiner ( ABO ). Penemuan ini menjelaskan
mengapa transfusi yang terdahulu sering mengalami kegagalan bila penderita memiliki
golongan darah yang tidak sama dengan pendonornya.
2. Penemuan suatu zat kimia ( asam citrate ) sebagai zat anti pembeku darah ( antikoagulan )
yang tidak berbahaya bila seseorang penderita diberi darah yang telah dicapur dengan asam
sitrat itu.
3. Ditemukannya pula bahwa penambahan glukosa kedalam darah dapat memperpanjang
hidup sel darah merah diluar tubuh manusia, selama dalam penyimpanan. Dengan demikian
penyimpanan darah beberapa hari diluar tubuh merupakan cara-cara yang praktis untuk
transfusi darah.
BAB II
MENGIDENTIFIKASI DONOR BERESIKO RENDAH
b. Donor Komersial
Donor komirsial menerima uang atau hadiah ( yang dapat ditukarkan dnegan uang ) untuk
darah yang disumbangkannya. Mereka sering kali menyumbangkan darah secara teratur,
bahkan mungkin telah memiliki kontrak dengan UTD untuk memberikan darah berdasarkan
upah yang telah disetujui. Cara lainnya, mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD
atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti.
Donor komirsial biasanya termotivasi oleh apa yang mereka terima untuk darah mereka,
bukan karena keinginan menolong orang lain.
c. Donor Sukarela
Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya
atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya.
Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah yang tidak mereka kenal dan tidak
untuk menerima suatu keuntungan.
Hal-hal yang biasnya tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagai pengganti uang, ialah
;
Tanda jasa atau penghargaan sederhana seperti sertifikat yang tidak memiliki niali
komersial.
Pengganti biaya perjalanan secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka penyumbangan
darah
Pemberian makanan ringan sebelum, selama atau setelah penyumbangan darah.
Hal ini berarti bahwa target setiap UTD adalah menjaga agar setiap donor darah adalah
sukarela dan tanpa imbalan. Ada dua pendekatan dasar untuk mengidentifikasi donor yang
aman. Keduanya harus selalu digunakan secara bersam-sama ;
Hindari donor yang tidak cocok, terutama mereka yang beresiko terkena infeksi yang dapat
ditularkan melalui transfusi
Rekrutlah donor sukarela.
Dalam kegiatan transfusi darah, istilah Donor Resiko Rendah ( Low Risk Donors ) biasanya
untuk menggambarkan donor yang beresiko rendah terhadap infeksi yang dapat ditularkan
melalui transfusi. Perlu diingat bahwa penyaringan baik terhadap donor maupun terhadap
darah mereka, selalu harus dilakukan.
2.2 Penyadapan Darah Untuk Penyembuhan ( Therapeutic-Phlebotomy )
Penyadapan darah untuk penyembuhan adalah pengumpulan darah dari seseorang untuk
memperbaiki kesehatannya sendiri. Biasanya disebabkan karena kelainan darah yang
mengakibatkan kenaikan jumlah sel darah secara tidak normal. Seseorang dengan kelainan
darah seperti ini secara medis tidak memenuhi persyaratan sebagai donor darah, walaupun
secara klinis hanya tingkat haemoglobin mereka yang tinggi yang menjadi masalah. Oleh
karena itu, darah dari orang seperti ini biasanya tidak digunakan untuk transfusi.
Sekarang ada beberapa test yang dapat mendeteksi antige HIV selama periode jendela. Pada
saat ini, test ini sangat mahal digunakan untuk umum ; bahkan walupun murah dan
terjangkau tidak akan memecahkan masalah periode jendela seluruhnya. Akan selalu ada
selisih waktu terkena infeksi dengan berkembangnya factor-faktor serologi yang dapat
dideteksi ( antigen atau antibody ) atas suatu infeksi.
BAB III
PERSYARATAN MENJADI DONOR DARAH
Persyaratan untuk menjadi donor darah sangat penting diperhatikan, karena semua orang
sangat mengharapkan mendapatkan darah yang aman dan berkualitas. Ini berarti darah
yang disumbangkan tidak boleh mengandung bibit penyakit, sehingga tidak menularkan
penyakit pada penerima darah tersebut. Kesehatan dan hidup penerima darah sangat
tergantung dari kejujuran dari pendonor karena PMI tidak mungkin dapat mendeteksi semua
penyakit.
Adapun persyaratan menjadi donor darah adalah sebagai berikuit :
1. Umur 17 60 tahun
2. Berat badan : paling sedikit 45 Kg.
3. Suhu badan : 36,6 - 37,50 C
4. Tekanan darah
Sistolik : 110 160 mmHg
Diastolik : 70 - 100 mmHg
5. Denyut nadi : teratur 50 100 per menit
6. Hemoglobin : 12,5 %
7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5x, dengan jarak sekurang-kurangnya 8
minggu. Keadaan ini harus disesuaikan dengan keadaan donor.
BAB IV
SELEKSI DONOR DARAH
Cara yang paling mudah untuk membuat catatan riwayat medis adalah dengan mengisi
kuesioner riwayat medis yang standar bagi donor pada setiap kali mereka datang
menyumbangkan darah. Ada 4 keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya kuesioner
standar untuk mencatat informasi riwayat medis donor, yaitu ;
1. Membantu menjamin bahwa informasi tentang hal yang sama dari tiap donor telah
dikumpulkan secara sistimatis.
2. Mencegah Staf UTD lupa untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang penting.
3. Mengingatkan staf UTD untuk menanyakan tanda-tanda klinis penyakit ketika mereka
mendengarkan apa yang dikatakan oleh donor.
4. Membuat staf UTD lebih mudah untuk menentukan apakah menerima, menunda
sementara, atau menolak seterusnya donor tertentu karena semua informasikan yang
dibutuhkan telah ada pada formulir standar yang ada.
Riwayat medis harus dibuat di tempat dimana bisa dijamin kerahasiaan pribadi ( privacy )
donor, karena kemungkinan donor tidak mau memebrikan informasi yang diperlukan apabila
khawatir ada orang lain yang mendengar apa yang mereka katakana. Kerahasiaan penuh
harus selalu dijaga atas setiap informasi yang diperoleh.
Keadaan-keadaan dibawah ini menunjukkan beberapa tanda-tanda dan gejala pada donor
yang secara potensial dapat membuat darah yang disumbangkan merugikan kesehatan
Penerima Darah
a. Pembengkakan kelenjar
b. Batuk terus-menerus
c. Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas
d. Ruam saraf
e. Berkeringat / demam pada malam hari
f. Brucellosis
g. Kudis kulit
h. Penyakit tidur ( trypanosomiasis )
i. Penyakit-penyakit menular seksual (PMS)
j. HIV / AIDS
k. Diare berkepanjangan
l. Malaaria ( demam )
m. Sakit kuning ( Hepatitis )
n. Sakit paru-paru
o. Tuberkulosis (TBC )
p. Asma
q. Kelainan kelenjar gondok
r. Kanker
s. Riwayat pengobatan yang baru
t. Injeksi yang baru
u. Operasi yang baru
v. Akupunture yang baru
w. Riwayat transfuse darah yang baru
x. Kontak dengan penyakit menular.
Dengan adanya risiko periode Jendela maka sangat penting untuk menghubungkan
indikasi dari perilaku berisiko dengan setiap gejala yang disebutkan oleh donor. Misalnya;
seseorang yang melaporkan bahwa baru saja menjalani pengobatan penyakit menular seksual
( PMS ), kemungkinan dia berada dalam peride jendela dari terkena HIV. Hal yang hamper
serupa, orang yang baru saja dari wilayah endemis malaria kemungkinan adalah pembawa
parasit malaria.
2. Haematoma
Haematoma dapat dihindari dengan tehnik venapucture yang baik dan pemberian tekanan
yang cukup setelah pengumpulan darah.
b. Sedang
Gejalanya sama seperti pada efek ringan, dilanjutkandengan kehilangan kesadaran, Gejala
terjadinya efek samping sedang antara lain :
Kehilangan kesadaran
Pingsan yang berulang-ulang
Detak jantung yang lemah dan sulit dirasakan karena kecil suaranya dan
Pernapasan yang lemah
Ketika hal ini terjadi :
Hentikan proses penyadapan darah
Posisikan kaki donor lebih tinggi dari kepala
Periksakan donor kepada dokter atau perawat senior.
Kendurkan atau lepaskan pakian yang ketat.
Jaga donor agar tidak kepanasan dengan membuka jendela atau menyalakan kipas angina
Siapkan kantong muntah disamping donor
Periksa detak jantung secara teratur. Penampilan dan detak jantung donor merupakan
petunjuk yang baik mengenai kondisi donor
Pindahkan donor ke ruangan lain yang lebih tenang jika mungkin untuk mencegah donor
lainmelihat apa yang terjadi
Jika tidak ada ruangan lain berikan tirai pembatas disekeliling donor
Jagalah agar donor selalu ditemani seseorang.
Tenangkan donor dan jelaskan bahwa mereka sebaiknya tidak menyumbang darah lagi di
kemudian hari
Catat kejadian tersebut pada kartu donor.
Yakinkan bahwa donor telah beristirahat secara cukup dan telah pulih sebelum
meninggalkan tempat.
Beri nasehat kepada donor untuk menemui dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat bila
gejala berlanjut
Pastikan bahwa staf senior telah menyetujui bahwa donor telah pulih untuk dapat dibiarkan
pergi.
Bila mungkin aturlah kendaraan pengantar ke rumah donor.
c. Berat
Semua gejala diatas dan dilanjutkan dengan kejang-kejang ( tidak umum terjadi ). Tingkatan
kejang dapat beragam dari kehilangan kesadaran disertai kejang local sampai kejang-kejang
berat yang diikuti keluarnya urine dan faeses. Pingsan sangat umum terjadi, tetapi kejang
jarang terjadi. Sebagian besar kejang berhenti setelah beberapa menit. Dokter atau perawat
terlatih harus segera dipanggil. Ketika Kejang-kejang terjadi :
Posisikan donorsecara terlentang untuk menjaga lancarnya aliran udara.
Jaga donor secara hati-hati agar tidak terluka
Berikan tirai pembatas disekeliling donor untuk menjaga ketenangan.
Periksa detak jantung secara teratur
Periksakan donor kepada dokter atau perawat senior.
Kendurkan atau lepaskan pakian yang ketat.
Jaga agar donor tidak kepanasan dengan membuka jendela atau menghidupkan kipas
angina
Jika kejang berlangsung lebih lama dari 5 menit, hal ini merupakan keadaan darurat medis
dan dokter harus hadir. Valium dapat diberikan secara intravena di bawah pengawasan dokter.
Tenangkan donor dan jelaskan apa yang telah terjadi.
Beri nasehat kepada pasien dengan hati-hati bahwa mereka sebaiknya tidak menyumbang
darah lagi dikemudian hari.
Catat kejadian tersebut pada buku donor dan buku pencatat kejadian yang terjadi di klinik.
Periksa kembali riwayat medis donor dan catatan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
apakah ada petunjuk akan terjadinya kejang-kejang.
Beri nasehat kepada donor untuk menemui dokter atau pergi kerumah sakit terdekat
Pastikan bahwa donor telah beristirahat secara cukup dan telah pulih sebelum
meninggalkan tempat.
Pastikan bahwa dokter atau staf paling senior telah menyetujui bahwa donor telah pulih
untuk dapat dibiarkan pergi.
Kontaklah dokter pribadi donor mengenai kejadian tersebut.
Aturlah kendaraan pengantar ke rumah jika donor telah pulih atau pastikan bahwa ia akan
segera diantar ke rumah sakit.
5. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah penganbilan darah yang sangat cepat dan berlenihan sehingga
mengurangi jumlah karbon dioksida dalam darah. Keadaan ini akan mengakibatkan otot
berkontraksi. Jika keaadaan inbi terjadi :
Perintahkan donor untuk bernapas secara pelan dan tenang, tetapi jangan menarik napas
dalam-dalam.
Jika hal ini gagal mengurangi kontraksi otot, perintahkan donor untuk menghirup kembali
udara yang dihembuskan ke dalam kantong kertas.
Jelaskan apa yang terjadi dan tenangkan donor
6. Kecelakaan
PROSEDUR DONOR DARAH
Pemeriksaan Pendahuluan
Konsling
Isi Formulir
Timbang berat badan
Pemeriksaan Kadar HB
Pemeriksaan Golongan darah
Pemeriksaan Dokter
Tekanan darah, Nadi, dan Suhu badan
Riwayat Medis
Pemeriksaan fisik
Pulang
BAB V
BERBAGAI KOMPONEN DAN FUNGSI DARAH
DALAM PROSES TRANSFUSI
5.1.1.2 Haemoglobin
Haemoglobin terbentuk dari molekul yang berisi besi ( disebut Haem ) yang berikatan dengan
rantai polipeptida ( disebut Globin ). Haemoglobin adalah cairan kemerahan dalam sel darah
merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik mengikat oksigen dan karbon dioksida.
Peran utamanya adalah mengangkut oksigen menuju berbagai jaringan, sehingga tubuh
mendapat daya dan panas yang diperlukannya. Setelah terpakai oksigen dalam sel darah
merah digantikan oleh karbon dioksida, selanjutnya dibawa ke paru, di paru dilepaskan
kemudian diganti dengan sel oksigen yang baru. Kadar minimum haemoglobin yang telah
disepakati oleh pusat Transfusi Darah di Indonesia adalah sebagai berikut :
Pria : 13,5 g/dl
Wanita : 12,5 g/dl
Kadar minimum ini ditentukan dengan tetesan darah yang tenggelam dalam larutan Tembaga
Sulfat dengan berat jenis 1,052.
5.1.2 Sel Darah Putih ( Lekosit )
Sel darah putih (lekosit ) adalah kelompok sel-sel yang berinti, antara lain : granulosit,
limfosit dan monosit. Terdapat tiga macam granulosit, yaitu: Netrofil, eosinofil dan basofil.
Sel lekosit masa hidupnya pendek. Granulosit hidup sekitar 3 5 hari, sedangkan masa hidup
limfosit tidak begitu jelas mungkin sekitar beberapa seminggu atau tahun.
Peran utama dari sel granulosit adalah melawn infeksi. Sedangkan limfosit berperan dalam
pembentukan antibody, monosit seringkali dianggap sebgai sel-sel pembersih sebab mencerna
bakteri dan berbagai benda asing.
Lekosit indikasinya :
khusus penderita C.M.L ( Chorik Mieloblastik Leukemia )
Untuk Netreupenia ( kekerangan neutrofil )
Granulosit Indikasinya :
Untuk pemeriksaan keganasan
Terjadinya depresi sum-sum tulang
BAB VI
SISTEM GOLONGAN DARAH
6.1 Sistem-sistem Golongan Darah
Sejak tahun 1900 sampai dengan 1962 telah dikenal orang ada kira-kira 12 macam sistem
golongan darah, yang penting dalam bidang transfusi darah dan kehamilan. Bahkan dapat
pula digunakn untuk tujuan-tujuan dalam bidang krominologi. Masing-masing golongan
darah yang dimaksud itu adalah, sistem ; ABO, MNSs, P, Rhesus, Lutheran, Kell, Lewis,
Duffy, Kidd, Auberger, Xg, dan Doombrok.
Masih ada lagi sistem-sistem golongan darah yang lainnya seperti ; Diego, Sutter yang
ditemukan hanya pada Ras beberapa bangsa saja, Kemudian golongan Vel, Yt, Ge,dan I.
Sistem golongan darah seperti Levay, wright, dan SW merupakan private antigen atau disebit
juga sebagai family antigen
Sekitar 400 antigen golongan darah telah dilaporkan, Antigen-antigen darah yang berbeda-
berbeda tersebut memiliki makna klinis yang sangat bervariasi. Dalam hal ini hanya sistem
golongan darah ABO dan Rhesuslah yang merupakan golongan terpenting untuk tujuan-
tujuan klinis. Dengan demikian pelaksanaan transfusi dapat dilakukan secara praktis.
Sistem golongan darah lain dianggap kurang mempunyai arti klinis karena termasuk memiliki
antigen-antigen yang lemah, dan antybodinya baru timbul setelah mengalami transfusi
berulang kali. Zat anti yang terbentuk biasanya mempunyai suhu optimum reaksi yang rendah
sehingga tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Walaupun demikian dalam pemeriksaan
dilaboratorium segala kemungkinan diatas tetap menjadi perhatian yang khusus.
Tabel. 1 Sistem - sistem golongan darah yang perlu diketahui :
NO Sistem Golongan Darah Antigen Sel darah Merah Tahun Penemuan
1 ABO A,B,O (kosong) 1900
2 MNSs M, N, S, s 1927
3 P P1, P2 1927
4 Rhesus C, D, E, c,dan e 1940
5 Lutheran Lua, Lub 1945
6 Kell K, k 1946
7 Lewis Lea, Leb 1946
8 Duffy Fya, Fyb 1950
9 Kidd Jka, Jkb 1951
10 Vel Vel 1952
11 Wright Wra 1953
12 Diego Dia 1955
13 I I, i 1956
14 Yt Yta, Ytb 1956
15 Sutter Jsa, Jsb 1958
16 Gerbich Ge 1960
17 Auberger Aua 1961
18 Lan Lan 1961
19 Xg Xga 1962
NO Sistem gol. darah Frekuensi antibodi Penyebab reaksi transfusi hemilitik Penyebab
penyakit hemolitik bayi
1 ABO Sangat sering Sering sering
2 Rh Sering Sering Sering
3 Kell Kadang-kadang Kadang-kadang Sering
4 Duffy Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang
5 Kidd Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang
6 Lutheran Jarang Jarang Tidak
7 Lewis Kadang-kadang Jarang Tidak
8 P Kadang-kadang Jarang Jarang
9 MN Jarang Jarang Jarang
10 Li jarang --- Tidak
6.2 Sistem Golongan Darah ABO
Golongan darah ABO ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1900 dan merupakan
kunci bagi terselenggaranya transfusi darah hingga saat ini. Beliau menemukan 2 macam
antigen yang terdapat pada sel darah merah manusia, yang diberi nama antigen A dan antigen
B. Dari kedua macam antigen ini kemudaian dapat ditetapkan bahwa golongan darah manusia
dibagi menjadi 4 macam. Masing-masing golongan darah itu ialah : A, B, AB, dan O.
Sebaliknya dalam serum /plasma darah manusia ditemukan 2 macam zat anti yaitu; Anti A
dan anti B. Antibodi anti B merupkan lawan antigen B dan anti A merupkan lawan antigen A.
Seseorang yang golongan darahnya A ; pada sel darah merahnya didapat antigen A dan
dalam plasma /serumnya terdapat anti B.
Seseorang yang golongan darahnya B; pada sel darah merahnya didapatkan antigen B dan
dalama serum/plasmanya terdapat anti A.
Seseorang yang golongan darahnya O; pada sel darah merahnya tidak didapatkan antigen A
dan B, sebaliknya didalam plasmanya terdapat kedua zat anti yaitu; anti A dan B.
Seseorang yang golongan darahnya AB; pada sel darah merahnya didapatkan antigen A dan
B, tetapi dalam plasmanya tidak ditemukan zat anti A atau B.
Dibawah ini adalah tabel golongan darah dasar penemuan Dr. Karl landsteiner:
NO Golongan Darah Gene/Antigen pada Sel Darah Merah Zat Anti / Antibodi dalam Plasma
1 A A Anti B
2 B B Anti A
3 O -- Anti A dan Anti B
4 AB AB --
Golongan darah ABO ini berbeda dengan golongan darah yang lain, kecuali sistem golongan
darah Lewis. Antigen ABO dan Lewis selain ditemukan pada permukan sel darah merah
ditemukan juga pada air liur dan cairan tubuh lainnya, antigen yang larut ini dinamakan
subtance.
Contoh 2 :
/ AA
B AB AB
B AB AB
Maka :
Genotipe Phenotipe Golongan Darah
AA atau AO A A
BB atau BO B B
OO O O
AB AB AB
+ = timbul aglutinasi
- = tidak terjadi aglutinasi
Keterangan :
= N Acethylgalactosamine
= D- Galactose
= N Acethylglucosamine
= L-Fucosa
Tampak pada gambar bahwa pengikatan L-fukosa pada bahan pokok ( precursor )
membentuk antigen H ( gene - H ).
Pengikatan N-acethylgalactosamine pada gene - H akan membentuk antigen A.
Pengikatan D-galactose pada gene-H akan membentuk antigen B .
Pada golongan darah O ( kosong ) tidak memiliki antigen A dan B, tetapi memilki antigen
H.
Apabila L-fukose tidak terikat pada D-galactose, tetapi terikat pada N-acethylglukosamine
maka akan membentuk antigen Lewis ( Le ).
1. Transfusi
a. Ketidakcocokan yang kasar pada system darah ABO ;
Misalnya pemberian darah golongan A kepada penderita golongan darah O, bisa
menimbulkan reaksi transfuse yang hebat dan menimbulkan kematian, dari pada
ketidakcocokan pada system-sistem golongan darah lain.
b. Transfusi iso-aglutinin
Misalnya plasma golongan O diberikan kepada penderita golongan A bisa menyebabkan
reaksi transfuse yang hebat, kadang-kadang kematian pula. Yang sangat ideal transfuse harus
dilaksanakan dengan pemberian darah kepada penderita dengan system golongan darah ABO
yang sama antara penderita dan donornya, dan hindarkan pemberian golongan O untuk
golongan-golongan lain.
2. Haemolitic Desease of Newborn
Bila seorang ibu bergolongan darah O dan anak yang dikandungnya bergolongan darah A
adalah keadaan yang sering dijumpai pada bayi-bayi yang menderita HDN, daripada lainnya.
Tetapi pengobatan yang diperlukan lebih sedikit bila dibandingkan dengan HDN karena
system Rhesus.
BAB VII
SYSTEM GOLONGAN DARAH RHESUS
mkan hasil penemuannya bahwa zat anti yang diperolehnya itu selain
mengaglutinasikan sel darah monyet itu sendiri, juga mengaglutinasikan 85 %
sel darah merah manusia, setelah zat anti itu diabsorbsi.
Wiener dan Peters melihat sifat kesamaan ( sifat kespesifikannya) antara zat anti
ini dengan zat anti yang ditemukan dalam darah ibu oleh Levine dan Stetson. Zat
anti ini menimbulkan reaksi aglutinasi yang sama terhadap sel yang sama,
kemudian zat anti ini dinamakannya anti Rhesus dan antigennya dinamakan
antigen Rhesus.
Fisher menamakan zat anti ini sebagai anti D dan antigennya Rhesus itu dinamakan antigen
D. Sel darah merah manusia yang menimbulkan reaksi aglutinasi terhadap anti D dinamakan
Rhesus positif, dan yang tidak beraglutinasi dinamkan Rheus Negatif. Ini berarti Rhesus
positif mengandung antigen D yang bersamaan dengan antigen Rhesus.
CcCc
EeEeEeEe
2. Teori Menurut Wiener
Antigen Rhesus terdiri dari 8 allelegenik yakni : R1, R2, R0, Rz dan r, r, ry,dan rh, yang
memberikan aglutinogen / antigen sebagai berikut ; Rh1, Rh2, Rh0, dan Rhz dan rh, rh,
rhy, dan rh.
Melihat dari kedua macam teori ini tampaknya teori Wiener merupakan kependekan dari teori
Fisher, dan memang pada kenyataannya bahwa keduanya mengandung arti ytang sama.
Apabila kedua teori ini kita jajarkan adalah sebagai berikut :
7.2.2 Antigen Du
Tidak semua sel darah merah dapat ditetapkan dengan mudah sebagi Rh (D) positif atau
Rh(D) negative dengan pemeriksaan secara langsung. Sebagian kecil orang sel darah
merahnya memberikan reaksi yang lemah dan lama, bahkan negative dengan anti D.
Beberapa keadaan ini walaupun tidak bereaksi dengan anti D, akan tetapi dapat beraglutinasi
juga bila pemeriksaannya dilakukan dengan antiglobulin test ( Coombs test ).
Sel atau antigen macam ini dinamakan antigen Du.
Dari 568 orang yang memiliki Rh (D) faktor positif diperiksa tentang keadaan kemungkinan
susunan Genotypenya dengan menggunakan anti C, Anti D, Anti E, anti c, dan anti e. Tabel
dibawah menunjukkan hasil yang diperoleh :
5
6
+++++
++-++
++--+
+++-+
-+++-
-++++
++++-
-+-++
CcDEe
CcDee
CCDee
CCDEe
ccDEE
ccDEe
CcDEE
ccDee
CDe/cDE
CDe/cde
CDe/CDe
CDe/CDE
cDE/cDE
cDE/cde
CDE/cDE
cDe/cde
86
102
311
13
22
13
13
568
Kemungkinan Rhesus Faktor Seseorang bayi bila ayahnya Rh (D) positif dan ibunya Rh (D)
negative, Menurut bentuk Genotype, homo atau heterozygote dari ayahnya maka
kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Ayah Homozygote
/DD
d Dd Dd
d Dd Dd
b. Ayah Heterozygote
/Dd
d Dd dd
d Dd dd
50 % anaknya Rh Positif ( Dd )
50 % anaknya Rh negative ( dd )
2. Kehamilan
Seperti yang telah diutarakan bahwa penemuan anti Rh ( anti D ) berasal dari seseorang ibu
yang melahirkan bayi dimana bayi ini menderita ikterus. Setelah diadakan penelitian ternyata
ibu ini memiliki Rh (D) negative dan bayinya Rh (D) positif. Didalam darah ibu ditemukan
anti Rh.
Kalau anti D atau antibody-antibodi lain ditemukan dalam darah seseorang pasien kebidanan,
penderita ini belum perah hamil, zat zat anti yang ditemukan ini mungkin berasl dari
tranfusi. Dalam keadaan demikian bayi pertama bisa menderita Hemolitik Desease of
Newborn. Kalau zat anti tidak ditemukan dalam kehamilan pertama, imunisasi bisa terjadi
karena sel darah merah bayi masuk kedalam peredaran darah ibu pada waktu melahirkan.
Walaupun jumlah sel ini sedikit akan tetapi mempunyai kesanggupan untuk mengimunisasi
ibu. Zat anti yang baru terbentuk ini tidak membahayakan bayi yang baru saja dilahirkan,
akan tetapi zat anti ini akan tetap berada dalam peredaran darah ibu. Antibodi ini akan
membahayakan bayi yang berikutnya dan bisa membuat bayi ini menderita Hemolytic
Desease of Newborn.
Umumnya zat anti Rhesus lewat dengan bebas melalui plasenta keperedaran darah janin. Sel
janin tidak akan mengalami bahaya kalau zat anti yang masuk ini bukan merupakan lawan
dari antigen sel darah merah janin. Kalau zat anti bertemu lawan dengan antigen sel darah
merah janin, sel darah merah janin akan terus menurus dihancurkan. Janin akan
menderitaanemia ringan sampai anemia berat. Kalau penghancuran sel janin ini hebat maka
janin mungkin akan meninggal begitu dilahirkan walaupun kecil kemungkinan bayi bisa
meninggal dalam kandungan. ( Fetal Death ).
BAB VIII
HAEMOLYTIC DESEASE OF NEWBORN
HDN adalah suatu penyakit life span erytrosit dari faetus diperpendek oleh suatu serangan
dari spesipik antibody yang dibuat oleh ibu masuk keperearan darah faetus melalui plasenta.
HDN pertama kali ditemukan oleh Levine dan Stetson pada tahun 1939, antibody yang
ditemukan dalam serum ibu yang dapat bereaksi dengan eritrosit dari 80 % orang orang
kulit putih, juga dapat bereaksi dengan eritrosit suaminya tetapi tidak bisa bereaksi dengan
eritrositnya sendiri.
Seorang ibu Rh (D) negative mengandung anak yang Rh (D) positif . Pada waktu melahirkan
terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus ibu. Hal ini merupakan suatu kerusakan
jaringan antara plasenta dan uterus, bila ibu Rh (D) negetif , dan bayinya Rh (D) positif maka
sel bayi yang Rh (D) positif ikut masuk peredaran darah ibu. Sel bayi yang Rh (D) positif
berperan sebagai antigen dan pada waktu mengalir sampai spleen, maka sel ibu akan
membentuk antibody yang disebut sebagai anti Rh ( anti D ), anti D ini baru bisa diketahui
beberapa minggu kemudian setelah anak Rh positif yang pertama dilahirkan, pada waktu
kehamilan kedua yang anaknya juga Rh positif, immune antibody yang telah ada dalam
serum ibu bersifat Ig.G dapat melewati plasenta ke tubuh faetus, maka eritrosit foetus yang
Rh positif itu dapat dihancurkan dengan imun anti Rh yang bgerasal dari ibu. Keadaan
tersebut menyebabkan bayi menderita penyakit HDN yang disebabkan Rh factor.
3. Perubahan-perubahan pada jaringan : seperti membengkannya sel spleen dan liver akibat
penghancuran sel eritrosit yang berlebihan.
BAB IX
IMUNOLOGI DASAR SEL-SEL DARAH
Antigen
Antigen adalah suatu zat yang bersifat asing bila masuk kedalam tubuh, sehingga dapat
menimbulkan respon imun. Keadaan ini akan berakibat dibentuknya antibody yang akan
bereaksi spesifik dengan antigen tersebut.
9.2 Antibodi
Antibodi merupakan hasil produksi respon imun, yang akan bereaksi dengan antigen tertentu.
Antibodi-antibodi tersebut adalah immunoglobulin ( Ig G ) dan berada dalam bagian
gamaglobulin dari protein plasma. Terdapat lima kelas immunoglobulin, yaitu :
1. Imunoglobulin G ( IgG )
2. Imunoglobulin M ( IgM )
3. Imunoglobulin A ( IgA )
4. Imunoglobulin D ( IgD )
5. Imunoglobulin E ( IgE )
Tahap 1
Antibodi melekat pada antigen sel darah merahnya segera pada saat pertama bertemu. Hal ini
belum menimbulkan aglutinasi, tetapi Cuma menyelubungi atau mensensitasi sel tersebut.
Tahap 2
Anyaman telah terbentuk, menimbulkan gumpalan atau agglutinin. Hal ini adalah kelanjutan
dari tahap 1 sehingga antibody dapat secara jelas menimbulkan aglutinasi sel-sel
Sedangkan hemolisis sel-sel darah merah disebabkan oleh sejumlah antibody IgM dan hanya
sedikit antibody IgG. Setelah antibody melekat pada antigen, jalur komplemen akan
diaktifakan. Hal ini menyebabkan sel-sel darah merah pecah dan lisis. Jadi adanya lisis juga
memperlihatkan reaksi antigen-antibodi, yang seperti halnya aglutinasi.
d. Suhu
Antibodi-antibodi yang berbeda, mempunyai kecendrungan suhu yang berbeda pula untuk
bereaksi. Contohnya : antibody-antibodi darah ABO bereaksi terbaik pada suhu 40C,
sedangkan antibody-antibodi Rh bereaksi terbaik pada suhu tubuh, yaitu suhu 370 C.
e. pH
pH yang umum untuk kebanyak antibody group sel darah adalah berkisar antara 6,5 7,5.
Reaksi akan berhenti apabila pH terlalu asam atau terlalu basa
f. Kesegaran serum dan sel-sel darah merah
Reaksi-reaksi yang terbaik dapat selalu diperoleh bila menggunakan serum dan sel-sel darah
merah yang segar. Karena itulah, maka amt dianjurkan supaya memakai sel-sel darah merah
yang baru disiapkan, dan menyimpan serum yang tidak dipakai segera pada suhu 200C atau
lebih rendah.
g. Rasio antibody terhadap antigen
Rasio antibody terhadap antigen amatlah penting, semakin banyak antibody yang timbul
berkaitan dengan jumlah antigen antigen sel sel darah merah, maka akan semakin kuat
reaksi yang terjadi. Jadi amatlah penting untuk membuat kekentalan adonan sel darah merah
yang disiapkan secara tepat, sebab semakin kental adonan bisa menyamarkan keberadaan
suatu antibody yang lemah.
h. Kekuatan ion
Kecepatan reaksi antigen-antibodi meningkat cukup jauh jika kekuatan ion media adonan sel-
sel darah merah menurun. Dengan memakai Low Ionic Strength Saline ( LISS ), maka masa
inkubasi test antiglobulin dapat dikurangi menjadi 15 menit.
i. Aglutinasi sel-sel darah merah yang diselubungi antibody
j. Pemakian albumin
Molekul-molekul yang bermuatan besar seperti albumin akan membawa sel-sel darah merah
berdekatan satu samalainnya, sehingga antibody-antibodi IgG dapat menempel pada antigen-
antigen sel-sel yang berdekatan, dan membentukaglutinin. Albumin tidak akan menyebabkan
sel-sel darah merah yang tidak diselubungi mengggumpal. Kadang-kadang albumin
ditambahkan pada reagen-reagen untuk memperkuat aktivitas aglutinasinya, atau dipakai
dalam tes penambahan albumin dua-tahap. Pada test ini sel-sel dan serum telah diinkubasi
sehingga antibody-antibodi berkesempatan untuk menyelubungi sel-sel. Kemudian albumin
ditambahkan untuk mengaglutinasi sel-sel yang terselubung tersebut.
k. Penggunaan reagen-reagen antiglobulin
Test antiglobulin adalah suatu tes yang memakai reagen antiglobulin untuk mencari
keberadaan globulin manusia pada sel-sel darah merah yang telah disensititasi. Terdapat 3
tahapan :
5. Tahap 1 : Sensititasi atau penyelubungan
Sel-sel dan serum telah diinkubasi supaya setiap antibody berkesempatan muncul dalam
serum untuk menempel pada antigen-antigen sel-sel darah merah.
6. Tahap 2 : Pencucian
Sel-sel iti lalu dicuci beberapa kali dengan larutan garam isotonis untuk membuang sisa
protein atau immunoglobulin yang tidak diselubungi
7. Tahap 3 : penambahan reagen antiglobulin
Antiglobulin reagen ( AHG) lalu ditambahkan pada sel-sel yang telah dicuci. Jika sel-sel telah
diselubungi oleh antibody-antibodi IgG, mereka akan diaglutinasi oleh reagen antiglobulin
yang menempel pada sel-sel yang diselubungi antibody-antibodi IgG. Jika tidak ada antibody
pada sel-sel, maka tidak akan ada aglutinasi
BAB XI
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
Tehnik yang dilakukan dalam tes serologi darah sangat sederhana bila dibandingkan dengan
tehnik yang dilakukan dalam bidang ilmu patologi lainnya, tetapi hasil test yang diperoleh
lebih tinggi nilainya. Kesalahan pada penggolongan ABO dan Rh atau tidak terdeteksinya
suatu ketidakcocokan dapat mengakibatkan efek yang serius, bahkan kematian. Test
penggolongan ABO dan Rh (D) positif umumnya dilakukan secara bersamaan .
Untuk penggolongan ABO, tehnik larutan saline pada suhu kamar umumnya digunakan untuk
test sel dan tes penggolongan terbalik. Antiserum Rh (D) beraneka ragam dalam metode
pengguanannya. Beberapa reagen monoclonal menggunakan tehnik yang sama denga reagen
ABO. Reagen jenis tersebut sangat baik untuk digunakan pada mikroplate, karena test ABO
dan Rh D dapat dilakukan pada pelat yang sama. Antiserum Rh D yang lain harus diinkubasi
pada suhu 370C sehingga umumnya lebih cocok untuk dipakai pada tehnik tabung.
Prinsip:
Antigen hanya kan bereaksi dengan antibody yang sesuai untuk bisa terjadi aglutinasi.
Pemeriksaannya dapat dikelompokkan menjadi :
a. Cell Grouping
Eritrosit diperiksa dengan menggunakan anti A dan Anti B serum untuk mengetahui jenis
antigennya
b. Serum Grouping
Serum diperiksa dengan menggunakan eritrosit yang mengandung antigen A dan antigen B
untuk mengetahui jenis antibodinya.
Hasil pemeriksaan akan lebih baik bila kedua cara ini dilakukan bersama-sama karena :
1. Hasil yang didapat akan lebih terjamin keamanannya.
2. Seseorang dengan group A2 atau A2B akan tidak mengalami kesalahan digolongkan
menjadi group O dan B.
3. Dapat mengetahui adanya protein abnormal didalam darah seseorang yang menimbulkan
kesalahan-kesalahan pemeriksaan.
Untuk bayi hanya dikerjakan sell grouping saja, karena antibodies alamiah anti-A dan anti-B
akan terbentuk pada umur 3 4 bulan. Pada orang yang amat tua atau penderita dengan orang
yang kekurangan gama globulin, Anti A atau anti B mungkin bereaksi sangat lemah oleh
karena itu cara sel grouping akan lebih dapat dipercaya.
1. Metode Slide
a. Siapkan slide yang bersih dan kering.
b. Teteskan pada slide tersebut masing-masing; anti A, anti B, Anti AB dan Anti D 1 tetes
Anti A Anti B Anti AB Anti D
7. Disiapkan Tile, yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa kotak, sebagai berikut ;
Anti A
Anti B
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Anti A
Anti B
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Anti A
Anti B
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Kontrol ( + )
Kontrol ( - )
Anti A
Kontrol ( - )
Kontrol ( + )
Anti B
Kontol ( - )
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
11. Tentukan golongan darahnya berdasarkan hasil aglutinasi dari masing-masing kotak.
Aglutinasi +
Aglutinasi -
Anti A
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi +
Anti B
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi +
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Golongan darah : A
Aglutinasi +
Aglutinasi +
Aglutinasi -
Anti A
Aglutinasi +
Aglutinasi -
Aglutinasi +
Anti B
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Aglutinasi -
Serum X ( pasien )
Eri X 5 %
Eri A 5 %
Eri B 5 %
Golongan Darah: AB
3. Metode Tabung
Bahan yang diperlukan :
a. Test serum anti A dan anti B
b. Test eritrosit A suspensi 5 % dalam NaCl 0,9 %
c. Test eritrosit B suspensi 5 % dalam NaCl 0,9 %
d. Test eritrosit O suspensi 5 % dalam NaCl o,9 %
Cara Kerja :
1. Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Tabung I sampai III diisi dengan pasien masing-masing 1 tetes Anti A, Anti B dan Anti AB,
sedangkan tabung IV sampai VI diisi dengan masing-masing dengan eritrosit A 5 %, Eritrosit
B 5 % dan Eritrosit O 5 % dan eritrosit pasien 5 % sebagai kontrol sebagi kontrol.
1234567
3. Kemudian tabung I sampai tabung III ditambahkan eritrosit pasien masing-masing 1 tetes,
sedangkan tabung IV sampai VII ditambahkan masing-masing dengan serum pasien.
1234567
Negatif
4. Kemudian tabung-tabung tersebut dikocok, biarkan pada suhu kamar selama 60 menit atau
putar 1 menit 1000 rpm.
5. Dibaca hasil reaksinya.
11.2 Kesulitan Kesulitan Dalam Menentukan Golongan Darah ABO
Dalam menentukan golongan darah ABO sering dijumpai kesulitan-kesulitan yang
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Rouleaux.
Terjadinya rouleauk dapat mengaburkan pembacaan karena menyerupai adanya aglutinasi.
Sel darah merah dapat membentuk rouleaux dengan cepat pada penyakit dimana serum
mengandung fibrinogen atau globulin yang tinggi ( kadar globulin dalam darah naik ).
Rouleaux ini dapat pula terjadi pada penyakit anemia. Biasanya rouleaux dapat dibedakan
dengan aglutinasi murni secara mikroskopis. Rouleaux akan menghilang bila ditetesi 1 2
tetes saline dan dibiarkan 1 2 menit.
2. Auto Aglutinasi
Auto aglutinasi adalah antibody spesifik yang mungkin ada dalam serum penderita,
menyebabkan aglutinasi terhadap sel darah merah sendiri. Hal ini terjadi pada penyakit-
penyakit Leukemia, Virus pneumonia, congenital syphilis, tumor ganas, Penyakit LE ( Lupus
Erithromatosus. Dalam hal ini sel darah merah akan mengalami aglutinasi sebelum
penggolongan darah dikerjakan. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan reaksi antara serum
dan sel darahnya sendiri sebagai control.
Phase II : Phese ini dinamakan Thermo Phase atau incubation Phase, juga disebut
Albumin Phase . Tabung Mayor atau Minor diinkubasi pada suhu 370C selama 60 menit
untuk yang saline medium dan 15 menit untuk yang albumin medium. Albumin dapat
meningkatkan sensitifitas dari antibody sehingga waktu inkubasi dapat diperpendek. Phase-
phase ini dimaksudkan untuk memeriksa zat anti yang bersifat hangat ( warm antibody ) zat
anti yang mungkinbereaksi pada pase ini adalah zat anti dalam sistem Rhesus ( anti C, anti D
dan anti e ) dan anti Lea, anti Leb. Hasil negative pada phase ini belum dapat menjamin 100
% akan kecocokan darah donor untuk penderita, karena masih ada warm antibody yang tidak
mau bereaksi dalam albumin, diantaranya adalah : anti-D, anti E, anti c, anti K ( Kell ), anty
FYa, anti Jk, anti S, anti Lea Leb yang hanya dapat bereaksi dengan tehnik antiglobulin test
( coombs test ) Oleh karena itu kelanjutan pemeriksaan cross-matching ke phase III ( Coombs
test ) perlu dilaksanakan.
Phase III : Dalam reaksi ini larutan sel darah merah lebih pekat di campur dengan serum
penderita, setelah inkubasi 370C sel darah merah dicucui kemudian ditambahkan AHG.
Reagen antiglobin akan menunjukkan adanya antibody tipe imun didalam serum penderita
yang telah disensitasi oleh sel donor yang mengandung antigen sejenis.
11.3.2 Cara Kerja Cross-match
e. Pembuatan Suspensi Eritrosit 5 % dan 10 %
- Darah dengan antikoagulan diputar selama 3 menit 1000 rpm
- Dibuang plasmanya
- Sedimen eritrosit dicuci 3 kali dengan saline
- Supernatan saline dibuang sebanyak-banyaknya sehingga terdapat packed cell 100 %
- Untuk membuat suspensi 10 % dengan jalan :
10 tetes eritrosit 100 % dimasukkan ke dalam 90 tetes saline.
- Untuk Membuat suspensi 5 % dengan jalan :
5 tetes eritrosit 100 % dimasukkan kedalam 95 tetes saline
g. Cara Kerja
Phase 1
1. Periksa golongan darah pasien
2. Dicari golongan darah yang sesuai antara golongan darah pasien dan donor, baik ABO
maupun Rhnya.
3. Pisahkan antara sel dan serumnya baik darah pasien maupun donornya.
4. Dilakukan pencucian sel darah merah pasien dan donor dengan menggunakan NaCl 0,9 %
sebanyak tiga kali.
5. Kemudian dibuat suspensi 5 % darah donor dan pasien dengan cara : 1 tetes sel darah
merah pekat ( sel yang telah dicuci ) ditambahkan dengan 19 tetes NaCl 0.9 %.
6. Disiapkan 2 buah tabung masing-masing tabung diberi label Mayor ( tabung 1 )dan Minor
( tabung 2 ).
Mayor Minor
12
Phase II
8. Tambahkan 2 tetes Bovine Albumine 20 % kedalam tabung mayor dan minor, inkubasi
selama 15 menit pada suhu 370C, putar selama 1 menit 1000 rpm
Mayor Minor
12
9. Dibaca hasilnya
Positif : tidak cocok
Negatif : teruskan
Phase III
10. Kemudian Dicuci selnya masing-masing 3-4 kali dengan saline
11. Endapan sel masing-masing ditambahkan dengan 2 tetes Coombs test
Mayor Minor
12
12. Kemudian dikocok, putar selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
13. Dibaca hasilnya
Positif : Incompatible
Negatif : Compatible ( cocok )
1. Direct Coombs test : untuk menemukan immune globulin antibody yang telah menyelimuti
sel.
Direct Coombs tes dapat digunakan sebagai :
a. Menunjukkan adanya incomplete antibody globin yang menyelimuti sel dari bayi yang
menderita HDN.
b. Menemukan autoantibody globin yang menyelimuti sel dari seseorang penderita Acquared
Haemalitic Anemia.
c. Menemukan sel yang telah diselimuti oleh antibody globulin dari seseorang penderita
setelah mendapat transfuse darah yang berbeda golongannya.
2. Indirect Coombs test : untuk mencari imun globulin dalam serum yang dapat menyelimuti
sel.
Indirect Coombs tes dapat digunakan sebagai :
a. Memeriksa golongan darh yang hanya dapat diketahui dengan antihuman globulin tes.
Misalnya: factor-faktor Duffy, Kell, Kidd, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan crossmatching dengan maksud mendapatkan darah seorang donor yang
compatible dengan penderita.
12
BAB XII
BAHAYA - BAHAYA TRANSFUSI DARAH
b. Delayet Reaksi
Reaksi hemolitik terlambat ( delayed ) pada umumnya terjadi pada penderita yang sering
mendapatkan transfuse atau pernah melahirkan.
Reaksi terjadi beberapa jam atau hari setelah transfuse dan biasanya pada botol kedua atau
selanjutnya karena titer antibody penderita mula-mula rendah dan transfuse botol kedua
merupakan perangsang ( antigen ) yang meningkatkan kadar antibody tersebut. Pada
umumnya disebabkan oleh darah donor yang mengandung immune antibody, missal anti E
atau anti C dari golongan Rh atau G dan dari golongan golongan lain seperti Kidd, Lewis,
S, dan Duffy. Pemberian golongan O yang mempunyai titer anti A dan anti B yang tinggi
disebut : O Dangerou Donor bila diberikan pada golongan yang lain
Gejala gejala :
- Sakit kepala dan sakit pinggang
- Hampir Sama seperti pada Akut reaksi.
- Komplikasinya : Penyebab kegagalan ginjal akut
12.3.3 Protozoa
Protozoa merupakan organisme sel tunggal, yang diklasifikasikan sebagai eukaryotes.
Mereka memilki struktur sel yang jelas dengan nucleus dan organel yang jelas. Contoh
protozoa yang bisa ditularkan lewat transfusi antara lain :
1. Spesies Plasmodium : penyebab Malaria
2. Spesies Tripanosoma : Penyebab penyakit tidur
Plasmodium malaria tetap hidup dalam darah 40 C dan tidak dapat ditemukan dengan
pemeriksaan tetes tebal.
BAB XIII
PRINSIP PRINSIP PENGUJIAN UJI SARING
PENYAKIT INFEKSI
BAB XIII
PEMISAHAN KOMPONEN-KOMPONEN DARAH
Pengertian mengenai transfusi darah tidak hanya terbatas pada pemindahan darah secara utuh
dari seseorang kepada orang lain tanpa mengurangi komponen-komponen darah, tetapi
berkembang sedemikian rupa sehingga darah tersebut perlu diolah sebelum diberikan kepada
yang membutuhkan. Tentunya dalam pengolahan dan pada waktu transfuse prinsip-prinsip
transfuse darah tidak ditinggalkan dengan memperhatikan factor-faktor sterilitas dan cara
penyimpanan serta penilian mutu komponen yang ditransfusikan. Pengolahan darah tidak
hanya memberikan komponen yang diperlukan saja tetapi mengurangi komponen yang tidak
diperlukan juga yang memberatkan pasien.
Beberapa contoh pemisahan komponen darah
PembuatanThrombosit Konsentrat.
Prinsipnya hanya pemisahan komponen-komponen dari whole blood dengan cara sentrifige
dan menyisihkan endapan trombosit yang terjadi. Dalam hal ini keutuhan trombosit
dipengaruhi berbagai factor antara lain :
- Lamanya aliran darah pada waktu aftap
- Permukaan dalam selang
- Penampung darah yang dilaluinya.
Cara-cara yang dilakukan adalah sebgai berikut :
a. Perlengkapan
1. Double plastic bag atau triple plastic bag
2. Refrigerated centrifuge ( khusus untuk botol / plastic bag )
3. Plasma extractor
4. Hand sealer dan clip
b. Tehnik Pengerjaan
1. Darah donor diaftap pada double / triple bag yang berisikan ACD tidak lebih dari 4 jam.
2. Putar whole blood ini dengan kecepatan 1.500 2.000 rpm selama 15 menit dengan
temperature 40C ( dapat pula 220C ).
3. Pindahkan supernatant plasmanya ke dalam bag pasangannya dengan memakai plasma
extractor atau dapat pula dengan melekatkan bag tersebut lebih tinggi dari bag yang kosong.
Supernatan dialirkan dengan gaya berat. Pemindahan plasma ini harus dilakukan sedemikian
rupa supaya lapisan trombosit yang berada diatas turut serta sebanyak mungkin.
4. Maka akan diperoleh Platelet Rich Plasma ( PRP )
5. Plastik bag diputar sekali lagi selama 30 menit dengan kecepatan 2500 rpm ( 10 menit
dengan kecepatan 4000 rpm ) pada suhu 40C. Pemutaran ini dimaksudkan untuk memisahkan
PRP menjadi PPP ( Platelet Poor Plasma ) sebagai supernatant dan endapannya trombosit.
6. Supernatannya dikembalikan dalm bag yang berisi sel eritrosit ( Packed Cell ) sehingga
akan dihasilkan eritrosit tanpa trombosit. Endapan yang dihasilkan dari pengolahan tadi berisi
kurang lebih 30 ml trombosit konsentrate. Yang ideal digunakan adalah plastic triple bag,
sehingga hasil yang diperoleh adalah :
- Packed Red Cell ( PRC ) : Bag I
- Trombosit Konsentrate : Bag II
- Platelet Poor Plasma ( PPP) : Bag III
7. Selanjutnya dapat diolah menjadi AHF
http://hengki-the-pretet.blogspot.com/2011/05/transfusi-darah.html