Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

Politikus Belanda, Geert Wilders, sebut orang Maroko 'sampah'

19 Februari 2017

Hak atas fotoEPA

Pemimpin Partai untuk Kebebasan (PVV) di Belanda, Geert Wilders, memulai


kampanye pemilihan umum dengan menyebut banyak orang Maroko 'sampah'.

Komentar Wilders mengemuka di Spijkenisse, kantung kekuatan PVV dengan warga dari
etnis yang beragam dekat Rotterdam, pada Sabtu (18/02).
"Ada banyak orang Maroko sampah di Belanda yang membuat jalan-jalan tidak aman. Jika
Anda ingin menguasai kembali negara Anda, buatlah Belanda untuk rakyat Belanda lagi,
maka Anda bisa memilih hanya untuk satu partai," kata Wilders, yang menekankan "tidak
semuanya sampah".

Wilders, politikus anti-Muslim, endus kemenangan di pemilu Belanda


PM Belanda minta orang yang tidak suka tinggal di sana agar pergi
Politisi anti-Islam, Geert Wilders, bersalah menghina satu kelompok

Ucapan Wilders ditentang sekelompok demonstran yang juga muncul di Spijkenisse.

"Hal-hal yang akan dia perbuat membuat saya sangat, sangat takut," kata Emma Smeets,
sebagaimana dikutip kantor berita Associated Press.

"Banyak orang sudah terbiasa dan mereka tak lagi memprotes. Saya pikir penting untuk
menyuarakan suara Anda, bahwa Anda tidak sepakat dengan keadaan yang terjadi, juga
berinteraksi langsung dengan orang-orang yang memilih dia," tambah Smeets.

Yang Wilders inginkan:

"Mendeislamisasi Belanda"membuat Belanda tak lagi menerima imigran atau


pencari suaka dari negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Melarang jilbab di tempat umum, melarang ungkapan khas umat Muslim yang
melanggar ketertiban umum

Melarang Al-Quran, menutup masjid-masjid, dan sekolah-sekolah Islam.

Belanda keluar dari Uni Eropa

Mendeportasi pelaku tindak kriminal yang memiliki dwi-kewarganegaraan

Menurunkan pajak pemasukan, membatasi usia pensiun pada 65 tahun, memangkas


biaya perawatan kaum jompo

Komentar Wilders mengenai orang Maroko dilontarkan sebelum Belanda menggelar


pemilihan umum pada 15 Maret 2017 untuk memilih 150 anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

PVV pimpinan Wilders saat ini menduduki 12 dari 150 kursi. Namun, rival terdekatnya,
Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) pimpinan Perdana Menteri Mark
Rutte, tampak lebih unggul dalam jajak pendapat terkini.

Situasinya bakal lebih sulit bagi PVV, karena kalaupun PVV meraih banyak suara, partai
tersebut sulit membentuk koalisi mengingat partai-partai besar mengatakan tidak ingin
bekerja sama dengan Wilders.
Ucapan kontroversial

Wilders bukan sekali ini mengutarakan ucapan kontroversial. Tahun lalu, dia disidang selama
tiga pekan setelah kepolisian menerima 6.400 pengaduan tentang pernyataannya dalam
pemilihan daerah di Den Haag.

Dalam pawai politik, dia bertanya apakah para pendukungnya ingin "warga Maroko lebih
sedikit atau lebih banyak di kota Anda dan di Belanda?"

Saat kerumunan pendukungnya berteriak "Lebih sedikit! Lebih sedikit!", Wilders tersenyum
dan mengatakan "Kita akan mengurusnya."

Pada persidangan, sejumlah warga Belanda keturunan Maroko mengatakan komentar Wilders
membuat mereka merasa seperti 'warga kelas tiga'. Wilders kemudian dihukum dengan vonis
menghina kelompok warga dan memicu diskriminasi.

Berdasarkan sensus 2011, ada lebih dari 167.000 warga kelahiran Maroko di Belanda. Jumlah
ini menjadikan warga Belanda kelahiran Maroko sebagai kelompok warga non-Uni Eropa
terbesar di negara tersebut. Jumlah ini diyakini bertambah besar jika menghitung warga
keturunan Maroko dari generasi kedua dan ketiga yang lahir di Belanda.
Tolak Pakai Kerudung, Capres Prancis Batal Bertemu Ulama Lebanon

Khairisa Ferida
21 Feb 2017, 19:40 WIB

738
Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Perancis, Barisan Nasional (FN) (Reuters)
Liputan6.com, Paris - Pemimpin partai sayap kanan Prancis Front National, Marine Le Pen
yang saat ini mencalonkan diri sebagai presiden memilih membatalkan pertemuan dengan
seorang ulama Lebanon. Alasannya, ia menolak mengenakan penutup kepala.

"Anda dapat menyampaikan salam hormat saya kepada ulama besar, tapi saya tidak akan
mengenakan busana tertutup," ujar Le Pen seperti dikutip dari Itv, Selasa, (21/2/2017).

BACA JUGA

Istri Capres Prancis Diselidiki Atas Dugaan Penipuan

Capres Kontroversial Prancis Kunjungi Rusia, Bertemu Putin?

Frexit dan Imigran Mendominasi Debat Pertama Pilpres Prancis

Pihak ulama Lebanon sebelumnya telah menegaskan bahwa jika pertemuan tersebut hendak
dilakukan maka Le Pen diharuskan memakai penutup kepala.

Kunjungan Le Pen ke Lebanon merupakan bagian dari kampanyenya. Semula, ia dijadwalkan


akan bertemu dengan Sheikh Abdel-Latif Derian pada Selasa pagi waktu setempat.

Tak lama setelah ia tiba di kantor Sheikh Abdel-Latif Derian, salah seorang staf di sana
memberi penutup kepala. Namun Le Pen menolak.
Le Pen membela diri bahwa sebelumnya ia pernah bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar,
Syekh Ahmed el-Tayyib tanpa mengenakan penutup kepala. Setelah diberitahu bahwa
peraturan di Lebanon berbeda, politisi perempuan itu memutuskan berjalan menuju mobilnya
dan pergi dari tempat itu.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa Le Pen mungkin saja mendapat perolehan suara tertinggi
di putaran pertama pilpres yang akan berlangsung pada April mendatang. Meski demikian
berkembang spekulasi bahwa ia akan kalah dalam putaran kedua pada bulan Mei.

Belum lama ini, Le Pen yang merupakan putri dari pendiri Front National, Jean Marie Le Pen
menggebrak kampanye pilpres Prancis dengan berjanji akan melindungi rakyat negara itu
dari globalisasi. Ia juga menjanjikan "kebebasan".

Perempuan berusia 48 tahun itu optimis bahwa kebangkitan populisme di Barat akan sangat
membantunya dalam meyakinkan warga untuk memilihnya.

"Kita diberitahu bahwa Donald Trump tidak akan pernah memenangkan pilpres AS,
bertentangan dengan media, berlawanan dengan kemapanan, tapi dia menang. Kami
diberitahu bahwa Marine Le Pen tidak akan menang dalam pilpres presiden, tapi pada 7 Mei
dia akan menang!," tegas Jean-Lin Lacapelle, seorang petinggi Front National.

Le Pen mengingatkan banyak orang pada sosok Donald Trump. Keduanya, penuh dengan
pemikiran kontroversial.

Dalam 144 "komitmen" yang dirilis saat kampanye dua hari di Lyon, Le Pen mengusulkan
agar Prancis melaksanakan referendum untuk menentukan nasib keanggotaannya di Uni
Eropa, menanggalkan mata uang euro, menetapkan pajak besar atas impor dan tenaga kerja
asing, menyarankan penurunan batas usia pensiun, dan meningkatkan beberapa tunjangan
kesejahteraan sambil menurunkan pajak penghasilan.

Politisi itu juga berkomitmen untuk memperketat aturan imigrasi dan membawa Prancis
keluar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Tujuan dari program-program ini adalah agar Prancis mendapatkan kebebasannya kembali
dan memberikan rakyat suara," terang Le Pen pada bagian pendahuluan manifestonya.
Apa Itu Brexit Dan Apa Pengaruhnya ?

BY FSM TEAM PUBLISHED JUNE 20, 2016


Pengertian Brexit

Brexit adalah singakatan dari Britain dan Exit yang kemudian disingkat menjadi Brexit. Hal
ini seperti kejadian beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Yunani dengan singkatan Grexit
(Greek Exit). Brexit merupakan sebuah wacana dimana Inggris menyatakan akan
meninggalkan/keluar dari Uni Eropa atau tidak sehingga diadakan pengambilan suara
(referendum) yang dilakukan oleh para warga negara Inggris dan 18 warga
negara Commonwealth.

Tentang Brexit Dan Pengaruhnya

Referendum Brexit saat ini menjadi suatu hal yang sangat penting bagi para trader forex
khususnya yang melakukan trading dengan mata uang GBP (Pound). Pengambilan
suara/referendum ini akan diadakan pada Kamis 23 Juni waktu setempat dimana akan ada
pengumuman keputusan Inggris Raya tetap bergabung dengan Uni Eropa atau keluar.

Pada awalnya, Perdana Menteri David Cameron berjanji akan mengadakan referendum jika ia
berhasil memenangkan pemilihan umum 2015 ketika menanggapi para anggota parlemen
bahwa Inggris tidak mempunyai hak suara di Uni Eropa sejak tahun 1975. Pada saat itu
Cameron menyatakan Ini saatnya bagi warga negara Inggris untuk mengambil hak suaranya.
Ini adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan urusan Uni Eropa dalam politik Inggris.
Warga Negara Inggris, Irlandia dan lebih dari 18 warga negara Commonwealth lainnya yang
tergabung dalam Inggris raya siap mengambil keputusan apakah Inggris tetap tergabung
didalam Uni Eropa atau meninggalkannya pada 23 Juni nanti.

Brexit adalah suatu agenda politik yang penting dan dapat memberi dampak terhadap pasar
keuangan Eropa nantinya. Pada Januari David Cameron berusaha membuat kesepakatan
dengan para pemimpin Uni Eropa untuk mengubah kedudukan keanggotaan Inggris di
Organisasi tersebut. Dia mengatkan bahwa kesepakatan yang adil adalah jika ingin Inggris
tetap tergabung didalam Uni Eropa maka Inggris harus mendapatkan status khusus dari 28
negara anggota lainnya. Dimana hal tersebut akan membuat hak suara Inggris
dipertimbangkan oleh negara anggota lainnya, seperti tingkat imigrasi yang tinggi dan
menyerahkan Inggris untuk mengontrol perkembangan usahanya sendiri dalam segala aspek.

Para analis dan ekonom sedikit menyindir dari isi kesepakatan tersebut, dimana kesepakatan
itu akan membuat perbedaan yang tidak lebih baik dari apa yang telah Cameron janjikan
yaitu referendum.

Poin utama dalam kesepakatan tersebut diantaranya :

Pembayaran Kesejahteraan Imigran : Cameron menyatakan akan memotong nilai


keuntungan dari para pekerja yang berasal dari Uni Eropa saat mereka mendapatkan
pekerjaan di Inggris dan dapat menghentikan jumlah orang yang datang di Inggris dalam
jumlah besar. Para pendatang baru tidak akan mendapatkan klaim kredit pajak dan
tunjangan kesejahteraan lainnya.
Mempertahankan Poundsterling : Cameron mengatakan bahwa Inggris tidak akan
bergabung dengan Euro. Dia juga menjamin bahwa negara-negara Eropa lainnya tidak
akan mendiskriminasi Inggris karena menggunakan mata uang yang berbeda. Semua
mata uang British yang mengalami Bail Out dari negara Eropa yang memiliki masalah
akan segera diganti dengan mata uang lain.
Tunjangan Anak : Para buruh Imigran masih dapat memberikan tunjangan anak ke
negara asalnya, dimana biaya tunjangan diambil dari patokan biaya hidup dari negara
asal, bukan dari Inggris.
Industri London : Perlindungan bagi industri jasa keuangan di Inggris yang berpusat
di London secara penuh dikontrol oleh Inggris sendiri, sehingga Eropa tidak perlu ikut
campur terhadap segala urusan keuangan yang terjadi di Inggris.
Menjalankan usaha Sendiri : Untuk pertama kalinya komitment bahwa Inggris
bukan negara serikat dengan negara-negara anggota Eropa lainnya. Cameroon ingin
menerbitkan peraturan yang menjamin tidak akan adanya campur tangan dari luar
Inggris terhadap setiap usaha yang dilakukannya. Sehingga Inggris mampu menjalankan
setiap usaha mereka sendiri.

Sebagian warga negara Inggris menginginkan keluar dari Uni Eropa, namun setengahnya
menyatakan ingin terus tergabung bersama Uni Eropa dimana hasil saat ini sebelum
referendum masih berimbang. Banyaknya tuntutan dari Inggris membuat Uni Eropa terlalu
berat untuk mengabulkannya. biaya keanggotaan senilai miliaran pound yang disetorkan per
tahun, sedikitnya hak kontrol terhadap wilayah perbatasan, dan terlalu banyak jumlah imigran
yang datang ke Inggris membuat Inggris harus mengambil wacana tentang keluarnya mereka
dari Uni Eropa. Hal tersebut tentu berlawanan dengan aturan yang digunakan oleh negara
anggota Eropa, seperti misalnya warga negara Uni Eropa tidak perlu menggunakan VISA
untuk pergi dan tinggal di negara Eropa lainnya. Selain itu Inggris ingin mandiri dan berdiri
sendiri, dimana mereka juga menolak sebuah wacana didirikannya negara gabungan United
States of Europe.

Selain beberapa faktor yang menjadi penyebab Inggris ingin keluar dari Uni Eropa, namun
ada juga faktor yang sebenarnya menguntungkan Inggris untuk tetap bertahan di Uni Eropa.

David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris menyatakan bahwa ia ingin Inggris tetap
bersama Uni Eropa, dengan syarat segara permintaan dan kesepakatan yang ia tuntut diterima
oleh Negara anggota Eropa lainnya. Selain itu Partai Buruh, SNP, Plaid Cymru dan Lib Dems
juga mendukung Inggris untuk tetap bergabung. Disisi lain, Barack Obama juga
menginginkan Inggris untuk tetap bersama Uni Eropa seperti Perancis dan Jerman.

Penjualan barang-barang Inggris ke negara-negara Uni Eropa sangat mudah, serta aliran
imigran dalam jumlah besar dimana sebagian besar adalah anak muda yang ingin bekerja di
Inggris bisa menjadi pondasi kuat dalam pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penting bagi
Inggris untuk tetap tergabung di Uni Eropa. Selain itu status Inggris dimata dunia dianggap
lebih aman bersama 28 anggota negara lainnya dibanding jika berjalan sendirian merupakan
faktor penting bagi Inggirs untuk tetap bertahan.

Pengaruh Brexit terhadap perekonomian sangat besar. Dimana jika Inggris masih tetap
tergabung dengan Uni Eropa perputaran bisnis menjadi lebih mudah. Perpindahan uang,
imigran dan produksi dari Inggris ke antar negara Eropa bukan menjadi masalah dan tidak
berbelit-belit.
Dampak jika Ingris keluar dari Uni Eropa

Selain memberikan dampak pergerakan gbp dengan volatilitas tinggi, trend jadi tidak
menentu. Menurut para analisis bank-bank besar, jika Inggris keluar dari Uni Eropa inilah
dampak terburuk bagi GBP:

Goldman Sachs: Pound berpotensi kehilangan 20% dari nilainya saat ini. Bahkan
berkemungkinan merosot sampai posisi 1.20 terhadap Dolar jika sentimen negatif juga
memperburuk hasil referendum. Terinterupsinya aliran dana investasi yang masuk ke Inggris
menjadi salah satu faktornya.

Bank of England : Pada pertemuan terakhirnya pada awal Februari lalu mereka
menyimpulkan kekhawatiran Brexit akan membebani Pounds dimasa mendatang. Investor
kini lebih mengamati hasil referendum dan tidak memperdulikan fundamental lainnya.
Perlemahan Pound yang terjadi sebelum hasil referendum diumumkan disebabkan karena
meningkatnya penghindaran aset beresiko dan beralih ke aset aman seperti emas atau mata
uang safe haven.

Nomura juga ikut ambil suara. Dia memperingatkan bahawa Brexit bisa saja mendorong
Inggris masuk resesi. Sedangkan UBS memperkirakan Inggris akan kehilangan 0.6-2.8% dari
total GDP-nya.
3 bank besar seperti JP Morgan, Deutsche Bank dan HSBC pun juga mengatakan akan
memindahkan kantor pusat mereka jika Inggris benar-benar keluar dairi Uni Eropa. Hal
tersebut tentu akan memberikan dampak pemutusan kerja, bertambahnya pengangguran dan
kerugian secara finansial bagi Inggris. Lebih para lagi, Citibank memprediksi Inggris akan
kehilangan 75,000 lapangan pekerjaan jika benar-benar memututskan keluar dari Uni Eropa.

Di satu sisi, ini bisa jadi cuma langkah bank-bank besar untuk menakut-nakuti massa saja,
mengingat mereka selama ini telah menggunakan Inggris sebagai landasan ekspansi di Eropa,
dan bisnisnya bisa terganggu jika Brexit terjadi. Perlu dicatat bahwa London adalah pusat
perdagangan forex dunia, dimana 40% transaksi dunia dilakukan. Inggris juga pusat
perdagangan komoditas dan derivatif. Jadi, ancaman akan keluar dari Inggris pun bisa jadi ya
hanya ancaman. Dibanding ini, hitung-hitungan Open Europe diatas tadi, dimana dampak
akan bergantung pada kesepakatan pasca Brexit, lebih masuk akal.

Namun di lain pihak, pendapat sektor perbankan penting bagi Inggris, karena sektor finansial
merupakan salah satu kunci penggerak perekonomiannya. Sekitar 8 persen GDP Inggris
berasal dari sektor finansial, dan sektor itu pun menyerap sekitar 3.4 persen tenaga kerja di
Inggris.

Anda mungkin juga menyukai