Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN GANGGUAN SEKSUAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-
III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid,
emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar),
dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di
mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak
berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu
varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka
dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Jadi, pembuatan makalah ini bermaksud agar kita lebih paham dan mengerti apa
itu gangguan kepribadian serta sebagai salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan
jiwa.
Kesehatan seksual merupakan suatu aspek kesehatan yang berhubungan dengan
organ-organ kelamin dan perilaku seksual. Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit
menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan, kenikmatan seks sebagai bagian
dari hubungan intim dan kendali yang lebih besar terhadap keputusan seksual seseorang.
Seks merupakan aspek intim yang penting, dalam hubungan saling mencintai
antara satu orang dengan orang lain. Seks merupakan aspek hidup yang pribadi dan
tersendiri yang jarang dibahas dengan orang lain.
Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi
faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas seseorang adalah terlibat dengan faktor
kepribadian yang lain, dengan susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri
sendiri (sense of self). Ini termasuk persepsi sebagi laki-laki atau wanita, yang
mencerminkan perkembangan pengalaman dengan seks selama siklus kehidupan.
Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun
oranglain, yang tidak dapat diarahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi
organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak
sesuai, atau konfulsif.
Bagi kebanyakan orang, banyak yang tidak peduli tentang apakah perilaku seksual
yang normal dan apakah jenis-jenis dan gangguan seksual. Gangguan seksual merupakan
masalah dasar bagi pria dan wanita yang mengganggu kemampuan mereka untuk
menikmati seks. Penyimpangan perilaku seksual sering di anggap perbuatan tidak
bermoral oleh masyarakat. Ada penderita yang merasa bersalah atau depresi dengan
pemilihan objek atau aktivitas seksual nya yang tidak normal. Namun banyak pula yang
tidak merasa terganggu dengan penyimpangan tersebut kecuali bila ada reaksi dari
masyarakat atau sanksi dari yang bewenang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu gangguan kepribadian dan
ganguan seksual
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian dan ganguan seksual
b. Mengetahui factor penyebab timbulnya gangguan kepribadian dan ganguan seksual
c. Mengetahui gejala umum gangguan kepribadian dan ganguan seksual
d. Mengetahui Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian dan ganguan seksual
e. Mengetahui Resiko Gangguan Kepribadian dan ganguan seksual
f. Treatment bagi Gangguan Kepribadian dan ganguan seksual
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. GANGGUAN KEPRIBADIAN
a) Pengertian Gangguan Kepribadian
Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat
emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari
dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Sedangkan menurut Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari
kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi
individu lain.
Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi
yang terus menerus terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada
PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid,
schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik,
cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit
mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang
lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada
sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif
dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan
subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.

b) Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian


1) Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2) Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin
mengalami kepribadian menghindar.
3) Faktor Biologis
- Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
- Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan
depresi, impulsivitas.
- Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.
4) Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi
pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
c) Gejala Umum Gangguan Kepribadian
Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai pengalaman
konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka.
Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap
kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :
1) Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation.
Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
- cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi
terhadap dirinya, orang lain dan waktu
- afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas
dan cakupan)
- fungsi-fungsi interpersonal
- dan kontrol terhadap impuls
2) Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan
berpengaruh pada situasi sosial.
3) Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan
distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-
fungsi sosial penting lainnya.
4) Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat
muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada
episode penyakit jiwa
5) Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang
muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Catatan:
Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada individu yang berusia
dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah 18 tahun sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja awal, bila pun adanya
simtom-simtom tertentu yang tampak, haruslah simtom tersebut menetap setidaknya 1
tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang ada dapat didiagnosa sebagai bentuk
gangguan kepribadian.

d) Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian


Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi :
1) Kelompok A
Penderita ketiga jenis gangguan ini berperilaku eksentrik, ditambah
beberapa kekhususan. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak
aneh dan eksentrik. Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh
berpikir atau berperilaku aneh dan eksentrik yang mencakup:
- Gangguan kepribadian paranoid
- Ketidakpercayaan dan kecurigaan orang lain
- Percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti
- Emosional
- Mengembangkan sikap permusuhan
Kelompok A ini terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan
skizotipal.
a. Gangguan Kepribadian Paranoid
Bentuk gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang berlebihan
atau menonjol. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai
dengan :
- Kecurigaan yang bersifat pervasive bahwa dirinya sedang dicelakai,
dikhianati
- Keraguan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan teman-teman
- Enggan mempercayai orang lain
- Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan orang lain yang
tidak mengandung maksud apapun
- Mendendam atas berbagai hal yang dianggap sebagai kesalahan
- Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya sebagai
serangan terhadap karakter atau reputasi
- Hipersensitif atau sangat perasa
- rigid atau kaku
- mudah iri dan sangat egois
- argumentatif atau suka menentang
- suka menyalahkan orang lain dan suka menuduh orang lain jahat.
-

b. Gangguan Kepribadian Skizoid


Gangguan kepribadian dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
perasa, pendiam, dan menghindari hubungan jangka panjang dengan orang
lain. Orang dengan gangguan kepribadian schizoid ditandai dengan :
- Kurang berminat ataau kurang menyukai hubungan dekat
- Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
- Kurangnya minat untuk berhubungan seksual
- Kurang memiliki teman
- Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
- Afek datar atau acuh/ tak peduli, emosi dingin
- Tidak terampil bergaul dan suka menyendiri.
- Preokupasi (berulang-ulang memikirkan isi pikiran) dengan fantasi dan
intropeksi yang berlebihan
c. Gangguan Kepribadian Skizotipe
Orang dengan gangguan skizotipal ditandai dengan :
- Ideas of Reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna
yang khusus dan tidak biasa bagi orang yang bersangkutan)
- Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis
- Persepsi yang tidak biasa
- Dihantui oleh pikiran-pikiran autistik, yaitu pikiran-pikiran, dan takhayul-
takhayul
- Pola bicara yang aneh
- Kecurigaan yang ekstrem
- Afek yang tidak sesuai
- Perilaku atau penampilan yang aneh
- Kurang memiliki teman akrab
- Rasa tidak nyaman yang ekstrem

2) Kelompok B
Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan terlalu
emosional berpikir atau berperilaku yang mencakup:
- Antisosial (sebelumnya, sosiopat)
- Mengabaikan orang lain
- Terus-menerus berbohong atau mencuri
- Berulangkali bermasalah dengan hokum
- Berulang kali melanggar hak orang lain
- Agresif, sering berperilaku keras
- Mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
Terdiri dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang, histrionic dan
narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatic, emosional, dan
tidak menentu.
a. Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang dengan gangguan kepribadian antisocial ditandai :
- Berulang kali melanggar hokum dan hak orang lain lewat perilaku agresif
- Menipu, berbohong
- Impulsivitas
- Mudah tersinggung dan agresif
- Tidak memperdulikaan keselamatan diri sendiri daan orang lain
- Tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan
- Kurang memiliki rasa penyesaalaan
- Tidak sedikit diantara penderita cukup cerdas dan pandai menampilkna diri
secara meyakinkan untuk menjadi penipu ulung.
b. Gangguan Kepribadian Histrionik
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik ditandai :
- Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
- Perilaku tidak senonoh, secara seksual yang tidak pantas
- Perubahan ekspresi emosi secara cepat
- Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada
dirinya
- Bicaranya sangat tidak tepat
- Ekspresi emosional yang berlebihan
- Sangat mudah sugesti
- Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
- Emosinya labil; haus akan hal-hal yang serba menggairahkan (excitement)
- Senang mendramatisasi diri secara berlebihan untuk mencari perhatian
- Tergantung, tak berdaya, dan mudah ditipu
- Egois, congkak, sangat haus akan pengukuhan orang lain
- Sangat reaktif; dangkal atau picik, dan tudal tulus.
c. Gangguan Kepribadian Ambang/ Bordeline
Orang dengan gangguan kepribadian ambang ditandai :
- Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan
- Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal
- Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil
- Perilaku impulsive, termasuk sangat boros, perilaku seksual yang tidak
pantas
- Perilaku bunuh diri dan mutilasi diri yang berulang
- Kelabilaan emosional yang ekstrem
- Perasaan kosong yang kronis
- Sangat sulit mengendalikan kemarahan.
d. Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai :
- Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri
- Terfokus pada kebersihan, kecerdasan dan kecantikan diri
- Kebutuhan ekstrem untuk dipuja
- Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu
- Kecenderungan memanfaatkan orang lain
- Iri pada orang lain
- Merasa diri penting dan haus akan perhatian dari orang lain
- Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain
3) Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif
kompulsif. Orang dengan gangguaan ini sering tampak cemas dan ketakutan
a. Gangguan Kepribadian Menghindar/ Avoid
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar ditandai :
- Menghindari kontak interpersonal karena takut pada kritikan\
- Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya
pasti akan disukai
- Membatasi diri dalam hubungan intim
- Penuh kekhawatiran akan dikritik
- Merasa tidak adekuat
- Ketidakmampuan bergaul tersebut menjadi sumber kesusahan dan
penyebab harga dirinya yang rendah.
- Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru
b. Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen ditandai :
- Sulit mengambil keputusan tanpa saran dari orang lain
- Membutuhkan orang lain untuk mengambil tujuan atas sebagian aspek
kehidupannya yang utama
- Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan
mereka
- Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya percaya diri
- Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
- Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya pada
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi dari
orang lain
- Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan
yang dimilikinya saat ini berakhir
- Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri

c. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif.


Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif ditandai :
- Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utama
suatu aktivitas terabaikan
- Perfeksionis ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek
jarang terselesaikan
- Menganut norma etik dan norma yang tinggi serta patuh secara berlebihan
- Pengabdian berlebihan padaa pekerjaan hingga mengabaikaan kesenangan
dan persahabatan
- Tidak fleksibel
- Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti
- Kikir dan keras kepala
- Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci, dan
curiga terhadap atasannya.
-

e) Resiko Gangguan Kepribadian


Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian
dapat berdampak pada:
1. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan
ketidakmampuan untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang
disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat
2. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami
gangguan kepribadian ambang dan cluster B
3. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan
4. Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai
resiko berkembangnya problema psikologis lainnya
5. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan
kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan
seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada
gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami pelecehan seksual,
emosional, atau kekerasan fisik
6. karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata
(bergantung pada orang tersebut)
7. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian
paranoid dan antisosial
8. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih
besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri
bersangkutan dipenjara
9. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak
mendapatkan perawatan secara baik

f) Treatment bagi Gangguan Kepribadian


Treatment untuk gangguan kepribadian merupakan kombinasi dari pengobatan
dan psikoterapi.
1. Kelompok A
a) Paranoid
Psikoterapi Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok,
karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan
harus diingat bahwa kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi pasien.
Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan
kecemasan. Pada sebagian besar kasus obat anti anxietas seperti diazepam dapat
digunakan.
b) Skizoid
Psikoterapi Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan
kepribadiaan schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu
waktu, mereka akan ikut terlibat.
Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain
mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalaannya waktu,
anggota kelompok menjadi penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan
kontak sosial.
Farmakoterapi Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan
psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.
c) Skizotipal
Psikoterapi Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam
pemujaan, praktek religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh menertawakan
aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.
Farmakoterapi Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam menghadapi
gagasan mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari gangguan dan dapaat
digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan haloperidol dilaporkan
memberikan hasil positif pada.
2. Kelompok B
a) Antisosial
Psikoterapi Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya,
tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan
karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri akan lebih berguna
dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku
merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman,
ahli terapi harus mengagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan
dengan orang lain.
Farmakoterapi Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi gejala yang
diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.
b) Ambang
Psikoterapi Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan
interpretasi bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada
pasiem gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan
kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik dan penolakan.
Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape, membantu
pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain, hal
ini untuk meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
Farmakoterapi Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan
kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan
memperrbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.
c) Gangguan Kepribadian Historinic
Psikoterapi Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic seringkali
tidak menyadari perasaan mereeka yang sesungguhnya. Psikoterapi berorientasi
psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau individual.
Farmakoterapi Farmaakoterapi dapaat ditaambaahkaan jikaa gejala
adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan aantidepresan untuk depresi dan
keluhan somatic, obat anti anxietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk
derealisasi dan ilusi.
d) Gangguan Kepribadian Narsistik
Psikoterapi Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena
pasien harus meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan
Farmakoterapi Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki
pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap
depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan
3. Kelompok 3
a) Menghindar/ Avoid
Psikoterapi Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk
melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan,
penolakan dan kegagalan.
Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih
keterampilan social yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat
harga diri pasien yang telah buruk.
Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka
terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan
adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk
mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan
harga diri mereka.
Farmakoterapi - Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti
atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang
cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar,
khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.
b) Dependen
Psikoterapi Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif behavioral,
dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan
rasa percaya diri.
Farmakoterapi Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.
c) Obsesif Kompulsif
Psikoterapi Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif seringkali tahu
bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan ataas kemauaan sendiri. Asosiasi bebas
dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan, sangat dihargai oleh pasien gangguan ini.
Farmakoterapi Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan
anti konvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif parah.

B. Ganguan seksual
a) Pengertian Gangguan seksual
Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu
interaksi faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual
yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat di arahkan
kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di
sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif.
Rafelia secara harfiah para artinya penyimpangan filia artinya objek atau
situasi yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan
berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada objek yang
bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri atau partnernya,
atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan. Parafilia dapat di
artikan juga yang menunjukkan pada objek seksual yang menyimpang (misalnya
dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas ang menyimpang (misalnya
dengan memamerkan alat genital).

b) Jenis-jenis dan gangguan parafilia :


1. Pedofilia
Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi
hasratnya dengan cara menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah
umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa (16 tahun keatas) terhadap
anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13 tahun).
Hampir semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk
menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya
sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam.
Umumnya penderita pedopilia adalah orang yang takut gagal dalam
berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks
dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia mengalihkan pada
anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirnya.
Disamping itu ketika anak-anak, perilaku meniru dari model atau
contoh yang buruk. Ada tiga macam penggangu dalam berfantasi :
- mengganggu situasional (situasional molester) yaitu mempunyai
perkembangan dan perhatian seksual yang normal, tetapi keadaan
tertentu seperti stress timbul keinginan seksual terhadap anak dan
setelah melakukan merasa tertekan.
- pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester)
merupakan kepribadian dan gaya hidupnya.
- pemerkosa anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual yang
bersifat musuh.
2. Exibionisme
Exibionisme Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi
dan kepuasan seksual atau untuk membangkitkan fantasi-fantasi
dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tidak
dikenal. Gangguan ini tidak berbahaya bagi si korban. Penderita
gangguan ini adalah pria dan korbannya adalah wanita (anak-anak
maupun dewasa).
Para ahli mengatakan gangguan ini biasanya mengalami
gangguan buruk pada pasangan seks nya. Mereka tak percaya diri
dalam hal seksual, dan biasanya tidak matang dalam hal nya sebagai
seorang pria, penyebabnya pengalaman pada masa perkembangan
anak-anak, pada masa anak dia menunjukkan alat kelaminnya dan
korban merasa excited ( terkejut, takut, malu dan jijik) maka si
penderita merasa itu adalah sebuah pujian dan kejantanan
baginya. Menurut teori psikoanalisa, gangguan ini merupakan cara
untuk menolak ketakutan kastrasi yang berasal dari tahap odipal, pada
tahap ini penderita mengalami fiksasi.
3. Voyeurisme
Berasal dari bahasa prancis yaitu kata voir artinya melihat,
yaitu untuk mendapatkan kepuasan dengan cara melihat organ seks
orang lain atau orang yang sedang melakukan katifitas seksual, yang
tidak menyadari seseorang sedang di intip ( bahasa harian peeping tom
). Pada gangguan ini penderita memiliki keinginan yang sungguh-
sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak menyadari
keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki dua ciri yaitu:
- mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai
- korban tidak mengetahui .Menurut psikodinamika modern
gangguan ini didorong oleh ketakutan terhadap kemampuan dalam
berhubungan dengan wanita dan merupakan usaha untuk
mengkonpensasi rasa malu. Adler menginterpretasikan gangguan ini
sebagai fungsi rasa malu individu dalam meyelesaikan masalah
seksualitasnya. Teori belajar sosial mengatakan bahwa gangguan ini
berkembang akibat kurangnya seks individu.
Bagi orang dewasa normal hubungan seks mencakup segala
aktivitas yang dapat menyebabkan gairah seks (misalnya melihat
organ seks pasangan) sampai aktivitas senggama itu sendiri,
sedangkan pada penderita ini hanya memusatkan pada melihat
sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kepuasan seksual.
Umumnya penderita berasal dari keluarga yang puritan (tabu)
terhadap seks.
4. Sadomasokis
Istilah sadisme berasal dari marquis de sade seorang penulis
pada abad ke delapan belas, ia menggambarkan seorang tokoh yang
memperoleh kepuasan seks dengan menyiksa pasangannya secara
kejam, sadisme seksual adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas
atau dorongan menyakiti pasangan. Siksaan bisa secara fisik
(menendang, memperkosa, dan memukul) maupun psikis (menghina,
memaki-maki), penderitaan korban inilah yang bisa membuatnya
merasa bergairah dan puas.
5. Orang ini menjadi gembira melihat atau berimajinasi tentang
kesakitan oranglain, penyebabnya pada kehidupan, mula-mula
hukuman dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa memandang
gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam
mencari kepuasan seksual pada masa anak-anak
6. Masokhisme
Istilah Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher
Masoch yang seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan
seksual bila diperlakukan secara sadis, gangguan ini meilki ciri
mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari
perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik
maupun psikis. Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri atau dilakukan
oleh pasangannya. Penyembuhan ini dengan cara terapi individual dan
kelompok berdasarkan psrinsip behavior conditioning.
7. Fetisisme
Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda
sebagai cara untuk menimbulkan gairah atau kepuasan seksual, benda
yang umum digunakan adalah benda aksesoris milik wanita misalnya
pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll. Fetis mengandung
tingkahlaku seperti kompulsif. Pengalaman pada kehidupan mula-
mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual dan objek Fetis.
8. Transvestisme
Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya
seperti wanita, gambaran utamanya adalah penderita mendapatkan
gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian seperti lawan jenisnya,
ketika seang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan
masturbasi lalu sambil membayangkan seoran laki-laki tertarik pada
dirinya sebagai seorang wanita. Gangguan ini memilki sifat
kompulsif, menggunakan banyak energi emosional.
Permulaan gangguan ini pada masa anak atau adolesensi pada
umumnya tidak mencari bantuan, lain seperti depresi perlakuannya
adalah metode behavior seperti conditioning aversif, sensitisasi
tertutup. Karena close dresing selalu mempunyai tujuan mengurangi
kecemasan, maka terapis mendorong klien mendapat insight kedalam
stress-stress yang menjadi penyebab tingkahlaku tersebut melalui
sikap terapi tradisional.
9. Zofilia
Gangguan ini juga disebut dengan Bestiality, ciri utamanya
adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan
cara melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual
bisa dengan melakukan senggama dengan binatang (lewat anus atau
vagina binatang, atau menyuruh binatang memanipulasi alat
genitalnya).
10. Froterisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh,
meremas-ramas dan menggesek-gesekkan organ seks kepada orang
tak dikenal, penderita umumnya senang berada ditempat yang penuh
sesak dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, bisanya yang
menjadi korban adalah wanita yang sangat menarik dengan pakaian
yang sangat ketat. Ketika sedang melakukan aksinya penderita
berfantasi sedang melakukan hubungan yang menyenangkan dengan
si korban. Korban biasanya tidak protes karena ia tidak mengira akan
terjadi tindakan seksual seperti itu ditempat umum. Hal ini didapat
dari pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat. Perlakuannya
pamadaman dan condotioning tertutup.
11. Homoseksual
Dalam DSM III R, Homoseksual yaitu penderita memilih
pasangan seksual yang sama jenis dengan dirinya yaitu pria dengan
pria dan wanita dengan wanita (lesbian).
DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)
a) Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak
adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks. Hilangnya
gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Yang
global, penderita bisa tidak mempunyai gairah sama sekali
bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun, contohnya wanita
trauma pasca korban pemerkosaan. Sedangkan yang
situasional yaitu terjadi pada laki-laki berdasarkan situasi
psikologisnya aman. Untuk mendiagnosa perlu diperhatikan
faktor usia, ketidak puasan seks, lingkungan yang
menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan
frekuensi hubungan seks.
b) Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak
adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Ciri
utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau
mempertahankan arousal atau excitement dalam berhubungan
seks. Pada wanita gangguan ini disebut frigiditas yang ditandai
tidak tercapainya lubrikasi (pelumasan) dan membuka vagina.
c) Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mencapai fungsi
orgasme, gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.
d) Ejakulasi dini (premature ejaculation)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mampu mengontrol atau
mengendalikan ejakulasi selama aktifitas seks berlangsung.
e) Dispareunia(Dyspareunia)
Ciri utama adalah penderita mengalami kesakitan selama
berhubungan seksual. Gangguan ini terjadi pada wanita,
gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor organis misalnya
adanya infeksi pada vagina dan cervic.
f) Vaginismus
Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot
pada vagina yang sangat kuat sehingga mengganggu
senggama.

c) TERAPI
Psikoanalisa lebih menekankan pada penyelesaian konflik yang tidak disadari
untuk mengatasi disfungsi seksual. Terapi kognitif/behavioris lebih banyak
dipakai dalam mengatasi gangguan ini. Terapi menekankan pada disfungsi itu
sendiri serta sikap dan fikiran yang turut menyumbang timbulnya disfungsi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan
perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus
terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III
(Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional
tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen,
khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di
mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian
dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan
gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai
kelas gangguan kepribadian.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit
menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak
permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.
Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak di
inginkan, kenikmatan seks. Sebagai bagian dari hubungan intim dan kendali yang lebih besar
terhadap keputusan seksual seseorang. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang
destruktif bagi diri sendiri maupun oranglain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang
pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah
dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif.
Parafilia secara harfiah para artinya penyimpangan filia artinya objek atau situasi
yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang
menimbulkan fantasi seksual yang fokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja,
penderita atau penghinaan diri sendiri atau partner nya, atau anak-anak atau orang-orang yang
tidak mengizinkan
Jenis-jenis dan gangguan parafilia : Pedofilia, Exibionisme, Voyeurisme, Sadomasokis,
Masokhisme, Fetisisme, Transvestisme, Zofilia, Froterisme, Homoseksual.
DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)
a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak
adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak
adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual.
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasme)
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
e. Dispareunia (Dyspareunia)
DAFTAR PUSTAKA

Maslim rudi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III: Jakarta
Sunaryo. Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
http://www.indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-personality-disorder/
http://health.detik.com/read/2009/12/03/091252/1253138/770/gangguan-kepribadian 9:23
http://www.acehforum.or.id/jenis-jenis-gangguan-t23256.html?
s=12abdddb7b8d366fa5e539952ef528ae&
http://one.indoskripsi.com/node/9597 9:28
Sulistianngsih, Sulis. Psikologi Abnormal Dan Psikofatologi..
Vina, Ashra dan Mohanraj, Andrew. 2001. Ketika Tidak Ada Psikiater. London: The
RoyalCollege Psikitrists.
Kaplan, Harold dan Sadock, Benjamin. 1994. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. New York: New York
University Medical Center.
Martaniah, Sri Mulyani. 2001. Psikologi Abnormal Dan Psikopatologi. Yogyakarta.
Walker, Kenneth. 2005. The Handbook Sex. Yogyakarta. Diva Press

Anda mungkin juga menyukai