Anda di halaman 1dari 6

Berawal dari sebuah persahabatan antara ketiga wanita, yaitu Sita, Tia, dan

Nia. Sita tinggal bersama seorang ayah kandung, seorang ibu dan saudara tiri. Ibu
dan saudara tiri Sita hampir setiap hari selalu memusuhi Sita, terutama bila
ayahnya tidak berada di rumah . Pada suatu hari, Sita, Tia, dan Nia duduk di
sebuah cafe sambil ngobrol :
Sita : Aduh garing, Nih. Nggak ada cowok keren di sini !
Nia : Ah, kamu pikirannya cuma cowok melulu.
Tia : Eh...jangan salah, cowok itu penting, lho. lumayan buat temen jalan.
Eh..eh coba kalian lihat, itu...tu ada cowok di situ.
Sita dan Nia kemudian menoleh ke arah cowok yang dimaksud Tia
Sita : Lho, itu khan Mickey.
Nia : Emangnya kamu kenal sama dia ?
Tia : Iya nih, jangan SKSD.
Sita : OK, aku panggil dia, ya (kemudian memanggil mickey sambil
melambaikan tangan). Mickey, sini dong !
Mickey : (kaget) Eh, Sita. Hi. Ama siapa ?, kenalin, dong !
Nia, Tia, dan Mickey kemudian saling berkenalan satu dengan yang lain.
Waktu terus berjalan, setelah Mickey masuk dalam persahabatan mereka,
Mickeypun mulai menyukai Nia. Hal itu tak berlangsung lama karena Nia tidak
merespon perasaan Mickey. Untuk menutupi kekecewaannya, Mickey berpaling
kepada Sita dan Sita menerima cinta mickey tanpa syarat karena ia telah lama
memendam rasa pada Mickey. Setelah beberapa minggu menjadi pacar Sita,
Mickey tergoda oleh Tia. Suatu saat, Tia menelepon Mickey untuk mengajaknya
pergi jalan-jalan.
Tia : Halo, Mickey. lagi ngapain ?. Mau nggak nganterin aku jalan-jalan
Mickey : Aku lagi nggak lagi ngapa-ngapain. Kalo sama kamu sih, aku nggak
bisa nolak.
Tia : Terus, bagaimana kalau nanti ketahuan ama Sita ?
Mickey : Ala... dia khan cuman temen jalan, kok
Setelah kejadian tersebut Tia dan mickey mulai jalan bareng dan Sita mulai
diabaikan oleh Mickey.
Sementara itu, di rumah Sita.
Yanti : Sita !, Sita !. Kamu lagi ngapain sih, dipanggil nggak datang-datang.
Sita : Saya masih belajar, Bu. besok aku ada ujian.
Yanti : Alasan, dasar malas !. Nih, catatan belanja hari ini !
Sita : Baik, Bu.
Sebelum Sita pergi untuk berbelanja, ia menelepon Mickey.
Sita : Halo Mickey, lagi ngapain ?, kamu ada di mana ?
Mickey : Emh, Aku lagi belajar. Besok khan ada ujian, lagi serius, nih !
Sita : Iya, deh !(dengan nada berat hati)
Sementara itu di rumah Sita, ayah Sita dari kantor dan Yanti mengeluhkan
perilaku Sita.
Yanti : Pa, Aduh, Gimana nih si Sita ?
Papa : Emang kenapa, Ma ?
Vika : Iya Pa, masa tadi dipanggil mama tidak datang-datang. Kayaknya ini
tak bisa dibiarkan deh, Pa.
Papa : Mungkin lagi sibuk, kali.
Yanti : Enggak lho Pa, anak itu hanya nonton TV dari tadi. Ndak tahu ya Pa,
anak itu sekarang kok jadi pemalas.
Papa : Ya udah, biar nanti Papa yang kasih tahu.
Ketika Sita telah tiba di Suparmarket dan berbelanja, tanpa sengaja ia melihat
Mickey sedang berbelanja dan bergandeng tangan dengan Tia. Sita tampak
terbakar api cemburu dan kemudian mendekati Mickey.
Sita : Oh ini ya yang namanya belajar (sambil melayangkan sebuah
tamparan ke wajah Mickey).
Dengan hati hancur, Sita mendatangi dan menceritakan peristiwa yang
dialaminya kepada Nia.
Sita : Aku benci sama mereka berdua, ternyata selama ini mereka telah
membohongi aku.
Nia : Mereka, siapa ?
Sita : Itu, Mickey ama Tia. Dasar ular berkepala dua, beraninya makan
temen dari belakang.
Nia : Udah kamu sabar aja, mungkin ini cobaan bagi kamu.
Setelah curhat dengan Nia, Sita pulang ke rumahnya tanpa membawa barang
belanjaan. sesampainya di rumah ia dimarahi habis-habisan oleh ibunya.
Yanti : Darimana saja kamu, kok lama banget, emangnya belanja di mana
sih ?, belanjaannya mana ?, masa dari tadi nggak dapat belanjaan,
emang kamu kemana saja ?
Sita : Aku muak dengan semuanya. Karena kalian aku menderita (dengan
nada mengamuk).
Melihat keadaan tersebut, ayah Sita semakin percaya dengan perkataan Yanti
dan Vika, apalagi hampir setiap saat Sita berkelakuan seperti itu, sehingga
ayahnya berinisiatif untuk mengirimnya ke seorang psikiatri.
Di rumah psikiater dr. Heru, Pak Aryo dan Sita diterima di ruang tunggu oleh
asistennya yang bernama suster Ratna.
Suster Ratna : Selamat sore, Pak, Mbak. Saya asisten dr. Heru. nama saya Ratna
ada yang bisa saya bantu ?
Pak Aryo kemudian menceritakan apa yang dialami oleh putrinya.
Suster Ratna : Baiklah Pak, saya mengerti keadaan putri bapak. Namun sayang,
dr. Heru saat ini masih sibuk, Bapak beserta putri bapak bisa
menunggu dulu untuk beberapa menit lagi."
Kemudian Pak Aryo dan putrinya Sinta duduk di ruang tunggu. Sementara itu,
di ruangan dr. Heru, ada pasien yang ditemani oleh salah satu anggota
keluarganya, menunjukkan sikap marah sambil mengancam dr. Heru.
Pasien A : Mana anak saya ?. Mengapa kamu mengambil anak saya ?. Aku
benci kamu !. Akan kubunuh kau !
Keluarga : Lho Nduk, ini pak dokter, bukan suami kamu. Dokter ini akan
menolong kamu. Jangan dibunuh po-o, Nduk !
dr. Heru : Ibu, ibu tenang dulu. Bukankah tadi sudah saya jelaskan, saya
dokter, bukan suami ibu !. Saya akan memberi ibu obat
penenang.
Akhirnya pasien tadi dapat ditenangkan oleh dr. Heru, dan kemudian dokter
tersebut menyarankan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa.
Setelah itu, pak Aryo dan Sita menemui dr. heru dengan ditemani oleh suster
Ratna.
Pak Aryo dan Sita : Selamat sore, Dok.
dr. Heru : Selamat sore !. Silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu ?
Pak Aryo : Begini Dok, putri saya ini sering marah-marah, ngamuk, dan tidak
dapat dikontrol. masalhnya ia sedang ada masalah dengan pacar dan
sahabatnya.
Sita langsung menimpali ayahnya.
Sita : Awal mula hubungan kita bik-baik saja dok, tapi ternyata pacar dan
teman saya ada main di belakang saya. Saya tidak bisa menerima ini
begitu saja, Dok !(sambil berteriak dan menggebrak meja). Dia
merebut pacar saya yang sangat saya cintai, saya pikir Tia adalah
sahabat setia saya, tapi ternyata semuanya pecundang !. Awas kalau
saya ketemu dengan mereka lagi !. Akan saya buat mereka cacat
seumur hidup.
Pak Aryo : Kamu ngomong apa sih, Sit. Kok kayak orang gila begitu.
Sita : Aku memang sudah dibuat gila oleh mereka, Pa !. Hatiku hancur !.
Sakit, Pa hati ini. Sakit !
dr. Heru : Sudah, sudah mbak. Mbak tenang dulu !
Semakin dokter menenangkan sikap Sita, Sita semakin mengamuk dan
menganggap dokter membela Mickey dan Tia. Sita mengamuk tak terkontrol, dan
akhirnya dokter memberikan obat penenang.
dr. Heru : Pak, saya buatkan surat rujukan ke RSJ pusat untuk perawatan putri
bapak karena fasilitas di sini sepertinya kurang memadai untuk proses
pengobatan dan perawatan putri bapak.
Pak Aryo : Separah itukah anak saya, dok ?. Apakah harus dirawat di RSJ
segala.
dr. Heru : Iya, Pak. Putri Bapak memerlukan penanganan yang intensif.
Setelah mendapatkan penjelasan, pak Aryo membawa Sita ke RSJ pusat dengan
membawa surat rujukan dari dr. Heru. Suatu hari di Rumah Sakit Jiwa.
Suster Ria : Selamat siang, Mbak ?. Gimana kabarnya hari ini ?. Saya Ria, saya
Suster di sini. Nama Mbak siapa ?
Sita : Siapa kamu ?(sambil melotot). Mau apa kamu ?. Jangan dekati aku !
Suster Ria : Tenang dulu, Mbak ! (sambil mendekati Sita)
Sita : Pergi kamu, semuanya sama aja !. Tidak ada yang mau mengerti
aku !. Dasar penghianat ! (sambil melempar benda-benda yang ada
di sekitarnya)
Suster Ria : Mbak, sekarang mbak pikir, deh !. Kalau mbak ngamuk-ngamuk
seperti ini apa masalahnya bisa selesai. Emang apa sih masalahnya,
mungkin saya bisa membantu ?
Setelah dibujuk oleh perawat, secara perlahan sikap Sita mulai tenang.
Suster Ria : Bagaimana Mbak, Mbak mau cerita ? (diikuti oleh anggukan tanda
setuju dari Sita)
Setelah lama bercakap-cakap dengan perawat, dan Sita telah menceritakan
semua masalah tentang dirinya.
Sita : Saya merasa tenang kalau ada orang yang mau mendengarkan cerita
saya. Saya harap mbak tidak seperti mereka.
Suster Ria : Baiklah Mbak, mbak sudah cerita semuanya pada saya, tentunya
sekarang mbak sudah lelah, khan ?. sekarang mbak istirahat dulu,
besok saya kemari lagi, ya ?. Selamat sore.
Suster Ria : Terima kasih, Suster.

Pembagian Peran :
Sita : Novi Zakia
Nia : Arum
Tia : Dyah
Mickey : David
Yanti (ibu tiri) : Emi
Vika (saudara tiri) : Nuky
Pak Aryo : Dhimas
dr. Heru : Yony
Perawat Ratna : Endah
Pasien X : Weni
Keluarga pasien X : Fitria
Perawat Ria : Kristin
Narator : Uswatun
DAFTAR PUSTAKA

Keltner, et all. 1995. A Psychoterapheutic management Aproach. St. Louis:


Mosby Year Book.

Towsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keparawatan


Psikiatri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai