Anda di halaman 1dari 7

TAKE HOME TEST SEMESTER 1

MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN


SIFAT UJIAN : TAKE HOME TEST

Nama : Dwiana Kartika


NPM : 20090315006

Bagian B
Soal (1)
Akuntasi keuangan rumah sakit sering disebut akuntansi biaya, karena
menghasilkaninformasi biaya untuk kebutuhan internal yaitu para manajer di
rumah sakit. Informasi biaya tersebut oleh para manajer internal digunakan untuk
perencanaan anggaran, pengawasan dan penilaian kinerja kegiatan.
Dewasa ini tarif yang berlaku di rumah sakit adalah INA-CBGs dan fee for
service, dimana kedua metode pembiayaan pasien tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Dalam pengaturan dan perhitungan untuk menetapkan
besaran tarif rumah sakit berdasarkan komponen biaya satuan (unit cost). Tarif
INA-CBGs ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan tarid fee for service masih
diberikan keleluasaan kepada rumah sakit.
a. Jelaskan menurut anda yang dimaksud dengan tarid INA-CBGs dan tarif
fee for service di rumah sakit.
b. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
perencanaan anggaran departemen/bagian/unit kerja di rumah sakit.
c. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
pengawasan departemen/bagian/unit kerja melalui pusat-pusat
pertanggungjawaban (centers).
d. Jelaskan menurut anda, bagaimana penggunaan kedua tarif tersebut dalam
penilaian kinerja keuangan departemen/bagian/unit kerja di rumah sakit.

Soal (2)
Setiap manajemen rumah sakit berharap bahwa rumah sakit yang dikelolanya
tidak mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan.
a. Apa yang dimaksud kesulitan keuangan bagi rumah sakit? Jelaskan!
b. Strategi keuangan apa yang harus dilakukan agar rumah sakit dalam
kondisi yang sehat?
c. Sebelum mencapai kebangkrutan, langkah-langkah apa yang harus
dilakukan agar rumah sakit tidak menjadi bangkrut?
d. Investasi portofolio bisnis apakah yang dapat dilakukan rumah sakit agar
dapat mempertahankan keberlangsungan usaha rumah sakitnya? Jelaskan!

Jawaban :
(1)
a. Yang dimaksud dengan tarid INA-CBGs dan tarif fee for service
INA-CBGs (Indonesia Case Base Groups) ialah model pembayaran yang
digunakan BPJS Kesehatan untuk mengganti klaim yang ditagihkan oleh rumah
sakit.
INA-CBGs merupakan pembayaran yang berdasarkan perhitungan paket
pembayaran berdasarkan sistim paket berdasarkan penyakit yang di derita pasien.
Perhitungan paket pembayaran berdasarkan rata rata biaya yang dihabiskan pada
sekelompok diagnosis. Dengan menggunakan INA-CBGs maka perhitungan tarif
pelayanan lebih objekif berdasarkan pada biaya sebenarnya.
Melalui INA-CBGs diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi
rumah sakit. Manfaat INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
adalah tarif yang dimaksudkan berbentuk paket yang mencakup seluruh
komponen biaya RS. Berbasis pada data costing dan coding penyakit mengcau
INternational Classification of Diseases (ICD) yang disusun WHO.
Fee for service merupakan metode pembayaran rumah sakit berjenis
retrospektif, dimana pembayaran ditetapkan setelah pelayanan kesehatan
diberikan. Dengan sistem tarif ini, pihak provider, atau penyedia layanan
kesehatan seperti rumah sakit, dapat memperoleh income yang tidak terbatas.
Sebab, provider dapat menawarkan segala macam pelayanan kesehatan kepada
pasien, bahkan termasuk pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan
sekalipun. Sehingga, hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya over treatment
(pemeriksaan yang berlebihan), over prescription (peresepan obat yang
berlebihan), serta over utilility (penggunaan alat pemeriksa yang berlebihan).

b. Penggunaan tarif INA- CBGs dan fee for service dalam perencanaan anggaran
departemen di rumah sakit.
Sesuai dengan perencanaan anggaran di departemen, maka fee for service
merupakan hal yang sangat mudah, karena semua pembayaran pasien akan
berdasarkan jumlah sumber daya yang dikeluarkan serta perhitungannya
dilakukan seteleh pelayanan dilakukan. Perhitungan pembayaran dilakukan secara
prospektif, maka kita harus meghutung kembali apakan tarif yang diberlakukan
sesuai dengan sumber daya yang dikeluarkan pada standar rumah sakit.
Permasalahan akan terjadi jika tarif yang berlaku dibawah standar rumah sakit.
Apabila terjadi, maka harus dilakukan penyesuaian pengeluaran sumber daya
menjadi lebih efisien dan efektif atau merujuk pada sistim perhitungan secara
keseluruhan dimana terdapat sistim subsidi silang.

c. Penggunaan kedua tarif tersebut dalam pengawasan departemen melalui pusat


pusat pertanggungjawaban.
Pada tarif fee for service, departamen dapat megontrol secara jelas jumlah
fee dokter yang ditagihkan kepada pasein sehingga honor dokter mudah dihitung.
Pada INA-CBGs pembayaran dilkukan memlalui satu pintu, dirumah sakit dan
tidak dapat dikontrol untuk tarif pelayanan dokternya karena pembayaran meliputi
semua sumber daya yang dikeluarkan oleh rumah sakit termaksud fee dokter
dalam satu paket. Pembiayaan untuk dokter tidak dapat dipisahkan secara jelas.
Akibatnya, kontrol departemen terhadap INA-CBGs sangat lemah.

d. Penggunaan kedua tarif tersebut dalam penilaian kinerja keuangan departemen


di rumah sakit.
Penilaian kinerja keuangan departemen pada fee for service dapat dihitung
dengan menjumlahkan fee for service yang diterima oleh dokter dibagian tersebut,
unit yang dihitung adalah rupiah.
Sedangkan pembayaran dengan menggunakan sistem INA-CBGs, kinerja
keuangan dapat dihitung dari jumlah paket INA-CBGs yang diterima oleh rumah
sakit dari jumlah tindakan yang dilakukan, satuan perhitumganya adalah jumlah
tindakan. Perhitungan selanjutnya adalah selilsih dari jumlah uang yang diterima
dari paket Ina-CBGs dikurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit
untuk membiayai sumber daya yang digunakan.

(2)
a. Kesulitan keuangan bagi rumah sakit
Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam
pertumbuhan, kemampulabaan, dan asset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan
persediaan relative terhadap perusahaan yang sehat.
Pada rumah sakit, kesulitan keuangan dapat disebabkan karena terdapat
alokasi sumber daya yang tidak tepat, kesalahan struktur keuangan atau
pengelolaan yang kurang baik. Situasi yang dikenal juga sebagai teknik
insolvensi, di mana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo seperti pinjaman jangka panjang dan kewajiban tangguhan lainnya. Istilah
untuk kondisi di mana nilai total aset perusahaan lebih kecil dari kewajibannya.
Kesulitan keuangan yang parah terlihat lebih jelas dengan adanya likuidasi secara
paksa atau pengambilalihan akuisisi secara paksa.

b. Strategi keuangan rumah sakit yang sehat


Pengelolaan keuangan yang baik diperlukan pada setiap aktivitas
manajemen mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Analisis dan
pengambilan keputusan yang tepat memerlukan informasi keuangan yang
berkualitas. Dalam dunia usaha, termasuk rumah sakit, akuntansi memiliki peran
penting sebagai pengolah informasi keuangan, karena akuntansi merupakan
language of business dan sebagai sebuah system informasi. Manajeman keuangan
modern saat ini sebaiknya mengarah pada strategi analytical based, dimana setiap
aktivitas dan pengambilan keputusan didasarkan pada proses analisa yang terukur
dan akuntable, bukan lagi hanya didasarkan pada kira-kira atau kebiasaan.
Oleh karena itu para manajer organisasi perlu untuk terus meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan mengenai konsep-konsep, alat analisa di bidang
manajemen keuangan serta memahami bagaimana mengaplikasikannya di rumah
sakit. Dengan demikian, kemampuan mengenai dasar-dasar manajemen keuangan
sebenarnya tidak hanya harus dimiliki oleh para manajer keuangan saja, tetapi
penting juga untuk dimiliki oleh para manajer non keuangan. Strategi keuangan
dapat juga menggunakan dengan capital structure, ratio market, liquidity,
productivity input and ouput yang terdata dengan baik dalam manajemen
keuangan.

c. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar rumah sakit tidak menjadi
bangkrut
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengevaluasi
apakah terdapat miss manajemen dalam bentuk, adakah pengeluaran yang
berlebih, lalu mengecek apakah sdm telah menjalankan tugas dengan baik,
selanjutnya memplanning ulang keuangan dengan cara menekan dan
mengefisiensikan pengeluaran serta meningkatkan pemasukan dan laba. Dapat
juga dengan :
1. melindungi kualitas pelayanan pasien kedepannya
2. memastikan kompatibilitas dengan tujuan dan hasil yang diharapkan
misalnya, care close to home
3. mengembalikan keseimbangan keuangan secepat mungkin secra konsisten
4. Restrukturisasi kepercayaan pada berdiri sendiri secara
5. penutupan kepercayaan
6. transfer kepercayaan sebagai kelangsungan kepada pihak lain seperti
yayasan, atau penyedia independen
d. Investasi portofolio bisnis yang dapat dilakukan rumah sakit agar dapat
mempertahankan keberlangsungan usaha rumah sakitnya

Portofolio investasi merupakan kumpulan dari anggaran untuk mendanai


proyek dalam portofolio inovasi dan inisiatif baru bisnis inti. Pool tahunan sumber
daya dan uang ini dibagi-bagi menjadi berbagai inisiatif dalam portofolio inovasi
sesuai dengan kebutuhan seiring waktu. Dengan dana yang terus diseimbangkan
dalam portofolio investasi antara bisnis saat ini dan usaha yang akan datang,

Pada dasarnya manajemen portofolio terdiri dari 3 aktivitas utama yang


meliputi : pembuatan keputusan alokasi aset, penentuan porsi dana yang akan
diinvestasikan untuk masing-masing aset, pemilihan aset-aset dari kelas aset yang
telah dipilih. Dalam investasi riil, investor harus menentukan kelas aset mana saja
dan berapa besar proporsi yang akan dibeli pada masing-masing aset tersebut.
Dalam hal ini, investor perlu melakukan keputusan alokasi aset. Keputusan
alokasi aset merupakan keputusan investor yang menyangkut pemilihan kelas-
kelas aset yang akan dijadikan pilihan investasi dan juga besaran alokasi dana
investor yang akan diinvestasikan dalam kelas aset tersebut.

Portofolio investasi yang dapat dilakukan ialah melalui pembelian saham


baik melalui pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam
perusahaan. Investasi bisnis lain yang dapat rumah sakit lakukan ialah dengan
membelikan alat-alat kesehatan yang dapat memberikan keuntungan dana dari
penggunaanya terhadap pasien.

Contohnya, ketika akan berinvestasi membeli alat USG pihak rumah sakit
melakukan penilaian alat USG yang baik untuk kebutuhan rumah sakit, dimana
kriteria nya ialah jenis USG mana yang paling baik, merek apa, kebutuhan
penggunaa, berapa dana yang akan dikeluarkan untuk membeli alat tersebut,
darimana pendanaannya dan bagaimana pembagian keuntungan .

Rumah sakit melakukan langkah- langkah :


Menetapkan Nilai sekarang (Present value ) terhadap alat USG tersebut.
RS menganalisis bagaimana laporan keuangan agar dapat dilihat dari sisi
pendanaan pembelian USG.
Keuntungan yang akan dihasilkan dikaji apakah dengan membeli mesin
tersebut, RS bisa mendapat keuntungan (Return)
Risiko yang mungkin saja terjadi, seperti biaya pemeliharaan.
Harga opsi dari mesin yang akan dibeli ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai