PENDAHULUAN
1
virus dengue ke daerah endemis penyakit virus dengue atau dari pedesaan ke perkotaan
terutama pada daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu (Soegijanto, 2008).
Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Indonesia, sejak pertama kali
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus terus meningkat baik
dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadik terjadi KLB setiap
tahun, KLB yang terbesar terjadi pada tahun 1998 dilaporkan dari 16 propinsi dengan IR
35,19 per 100.000 penduduk dan CFR 2,0%, kemudian menurun pada tahun 1999 dengan IR
10,17 per 100.000 penduduk, mengalami peningkatan kembali pada tahun 2000 dengan IR
15,99 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat pada tahun 2001 dengan IR 21,66 per
100.000 penduduk, kembali menurun pada tahun 2002 yaitu IR 19, 24 per 100.000 penduduk
dan meningkat tajam kembali pada tahun 2003 yaitu IR 23,87 per 100.000 penduduk . Data
ini menunjukkan DBD di Indonesia menjadi fenomena yang sangat sulit diatasi dimana
kejadian DBD setiap tahunya berfluktuasi (Depkes RI, 2010).
Menurut Depkes RI (2009) pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia
sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan
mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89%
dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan
tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang
(Kompas, 2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan
kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011). Sepanjang tahun 2010 di Sumatera
Utara ditemukan 8.889 penderita dengan kematian 87 jiwa (1,2%) dengan IR 39,6 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2011 terjadi penurunan hingga 50% dengan jumlah kasus
sebanyak 4.535 kasus (IR 10,26 per 100.000 penduduk) dengan kematian 56 kasus (CFR:
1,1%).
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka
tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.
(Depkes RI,2014)
Untuk daerah Sumatera Utara angka kejadian DBD mengalami peningkatan dari
Januari hingga September 2012, ditemukan sebanyak 3.060 kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD). Dari jumlah tersebut sebanyak 18 orang yang meninggal (Dinkes Prov. Sumut, 2012).
2
Data Dinas Kesehatan Kota Medan menyatakan penderita DBD di kota Medan sejak
Januari hingga Oktober tahun 2014 yakni sebanyak 1.077 pasien dan 9 orang meninggal
dunia.Penderita DBD di kota Medan mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2013, adapun total kasus yang ditemukan sejak Januari hingga
Oktober 2014 mencapai 60 persen (Dinkes Kota Medan, 2014).
Cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah dengan pengendalian
vektor nyamuk sebagai penular. Pengendalian vektor nyamuk Aedes spp dapat dilakukan
dengan cara menggunakan insektisida atau tanpa menggunakan insektisida. Penggunaan
insektisida yang berlebihan dan berulang dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan
yaitu pencemaran lingkungan dan mungkin timbul keracunan pada manusia dan hewan.
Untuk mengurangi efek samping dari bahan kimia maka perlu dikembangkan obat-obat
penolak nyamuk dari bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia dan
lingkungan, serta sumbernya tersedia dalam jumlah yang besar. Pemanfaatan insektisida
alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu menurunkan kasus DBD. Selain itu
karena terbuat dari bahan alami, maka diharapkan insektisida jenis ini akan lebih mudah
terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak karena residunya mudah hilang (Kardinan, 2004).
3
1.4.1 Hasil penelitian dapat digunakan untuk menembah wawasan bagi peneliti mengenai
demam berdarah dengue (DBD).
1.4.2 Sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti
selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang sama serta menambah
informasiyang dapat dijadikan referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
1.4.3 Dapat dijadikan referensi kepada junior kami yang akan melakukan penelitian
selanjutnya mengenaigambaran diagnostik dan penatalaksanaan DBD.