TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keamanan
2.1.1 Definisi Keamanan
Keamanan adalah keadaan aman dan tenteram (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit atau cedera tapi keamanan juga dapat
membuat individu aman dalam aktifitasnya, mengurangi stres dan meningkatkan
kesehatan umum. Keamanan fisik (biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman
terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis,
elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan
ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman
(Fatmawati, 2009).
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya
fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman
mekanis, kimiawi, termal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait dengan
konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan
sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Dalam konteks hubungan
interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten
dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan
lingkungannya (Asmadi, 2005).
Konsep dasar keamanan terkait dengan kemampuan seseorang dalam
menghindari bahaya, yang ditentukan oleh pengetahuan dan kesadaran serta motivasi
orang tersebut untuk melakukan tindakan pencegahan. Ada tiga faktor penting yang
terkait dengan keamanan yaitu: tingkat pengetahuan dan kesadaran individu,
kemampuan fisik dan mental untuk melakukan upaya pencegahan, serta lingkungan
fisik yang membahayakan atau berpotensi menimbulkan bahaya (Roper, 2002).
2.1.2 Karakteristik Keamanan
1. Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya
klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan,
bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi
keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat
efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan
tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan.
Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan (Fatmawati, 2009).
2.1.3 Klasifikasi Keamanan
1. Keamanan fisik
Mempertahankan keamanan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mencegah ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin
penyakit, kecelakaan, bahaya, pada lingkungan. Pada saat sakit seorang klien
mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infeksi, oleh karena itu bergantung
pada profesional dalam sistem pelayan kesehatan untuk perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih
dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang perawat
mungkin perlu melindungi klien dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur
sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Potter dan
Perry, 2005).
2. Keamanan psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami
apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesional
pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan
dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam
lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis
pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal (Potter dan Perry, 2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan
keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi
perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan terancam
kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah
untuk membantu melindungi mereka dari bahaya (Potter dan Perry, 2005).
10
11
12
gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan kesadaran klien terhadap
keamanan.
Isaack (2014), mengatakan bahwa pengkajian untuk keamanan pasien bisa
dilakukan dengan mengkaji :
1. Riwayat. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
yang signifikan.
a. Kerentanan genetik-biologik (riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres
c. Hasil pemeriksaan status mental
d. Riwayat psikiatrik dan kepatuhan terhadap pengobatan di masa lalu
e. Riwayat pengobatan
f. Penggunaan obat dan alkohol
g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
2. Kaji klien untuk adanya gejala-gejala karakteristik
a. Apakah anda percaya bahwa anda menderita suatu penyakit?
b. Apakah anda pernah dirawat sebelumnya? Apa yang bermanfaat bagi anda
saat itu?
c. Menurut anda, apa yang menjadi kelebihan anda? Apa yang anda anggap
sebagai kesulitan-kesulitan anda?
d. Apakah anda mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain
atau melihat hal-hal yang tidak dilihat oleh orang lain?
e. Apakah anda percaya bahwa seseorang atau sekelompok orang berencana
untuk menentang atau mencoba menyakiti anda?
f. Obat apa yang anda minum? Apakah anda mengalami masalah dengan obat
anda?
g. Siapa yang anda anggap sebagai orang yang dapat membantu dalam hidup
anda?
h. Apa aktivitas anda sehari-hari?
i. Kegiatan dan acara apa yang anda sukai?
3. Kaji sistem pendukung keluarga dan komunitas, termasuk:
a. Pengaturan hidup saat ini dan tingkat pengawasan
b. Keterlibatan dan dukungan keluarga
c. Manajer kasus atau ahli terapi
d. Partisipasi dalam program pengobatan komunitas
13
4. Kaji pengetahuan dasar klien dan keluarga. Kaji apakah klien dan keluarganya
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang:
a. Gangguan skizofrenia
b. Rekomendasi medikasi dan pengobatan
c. Tanda-tanda kekambuhan
d. Tindakan untuk mengurangi stres
5. Analisis gejala positif dan negatif
6. Analisis kekuatan dan kelemahan klien, terutama: kemampuan mengurus diri,
sosialisasi, komunikasi, menguji realitas, keterampilan pekerjaan.
7. Analisis faktor-faktor yang meningkatkan risiko ekspresi perilaku yang tidak
disadari, termasuk: agitasi, maraha, curiga, adanya halusinasi yang mengancam.
2.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Nurjannah (2012), tentang pengkajian keamanan hingga
kemungkinan diagnosa yang muncul, maka dapat diuraikan skema kebutuhan dasar
pada keamanan seperti di bawah ini:
14
Keamanan Risiko pada tahap Faktor risiko terhadap Risiko pada perawatan
Lingkungan perkembangan individu kesehatan
16
17
18
19
20
berbicara dengan nada yang keras dan menolak berbicara dengan orang
lain.
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti: klien mengatakan dekat dengan ibunya.
- Hubungan dengan keluarga: klien mengatakan dekat dengan
keluarganya terutama kepda orang tua dan keenam saudara
kandungnya.
- Hubungan dengan orang lain: klien mengatakan tidak suka terhadap
teman sekamar klien
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan
jika berbicara dengan teman sekamarnya selalu marah kepadanya.
Oleh karena itu klien jarang berbicara kepadanya
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan: klien selalu berdoa disaat pagi dan malam hari
dengan harapan cepat sembuh.
- Kegiatan ibadah: klien hanya berdoa di tempat tidur.
21
22
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ditemukan adanya
kelainan dan letaknya di medial.
- Lubang hidung : normal dan simetris
- Cuping hidung : normal dan tidak ada kelainan
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk antara telinga kanan dan
kiri normal
- Ukuran telinga : ukuran antara telinga kanan dan
kiri simetris.
- Lubang telinga : tidak ditemukan adanya
serumen pada lubang telinga
- Ketajaman pendengaran : dapat mendengarkan dengan
baik
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bibir tampak kering
- Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat bersih,
tidak ditemikan adanya karies
pada gigi
- Keadaan lidah : lidah tampak bersih
- Orofaring : tidak dilakukan pemeriksaan
Leher
- Posisi trachea : posisi trachea normal.
- Thyroid : tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada thyroid.
- Suara : suara terdengar jelas
- Kelenjar limfe : tidak dilakukan pemeriksaan
- Vena jugularis : tidak dilakukan pemeriksaan
- Denyut nadi karotis : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : kurang bersih, adanya bintik
hitam seperti bekas luka pada
kulit klien.
23
24
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : tidak ditemukan adanya luka
ataupun pembengkakan pada
abdomen
- Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
- Anus dan perineum : tidak dilakukan pemeriksaaan
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas: kekuatan otot dalam
rentang normal, tidak ditemukan edema pada kedua ekstremitas klien.
Hanya saja tampak kurang bersih pada kedua ekstremitas bawah klien.
Pemeriksaan neurologi: tidak dilakukan pemeriksaan secara khusus
pada neurologi
Fungsi motorik: berfungsi dengan baik. Klien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri: berjalan, ganti pakaian, mandi, makan, buang
air besar dan kecil
25
26
27
Klien tampak
gelisah, duduk
sendiri saat waktu
tidur
Deprivasi tidur
28
29
30
Hari/ No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, 2. Tujuan dan Kriteria Hasil :
03 Juni 2014 Klien menunjukkan tidur/sleep yang dibuktikan oleh skala 3:
1. Jam tidur minimal 5 jam/24 jam dengan skala 3
2. Jumlah waktu tidur yang terobservasi dengan skala 3
3. Pola tidur dengan skala 3
4. Kualitas tidur dengan skala 3
5. Efisiensi tidur (rasio tidur/jumlah waktu tidur) dengan
skala 3.
Rencana Tindakan Rasional
Peningkatan tidur; dengan 1. Memfasilitasi siklus
aktivitas; tidur dan bangun yang
Pantau pola tidur dan teratur
jumlah tidur klien 2. Menciptakan
Menyesuaikan keamanan untuk
lingkungan untuk peningkatan alam
31
32
33
halusinasi yang
diberikan
Mengatakan gagasan
untuk bunuh diri
skala indikator 3
dengan manajemen
halusinasi yang
diberikan
Menahan diri untuk
mencari cara bunuh
diri skala indikator 3
dengan manajemen
halusinasi yang
diberikan
Senin, 2 Peningkatan tidur; dengan S: klien mengatakan sulit
02 Juni 2014 aktivitas; untuk tidur akibat suara-
1. Memantau pola tidur dan suara yang memintanya
jumlah tidur klien untuk bunuh diri.
2. Menyesuaikan
lingkungan untuk
mempromosikan tidur O: klien tidak tidur saat
Manajemen halusinasi; dengan waktu tidur dan hanya
aktivitas; duduk di tempat tidur.
1. Membina hubungan
kepercayaan kepada
klien, A: masalah teratasi sebagian
2. Menciptakan lingkungan
yang aman,
3. Memberikan kesempatan P:
kepada klien untuk Jam tidur minimal 5
mendiskusikan jam/24 jam skala
halusinasinya, indikator 3 dengan
manajemen
34
35