2.TUUAN LANDREFORM
a) Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa
tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur
pertanahan sama sekali secara revolusioner guna merealisir keadilan sosial
b) Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani agar tidak terjadi lagi tanah sebagai objek
spekulasi dan objek pemerasan.
c) Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara indonesia
baik laki laki maupun wanita yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan
terhadap privaat bezit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat bersifat perseorangan dan turun
temurun tetapi bersifat sosial.
d) Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dengan menyelenggarakan
batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Sebagai kepala keluarga dapat seorang
laki laki ataupun wanita. Dengan, demikian mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalisme
atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan ekonomis lemah.
e) Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggarakannya pertanian yang
intensif secara gotong royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong royong lainnya untuk
mencapai kesejahteraan yang adil dibarengi sitem perkreditan yang khusus di tujukan pada
golongan petani.
R Soeprapto menyatakan bahwa tujuan diadakan landreform di Indonesia yaitu:[8]
a) Pemerataan penguasaan / pemilikan tanah pertanian untuk meratakan hasil produksinya
b) Mengakhiri sistem kapitalisme dan feodalisme dalam penguasaan, pemilikan dan penguasaan
dibidang keagrariaan
c) Meningkatkan produksi pertanian
d) Meningkatkan taraf hidup petani dan rakyat pada umumnya
e) Meningkatkan harga diri para penggarap dan meningkatkan gairah kerja
f) Menghilangkan jurang pemisah antara golongan petani kaya dan miskin
Selain tujuan yang telah disampaikan diatas ada juga tujuan landreform lain yang hendak dicapai
untuk memperbaiki kehidupan rakyat tani yakni:
Tanah kelebihan batas maksimum, yaitu tanah yang melebihi batas ketentuan yang boleh
dimiliki oleh seseorang atau satu keluarga. Luas batas maksimum ditentukan per daerah tingkat II
dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas daerah, dan sebagainya. Daerah tersebut
dibagi menjadi daerah yang tidak padat dengan pemilikan maksimum 20 hektare, cukup padat
maksimum 9 hektare dan sangaat padat maksimum pemilikannya 6 hektare.
Tanah absentee, yaitu tanah pertanian yang pemiliknya bertempat tinggal di luar kecamatan letak
tanah dan kecamatan tersebut letaknya tidak berbatasan.
Tanah bekas swapraja, yaitu tanah bekas wilayah kerajaan atau kesultanan, yang dengan UUPA
beralih menjadi tanah negara Republik Indonesia
Tanah negara lainnya yang merupakan tanah pertanian yang telah digarap rakyat yang ditegaskan
oleh Menteri (sekarang Menteri Negara Agraria/Kepala BPN) sebagai obyek landreform adalah :
Tanah yang terkena UU No. 1 Tahun 1958, yaitu tanah partikelir dan hak eigendom lebih 10 bouw
yang di jaman penjajahan dimiliki tuan tuan tanah
tanah bekas perkebunan (bekas hak erfpacht atau HGU)
Tanah bekas hak ulayat masyarakat hukum adat, bekas tanah kehutanan, dan tanah negara bebas
Untuk tanah yang ebrasal dari kelebihan maksimum, absentee, dan tanah swapraja, penegasannya
ditetapkan Kepala Kantah setempat. Sedangkan redistribusinya ditetapkan oleh Kepala Kanwil
BPN. Untuk tanah tanah yang berasal dari tanah yang langsung dikuasai negara, akan dijadikan
obyek landrefom harus ditegaskan telebih dahulu oleh Kepala BPN.