Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun Oleh
JALALLUDIN
NIM I 111 08 074

Pembimbing:
dr. HILMI KURNIAWAN RISKAWA, Sp. A, M. Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS KARTIKA HUSADA
KUBU RAYA
2017

LAPORAN KASUS
OLEH : JALALLUDIN
PEMBIMBING : dr. HILMI KURNIAWAN RISKAWA, Sp.A, M.Kes
TANGGAL / HARI : MARET 2017

DEMAM DENGUE

A. Identitas
Q, anak laki-laki berusia 12 tahun 4 bulan, nomor Rekam Medik (RM)
112552, dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit (RS) Tingkat II Kartika
Husada selama 4 hari dari tanggal 16 Februari 2017 sampai dengan tanggal 19
Februari 2017.

B. Anamnesis (anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan


keluarga pada tanggal 16 Febuari 2017, perawatan hari ke-1, hari sakit ke-3)
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Demam dirasakan langsung tinggi dan dirasakan
sepanjang hari. Keluhan demam disertai dengan sakit kepala dan nyeri pada
persendian. Pasien tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat saat
demam. Demam juga tidak disertai bersin-bersin, pilek, batuk, sesak nafas,
Keluhan demam juga tidak disertai penurunan kesadaran, kejang, nyeri
menelan, nyeri telinga, dan nyeri berkemih. Sebelumnya pasien minum
paracetamol yang didapatkan di Puskesmas 2 hari SMRS, demam sepat reda
beberapa jam setelah minum paracetamol tapi kemudian naik lagi, tidak
ditemukan ruam pada tubuh pasien. Ibu pasien mengeluh pada pasien terdapat
penurunan nafsu makan dan minum sejak demam. Pasien biasanya makan satu
piring makanan rumah sebanyak tiga kali sehari, sekarang hanya makan
setengah mangkuk dah bahkan kurang. Pasien mengaku merasa mual jika
hendak makan. Pasien masih mau minum tetapi sulit minum air putih. Pasien
lebih sering minum minuman isotonic yang lebih berasa. Tidak terdapat
keluhan pada Buang Air Kecil (BAK), terakhir BAK 2 jam yang lalu

2
berwarna kuning jernih. Pasien tidak Buang Air Besar (BAB) sejak 2 hari
SMRS. BAB terakhir berwarna kuning kecokelatan dengan konsistensi padat.
Oleh karena keluhan demamnya, pasien dibawa ke Unit Gawat
Darurat (UGD) Rumah Sakit Kartika Husada (RSKH) pada pukul 13.45 WIB
dan dirawat di RSKH.
Pasien pernah mengalami demam sebelumnya tetapi turun dengan
obat penurun panas yang didapatkan dari Puskesmas. Pasien belum pernah
dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak pernah merasa gatal atau batuk setelah
makan atau minum obat tertentu. Tidak ada keluarga dan tetangga yang
menderita demam seperti yang dialami pasien. Tidak ada keluarga pasien yang
memiliki riwayat kejang demam, gatal-gatal setelah minum obat atau terhadap
makanan, dan batuk lama. Tidak terdapat riwayat berpergian ke luar kota pada
pasien dan keluarga.
Pasien mulai diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan berupa
bubur saring. Asupan makanan untuk pasien saat ini sudah berupa makanan
rumahan dengan sayur dan buah tetapi pasien sulit makan. Berat badan
pasien selalu naik setiap bulannnya tetapi ibu pasien mengaku kenaikan berat
badan tidak signifikan. Pada usia 1 tahun pasien sudah bisa belajar berdiri
selama 30 detik atau berpegangan di kursi, dapat berjalan dengan dituntun,
menggenggam erat pensil, menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti dan
senang diajak bermain ciluk ba. Pada usia 18 bulan, pasien sudah bisa berdiri
sendiri tanpa berpegangan, membantu memungut mainan, menunjuk sendiri
apa yang diinginkan, memanggil ayah dengan kata papa dan memanggil ibu
dengan kata mama. Usia 2 tahun pasien sudah bisa menendang bola, bermain
balok dan menyusunnya, memakai dan melepaskan pakaian serta menggosok
gigi sendiri. Usia 3 tahun pasien mulai bermain sepeda roda tiga,
menggambar dengan pinsil warna membentuk garis, lingkaran serta bisa
menyebutkan warnanya, pasien juga bisa menyebut nama teman mainnya.
Usia 5 tahun pasien sudah bisa menghitung mainannya walau masih terbatas,
pasien makan dan mengambil makanan sendiri. Saat ini pasien duduk di kelas

3
6 SD, pasien masuk sekolah pada usia 6 tahun dan selalu naik kelas serta
serta selalu masuk dalam peringkat 10 besar kelas.
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, hamil cukup bulan
dengan persalinan spontan ditolong oleh bidan. Berat badan lahir 2800 gram,
panjang badan 49 cm. Keadaan saat lahir langsung menangis, warna
kemerahan, gerak aktif. Selama hamil, orang tua pasien sehat dan tidak
pernah mendapat pengobatan. Kakak dan adik pasien sehat dan tidak ada
riwayat kematian pada saudara pasien. Pasien mendapatkan imunisasi
lengkap dari Puskesmas.
Pasien tinggal serumah dengan orang tuanya. Pasien dibesarkan
dengan kasih sayang yang cukup. Pasien dan kedua saudaranya lebih dekat
dengan ibu daripada ayah mereka. Ayah pasien bekerja sebagai guru SD dan
ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Gaji ayah pasien adalah sebesar
Rp3.000.000,- tiap bulan. Ekonomi keluarga dirasakan cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

C. Pemeriksaan fisik (tanggal 16 JFebuari 2017, hari rawat ke-1, hari sakit ke-1)
1) Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, tampak lemah
2) Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
3) Antropometri
- Berat badan : 35 kg
- Panjang badan : 146 cm
Status Gizi (WHO) :
- Berat Badan/Umur : -1 < z < 0
- Panjang Badan/Umur : -1 < z < 0
- BMI/Umur : -1 < z < 0
- Status gizi : Kesan baik
4) Status Generalis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/70 mmHg

4
- Nadi : 88 kali/menit, reguler, teraba kuat
- Napas : 26 kali/menit, irama teratur, tipe torakoabdominal
- Suhu : 37,1 C per aksila
- Saturasi oksigen : 99%
Kepala : Normosefali.
Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal, tidak mudah
tercabut, ujung rambut tidak bercabang
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
kelopak mata tidak tampak cekung.
Telinga : Tidak ada sekret.
Hidung : Tidak ada sekret, mukosa hidung tidak hiperemis.
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembap, stomatitis (-),
atrofi papil lidah (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-/-), tonsil T1/T1
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Paru
a. Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi
(-)
b. Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
c. Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
d. Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler
di paru kanan dan kiri, tidak ada wheezing, tidak
ada rhonki
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Abdomen
a. Inspeksi : Tampak datar, supel, tidak tampak massa
b. Auskultasi : Bising usus (+) normal di seluruh lapang abdomen
c. Perkusi : Timpani

5
d. Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat
nyeri tekan di seluruh lapang abdomen, tidak ada
asites, turgor kulit baik.
Anus dan genitalia : Memiliki genitalia eksterna berjenis laki-laki, tidak
ada kelainan pada genitalia, tidak ada ruam
kemerahan pada perianal
Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 2
detik, tidak sianosis, tidak edema, tidak ada petekie
Kulit : Kulit berwarna coklat. Kulit pecah-pecah tidak ada.
Kulit bersisik dan pigmentasi pada kulit tidak ada.
Luka pada kulit tidak ada. Clubbing finger (-).

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan pada tanggal 16 Februari 2017 di
laboratorium RSKH dengan hasil:
- Leukosit : 2.200/mm3 (Normal : 4.000-12.000/mm3 )
- Eritrosit : 5.05 juta/mm3 (Normal : 3.50-5.50 juta/mm3)
- Hemoglobin : 14.2 g/dl (Normal : 11.5 14.5 g/dl)
- Hematokrit : 39.8 % (Normal : 33-43%)
- Trombosit : 90.000/mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
- % Limfosit : 37.7 % (Normal : 15-50%)
- % Granulosit : 50.7 % (Normal : 35-80%)
- MCV : 78.8 (Normal : 76-90 fL)
- MCH : 28.1 (Normal : 25-31 pg/cell)
- MCHC : 35.7 (Normal : 32-36%)
Gula darah sewaktu: 102 mg/dl (Normal : 60-100 mg/dl)
Widal:
- Salmonella typhi H : 1/100
- Salmonella typhi O : (-)

E. Diagnosis Banding

6
Demam dengue
Demam berdarah dengue
Demam chikungunya
Demam tifoid
Malaria

F. Saran Pemeriksaan
Serum Dengue NS-1
Kultur Darah

G. Diagnosis Kerja
Demam dengue

H. Tata Laksana
- Non-medikamentosa:
Mencegah dehidrasi
Meneruskan pemberian makan
Kompres hangat anak jika demam
Waspadai tanda-tanda bahaya seperti syok
Cek DL besok pagi
- Medikamentosa:
Intravenous Fluid Drip (IVFD) RL 20 tetes per menit makro
Inj. Paracetamol 3 x 400 mg IV (jika demam)
Inj. Ampicilin 4 x 750 mg IV

I. Pemantauan
Jumat, 17 Feb 2017 (Hari rawat ke-2, hari sakit ke-4)
S: Keluhan demam sudah tidak ada, keuhan sakit kepala kadang-kadang

7
masih dirasakan, keluhan nyeri persendian tidak lagi dirasakan,
keluhan mual dan muntah tidak ada, keluhan batuk dan pilek tidak
ada. BAB tidak ada sejak 2 hari lalu, nyeri perut tidak ada, BAK lebih
banyak dari biasanya. Nafsu makan masih sulit, minum baik.

O: KU : sakit ringan, lemas berkurang


TD: 110/70 mmHg RR: 22 x/menit, HR : 86 x/menit, T: 36,40 C BB:
35 kg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada tanggal 17 Februari 2017
di laboratorium RSKH dengan hasil:
- Leukosit : 2.900/mm3
- Eritrosit : 4.63 juta/mm3
- Hemoglobin : 12.8 g/dl
- Hematokrit : 39.4 %
- Trombosit : 68.000/mm3
- % Limfosit : 44.7 %
- % Granulosit : 42.8 %

A: DF dd DHF
P: - IVFD RL 60cc/jam via infus pump
- Psidii 3x1 tab p.o
- Terapi lain lanjut
Periksa ulang darah lengkap besok pagi

Sabtu, 18 Jan 2017 jam 07.00 WIB (Hari rawat ke-3, hari sakit ke-5)
S: Keluhan demam tidak ada lagi. Sakit kepala tidak ada lagi. Makan
mulai mau, minum baik. Keluhan mual muntah tidak ada. BAB terahir
3 hari lalu, BAK banyak.

O: KU : sakit ringan, tampak rewel

8
TD: 100/70 mmHg RR: 25x/menit, HR : 90x/menit, T: 36.2oC, BB: 35
kg
Pemeriksaan fisik dalam batas normal, sama dengan sebelumnya
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada tanggal 18 Februari 2017
di laboratorium RSKH dengan hasil:
- Leukosit : 3.500/mm3
- Eritrosit : 4.69 juta/mm3
- Hemoglobin : 13.2 g/dl
- Hematokrit : 39.6 %
- Trombosit : 83.000/mm3
- % Limfosit : 48.3 %
- % Granulosit : 40.0 %

A: DF dd DHF

P: - Terapi lanjut
Periksa darah lengkap besok pagi

Minggu, 19 Jan 2017 jam 07.00 WIB (Hari rawat ke-4, hari sakit ke-6)
S: Keluhan demam tidak ada, keluhan sakit kepala tidak ada, nafsu
makan membaik, minum banyak, BAB (+) 1x konsistensi keras, BAK
(+) banyak.
O: KU: CM, tampak baik
TD: 110/70 mmHg RR: 22 x/menit, HR : 88 x/menit, T: 36,40 C BB:
35 kg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya

Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada tanggal 19 Februari 2017


di laboratorium RSKH dengan hasil:
- Leukosit : 4.700/mm3
- Eritrosit : 4.62 juta/mm3

9
- Hemoglobin : 12.9 g/dl
- Hematokrit : 36.1 %
- Trombosit : 135.000/mm3
- % Limfosit : 47.0 %
- % Granulosit : 42.9 %
A: DF dd DHF
P: - Boleh pulang
- Ciprofloxacin 2x500 mg

J. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanactionam : Bonam

K. Diagnosis akhir
Demam dengue

L. Ringkasan
Pasien anak Q, usia 12 tahun 4 bulan datang ke RSKH dengan
keluhan febris sejak 3 hari SMRS. Keluhan demam disertai sakit kepala dan
nyeri pada persendian. Pasien terlihat lemah, tetapi seluruh pemeriksaan fisik
pada pasien dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium pada pasien
didapatkan trombositopeni. Pasien didiagnosis menderita demam dengue dan
dirawat di RSKH selama empat hari. Selama masa perawatan, keluhan febris
pada pasien tidak lagi ada. Pasien diberikan terapi berupa infus ringer laktat,
injeksi parasetamol dan injeksi amoksisilin serta psidii oral. Selama di RS
pasien tidak lagi febris dan pada pemeriksaan darah selalu terjadi peningkatan
trombosit mulai hari ke 3 dirawat sehingga besokknya pasien diperbolehkan
pulang. Pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat di rumah dan diberikan
obat pulang berupa ciprofloxacin oral.

M. Pembahasan

10
Permasalahan pada kasus ini adalah penegakan diagnosis, komplikasi,
tatalaksana dan prognosis. Demam merupakan kekhawatiran ibu tersering
pada anak dan merupakan penyebab sepertiga dari kunjungan orang tua ke
dokter.1 Pada kasus ini, anak Q berusia 12 tahun 4 bulan mengalami demam
akut yang baru berlangsung selama tiga hari. Keluhan demam dirasakan
mendadak tinggi dan dirasakan sepanjang hari dengan disertai sakit kepala
dan nyeri pada persendian. Pasien tidak mengalami pilek, batuk, sesak nafas
dan nafas cepat. Keluhan demam juga tidak disertai penurunan kesadaran,
kejang, nyeri menelan, nyeri telinga, nyeri berkemih serta tidak ada
perdarahan baik perdarahan gusi, mimisan, BAB hitam maupun petekie. Pada
pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kelainan pada pasien, hanya saja
pasien tampak lemas. Uji tourniquet pada pasien tidak menujukkan hasil
apapun. Pada pemeriksaan darah lengkap pasien ditemukan leukopeni dan
trombositopenia sedangkan pada pemeriksaan widal didapatkan hasil yang
negatif. Sehingga pasien didiagnosis dengan demam dengue.
Demam dengue merupakan demam akut dengan tipe bifasik yang
memiliki gejala sakit kepala, mialgia, atralgia, ruam, leukopenia dan
trombositopeni.2 Demam merupakan tanda utama dari demam dengue, demam
mendadak tinggi selama 2-7 hari,disertai lesu, tidak mau makan serta muntah,
diare kadang-kadang ditemukan dan perdarahan yang paling sering ditemukan
adalah perdarahan kulit dan mimisan.3
Pada awal penyakit, dignosis banding mencakup infeksi bakteri,
virus atau protozoa seperti demam tifoid, demam chikungunya, leptospirosis,
dan malaria. Demam chikungunya sangat menular dan biasanya seluruh
keluarga terkena dengan gejala demam mendadak, masa demam lebih pendek
yaitu 1-2 hari, suhu lebih tinggi, hampir selalu diikuti dengan ruam
makulopapular dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah
demam chikungunya lebih sering ditemukan leukopeni dan sangat jarang
ditemukan trombositopeni.3,4 Demam chikungunya tidak mendukung
diagnosis pada pasien ini karena memiki masa demam yang lebih lama, tidak
adanya keluarga dan tetangga yang demam chikungunya serta terdapat

11
trombositopeni walaupun ada beberapa gejala demam chikungunya yang ada
pada pasien ini.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut
ditandai oleh adanya panas badan, gangguan saluran cerna, gangguan pola
buang air besar, hepatomegali/splenomegali, dan beberapa gejala umum yang
lain serta didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam
tifoid (titer Widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan.4 Pada
pasien ini hanya demam akut dan gangguan saluran cerna berupa tidak ada
BAB selama 2 hari yang mendukung ke demam tifoid tetapi pada pemeriksaan
widal menunjukkan hasil yang negatif.
Malaria juga bisa dijadikan diagonis banding pada pasien ini. Pada
malaria terdapat demam (intermiten), menggigil, berkeringat, dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot. Penderita biasanya
berasal/berkunjung ke daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria dan
riwayat mendapat transfusi darah. Sedangkan pada pasien ini didapatkan
demam bifasik, tidak ada gejala menggigil dan berkeringat serta tidak
memiliki riwayat perjalanan ke daerah endemis maupun mendapatkan
transfusi sebelumnya.3
Umumnya pasien DBD pulih dalam waktu dua minggu. Namun,
pada kasus kasus tertentu dapat kita jumpai munculnya komplikasi pada
pasien DBD berupa dengue shock syndrome,ensefalophati dengue, kelainan
gnjal dan edema paru.3,5
Dengue shock syndrome dikarakterisasikan dengan adanya tanda
tanda kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
turun ( 20 mmHg), hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur), akral
dingin dan gelisah. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat
sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali mendahului perdarahan
gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab yang dapat
dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya perdarahan gastrointestinal yang
hebat.5

12
Ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi tanpa disertai syok. Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi
penyebab terjadinya ensefalopati.5
Syok yang berkepanjangan menyebabkan turunya perfusi jaringan
ginjal sehingga menimbulkan gagal ginjal akut. Pada keadaan syok berat
sering kali dijumpai acute tubular necrosis yang ditandai penurunan jumlah
urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.5
Edema paru adalah komplikasi terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan edema paru
oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi
reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih,
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata.5
Terapi pada pasien demam dengue hanya bersifat suportif karena
tidak ada terapi yang bersifat kausatif. Pasien disarankan untuk tirah baring
dan berikan edukasi serta suportif untuk memenuhi nutrisi dan cairan peroral.
Terapi medikamentosa berupa cairan Ringer lactat melalui jalur intravena
secara maintenance 20 tpm makro,pasien juga diberikan paracetamol jalur IV
400mg per 8 jam jika demam serta psidii untuk membantu menaikkan
trombosit pasien. Walaupun demam dengue disebabkan oleh virus, infeksi
bakteri dapat muncul sebagai salah komplikasi yang ditandai dengan demam
persisten selama lebih dari 72 jam atau hipertermia berulang setelah 72 jam.6
Sehingga pada pasien ini berikan terapi ampicillin. Pasien memiliki respon
yang baik terhadap infeksi demam dengue, hal itu dibuktikan terdapat
perubahan gejala klinis yang membaik pada pasien juga terdapat peningkatan
trombosit, sehingga hari ke empat di RS pasien dibolehkan pulang dengan
mendapat obat pulang berupa paracetamol yang bisa diminum ketika demam
serta anbiotik ciprofloxacin. Pasien pulang dalam kondisi tidak demam selama
24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, secara klinis tampak

13
perbaikan, hematokrit stabil, jumlah trombosit > 50.000/l dan tidak dijumpai
distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).7
Terapi yang cepat, tepat dan adekuat memberikan prognosis yang
baik. Angka kematian penyakit demam dengue masih tergolong tinggi.
Perjalanan penyakit pada anak-anak umumnya lebih berat dibandingkan
dengan orang dewasa

1 National Institute for Health and Clinical Excellence. Fever In Under 5s:
Assessment And Initial Management. NICE Clinical Guideline [CG160];
2013.
2 Word Health Organization.Dengue Guidline for Diagnosis, Treatment,
Prevalention and Control. 2009
3 IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, hal: 253, Jakarta, IDAI.
4 Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 5.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD, 2015.
5 Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Demam Berdarah Dengue
in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI. Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007 Jakarta.
H.1711
6 PMC Pitrez & Pitrez JLB. Acute upper respiratory tract infections -
outpatient diagnosis and treatment. J Pediatr (Rio J) vol. 3 no. 79 suppl. 1;
2003: h. S77-86.
7 Suhendro, Nainggolsn L, Chen K, Pohan HT. 2009. Demam Berdarah
Dengue. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta. Interna Publishing.
2773-2779

14
15

Anda mungkin juga menyukai