Waropen Menurut Undang-Undang Nomor 26 - Kecamatan -
Tahun 2002 Luas Wilayah Kabupaten Waropen Adalah: 1.694.400 Ha, termasuk sebagian wilayah - Kelurahan - kabupaten Mamberamo Raya. Simbol khas daerah Batas Wilayah Kabupaten Waropen Sebagai Berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan selat Saireri; Sebelah Selatan Berbatasan dengan kabupaten 7 dokter umum, 23 bidan, dan 96 perawat puncak Jaya dan kabupaten Puncak; Waropen Spesialis= 0 Dokter umum= 7 gigi=0 bidan=23 Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten nabire; perawat=96 Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten 10 puskesmas, 18 puskesmas pembantu (Pustu), dan 12 mamberamoraya. polindes. Waropen dalam klinik=585 luar klinik=0 dokter praktek=0 Posisi Geostrategis lainnya=0 total=585 Secara geostrategis Kabupaten waropen berada di Waropen posyandu 2009-2012 47 47 59 60 sebelah utara bagian tengah Provinsi Papua dengan Waropen apotek=1 toko obat=2 gudang farmasi=1 total=4 luas wilayah 9.752,79 Km2, Kabupaten ini Waropen poliklinik=5 puskesmas perawatan=5 puskesmas memiliki 1 (satu) pulau penghuni dan juga terdiri non perawatan=0 total=10 dari wilayah dataran rendah serta wilayah Konflik adalah pertentangan antara dua pihak atau pegunungan yang cukup terjal. Pada dataran rendah lebih, yang dapat terjadi antar individu, antar kelompok terdapat rawah dan tanah kering sedangkan pada kecil, bahkan antar bangsa dan negara (Sarlito W. wilayah pegunungan terdapat bukit dan gunung- Sarwono, 1999). gunung yang cukup tinggi. Terdapat juga beberapa Merupakan bentuk pertentangan, ketidak sungai besar dan sungai-sungai kecil. sepakatan, ketidak cocokan antara dua orang atau lebih, antar kelompok orang, yang biasanya ditadai oleh Topografi Kabupaten Waropen sangat berfariasi mulai dari kekerasan fisik (Wikipedia, 2007) dataran rendah sampai pegunungan yang terjal. Persepsi mengenai perbedaan kepentingan (Pruitt dan Robin,2004) Kabupaten Waropen : Jumlah Penduduk 24.639 Papua KONFLIK merupakan percampuran antara unsur : 10.707 Non Papua 2.430 Total 13.137, Kepala keluarga OBJEKTIF 659 ketidaksesuaian / ketidakcocokan tindakan, tujuan berkaitan dengan sumber-sumber yang terbatas seperti uang, air, dan sebagainya; universal atau spesifik. Provinsi Papua SUBJEKTIF lebih merujuk pada proses-proses psikologi sosial Dasar hukum - seperti persepsi, komunikasi, atribusi konflik subjektif terjadi terutama karena faktor Tanggal Peresmian - minds (persepsi dan kognisi) konflik dpt terjadi walaupun tidak ada ketidaksesuaian yang sifatnya substantif/ mendasar Ibu kota Botawa KAITAN UNSUR OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF DARI KONFLIK Pemerintahan Pada umumnya konflik memang dipicu oleh persoalan objektif, namun intensitas ataupun keseriusan - Bupati Yesaya Bunay sebuah konflik tergantung pada bagaimana individu atau kelompok mempersepsi dan menginterpretasikan situasi - Wakil Bupati Yeremias Bisay (unsur subjektif) Perang merupakan upaya untuk memelihara - DAU Rp. 416.243.438.000.-(2013)[1] dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak Luas 16.723 km2 pihak yang dimusuhi baik secara fisik maupun psikologis. Perang biasanya disebabkan oleh perbedaan ideologi dan kepentingan yang memicu konflik, Populasi keinginan untuk memeperluas wilayah kekuasaan dan perampasan sumber daya alam. - Total 22.234 jiwa (2000) TEORI TEORI KONFLIK Menurut Sarwono (2001), penyebab munculnya konflik - Kepadatan 1,33 jiwa/km2 dalam kelompok dilatarbelakangi oleh: Dilema sosial: Adanya sikap yang tidak mau Demografi dirugikan dan keinginan untuk mempertahankan diri, dimana setiap individu mempunyai latar belakang sendiri - Kode area telepon - sendiri (suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin), individu yang tergabung dalam suatu kelompok seringkali ditebengi oleh kepentingan kepentingan Pembagian administratif tertentu dan senantiasa mengupayakan tercapainya tujuan dari kepentingan tersebut. keputusan yang kurang baik, yang besar Kompetisi : Menurut realistic group conflict, kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang kompetisi menyebabkan adanya permusuhan yang jelek dengan akibat yang sangat merugikan. Hal ini kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka didukung oleh adanya konformitas dalam kelompok. satu dengan yang lain, serta saling memberikan Contoh : evaluasi yang negatif. Peristiwa Pearl Harbour Ketidakadilan: Adanya ketidakseimbangan antara Desember 1941, komandan militer AS di Hawaii input dengan output. menerima laporan tentang persiapan Jepang untuk Kesalahan persepsi: Seringkali muncul karena menyerang AS di suatu tempat di Pasifik. Intel intel militer cara pandang yang subyektif, jadi tidak mudah untuk kemudian kehilangan kontak dengan kapal kapal Jepang mengetahui mana yang benar. Ibarat sebuah bola, inti yang mulai bergerak ke Hawaii. Tetapi para komandan bola adalah kebenaran itu sendiri, sedangkan lapisan memutuskan untuk mengabaikan informasi tersebut, yang menyelimuti inti adalah persepsi persepsi yang akibatnya, Pearl Harbour sama sekali tidak siap ketika ditimbulkan oleh subyek. Jadi, dalam hal ini kebenaran diserang. 18 kapal tenggelam, 170 pesawat udara hancur, akan selalu tertutup dengan adanya persepsi persepsi dan 3.700 orang meninggal. yang belum tentu benar (mirror image perception). THE REALISTIC CONFLICT THEORY 3 aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membahas Konflik terjadi karena adanya kompetisi dalam konflik: permainan, antarkelompok saling mengejek, berkelahi, Awareness aspect: kapan seseorang menyadari adanya upaya saling mengalahkan (win-lose), segala upaya telah terjadi konflik damai dan komunikasi dihambat (autistic hostility), serta Expression aspect: tampilan di depan publik bahwa muncullah distorsi persepsi. telah terjadi konflik THE CONTACT HYPOTHESIS TEORIES Affect aspect: konflik seringkali diikuti oleh Konflik terjadi karena kegagalan mengenal pihak munculnya sejumlah emosi negatif spt marah, cemas lain akibat ketidaktahuan atau tidak adanya informasi yang panik. memadai. Untuk itu diperlukan adanya kontak, sehingga Faktor-faktor penyebab konflik : dapat membuka kesempatan untuk mendapatkan informasi 1. Perbedaan individu yang meliputi yang memadai, mengklarifikasi kesalahan persepsi, belajar perbedaan pendirian dan perasaan kembali berdasarkan informasi yang baru, walaupun tidak Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau semua kontak bisa menyelesaikan konflik bahkan dapat lingkungan yang nyata dapat menjadi faktor penyebab mempertajam konflik. konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, TEORI IDENTITAS SOSIAL seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Setiap individu memiliki identitas sosial yang 2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga berbeda. Identitas sosial dalam hal ini adalah kesadaran membentuk pribadi yang berbeda individu bahwa dirinya merupakan anggota dari suatu Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok tertentu, yang meliputi kesadaran akan perasaan - kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. perasaan, nilai - nilai penting bagi dirinya sebagai anggota Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, dari kelompok tersebut. Untuk itulah identitas sosial menjadi tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. bagian dari konsep diri individu. Identitas sosial itu bisa 3. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak berupa kategori-kategori sosial yang merupakan dalam masyarakat penggolongan individu menurut negara, ras, kelas sosial, Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, pekerjaan, jenis kelamin, etnis, agama, golongan, dan tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan sebagainya. Identitas sosial tersebut kemudian menjadi mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya penghalang bagi seseorang untuk bekerjasama dalam suatu konflik sosial. kelompok, karena adanya kepentingan dan latar belakang yang dibawanya. Konflik seringkali terjadi karena tidak STRATEGI MENGHADAPI KONFLIK adanya kesamaan persepsi dan kurangnya empati karena Menurut Pruit dan Robin (2004), strategi menghadapi setiap individu yang berkelompok senantiasa konflik adalah sebagai berikut : mempertahankan identitas sosialnya masing masing. Contending : cara ini adalah cara pemecahan STEREOTIP (KOGNISI SOSIAL) masalah secara WIN LOSE SOLUTION, yaitu Stereotip terjadi karena adanya kesalahan persepsi dengan menyelesaikan masalah tanpa memperdulikan (terjebak pada penilaian yang salah), dimana informasi kepentingan pihak lain. informasi yang diterima kurang lengkap dan bersifat Problem Solving : yaitu menyelesaikan masalah subyektif. Kesalahan persepsi yang menimbulkan stereotip dengan memperdulikan kepentingannya sendiri dan kemudian berkembang menjadi faktor penyebab munculnya pihak lain. Individu akan berinisiatif melakukan konflik. Sifat stereotip seperti munculnya kesan kaku yang pemecahan masalah dengan negosiasi untuk mengatasi jauh dari kenyataan, keyakinan yang berlebihan, generalisasi konflik. Solusi diarahkan pada agar kedua pihak dapat yang berlebihan, tidak akurat dan irasional. sepenuhnya mencapai tujuan dan mengatasi CONTOH STEREOTIP PADA PIKIRAN KELOMPOK ketegangan dan perasaan negatif antara kedua pihak. Pikiran kelompok sebagai cara berpikir seseorang Motivasi yang berkembang adalah untuk pada saat ia mencari kesepakatan dengan anggota berkolaborasi. kelompok yang lain. Yielding: yaitu dengan mengalah, menurunkan Cara berpikir tertentu sangat dominan dalam aspirasinya sendiri dan bersedia menerima kurang kelompok yang terpadu / kohesif sehingga mengalahkan dari yang sebenarnya diinginkan. Motivasi yang dan mengabaikan penilaian lain yang lebih realistik. berkembang adalah keinginan untuk menyerah. Pikiran kelompok sebagai proses pembuatan Inaction : yaitu dengan diam, tidak melakukan apapun. Masing-masing pihak saling menunggu atau penguasa bermental komprador yang menjual tindakan pihak lain. Negara dengan membuat transaksi yang Withdrawing: yaitu dengan menarik diri, memilih menguntungkan negara asing dan dirinya sendiri tetapi meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik maupun mengorbankan kepentingan rakyat, merupakan contoh psikologis. pengganggu perdamaian. RESOLUSI KONFLIK Ketentraman adalah suasana hati perseorangan Merupakan suatu proses untuk mengatasi perselisihan, dan keadaan masyarakat yang bebas dari kekhawatiran konflik. terhadap pelanggaran haknya oleh pihak lain dan atau Metode Resolusi menurut Sarwono (1999): terhadap tuduhan oleh dan sangsi dari pihak lain Kontak: hubungan langsung karena dianggap melanggar hak pihak lain itu Komunikasi: (termasuk dan terutama penguasa) atau karena Bargaining: tawar menawar dianggap melanggar hukum yang berlaku. Jadi, matra Mediasi: mediator, win-lose menjadi win- ini lebih subyektif sifatnya, walaupun ada sebab win obyektif yang menimbulkan suasana mencekam yang Arbitrasi: pihak ketiga tidak hanya sarat ketidakpastian dan penuh saling curiga. menawarkan, jika perlu memaksa Ketiga matra perdamaian ini saling terkait satu sama lain, Konsiliasi: mundur, peredaan ketegangan maka secara timbal balik matra yang satu mempengaruhi 3 Matra perdamaian menurut Like Wilardjo, 1990: matra yang lain. Keamanan dalam negeri (internal security) ialah Konflik Vertikal Antara Gerakan Aceh Merdeka Di Aceh ketidakberdayaan, atau terkendalinya anasir anasir Dengan Pemerintah Pusat Di Jakarta Tahun 1976-2005 yang hendak mengacau masyarakat dengan tindak Konflik Papua kekerasan dan atau intimidasi dan teror psikologis. Kerusuhan etnis di Ambon tahun 1999 Kedamaian, mengacu pada keamanan regional Konflik Poso atau internasional dalam hubungan antar bangsa. Jadi Konflik Sosial Kasus Tegal Dan Cilacap matra ini kena mengena dengan ancaman dari luar Konflik Indonesia VS Malaysia negeri. Penghianat misalnya, warga negara yang menjadi mata mata untuk kepentingan pihak asing,