Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat


kemampuan masyarakat untuk terus terliabat dalam proses pembanguanan yang berlangsung
secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelaisaikan masalah yang dihadapi serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant
1996). Pross pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat untuk
mengembngkan kemampuanya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan
mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan
memberikan kewenangan ,aksesibilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif
( zimmerman 1996;18, Res ;1992: 42).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan secara
psrtisipatif kiranya sanagat sesuai dan dapat dilandasi untuk mengantisipasi timbulnya
perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta lingkaungan strategisnya. Sebagai konsep dasar
pembanguanan pastisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan
kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat itu mampu untuk berkembng dan
mengatasi permasalahnya secara mandiri,berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, seorang pemberdaya harus menempatkan diri sebagai
bagian dari masyarakat dan memperlakukan masyarakat sesuai dengan moral, dan memandang
warga sebagai subyek yang mempunyai hak untuk mengatur kehidupan mereka serta mempunyai
keinginan dan kemampuan untuk berbuat demikaian.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi jasa sukarelawan untuk
membantu sesama dalam mengurangi masalah sosial seperti kemiskinan. Organisasi jasa
sukarelawan ini termasuk ke dalam organisasi nirlaba atau organisasi non profit. Apa itu
organisasi nirlaba atau organisasi non profit?. Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah
suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam

1
menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tahap-tahap pemberdayaan
masyarakat dan salah satu bagian dari organisasi nirlaba atau organisasi non profit, yaitu
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Organisasi LSM ini dapat membantu pemerintah untuk
mengurangi masalah sosial yang ada di Indonesia dengan visi dan misi LSM tersebut yang dapat
mendidik kita sebagai manusia untuk memiliki rasa tolong-menolong dan solidaritas antar
sesama manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap-tahap dalam pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana peran LSM dan Lembaga Donor dalam pemberdayaan masyarakat?

C. Tujuan
1. Mengetahui tahap-tahap daam pemberdayaan masyarakat
2. Mengetahui peran LSM dan Lembaga Donor dalam pemberdayaan masyarakat

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat


Lippit (1961) dalam tulisannya tentang perubahan yang terencana (planned change) merinci
tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat ke dalam 7 (tujuh) kegiatan pokok yaitu :
1. Penyadaran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menyadarkan masyarakat tentang
keberadaannya, baik keberadaannya sebagai individu dan anggota masyarakat, maupun
kondisi lingkungannya yang menyangkut lingkungan fisik atau teknis, sosial-budaya,
ekonomi, dan politik. Proses penyadaran seperti itulah yang dimaksudkan oleh Freire (1976)
sebagai tugas utama dari setiap kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya penyuluhan.
2. Menunjukkan adanya masalah, yaitu kondisi yang tidak diinginkan kaitannya dengan:
keadaan sumberdaya (alam, manusia, sarana prasarana, kelembagaan, budaya, dan
aksesibilitas), lingkungan fisik/teknis, sosial budaya, dan politis. Termasuk dalam upaya
menunjukkan masalah tersebut adalah faktor-faktor penyebab terjadinya masalah, terutama
yang menyangkut kelemahan internal dan ancaman eksternalnya.
3. Membantu pemecahan masalah, sejak analisis akar masalah, analisis alternatif pemecahan
masalah, serta pilihan alternatif pemecahan terbaik yang dapat dilakukan sesuai dengan
kondisi internal (kekuatan, kelemahan) maupun kondisi eksternal (peluang dan ancaman)
yang dihadapi.
4. Menunjukkan pentingnya perubahan yang sedang dan akan terjadi di lingkungannya, baik
lingkungan organisasi dan masyarakat (lokal, nasional, regional, dan global). Karena kondisi
lingkungan ( internal dan eksternal) terus mengalami perubahan yang semakin cepat, maka
masyarakat juga harus disiapkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut melalui
kegiatan perubahan yang terencana.
5. Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagian dan implementasi perubahan
terencana yang berhasil dirumuskan. Kegiatan uji-coba dan demonstrasi ini sangat
diperlukan, karena tidak semua inovasi selalu cocok (secara: teknis, ekonomis, sosial budaya,
dan politik atau kebijakan) dengan kondisi masyarakatnya. Disamping itu, uji coba juga
diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang beragam alternatif yang paling
bermanfaat dengan resiko atau korbanan yang terkecil.
6. Memproduksi dan publikasi informasi, baik yang berasal dari luar (penelitian, kebijakan,
produsen atau pelaku bisnis, dll) maupun yang berasal dari dalam (pengalaman, indege-nous

3
technology, maupun kearifan tradisional dan nilai-nilai adat yang lain). Sesuai dengan
perkembangan teknologi, produk dan media publikasi yang digunakan perlu disesuaikan
dengan karakteristik (calon) penerima manfaat penyuluhannya.
7. Melaksanakan pemberdayaan atau penguatan kapasitas, yaitu pemberian kesempatan kepada
kelompok lapisan bawah untuk bersuara dan menentukan sendiri pilihan-pilihannya
kaitannya dengan: aksesibilitas informasi, keterlibatan dalam pemenuhan kebutuhan serta
partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan, bertanggung-gugat (akuntabilitas publik)
dan penguatan kapasitas lokal.

Tim Delivery (2004) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


dimulai dari proses seleksi lokasi sampai dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci masing-
masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1. Seleksi lokasi
Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat yang diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan
kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya :
a. Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik.
b. Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
c. Adanya masyarakat yang terpinggirkan
d. Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
e. Lokasi terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana.

Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat
akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Bisa saja suatu desa terlalu
luas untuk menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga
Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu dusun.

2. Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat


Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta
dialog dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait
tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk
berperan dan terlibat di dalam program.
Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat
Desa dan tokoh-tokoh masyarakat, Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal

4
dengan masyarakat, Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan rumah, diskusi
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (sosial, agama, lapangan)
Hal hal yang perlu disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran
Pemberdayaan Masyarakat, Prinsip-prinsip Pemberayaan Masyarakat (termasuk prinsip non-
fisik), Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda dan lain-lain), Umpan balik
masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi dan media yang dapat dimanfaatkan dalam
sosialisasi diantaranya: Brosur, Film(video), Poster ,Buku dll.

3. Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat


a. Kajian keadaan pedesaan partisipatif
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan
percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun
permasalahannya. Selain itu tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai
aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar untuk penyusunan rencana kegiatan
pengembangan.
b. Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada
masyarakat yang benar-benar tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan bersama.
Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang terabaikan lain.
Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang lengkap dengan
kepengurusan dan aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat dan bisa
terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif maupun sesudahnya.
Berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan kelompok adalah
mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.
c. Penyusunan Rencana Dan Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya
mampu mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis.
Dasar penyusunan adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan.
Dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan
hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berperan serta.
d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)

5
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi
dilaksanakan secara mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat
berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak
yang terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama.
M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan PM, baik
prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses
perbaikan kalau diperlukan.

4. Tahap 4. Pemandirian Masyarakat


Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus
bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan
taraf hidupnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal
ini akan terjadi.

B. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)


1. Pengertian LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat dapat diartikan organisasi atau lembaga yang dibentuk
oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak
sendiri dan minat yang besar serta bergerak dibidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh
organisasi atau lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitik beratkan kepada pengabdian secara
swadaya.
Perlu diperhatikan bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat juga merupakan sebuah
organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan memperoleh keuntungan.
Jadi pembentukan LSM ini berdasarkan asas sukarela tanpa adanya harapan untuk
memperoleh laba yang besar. Selain berasaskan sukarela, Lembaga Swadaya Masyarakat
juga berdiri diatas asas Pancasila. Hal ini tentunya karena lembaga swadaya masyarakat
hidup dan berkembang di Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila. Tentunya prinsip-
prinsip dalam Pancasila ini senantiasa diterapkan dalam setiap kegiatan LSM dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Bentuk Organisasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat


Secara umum bentuk organisasi dari LSM dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lembaga Mitra Pemerintah

6
Lembaga ini bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan program-
program pemerintah. Dana yang digunakan bisa berasal dari pemerintah atau dari
lembaga donor lainnya. Ibarat simbiosis mutualisme, peran Pemerintah dan LSM disini
saling bantu membantu dan melengkapi satu sama lain. LSM melakukan identifikasi di
lapangan yang riil terhadap kebijakan yang akan dilakukan Pemerintah. Sedangkan
Pemerintah atau lembaga donor lainnya memberikan kucuran dana dan teknis
pelaksanaan kepada LSM tersebut. Sehingga ada balancing policy antara LSM dan
Pemerintah. Contoh LSM seperti ini adalah Lembaga Pangan Independent (LPI) yang
biasa menyalurkan pupuk dan benih kepada petani dan Indonesia.
b. Lembaga Donor
Lembaga yang mengumpulkan dana untuk dapat disalurkan kepada lembaga dan
masyarakat yang membutuhkan. Dalam fungsinya sebagai lembaga donor, LSM
dimungkinkan untuk diberi kepercayaan oleh masyarakat mengemban tugas tertentu.
Seperti tempat penggalangan dana untuk korban bencana alam, penggalangan dana dan
sembako ketika hari raya keagamaan dan lain-lain. Dalam fungsi ini mungkin saja LSM
melakukan kesalahan-kesalahan ataupun penyelewengan. Disinilah dituntut tanggung
jawab dan juga transparansi LSM dalam melakukan tugasnya. Contoh LSM yang
berbentuk seperti ini di Indonesia seperti, Lembaga Pundi Amal, Tali Kasih Indonesia,
dan lain-lain.
c. Lembaga Profesional
Lembaga yang bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi tertentu,
misalnya kesehatan, ekonomi, HAM, kriminalitas, dan lainnya. Lembaga ini punya andil
yang besar dalam mengusut dan juga menginvestigasi kasus-kasus yang berkaitan tentang
suatu permasalahan. Contohnya, ketika kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, dibentuk
sebuah LSM yang bertugas mencari fakta tentang kasus tersebut. Beberapa waktu
kemudian LSM ini diubah fungsinya oleh Pemerintah sehingga menjadi sebuah
organisasi independent yang biayanya ditanggung Pemerintah. Contoh lainnya adalah
LSM Peduli Rakyat Lapindo (PRL) yang dengan sukarela membantu korban bencana
Lumpur Lapindo di Sidoarjo, dengan menggalang dana dan menyalurkan dana tersebut
kepada masyarakat Korban bencana.
d. Lembaga Oposisi
Lembaga yang menjadi oposisi pemerintahan dan mengkritik kebijakan
pemerintah dan menjalankan program berdasarkan kritik tersebut atau alternatif lainnya.

7
LSM semacam bisa kita ambil contoh seperti ICW (Indonesian Corruption Watch) yang
biasa menginvestigasi dan mengkritik kasus-kasus korupsi yang dilakukan baik oleh
birokrat maupun anggota legislatif (DPR).

Karena LSM adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat


warganegara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta
bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya, maka secara tidak
langsung pihak-pihak yang terlibat antara lain:

a. Warga atau masyarakat sekitar yang terlibat.


b. Sukarelawan yang menjadi anggota LSM.
c. Pemerintah daerah sekitar.

Selain pihak diatas, LSM juga menjalin kerjasama tergantung dari jenis LSM maupun
pihak yang di ikut sertakan dalam kegiatan tersebut. Bisa dari pihak tersebut antara lain:
petugas kemanan, Lembaga/Instansi yang kiranya terlibat, dukungan dari partai politik, dll.
Untuk mewujudkannya diperlukan konsistensi dalam sebuah anggotanya, yang mana itu
merupakan komponen acuan penyelenggaraan. Menurut Drs. Bambang Ismawan, MS
komponen tersebuat yaitu:
a) Kelompok swadaya perlu berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan. Dalam
rangka ini perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan
penyelenggaraan ekonomi rumah tangga yang efektif, pemupukan modal swadaya serta
pengembangan usahausaha produksi dan pemasaran.
b) Kelompok swadaya perlu bersikap terbuka, yaitu terbuka terhadap gagasan-gagasan baru
serta terbuka terhadap kerjasama baru untuk mencapai tingkat skala usaha yang lebih
besar.
c) Kelompok swadaya perlu diselenggarakan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan
partisipasi yang tinggi di antara anggota. Dalam rangka ini perlu didorong agar
pertemuan anggota dapat diselenggarakan secara ajeg dan teratur satu bulan atau satu
minggu sekali, pengurus dipilih dari antara anggota, diselenggaraan secara teratur
program pendidikan kader, administrasi yang tertib dan terbuka, serta perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan secara partisipatif.

8
Untuk mencapai kemantapan dalam pengetrapan kerangka acuan tersebut, diperlukan
proses pengentalan atau internalisasi di dalam kelompok swadaya dengan tahap-tahap :
penggalian motivasi, konsolidasi organisasi, penumbuhan dan pengembangan usaha, dan
pengembangan kemandirian kelompok.

3. Tujuan LSM
LSM bertujuan memberdayakan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan
menumbuhkan prakarsa serta mengerakkan swadaya gotong royong masyarakat dalam
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

4. Tugas Pokok LSM


a. Sebagai wadah yang menampung, memproses, mengelola dan atau melaksanakan semua
bentuk aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan
b. Menumbuh kembangkan jiwa dan semangat serta memberdayakan masyarakat dalam
pembangunan
c. Melaksanakan, mengendalikan, dan mengawasi serta memotivasi masyarakat secara
dalam memelihara hasil pembangunan secara berkesinambungan
d. Turut serta menciptakan suasana yang kondusif;

5. Fungsi LSM
a. Wadah penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggotanya
b. Wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya dalam usaha mewujudkan tujuan
organisasi
c. Wadah peran serta dalam usaha mensukseskan pembangunan Nasional
d. Sarana penyalur aspirasi anggota dan atau masyarakat dan sebagai sarana komunikasi
sosial timbal balik antara anggota dan atau antara organisasi kemasyarakatan dengan
organisasi kekuatan sosial politik, badan permusyawaratan perwakilan rakyat, dan
pemerintah

C. Peran LSM dan Lembaga Donor dalam Pemberdayaan Masyarakat


Keadaan sosial di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam pemerintahan
Indonesia, seperti kemiskinan ataupun kelaparan. Tak hanya itu, masalah yang terjadi secara
alami pun menjadi penyebab keadaan sosial yang buruk, sebut saja bencana alam yang sering

9
terjadi seperti halnya banjir, tanah longsor, atau pun tsunami. Hal ini sebagian besar disebabkan
oleh ulah tangan manusia yang tidak dapat melestarikan alam.
Pemberdayaan masyarakat miskin atau kurang mampu tidak dapat dilakukan dengan
hanya melalui program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat miskin. Terkait dengan upaya tersebut, maka keberadaan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi sangat penting untuk melakukan sinergi dengan lembaga
pemerintah. Dalam proses pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin, LSM masih
menghadapi kendala baik eksternal maupun internal. Peran LSM di Indonesia mengalami
perkembangan dan transformasi fungsi, sesuai dengan paradigma pembangunan. Kondisi dan
paradigma yang ada saat ini, adalah terbukanya era globalisasi ekonomi yang diwujudkan
dengan adanya proses internasional produksi, perdagangan, dan pasar uang.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi jasa sukarelawan untuk
membantu sesama dalam mengurangi masalah sosial seperti kemiskinan. Organisasi jasa
sukarelawan ini termasuk ke dalam organisasi nirlaba atau organisasi non profit. Organisasi
nirlaba atau organisasi non profit, adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang
tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Dalam hal peranannya sebagai organisasi yang mempunyai peran non-politik, LSM
dinilai mampu melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam hal penanggulangan
kemiskinan. Beberapa LSM tahun 70-an yang terus senantiasa aktif melakukan pendampingan
dan pemberdayaan terhadap masyarakat lemah atau miskin, adalah YLBHI, INFID, LP3ES,
WALHI, JPPR, YTBI, dan lain-lain.
Permasalahan utama yang sangat mendasar dalam hal pemberdayaan masyarakat oleh
LSM adalah stigma LSM yang tumbuh disebagian benak masyarakat yang masih menaruh curiga
terhadap kehadiran dan aktivitas dari LSM. Pada satu sisi LSM dipersepsikan alat bagi neo
liberalisme atau agen Negara Asing, hal ini dikarenakan sebagian besar dana kegiatan-kegiatan
yang dilakukan LSM di Indonesia didanai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut. Disisi lain, sampai
saat ini tidak ada mekanisme pertanggungjawaban LSM terhadap masyarakat.
Sampai saat ini, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat masih terbatas dan
belum mampu sepenuhnya dalam penanggulangan kemiskinan. Disinilah perlunya peran dan
keterlibatan LSM dalam melaksanakan program dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu,

10
diperlukan pula reposisi LSM di tengah masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk:
1. LSM perlu memfasislitasi tumbuh kembangnya kelembagaan rakyat yang kuat, yang bersifat
sektoral, seperti pada organisasi buruh, petani, masyarakat adat, dan lain-lain.
2. LSM perlu tampil ke publik luas, dalam arti semakin go public ke masyarakat, sehingga
posisi dan perannya mampu lebih dirasakan oleh masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui
penyebaran brosur, pertemuan dengan masyarakat, kerja sama dengan media cetak elektronik
seluas-luasnya.
3. LSM perlu semakin aktif dalam membangun hubungan dengan berbagai elemen masyarakat
sipil lainnya. Seperti media massa, mahasiswa, serikat buruh, petani, dan partai politik
dengan tetap mengedepankan nilai dan sikap non-partisan.
4. Perlunya penguatan LSM sebagai sebuah entitas dan komunitas yang spesifik didalam
masyarakat sipil, dan penguatan institusionalisasi LSM dalam hal eksistensi, sumber daya
manusia, sarana, dana, dan manajemen. LSM juga perlu lebih membuka diri untuk menjadi
organisasi yang lebih berakar di masyarakat.
5. LSM juga dituntut untuk senantiasa membenahi kondisi internal dalam tubuh. Organisasinya,
mengingat ini seringkali tidak diperlihatkan dalam forum evaluasi oleh LSM yang
bersangkutan.

Indikator paling kuat untuk menilai efektivitas dan kesuksesan suatu LSM, adalah kualitas
layanan mereka, yaitu layanan yang sesuai diberikan dalam suatu pembiayaan yang selalu
efisien. Dalam membangun hubungan kerjasama yang positif dalam konteks yang lebih besar,
LSM harus dikenal oleh pihak-pihak yang tepat di dalam suatu masyarakat, menjaga kinerjanya,
serta memperluas pengaruhnya melalui kerjasama dengan pemerintah, jaringan donor, dan LSM
lain yang bekerja dalam sektor dan wilayah yang sama.

LSM mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia,
karena lembaga tersebut mempunyai kedekatan yang lebih terhadap masyarakat sekitarnya.
Peran LSM tersebut antara lain:

1. Memberikan informasi satu arah misalnya lewat media masa, poster, pembagian dokumen
lewat pemda, dsb.
2. Memberikan pertukaran informasi dua arah yang melibatkan masyarakat: kunjungan kedesa
atau rumah dan Tanya jawab, pertemuan khusus dengan peserta-peserta yang diundang,

11
pengumpulan pendapat, dan pengetahuan dengan metode belajar bersama, bertindak
bersama.
3. Masyarakat mendapatkan media sebagai penyalur inspirasinya yang dapat diperjuangkan
sekuat tenaga dengan dukungan LSM dan pihak-pihak terkait.
4. Masyarakat lebih mengenal lebih dekat LSM, bahwa pada saat ini ada ratusan, bahkan ribuan
LSM dengan full-timer. Bahkan ada yang lebih besar organisasinya dengan ratusan tenaga
full-timer. Ada yang bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan memperkuat
kemampuan mereka. Ada yang mengkhususkan kegiatan memperjuangkan kebijakan yang
menguntungkan masyarakat bawah. Ada pula yang berusaha menjembatani berbagai sektor :
yang kuat dengan yang lemah, yang formal dengan non formal, inti dan plasma, tradisional
dan modern dan lain-lain. Dan ada pula yang melaksanakan hal-hal tersebut secara serempak.
Sedang bidang kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas, meliputi bidang-
bidang lingkungan hidup, konsumen, bantuan hukum, pendidikan dan latihan, perhutanan
sosial, pengairan, koperasi, penerbitan, kesehatan dan keluarga berencana, dan
pengembangan pedesaan dan pertanian dan lain-lain.

Kemudian dapat disusun program-program pengembangan yang merupakan peran LSM


untuk mendorong keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya. Berdasarkan pengalaman,
ada 5 program pengembangan yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan kelompok
swadaya yang disalurkan melalui tenaga-tenaga pendamping kelompok, yaitu:

1. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia, meliputi berbagai kegiatan pendidikan dan
latihan baik pendidikan dan latihan untuk anggota maupun untuk pengurus yang mencakup
pendidikan dan letihan tentang ketrampilan mengelola kelembagaan kelompok, ketrampilan
teknik produksi, maupun ketrampilan mengelola usaha.
2. Program Pengembangan Kelembagaan Kelompok, dengan membantu menyusun peraturan
rumah tangga, mekanisme organisasi, kepengurusan, administrasi dan lain sebagainya.
3. Program Pemupukan Modal Swadaya, dengan membangun sistem tabungan dan kredit
anggota serta menghubungkan kelompok swadaya tersebut dengan lembaga-lembaga
keuangan setempat untuk mendapatkan manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.
4. Program Pengembangan Usaha, baik produksi maupun pemasaran, dengan berbagai kegiatan
studi kelayakan, informasi pasar, organisasi produksi dan pemasaran dan lain-lain.

12
5. Program Penyediaan Informasi Tepat Guna, sesuai dengan kebutuhan kelompok swadaya
dengan berbagai tingkat perkembangannya. Informasi ini dapat berupa eksposure program,
penerbitan buku-buku maupun majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-masukan
yang mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih lanjut.

Membawakan peran nyata dalam masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran pembangunan,


baik dalam pertanian dan pedesaan, dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut diatas,
keberadaan LSM yang banyak itu akan berdampak positif seperti antara lain:

1. Dampak dalam Aspek Sosial


Melalui proses pendidikan yang diberikan kepada kelompok swadaya diharapkan
wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat; sehingga mempunyai kemampuan
untuk memikirkan banyak alternatif dalam usaha mencukupi kebutuhan hidup. Peningkatan
pendidikan yang terjadi pada kelompok swadaya dapat melalui dua jalur, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Peningkatan pendidikan secara langsung terjadi apabila
kelompok swadaya mendapatkan penyuluhan, pelatihan, konsultasi, dan sebagainya.
Sedangkan, peningkatan pendidikan secara tidak langsung terjadi sejalan dengan
terintegrasinya orang-orang desa dalam suatu kelompok swadaya. Melalui kelompok tersebut
setiap anggota berinteraksi menumbuhkan kesadaran akan posisi mereka. Penyadaran diri
merupakan langkah awal untuk memulai memikirkan alternatif-alternatif baru yang mungkin
dapat ditempuh dalam usaha memperbaiki tingkat kehidupan. Di samping itu, dengan adanya
kesadaran akan posisi yang dimilikinya menyebabkan kelompok swadaya berani
memperjuangkan hak-hak mereka dengan mengaktualkan potensi yang ada pada mereka
serta mengikis kelemahan-kelemahan yang ada. Melalui aktifitas yang dilakukan, intervensi
pembinaan membantu pemecahan permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam
kelompok masyarakat. Melalui sistem pendekatan terlibat langsung dengan kelompok, pola
pembinaan bersama kelompok yang bersangkutan mampu mengidentifikasikan permasalahan
yang dihadapi secara mendalam. Akibatnya penanganan terhadap masalah yang dihadapi

13
kelompok dapat dilakukan secara tepat sasaran dan lebih tuntas. Di samping itu, berkat
interaksi yang intens antara para pembina dengan kelompok, sementara para pembina telah
dilatih secara khusus dan selalu diberikan masukan untuk meningkatkan kemampuannya
dalam membina kelompok dan menghubungkannya dengan berbagai pelayanan setempat,
maka terjadilah proses transformasi sosial.

2. Dampak dalam Aspek Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, intervensi pembinaan akan mampu mendorong masyarakat kecil
untuk melakukan pemupukan modal. Selama ini faktor yang selalu dikemukakan tentang
penyebab tidak berhasilnya masyarakat miskin dalam memperbaiki kehidupan adalah karena
mereka tidak mampu untuk melakukan pemupukan modal yang dapat dipergunakan sebagai
pengembangan usaha. Dengan sistem kelompok, maka modal yang kecil dari setiap warga
dapat berkembang menjadi besar, sehingga dapat dipergunakan sebagai modal usaha. Di
samping itu, dengan adanya modal yang terkumpul dapat mengundang partisipasi dana lebih
besar dari pihak ketiga. Saat ini terbuka kemungkinan Bank melayani kelompok-kelompok
swadaya yang berstatus nonformal. Kemampuan permodalan kelompok yang semakin
bertambah memberikan peluang semakin besar untuk mengembangkan usaha produktif.
Usaha produktif yang dilakukan kelompok menyebabkan terbukanya kesempatan kerja atau
usaha bagi kelompok itu sendiri maupun masyarakat luas. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa satu usaha produktif yang dilakukan, misalnya peternakan atau industri kecil, tentu
memerlukan usaha lain untuk menunjang keberhasilan usaha produktif pokok. Usaha-usaha
lain dari usaha pokok inilah yang membuka kesempatan kerja baru (diversifikasi) dan
peningkatan pendapatan warga masyarakat.

3. Dampak dalam Aspek Kemasyarakatan


Proses interaksi didalam kelompok dengan sesama anggota maupun dengan berbagai
sumber pelayanan dan pembinaan semakin meningkatkan wawasan berbangsa dan bernegara.
Adanya kelompok sebagai wadah mengaktualisasikan diri warga masyarakat pedesaan
menyebabkan mereka merasa terlibat dalam proses pembangunan. Keterlibatan mereka
dalam pembangunan tidak lagi pasif, tetapi menjadi aktif karena telah turut berusaha dalam
berbagai kegiatan produktif yang memberikan andil dalam sistem perekonomian yang lebih
luas. Kesadaran untuk turut berperan serta dalam kegiatan kelompok tersebut mempunyai
dampak lebih lanjut, yaitu adanya kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam program-

14
program pembangunan yang ditawarkan pemerintah. Proses pengembangan kemandirian dan
kesadaran berpartisipasi telah menjembatani kesenjangan sosial di tingkat lokal. Dengan
menyempitnya kesenjangan sosial berarti stabilitas sosial politik pun dapat terus berlanjut.
Sementara itu, pengalaman lapangan LSM yang merupakan hasil kaji tindak (participatory
action research) dapat merupakan rekomendasi bagi perbaikan dan peningkatan dari
pendekatan pembangunan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahap-tahap pemberdayaan masyarakat dimulai dari penyadaran, menunjukkan adanya
masalah, membantu pemecahan masalah, menunjukkan pentingnya perubahan yang sedang dan
akan terjadi di lingkungannya, melakukan pengujian dan demonstrasi, memproduksi dan
publikasi informasi sampai dengan melaksanakan pemberdayaan atau penguatan kapasitas
(Lippit, 1961). Sedangkan menurut Tim Delivery (2004) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan

15
pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari proses seleksi lokasi, sosialisasi pemberdayaan
masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat dan pemandirian masyarakat.

Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan
oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.

B. Saran
Sebaiknya kita tingkatkanlah kerjasama dan kemitraan antara pemerintah dengan
meningkatkan kerangka hukum dan cara-cara lain untuk mencapai lingkungan yang
memudahkan kerjasama Pemerintah-LSM, dan membangun kapasitas staf pemerintah untuk
berinteraksi dengan LSM.

DAFTAR PUSTAKA

Mardikanto, T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan 1. UNS Press.


Surakarta

Delivery.2004.PemberdayaanMasyarakat.http://www.deliveri.org/guidelines/policy/pg_3/pg_3_
sumary.htm

http://lbkbrktkoordkps.blogspot.com/2009/04/peran-lembaga-swadaya-masyarakat-
dalam.html

16

Anda mungkin juga menyukai