Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
1. Definisi
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah,2005).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari

(Depkes, 2011)
2. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain itu penyebab

lain seperti malabsorbsi. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit

pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran

pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare,

karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan

penanggulangannya (Ngastiyah 2005).


Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi (Widoyono, 2005):
a. Virus : Rotavirus ( 40-60 %), Adenovirus.
b. Bakteri : Escherichis coli ( 20 30 %), Shigella sp. ( 1-2%), Vibrio

cholerae, dan lain-lain.


c. Parasit: Entamoeba histolityca (<1%), Giardia Lamblia,

Cryptosporidium (4-11%)
d. Keracunan makanan
e. Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, dan protein.
f. Alergi : makanan, susu sapi.
g. Imunodefisiensi : AIDS
3. Penularan
Penyakit diare sebagian besar ( 75%) disebabkan oleh kuman seperti

virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi

dengan mekanisme berikut ini ( Widoyono, 2005):

10
11

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat

terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah

tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar dari perjalanan

sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di

rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air

pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.


b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung

virus atau bakteri dalam jumlah besar.Bila tinja tersebut dihinggapi

oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di

makanan. Maka, makanan itu dapat menularkan diare ke orang

yang memakannya.
4. Faktor yang meningkatkan risiko diare adalah:
a Pada usia empat bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. ( ASI

eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan.)

Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena

diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap

infeksi.
b Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol

akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan

terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang

bila susu tidak segera diminum.


c Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan

menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan

peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi

perkembangan mikroba
d Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah

buang air besar (BAB) akan memymngkinkan kontaminasi langsung.


5. Gejala dan Tanda
12

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain (Widoyono, 2005) :


a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas

diare.
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroentritis akut.
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala

diare
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis, bahkan gelisah


b. Gejala spesifik
1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras

atau berbau amis


2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah
c. Berdasarkan derajat dehidrasi akibat diare, diare dibedakan

menjadi tiga yaitu :


1) Tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
a) Keadaan umum baik, sadar
b) Mata tidak cekung
c) Minum biasa tidak haus
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali segera
2) Dehidrasi ringan atau sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
a) Gelisah, rewel
b) Mata cekung
c) Ingin minum terus, ada rasa haus
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali lambat
3) Dehidrasi berat
Bila terdapat tanda dua atau lebih :
a) Lesu, lunglai / tidak sadar
b) Mata cekung
c) Malas minum
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali sangat lambat
6. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah dengan promosi kesehatan, antara lain:
a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah tiga tidak

yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa


b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk

mematikan sebagian besar kuman penyakit.


c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,

sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB).


d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.
13

e. Menggunakan jamban yang sehat.


f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
B. Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,

2006). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), Balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
C. Keterampilan Penanganan Awal Diare Balita Di Rumah
1. Keterampilan
a Pengertian
Keterampilan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Memberikan keterampilan

kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri

(Notoatmodjo, 2007). Keterampilan ibu dalam melakukan penanganan

awal diare di rumah merupakan bentuk pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan secara mandiri untuk keluarganya.


b Kriteria Tingkat Keterampilan
Menurut Sugiyono (2008), tingkat keterampilan dapat diukur

menggunakan skala pengukuran rating scale. Rating scale

merupakan data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan dalamp engertian kualitatif. Rating scale lebih fleksibel,

tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur

persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk

mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,

keterampilan, dan proses kegiatan. Menurut Arikunto (2010), rating

scale dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengukuran

keterampilan dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

menabsorbsi tindakan atau kegiatan responden dan secara tidak

langsung (Notoatmodjo,2007)
14

1) Langsung, dengan observasi atau mengamati terhadap perilaku

sasaran (respoden), dengan menggunakan lembar tilik (check

list)
2) Tidak langsung
a) Metode recall atau mengingat kembali terhadap apa yang

telah dilakukan responden.


b) Melalui orang ketiga (orang) lain yang dekat dengan

responden yang diteliti


c) Melalui indikator (hasil perilaku) responden
2. Penanganan Awal Diare Pada Balita di Rumah
Dalam Suraatmaja (2007) menjelaskan saat ini WHO menganjurkan

4 hal utama yang efektif dalam menangani anak balita yang menderita

diare akut, yaitu penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan

secara oral untuk mencegah dehidrasi yang sudah terjadi,

pemberianmakanan terutama ASI selama diare dan pada masa

penyembuhan diteruskan, tidak menggunakan obat anti diare serta

petunjuk yang efektif bagi ibu dan pengasuh tentang perawatan anak

yang sakit di rumah.


Menurut Kemenkes RI 2011, prinsip tatalaksana diare pada balita

adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang didukung oleh

Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi

bukan cara satu-satunya untuk mengatasi diare tetapi rehidrasi dapat

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau

menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

serta menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program Lintas Diare

yaitu rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, zinc diberikan

selama 10 hari berturut-turut, meneruskan pemberian ASI dan makanan,

antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.


Yang harus dilakukan saat penanganan awal diare adalah
a Menentukan tingkat dehidrasi anak
15

b Penanganan awal diare (Depkes, 2010)


1) Memberikan cairan tambahan sebanyak anak mau (ad libitum)
a) Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap

kali pemberian
b) Jika anak sudah tidak mendapat ASI, memberikan satu

atau lebih cairan berikut :


(1) Cairan makanan
(2) Air matang
Air matang harus diberikan dalam jumlah banyak

karena air lebih cepat diabsorbsi oleh usus.


(3) Air tajin
Cara pembuatan air tajin untuk penanganan awal diare

adalah tiga liter air ditambah 100 gram atau enam

sendok makan beras dimasak selama 45 sampai 60

menit. Setelah masak dua liter air tajin ditambah lima

gram garam (Sudarti, 2010).


(4) Larutan Gula Garam (LGG)
Komposisi larutan gula garam mendekati ideal untuk

mencegah diare, namun begitu untuk menyiapkannya

membutuhkan takaran yang tepat yaitu gula, garam

dan air. Cara pembuatan LGG adalah


(a) Mencuci tangan dengan sabun
(b) Menyiapkan alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan larutan gula

garam antara lain gelas ukuran sedang dan sendok

teh. Bahan yang digunakan dalam pembuatan

larutan gula garam adalah gula, garam, dan air

matang.
(c) Menambahkan 1 sendok teh gula pasir dan

seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas

(200 ml) air matang kemudian diaduk dengan rata

(Depkes, 2011)
16

2) Memberikan oralit
a) Pengertian
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti

natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium

sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat (Depkes, 2011)


b) Manfaat
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit

dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air

sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak

mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh

sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan

garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan

baik oleh usus penderita diare.


c) Dosis
Anak kurang dari 1 tahun diberikan 50 sampai 100 ml

setiap kali berak. Umur satu sampai lima tahun diberikan

100 200 ml setiap kali berak


d) Cara Pemberian
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air

matang (200 cc). Memberikan cairan oralit setiap kali

anak berak. Diminum sedikit-sedikit tapi sering. Jika anak

muntah, tunggu 10 menit. Kemudian melanjutkan

pemberian dengan lebih lambat (Depkes, 2011).

3) Memberi tablet zinc selama 10 hari


a) Pengertian
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting

untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada


17

dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika

anak mengalami diare.


Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani

kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu

pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini

didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003)

yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan

pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti

menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak

sampai 40% (Depkes, 2011)


b) Manfaat
Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak

dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan

diare serta menjaga agar anak tetap sehat.


c) Dosis
Dosis tablet Zinc ( 1 tablet = 20 mg), memberikan dosis

tunggal selama 10 hari sesuai umur. Umur 2 -6 bulan

diberikan setengah tablet. Umur lebih dari 6 bulan

diberikan satu tablet. Zinc diberikan satu kali sehari selama

10 hari berturut-turut.

d) Cara Pembuatan
Melarutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam

sendok teh (tablet akan larut dalam 30 detik),


e) Cara Pemberian
(1) Segera memberikan kepada anak.
(2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah

pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara

memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa

kali hingga satu dosis penuh.


18

(3) Memberikan tablet zinc setiap hari selama 10 hari

meskipun diare sudah berhenti. Pemberian zinc harus

tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal

ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh

terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 3

bulan ke depan.
4) Melanjutkan pemberian makan
a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama

pada waktu anak sehat


b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi

makan
c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang,

air kelapa hijau.


d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih

kecil (setiap 3-4 jam)


e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan

makanan tambahan selama 2 minggu


Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini

mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan

tambahan diperlukan pada masa penyembuhan (Widoyono,

2005).
5) Segera ke petugas kesehatan jika anak :
a) Berak cair lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan dan minum sangat sedikit
e) Timbul demam
f) Berak berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari
Jika diketahui anak mengalami dehidrasi ringan-sedang atau

berat segera lakukan penanganan awal diare di atas kemudian

membawa anak ke petugas kesehatan.


19

D. Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Penanganan Awal Diare di

Rumah

Perilaku Kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terdapat stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.


Teori yang mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,

salah satunya adalah teori dari Lawrence Green, 1980 (Mubarak, 2007).
Keterampilan penanganan awal diare merupakan salah satu bentuk

perilaku kesehatan karena masih berkaitan dengan respon seseorang

terhadap sakit dan penyakit. Penanganan awal diare dipengaruhi oleh

beberapa faktor berdasarkan teori Lawrence Green tentang perilaku

kesehatan antara lain :


1. Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak, 2007). Semakin

individu tahu mengenai diare, penyebab, dan dampaknya. Maka,

individu tersebut akan lebih bertindak dalam pencegahan dan

penanganan diare.
1) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat

memahami. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin luas wawasan yang dia miliki (Mubarak, 2007).


20

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) berupa UU

RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan

dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi

SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak

wawasan yang dia ketahui.


b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007).


c) Umur
Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental) ( Mubarak,2007). Penelitian

yang dilakukan oleh para peneliti University College London,

Inggris, menunjukkan fungsi otak manusia memburuk pada

awal usia 45 tahun (Hadi, 2012).


d) Minat
Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menenkuni suatu hal dan pada akhirnya

diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak,

2007).
e) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

(Mubarak, 2007). Seseorang yang memiliki pengalaman lebih

banyak akan memiliki pengetahuan yang luas dari

pengalamannya tersebut.
f) Kebudayaan
21

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengarus besar terhadap pembentukan perilaku (Mubarak,

2007).
g) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan

yang baru (Mubarak, 2007). Riyanto (2013) menyatakan

bahwa semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.


Sumber informasi secara langsung adalah seseorang yang

diistilahkan dengan informan. Sedangkan sumber informasi

kegiatan tuturan tidak langsung umumnya diperoleh melalui

media elektronik misalnya televisi, radio, VCD, dan internet.


Beberapa dalam mendapatkan informasi (Maulana, 2013):
a) Media cetak seperti buklet, leaflet, poster,foto.
b) Media elektronik seperti televisi, radio, video,slide.
c) Media papan, media yang dipasang ditempat umum
d) Media hiburan, pameran
2) Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Sedangkan

kualitas pengetahuan pada masing-masing pengetahuan dapat

dilakukan dengan scoring, dimana dikatakan baik jika skor 76%,

dikatakan cukup jika skor 56%-75%, dikatakan kurang jika skor

<56% (Arikunto, 2010)


b. Sikap ( attitude)
1) Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Manisfestasi sikap tidak dapat

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan.Sikap merupakan

kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk


22

berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek

akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Maulana,

2013). Sikap seorang ibu dalam penanganan awal diare

merupakan suatu bentuk reaksi atau respon yang terhadap suatu

kasus diare.
2) Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), komponen

pokok sikap meliputi kepercayaan, ide, konsep, kehidupan

emosional atau evaluasi, dan kecenderungan bertindak terhadap

suatu objek
Menurut Azwar (1995), sikap memiliki tiga komponen yang

membentuk struktur sikap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif

(Maulana, 2013).
a) Komponen kognitif
Komponen kognitif disebut juga komponen perceptual,

yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi

individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan

diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,

kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain


b) Komponen Afektif (komponen emosional)
Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif

individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa

senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi

emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai

sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.


c) Komponen Konatif (komponen perilaku)
Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan

bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.


3) Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap

dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan


23

(assessment) dan pengukuran sikap (Azwar S, 2011).


Menurut Azwar S (2011) , cara untuk melakukan pengukuran

sikap denganm,enggunakan metode Likert. Menurut Likert sikap

dapat diukur dengan metode rating yang dijumlahkan (Method of

Summated Ratings). Metode ini merupakan metode penskalaan

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai

dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan

tidak ditentukan oleh derajat favourablenya masing-masing akan

tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju

dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji

coba (pilot study). Prosedur penskalaan dengan metode rating

yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar S, 2011), yaitu:


(1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat

disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau

pernyataan yang tidak favourable


(2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai

sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi

daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang

mempunyai pernyataan negative.

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor

individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan

membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau

mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar

S, 2011).

Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam

skala model Likert adalah skor-T, yaitu


24

T = 50 + 10 [ X X
s ]
Keterangan:

X= Skor responden pada skala sikap yang diubah skor T

X = Mean skor kelompok

s= Deviasi standar skor kelompok

Perlu pula diingat bahwa perhitungan harga X dan s tidak

dilakukan pada distribusi skor total keseluruhan responden,

yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan

pernyataan (Azwar S, 2011).

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T

agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada

banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung pada mean

dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T yang

didapat lebih besar dari nilai mean maka mempunyai sikap

cenderung lebih favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T

yang didapat lebih kecil sama dengan nilai mean maka

mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif

(Azwar S, 2011).

c. Tindakan
Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas dan dukungan (Mubarak, 2007). Seorang

ibu yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik mengenai


25

diare belum tentu akan bertindak dalam penanganan awal diare .


d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio

psikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal

hal gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa hal itu benar atau salah.

Kepercayaan sering dapat bersifat rasional dan irasional.

Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan seseorang

terhadap suatu hal masuk akal. Kepercayaan dibentuk oleh

pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Kepercayaan yang

tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar dan lengkap akan

menyebabkan kesalahan bertindak (Notoadmodjo, 2010).

Kepercayaan seorang ibu terhadap penanganan awal diare yang

dapat menyembuhkan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam

melakukan penanganan itu sendiri.


e. Keyakinan
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia

saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah

mencapai kebenaran. Seseorang yang memiliki keyakinan tentang

sesuatu hal atau perilaku akan cenderung kepada perilaku itu

sendiri (Vardiansyah, 2008). Seorang ibu yang memiliki keyakinan

bahwa penanganan awal diare dapat meringankan kesakitan diare

akan dengan mudah melakukan penanganan awal diare kepada

anaknya.
f. Nilai-nilai
Menurut M.Z. Lawang nilai adalah gambaran mengenai apa

yang diinginkan, yang pantas, berharga dan dapat mempengaruhi

perilaku sosial dari orang yang bernilai. Nilai dimasyarakat dimana

seorang individu tinggal akan mempengaruhi perilakunya. (Djamil


26

&Darmawati, 2011)
2. Faktor pendukung
Faktor pendukung terdiri dari faktor fisik, tersedianya sarana

prasarana kesehatan serta kemudahan dalam mencapai tempat

pelayanan kesehatan. (Mubarak, 2007). Ketersediaan alat dan bahan

dalam penanganan awal diare seperti gula, garam, oralit, atau zinc akan

mempengaruhi ibu dalam penanganan awal diare.

3. Faktor pendorong
Faktor pendorong terdiri dari petugas kesehatan yang kompeten,

sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan (Mubarak, 2007). Perilaku petugas kesehatan yang

memberikan informasi atau penyuluhan tentang penanganan awal diare

akan mempengaruhi ibu dalam perilaku penanganan awal diare.

E. Dampak Penanganan Awal Diare yang Tidak Benar

Jika penanganan awal diare tidak dilakukan dengan benar, dapat

menyebabkan terjadi dehidrasi yang semakin parah atau terjadi

hiponatremia. Dari kedua dampak tersebut dapat menyebabkan komplikasi

yang lebih buruk, bahkan kematian.


1. Terjadi Dehidrasi atau Dehidrasi lebih parah
Jika pemberian terlalu sedikit atau tidak diberikan cairan tambahan

sebagai penanganan awal diare maka dapat menyebabkan dehidrasi atau

dehidrasi yang terjadi semakin parah. Dehidrasi dapat menyebabkan

masalah yang lebih serius antara lain kerusakan otak, aritmia jantung

(irama jantung abnormal), koma, ketidakseimbangan elektrolit, gagal

ginjal, syok bahkan kematian (James, dkk. 2008)


2. Hiponatremia
Jika penanganan awal diare tidak benar dikarenakan ketidak

ketahuan orang tua dalam pemberian cairan, akan berdampak lebih buruk

pada diare anak.


27

Pemberian minuman seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman

olah raga (sports drink) umumnya mengandung kadar karbohidrat dan

osmolaritas yang tinggi. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare

osmotik yang lebih berat disamping mengandung kadar Na yang rendah

sehingga sering menyebabkan hiponatremia kondisi dimana konsentrasi

natrium yang rendah di dalam darah (Hegar, 2014). Hiponatremia bersifat

dapat menyebabkan confusion, koma, dan kejang (Patrick, 2006)

F. Landasan Teori

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, frekuensinya lebih sering (biasanya

tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2011). Balita adalah anak

yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan

pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Keterampilan

penanganan awal diare pada balita adalah Lintas Diare (Lima Langkah

Tuntaskan Diare) yaitu pemberian cairan tambahan, pemberian oralit,

pemberian zinc, penambahan pemberian makanan, dan nasihat petugas

kesehatan. Keterampilan ibu dalam penanganan awal diare dipengaruhi

oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan

faktor penguat. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap,

tindakan, kepercayaan keyakinan dan nilai-nilai. (Notoadmodjo, 2010).

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan

informasi (Mubarak, 2007). Komponen sikap terdiri dari komponen

kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Dampak diare jika tidak
28

tertangani dengan benar antara lain dehidrasi semakin memburuk dan

hiponatremia.

G. Kerangka Konsep

Karakteristik Pengetahuan
Keterampilan
1. Umur
2. Pendidikan Penanganan
3. Paparan Awal Diare
Informasi Sikap
4. Sumber
Paparan
Informasi

Keterangan :
Variabel yang diteliti

Arah hubungan tidak diteliti (tidak dianalisis)

Gambar 1. Kerangka Konsep

H. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu dalam

penanganan awal diare pada balita di Dusun Papringan, Sleman tahun 2015?

Anda mungkin juga menyukai