Bagian B
Soal (1)
Akuntasi keuangan rumah sakit sering disebut akuntansi biaya, karena
menghasilkaninformasi biaya untuk kebutuhan internal yaitu para manajer di
rumah sakit. Informasi biaya tersebut oleh para manajer internal digunakan untuk
perencanaan anggaran, pengawasan dan penilaian kinerja kegiatan.
Dewasa ini tarif yang berlaku di rumah sakit adalah INA-CBGs dan fee for
service, dimana kedua metode pembiayaan pasien tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Dalam pengaturan dan perhitungan untuk menetapkan
besaran tarif rumah sakit berdasarkan komponen biaya satuan (unit cost). Tarif
INA-CBGs ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan tarid fee for service masih
diberikan keleluasaan kepada rumah sakit.
a. Jelaskan menurut anda yang dimaksud dengan tarid INA-CBGs dan tarif
fee for service di rumah sakit.
b. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
perencanaan anggaran departemen/bagian/unit kerja di rumah sakit.
c. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
pengawasan departemen/bagian/unit kerja melalui pusat-pusat
pertanggungjawaban (centers).
d. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
penilaian kinerja keuangan departemen/bagian/unit kerja di rumah sakit.
Soal (2)
Setiap manajemen rumah sakit berharap bahwa rumah sakit yang dikelolanya
tidak mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan.
a. Apa yang dimaksud kesulitan keuangan bagi rumah sakit? Jelaskan!
b. Strategi keuangan apa yang harus dilakukan agar rumah sakit dalam
kondisi yang sehat?
c. Sebelum mencapai kebangkrutan, langkah-langkah apa yang harus
dilakukan agar rumah sakit tidak menjadi bangkrut?
d. Investasi portofolio bisnis apakah yang dapat dilakukan rumah sakit agar
dapat mempertahankan keberlangsungan usaha rumah sakitnya? Jelaskan!
Jawaban :
(1)
a. Yang dimaksud dengan tarid INA-CBGs dan tarif fee for service
INA-CBGs (Indonesia Case Base Groups) ialah model pembayaran yang
digunakan BPJS Kesehatan untuk mengganti klaim yang ditagihkan oleh rumah
sakit.
INA-CBGs merupakan pembayaran yang berdasarkan perhitungan paket
pembayaran berdasarkan sistim paket berdasarkan penyakit yang di derita pasien.
Perhitungan paket pembayaran berdasarkan rata rata biaya yang dihabiskan pada
sekelompok diagnosis. Dengan menggunakan INA-CBGs maka perhitungan tarif
pelayanan lebih objekif berdasarkan pada biaya sebenarnya.
Melalui INA-CBGs diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi
rumah sakit. Manfaat INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
adalah tarif yang dimaksudkan berbentuk paket yang mencakup seluruh
komponen biaya RS. Berbasis pada data costing dan coding penyakit mengcau
INternational Classification of Diseases (ICD) yang disusun WHO.
Fee for service merupakan metode pembayaran rumah sakit berjenis
retrospektif, dimana pembayaran ditetapkan setelah pelayanan kesehatan
diberikan. Dengan sistem tarif ini, pihak provider, atau penyedia layanan
kesehatan seperti rumah sakit, dapat memperoleh income yang tidak terbatas.
Sebab, provider dapat menawarkan segala macam pelayanan kesehatan kepada
pasien, bahkan termasuk pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan
sekalipun. Sehingga, hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya over treatment
(pemeriksaan yang berlebihan), over prescription (peresepan obat yang
berlebihan), serta over utilility (penggunaan alat pemeriksa yang berlebihan).
b. Penggunaan tarif INA- CBGs dan fee for service dalam perencanaan anggaran
departemen di rumah sakit.
Sesuai dengan perencanaan anggaran di departemen, maka fee for service
merupakan hal yang sangat mudah, karena semua pembayaran pasien akan
berdasarkan jumlah sumber daya yang dikeluarkan serta perhitungannya
dilakukan seteleh pelayanan dilakukan. Perhitungan pembayaran dilakukan secara
prospektif, maka kita harus meghutung kembali apakan tarif yang diberlakukan
sesuai dengan sumber daya yang dikeluarkan pada standar rumah sakit.
Permasalahan akan terjadi jika tarif yang berlaku dibawah standar rumah sakit.
Apabila terjadi, maka harus dilakukan penyesuaian pengeluaran sumber daya
menjadi lebih efisien dan efektif atau merujuk pada sistim perhitungan secara
keseluruhan dimana terdapat sistim subsidi silang.
(2)
a. Kesulitan keuangan bagi rumah sakit
Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam
pertumbuhan, kemampulabaan, dan asset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan
persediaan relative terhadap perusahaan yang sehat.
Pada rumah sakit, kesulitan keuangan dapat disebabkan karena terdapat
alokasi sumber daya yang tidak tepat, kesalahan struktur keuangan atau
pengelolaan yang kurang baik. Situasi yang dikenal juga sebagai teknik
insolvensi, di mana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo seperti pinjaman jangka panjang dan kewajiban tangguhan lainnya. Istilah
untuk kondisi di mana nilai total aset perusahaan lebih kecil dari kewajibannya.
Kesulitan keuangan yang parah terlihat lebih jelas dengan adanya likuidasi secara
paksa atau pengambilalihan akuisisi secara paksa.
c. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar rumah sakit tidak menjadi
bangkrut
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengevaluasi
apakah terdapat miss manajemen dalam bentuk, adakah pengeluaran yang
berlebih, lalu mengecek apakah sdm telah menjalankan tugas dengan baik,
selanjutnya memplanning ulang keuangan dengan cara menekan dan
mengefisiensikan pengeluaran serta meningkatkan pemasukan dan laba. Dapat
juga dengan :
1. melindungi kualitas pelayanan pasien kedepannya
2. memastikan kompatibilitas dengan tujuan dan hasil yang diharapkan
misalnya, care close to home
3. mengembalikan keseimbangan keuangan secepat mungkin secra konsisten
4. Restrukturisasi kepercayaan pada berdiri sendiri secara
5. penutupan kepercayaan
6. transfer kepercayaan sebagai kelangsungan kepada pihak lain seperti
yayasan, atau penyedia independen
d. Investasi portofolio bisnis yang dapat dilakukan rumah sakit agar dapat
mempertahankan keberlangsungan usaha rumah sakitnya
Contohnya, ketika akan berinvestasi membeli alat USG pihak rumah sakit
melakukan penilaian alat USG yang baik untuk kebutuhan rumah sakit, dimana
kriteria nya ialah jenis USG mana yang paling baik, merek apa, kebutuhan
penggunaa, berapa dana yang akan dikeluarkan untuk membeli alat tersebut,
darimana pendanaannya dan bagaimana pembagian keuntungan .