22
22
PENDAHULUAN
Cedera pada satu bagian sistem muskuloskletal biasanya menyebabkan cedera
atau disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yang dilindungi atau disangganya.
Bila tulang patah, otot tak bisa berfungsi, bila saraf tak dapat menghantarkan impuls
ke otot, seperti pada paralisis, tulang tak dapat bergerak, bila permukaan sendi tak
dapat berartikulasi dengan normal, baik tulang maupun otot tak dapat berfungsi
dengan baik. Jadi meskipun fraktur secara primer hanya mengenai tulang, namun
juga mengakibatkan cedera pada otot, pembuluh darah, dan saraf di sekitar daerah
fraktur.
Penanganan cedera sistem muskuloskletal meliputi pemberian dukungan pada
bagian yang cedera sampai penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh
secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai, atau gips. Selain itu,
dukungan dapat langsung dipasang ketulang dalam bentuk pin atau plat. Kadang,
traksi harus diberikan untuk mengoreksi deformatis atau pemendekan.
Setelah efek cedera segera dan nyeri telah hilang,usaha penanganan difokuskan
pada pencegahan fibrosis dan kekakuan pada struktur tulang dan sendi yang
cedera. Latihan yang baik dapat melindungi terhadap terjadinya kecacatan tersebut.
Pada beberapa keadaan, dukungan yang diberikan memungkinkan aktivitas awal.
Proses penyembuhan dan pengembalian fungsi dapat dipercepat dengan berbagai
bentuk terapi fisik.
2. PENGERTIAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya ( dari mangkuk sendi ). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya, artinya sendi rahangnya
mengalami dislokasi.
Dislokasi sendi adalah suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.
Pada tempat kejadian, dislokasi dapat direposisi tanpa anestesi seperti pada
dislokasi siku atau bahu.
Dislokasi sendi merupakan suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara kasar tulang lepas
dari sendi. Subluksasi adalah dislokasi parsial permukaan persendian. Dislokasi
traumatik adalah kedaruratan ortopedi, karena struktur sendi yang terlibat, pasokan
darah, dan saraf rusak susunannya dan mengalami stress berat. Bila dislokasi tidak
ditangani segera, dapat terladi nekrosis avaskuler ( kematian jaringan) akibat
anoksia dan hilangnya pasokan darahdan paralisis saraf ( seperti pada gambar )
.
Bila Kapsula sendi atau ligamentum teregang atau robek tampa lepasnya salah satu
permukaan tulang, maka cedera ini dinakmakan Strain atau Sprain . Jika
kapsula atau ligamentum robek dan permukaan tulang lepas, ia disebut dislokasi.
Jika luka tususk mengenai sendi atau mencapai tulang, meka resiko infeksi
meningkat.
3. Jenis-jenis dislokasi
Dislokasi dapat berupa :
a. Kongenital
Terjadi sejak lahir, akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terdapat pada
pinggul.
b. Spontan atau patologik, dislokasi yang terjadi akibat penyakit struktur sendi dan
jaringan sekitar sendi
c. Traumatik, akibat cidera dimana sendi mengalami kerusakan akibat kekerasan.
Pada dislokasi ini ciri khasnya adalah :
Menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat, biasanya dapat direposisi dengan
anestesi lokal dan obat-obat penenang contohnya Valium.
Perubahan kontur sendi. Kadang-kadang mudah dikenali karena adanya
perubahan dari anaotomi yang normal.
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
4. DISLOKASI YANG SERING TERJADI
Dislokasi bahu.
Paling sering dialami mereka yang masih muda dan biasanya diakibatkan oleh
abduksi, ekstensi dan rotasi eksterna traumatik yang berlebihan pada ekstremitas
atas. (Gambar 1). Kaput humeri biasanya tergeser ke anterior dan inferior melalui
robekan traumatik pada kapsul sendi bahu. Ciri khasnya penderita tampak duduk
membungkuk, menopang lengan yang mengalami cedera dengan tangan yang
normal, lengan yang cedera berada dalam keadaan fleksi dan menjauhi dada atau
sisi tubuh (abduksi). Kaput humeri dapat dengan mudah diraba di bagian anterior
aksila. Dapat juga diraba cekungan dibawah origo sentral otot deltoideus pada
akromion. Saraf yang sering mengalami cedera adalah saraf aksilaris yang berfungsi
untuk abduksi bahu, saraf ulnaris yang berpengaruh pada fungsi tangan.
Dislokasi siku
Bagian distal humerus terdorong ke depan akan merobek kapsul bagian anterior,
sedang kepala radius + ulna 1/3 distal dislokasi ke posterior. Pada waktu terjadinya
dorongan bagian distal humerus ke anterior banyak kerusakan yang mungkin terjadi,
yaitu robeknya kapsul sendi, robeknya nn. Brachialis atau avulasi pada insertionya
pada prosessus coronoid, tertekannya a. brachialis dan laesi n. medianus. Kadang-
kadang juga disertai dengan fraktur kepala radius dan fraktur kapitulum. Tampak
pembengkakan yang hebat di siku, posisi siku dalam semifleksi, dan ujung
olecranon teraba lari ke posterior.Pada dislokasi ini tidak boleh memfleksikan siku.
Pembidaian dilakukan dengan membebat seluruh ekstremitas kebatang badan,
munkin setelah membentuk bidai dengan kawat melintang kebentuk siku.
a. Pembidaian
Adalah proses yang digunakan untuk immobilisasi dislokasi dan fraktur
Dilakukan untuk mencegah pergerakan sendi atau tulang patah Dapat mengurangi
rasa nyeri dan kerusakan lanjut dari otot saraf dan pembuluh darah.
Jenis-jenis bidai :
Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lain
yang keras
Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimun, handuk atau pembalut atau bahan yang
lunak lainnya
Bidai Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah
tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang
patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Syarat Pembidaian:
1. Bidai harus meliputi 2 sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada
anggota badan yang tidak sakit
2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor
3. Bidai di balut atau dilapisi sebelum digunakan
4. ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang
patah
5. Jika mungkin naikkan anggota tersebut setelah dibidai
b. Pembalutan.
Harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang
sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri
Dianjurkan menggunakan bantalan lunak untuk menghindari pergesekan dan
ketidaknyamanan pada kulit
Pengikatan selalu dilakukan diatas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, jika
kedua kaki bawah mengalami cedera pengikatan dilakukan di bagian depan dan
diantara bagian yang cedera
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu
kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada
bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA