PENDAHULUAN
1. Katarak
A.
Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu
mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang
tidak bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit
tertentu (Diabetes Mellitus).Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan),
karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di
dunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar
karena katarak senilis/ ketuaan.
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan
dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak
biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan
yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang
berperingkat (progresif). Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak bisa dicegah
karena merupakan proses penuaan sel.
Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan
waktu relatif singkat yaitu 30-40 menit saja. Bahkan, teknologi kedokteran
terbaru memungkinkan pembiusan dilakukan melalui tetes mata saja. Sehingga
banyak orang keliru menganggap katarak bisa diobati hanya menggunakan obat
tetes mata.
Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan
orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang
memerlukan pembedahan lebih lanjut.
B.
Anatomi dan Fisiologi Mata1
1. Kornea
1
Merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan sifat yang
transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40 dioptri
, dengan indeks bias 1, 38 .
2. Iris
Iris merupakan bagian yang memberi warna pada mata, warna coklat pada iris
yang akan menghalangi sinar masuk kedalam mata,iris juga mengatur jumlah
sinar yang masuk kedalam pupil melalui besarnya pupil.
3. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila
berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
4. Corpus siliaris
Berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus
5. Lensa
Lensa dapat membiaskan sinar 20 % atau 10 dioptri dan berperan pada saat
akomodasi. 65 % lensa mengandung air dan 35 % protein
6. Retina
Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan benda
sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal. Pada
Retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang
mengenal frekuensi sinar.
7. Nervus Optikus
2
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Katarak
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena
faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi
tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. 1,2
4
Lensa terfiksasi pada Zonula zinii yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan
menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai
penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi
anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada
ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan
membangun low resistance gap junction antar sel.
1. Media refraksi
Lensa berguna untuk memfokuskan bayangan sehingga jatuh tepat pada fovea
centralis. kekuatan refraksinya adalah +20D tanpa akomodasi. saat akomodasi,
kekuatan lensa bertambah
2. Akomodasi lensa
Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jatuh di belakang
retina sehingga jatuh tepat pada retina . Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh badan
siliar terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa
secara klinis mengurangi daya akomodasi.
Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung, ketebalan axial lensa meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat m cilliaris relaksasi, serat
zonular menegang, lensa lebih pipih, dan kekuatan dioptri menurun.
5
Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
Dioptri lensa Meningkat Menurun
D. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas, dan Age of
Onset.1
Morfologi
Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras ( sklerosis ), berubah menjadi
kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik ( miopisasi ).
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak
menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.
Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat,
tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.
Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat
membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam
hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis
anterior. Pada Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien
DM, Myotonic Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada subcapsularis
anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut
( Glaukomfleckens ), toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak
dapat lepas pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine,
yang disertai dengan sinekia posterior
6
Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang
sejak lahir.
Katarak Lammelar
Katarak Sutural
Maturitas
Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak
insipiens. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air
sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan
mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa telah
mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan
lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini
sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi sehingga
menyebabkan uveitis.
Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.
Tabel 2. Perbedaan stadium katarak1
7
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Age of Onset
Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak,
tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya
sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk.
Jika dapat melihat biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak
kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan.
Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana
usia penderita di bawah 1-5 tahun.
Katarak Juvenile terjadi pada usia di 5-13 tahun dan biasanya
kelanjutan dari katarak kongenital
Katarak Presenile terjadi pada usia 13-35 tahun
Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan
katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.
E. Patogenesis
1. Proses hidrasi
Terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
sub kapsular anterior. Sehingga protein yang mengikat air masuk ke dalam lensa,
tetapi air tidak dapat dikeluarkan karena kegagalan sistem pompa aktif, sehingga
terjadi kebocoran lewat kapsula. Air yang terkumpul dalam lensa menyebabkan
bertambahnya tekanan osmotik, sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa.
2. Sklerosis
Serabut kolagen terus bertambah pada usia tua, terjadi pemadatan serabut
kolagen di tengah, sehingga terjadi sclerosis nukleus lensa.
F. Manifestasi Klinis 1,5
8
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progresif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga
silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik
lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai
akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka
dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second
sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada
katarak subkortikal posterior atau anterior.
4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi
pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian
tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek
merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini
menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata, prisma, atau lensa kontak
5. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak berwarna
keputihan
6. Ukuran kacamata sering berubah
G. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-
penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan cardiac
anomalies. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan
perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler
dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu test pembelokan sinar yang dapat mendeteksi
9
pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf
optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan
retina dapat menilai gangguan penglihatan. 1,5
H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.
Indikasi
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas
sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan
pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh
pupil yang hitam.
4. Indikasi sosial ; apabila terdapat gangguan dalam aktivitas sehari-harinya.
10
Persiapan Pre-Operasi6
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Uji anel positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal
sehingga tidak ada dakriosistitis.
4. Tidak ada infeksi disekitar mata seperti keratitis, konjungtivitis, blefaritis,
hordeolum dan kalazion
5. Tekanan bola mata normal
6. Tekanan darah tidak boleh tinggi
7. Gula darah telah terkontrol
8. Tidak batuk terutama pada saat pembedahan
9. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%
10. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
11. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas
12. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
13. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan
diberikan tiap 15 menit
14. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau
anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan
pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat
diteruskan sehari setelah operasi.
Anestesi8
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau retardasi
mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan reumatik
yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan jarum
25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO, hilangnya
refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa
sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan
cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
o Perforasi bola mata
o Injeksi nervus opticus
o Infeksi
Subtenon Block
11
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul tenon 5
mm dari limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi diinjeksikan diantar
ekuator bola mata.
Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%,
lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa
larutan lidokain 1%, biasanya selama hidrodiseksi.
12
Gambar 3
Ekstraksi katarak intrakapsuler
13
Gambar 4. Teknik ECCE
14
teknik ini dikenal sebagai capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati
membuka kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan
dengan instrumen khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli bedah menggunakan suction
untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan viskoelastik khusus disuntikkan ke
dalam kapsul lensa kosong untuk membantu mempertahankan bentuk sementara ahli
bedah memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam posisi yang
benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan ditutup dengan dua atau tiga
jahitan6 , kadang bisa mencapai lima jahitan.
Gambar 6. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada SICS.
15
Gambar 7
Ekstraksi katarak ekstrakapsular
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa
intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultra-sound
dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil. Teknik baru menawarkan keuntungan insisi yang lebih
kecil dari standar EKEK, jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan,
dan waktu pemulihan lebih pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan
untuk peralatan khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli bedah. Satu studi
menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan untuk melakukan sekitar 150
katarak ekstraksi menggunakan phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi
mereka jatuh ke tingkat dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK konvensional,
terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini diyakini dapat mengurangi
surgically induced astigmatism dan memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi
visi dan kegiatan sehari-hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan
inflamasi dan kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada
yang diamati dengan operasi EKEK 7.
16
Gambar 8. Prosedur phacoemulsification.
17
Gambar 9
Teknik fakoemulsifikasi
18
Gambar 10. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).
Gambar 13. Lokasi insisi yang meminimalisir komplikasi operasi katarak yaitu astigmatisma.
19
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS
Metode Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah Tidak ada resiko katarak Resiko tinggi kebocoran vitreous
sekunder. (20%).
Peralatan yang dibutuhkan Astigmatisme.
sedikit. Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di posterior.
20
IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa korektif. Jika
pasien mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum katarak berkembang, ia
akan terus membutuhkannya setelah IOL ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan
setelah operasi, karena mungkin membutuhkan penyesuaian.
Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien dapat pergi
bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi akan memakan waktu
antara tiga minggu sampai tiga bulan untuk sembuh sepenuhnya. Pada periode ini,
mereka harus memeriksa tajam penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa
21
mereka harus diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu
atau dua hari operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat atau
membungkuk dengan ekstrim. Kebanyakan dokter mata menyarankan pasien
memakai kacamata mereka selama hari dan tape perisai mata pada mata yang
dioperasi pada malam hari. Mereka harus memakai kacamata hitam pada hari-hari
cerah dan hindari menggosok mata yang dioperasi. Selain itu, dokter mata akan
memberikan obat tetes mata selama satu sampai dua minggu untuk mencegah
infeksi, mengatasi rasa sakit, dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting bagi
pasien untuk menggunakan tetes mata persis seperti yang diarahkan.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak
dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.
22
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki
keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
I. Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
1. Fakolitik
23
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk
pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa
tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous
tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian
akan menjadi glaukoma
Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi akibat
pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan operasi katarak
meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous gel) di mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).
Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi meliputi: 10
1. Masalah dengan silau.
2. Dislokasi lensa intraokuler.
3. Mengaburnya bagian dari penutup lensa (kapsul) yang tersisa setelah operasi,
sering disebut aftercataract (kekeruhan kapsul posterior). Ini biasanya bukan
masalah besar dan bisa diobati dengan operasi laser, jika diperlukan. Jenis IOL
dapat mempengaruhi seberapa besar kemungkinan kekeruhan setelah operasi.
4. Ablasi retina.
5. Glaukoma.
6. Astigmatisme atau strabismus.
7. Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).
24
Komplikasi operasi dapat dibagi berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif
awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra
ocular lens, IOL).6
a. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki
keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
b. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Perdarahan : dapat terjadi pada saat melakukan insisi kornea
d) Prolaps korpus siliar : akibatnya iris tertarik ke atas sehingga tidak terlihat
e) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
f) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
g) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
25
5. Keratopati striata
6. Prolaps iris
7. Iridodialisis
8. Himfema
9. Uveitis anterior postoperatif
10. Endoftalmitis
11. Astigmatismus paska operasi
12. Prolaps vitreous, jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi, maka
gel vitreous masuk kedalam bilik anterior yang merupakan resiko terjadinya
glaukoma atau traksi pada retina
13. Edema makular sistoid
14. Ablasio retina
15. Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat
lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan
iritasi atau infeksi
J. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik. Tindakan pembedahan secara defenitif
pada katarak senilis dapat memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus.
Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang
26
anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok
pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk
pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit
yang proresif lambat.
K. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal
yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan
langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan
sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara
teori bermanfaat. Katarak kongenital dicegah dengan skrining penyakit infeksi pra
dan saat kehamilan.
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi
radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat
mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan
sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap
ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti
diabetes.
2. AFAKIA
A.
Definisi
27
Dengan adanya keluhan di atas maka pada pasien hipermetropia
dengan afakia diberikan kacamata sebagai berikut:1
3. Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang dipalorkan setelah trauma
pada anak.
D.
Gejala
E.
Tanda4,5
1. Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi
2. Limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat pembedahan
3. Pasien mengalami penurunan tajam penglihatan (biasanya hiperopia yang
sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif.
4. Bilik mata depan dalam
5. Iris tremulans
6. Jet black pupil
7. Test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan (normalnya 4
bayangan)
28
8. Pemeriksaan fundus memperlihatkan diskus kecil hipermetropi
9. Retinoscopy memperlihatkan hipermetropi tinggi
10. Biasanya terlihat bekas operasi
11. Jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea,
peningkatan TIO, iritis, kerusakan iris, CME (cystoid macular edema)
F.
Optik pada Afakia
29
Sumber: Dr Sunita Agarwal, Dr Athiya Agarwal, David J. Apple, M.D.Textbook of
Ophthalmology. India: Jaypee Brothers Medical Publisher. 2002
30
3. Tajam penglihatan pada afakia
31
G.
Tatalaksana
Tabel perbedaan mata normal (1), koreksi katarak dengan lensa intraokuler
bilik mata belakang (2), lensa kontak (3), dan kacamata katarak (4)
32
Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.
Kacamata
Indikasi :
o Afakia bilateral
33
o Ketika pasien menolak operasi implantasi IOL
Kerugian:
Lensa kontak
Indikasi :
Kerugian :
34
o Mungkit sulit bagi pasien usia lanjut yang tremor untuk
memanipulasi lensa kontak
Keuntungan :
o Permanen
o Kosmetik baik
o Toleransi terbaik
Jenis-jenis IOL :
35
Fiksasi sulkus posterior chamber IOL
Komplikasi :
H.
Prognosis
36
Prognosis untuk afakia adalah bagus jika tidak terjadi komplikasi
seperti edema kornea, glaukoma sekunder, CME (cystoid macular edema).
Namun, pada afakia terjadi peningkatan resiko ablasio retina, khususnya pada
miopi tinggi dan jika kapsul posterior tidak intak.4
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Penyebab terjadinya katarak senilis
adalah karena proses degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya penyakit metabolik, trauma, serta paparan sinar ultraviolet.
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh
factor usia, yaitu diatas 50 tahun, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin
serta factor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami
gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur atau terhalang kabut, siau, kurang peka
dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk
lingkaran semu, lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah
lensa kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile, congenital,
traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification, SICS.
Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu tindakan operasi tidak diperlukan, kadang kala
hanya dengan mengganti/menggunakan kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi
akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak
yang paling sering terjadi, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhadap
sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap dan sebagainya, pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.
2. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
5. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 08 Februari 2014.
6. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.
7. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi
dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
8. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.
9. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta. 2009. hal.
200-12.
10. Razi. Katarak Senilis. Terakhir diperbaharui: 2011.Diakses dari
http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/ , tanggal 15 April
2013.
11. Said. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Terakhir diperbaharui:
2010. Diakses dari http://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-
katarak1.pdf , tanggal 15 April 2013.
12. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Terakhir diperbaharui: 7 Agustus 2012.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall,
tanggal 15 April 2013.
13. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Terakhir diperbaharui: 22 Januari 2013.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview , tanggal 15 April
2013.
14. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-Cataract-Extraction.html,
tanggal 15 April 2013.
15. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsication versus extracapsular cataract extraction: a comparative study of
38
cell survival and growth on the human capsular bag in vitro Original Article. British
Journal of Ophthalmology 1997;81:907910
16. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-review. Indian
J Ophthalmol. 2009 Jan-Feb; 57(1): 4549. http://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pmc/articles/PMC2661529/
17. Sharma RL, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery Small Incision
Cataract Surgery. Diakses dari http://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?id=159,
tanggal 15 April 2013.
18. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. Terakhir diperbaharui: 24 Agustus 2011.
Diakses dari http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-for-
cataracts, tanggal 15 April 2013.
39