Anda di halaman 1dari 15

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih pada tahun
1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu
sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan
hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi
pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara
sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248).
2.2 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia.
a. Host
1. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan
leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4
tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara
umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).
Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang
4

lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit
hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap
100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan
terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua.
Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4
tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan
keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-
hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan
Kaukasia (4,6%).
2. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital
misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom
Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom
trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik
2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko
untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita leukemia.
b. Agent
1. Virus
5

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada
beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab
leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita
leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti
retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di
tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan
bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak.
Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga
dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads
mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
3. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga
dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat
menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa
orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA
(OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26
kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
6

2.3 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum
tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen
pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga biasa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Berbedaan
LLA LLA ( Leukemia Limfositik Akut) dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
7

normal.
LMA LMA ( Leukemia Mielogenus Akut) mengenai sel stem hematopoetik yang
kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
LLK LLK (Leukemia Limfositik Kronik) merupakan kelainan ringan mengenai
individu usia 50 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan
gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit.
LMK LMK (Leukemia Mielogenus Kronis) juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel normal dibanding
bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA
tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan
tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai
jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan
femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
8

priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami
gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan
kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan
atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


1. Pemeriksaan darah
Laboratorium akan melakukan hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah sel darah
putih, sel darah merah, dan platelet. Leukemia menyebabkan jumlah sel darah putih
sangat tinggi. Juga seringkali ditemukan rendahnya tingkat trombosit dan hemoglobin
dalam sel darah merah.
2. Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada
dalam sumsum tulang Anda. Hal ini memerlukan anestesi lokal untuk membantu
mengurangi rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang
pinggul atau tulang besar lainnya. Ada dua cara yang umum digunakan:
3. Aspirasi sumsum tulang
Menggunakan jarum berongga tebal, yang diambil hanya sumsum tulang
4. Biopsi sumsum tulang
Menggunakan jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat sepotong kecil tulang dan
sumsum tulang.
9

5. Sitogenetik
Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau
kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan jenis
leukemia yang Anda miliki. Misalnya, orang dengan CML memiliki kromosom abnormal
yang disebut kromosom Philadelphia.
6. Spinal Tap
Dokter dapat mengambil beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di
dalam dan sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Dokter menggunakan jarum
panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dari tulang punggung bagian bawah. Prosedur
ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Anda harus
berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan
memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain dari
masalah.
7. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan kelainan pada sumsum tulang berupa
adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan darah tepi
mononton dan terdapat sel blast. Terdapatnya sel blast dalam darah tepi merupakan gejala
patognomik untuk leukemia,

2.7 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien : nama, umur, tempat tangga lahir, pekerjan, jenis
kelamin, penanggung jawab
b. Keluhan Utama : Sering pusing
c. Riwayat Penyakit sekarang : pucat, sesak nafas, demam, adanya infeksi,
mengalami hematuria, mengalami
perdarahan
d. Riwayat Penyakit Terdahulu : Klien mengatakan bahwa perdarahan sudah
dirasakan dari 1 bulan yang lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat leukemia
f. 11 Pola Pengkajian Gordon

No Pola Pengkajian Gordon Data


1 Pola Persepsi Management DS :
10

Kesehatan Ibu klien mengatakan penyakit leukemia yang


diderita anaknya disebabkan karena teman
sebaya anaknya yang mengidap penyakit
leukemia sebelumnya
DO :
Klien merasa takut

DS:
Ibu klien mengatakan bahwa jika anaknya
lemas maka dia akan meminum suplemen
penambah daya tahan tubuh
DO :
Ekspresi wajah klien terlihat segar

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa tidak mengetahui
dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit leukemia
sebelumnya
DO :
Klien terlihat bingung
2 Pola Nutrisi Metabolik DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak ada
nafsu makan sejak 3 hari yang lalu. Makan
yang biasanya 3 kali sehari menjadi 1 kali
sehari dengan porsi makanan dari porsi
biasanya
DO :
Klien tampak lemas

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya mual ketika
melihat nasi
DO :
Klien terlihat menutup mulutnya dengan satu
tangan sambil satu tangan yang lain memegang
perut

DS :
Ibu klien mengatakn bahwa anaknya suka
memakan makanan pedas

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
mengalami penurunan berat badan dari 20Kg
menjadi 17Kg
11

DO :
Klien terlihat kurus

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya jarang minum
air putih ,dari 7 gelas per hari menjadi 4 gelas
sehari
DO :
Mukosa bibir dan kulit klien tampak kering
3 Pola Eliminasi DS :
Ibu klien mengatakn bahwa anaknya BAB 1
kali sehari setiap pagi di kamar mandi

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya selama 2
hari keluar masuk kamar mandi 4-5 kali sehari
akibat diare
DO :
Feses cair dan berwarna hitam

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya sering menangis
ketika BAK dengan memeganggi alat
kelaminnya
DO :
Klien tampak menyeringai dengan warna urine
kuning keruh

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa dalam sehari
anaknya jarang BAK yang biasanya BAK
sekitar 2-3 kali sehari menjadi 1 kali
sehari,bahkan tidak BAK sama sekali
DO :
Intake urine 200 cc

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sering
menggeluarkan keringat dimalam hari
DO :
Klien tampek gelisah
4 Pola Latihan Aktivitas DS :
Ibu klien mengatakan cepat lelah dalam
melakukan aktifitas
DO :
12

Klien tampak lemas

DS :
Klien mengatakan bahwa anaknya adalah anak
yang aktif ,sejak terkena penyakit anaknya
sering tidur daripada melakukan aktivitasnya
DO :
Klien tampak malas ,ekspresi wajah klien
menunjukkan ketidakberdayaan

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa dalam melakukan
aktivitas ,anaknya membutuhkan bantuan dari
orang tuanya
DO :
Klien tidak ada kemampuan dalam
beraktivitas ,dank lien sering menangis
5 Pola Kognitif Persepsi DS :
Ibu klien mengatakan bahwa ankanya bisa
mendengar dan merespon dengan baik, tetapi
malas untuk berbicara
DO :
Klien tidak mau berbicara
6 Pola Istirahat Tidur DS :
Ibu klien mengatakan anaknya tidur dengan
mendengarkan music dengan menggunakan
bantal dan guling kesukaannya

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
menggalami gangguan tidur baik disiang
maupun malam hari karena ,anak mengeluh
nyeri
DO :
Ekspresi wajah klien tidak bersemangat

DS :
Ibu klien mengatakan frekuensi tidur klien
terganggu ,tidur siang yang biasa 1- 2 jam
menjadi 30 menit. Sedangkan tidur malam yang
biasanya 6-7 jam menjadi 4 jam saja
DO :
Terdapat lingkaran hitam di bawah mata klien
,terlihat ekspresi wajah klien tidak bersemangat

7 Pola Konsep Diri Persepsi DS :


13

Diri Ibu klien mengatakan sering mengeluh karena


tubuhnya semakin kurus
DO :
Klien terlihat sedih

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa semua keluarga
mendukung semua proses pengobatan
8 Pola Peran dan Hubungan DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sering
dikucilkan dari lingkungannya
DO :
Klien terlihat menutup diri

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sibuk
dengan kesenangannya sendiri
DO :
Klien terlihat tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya
9 Pola Reproduksi/Seksual DS :
Ibu klien mengatakan anaknya sering menahan
BAK, dengan gerakan khas (menggetarkan
badannya sesaat)
DO :
Klien tampak menggetarkan badannya

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya hobi mengigit
jari
DO :
Klien mengigit ibu jarinya
10 Pola Koping Toleransi Stres DS :
Ibu klien mengatakan setiap ada masalah
anaknya selalu bercerita dengannya dalam
keadaan sepi
DO :
Klien tampak sedikit lega

DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya bosan
berada di rumah sakit dan ibunya membelikan
mainan kesukaannya
DO :
Klien tampak sibuk dengan mainannya
11 Pola Keyakinan dan Nilai DS :
14

Ibu klien mengatakan bahwa anaknya rajin


beribadah dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya
DO :
Klien tampak khusyuk berdoa

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, anak tidak mengalami
gejala-gejala infeksi
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda rubor, kalor, dolor
Suhu anak dalam batas normal
Intervensi:
1. Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
5. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
6. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi

Diagnosa Keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, anak tidak mengalami
nyeri
15

Kriteria Hasil :
Anak tidak mengeluh nyeri
Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Intervensi:
1. Ukur tanda-tanda vital klien
Rasional : Untuk memantau keadaan umum klien
2. Tanyakan penyebab dan lokasi nyeri dan ukur skala nyeri klien dari 0 - 10
Rasional: Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
3. Ajarkan klien untuk teknik relaksasi seperti mendengarkan musik, menonton film
kesukaan dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengalihkan rasa nyeri yang dialami klien
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain tentang pemberian obat analgesik.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri yang dihadapi oleh klien
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
Rasional: Untuk mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan
6. Observasi skala nyeri
Rasional: Untuk mengetahui apakah skala nyeri turun atau tetap setelah dilakukan
tindakan keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
1. Memantau suhu klien dengan teliti setiap 2 4 jam sekali karena kenaikan suhu
merupakan indikasi dari terjadinya infeksi. Respon klien yaitu klien tampak tenang dan
tidak terjadi kenaikan suhu.
2. Menempatkan anak pada ruangan khusus yaitu bersama dengan anak-anak yang lain yang
menderita leukemia yang lainnya. Respon klien yaitu klien tampak senang dan tidak
Nampak bersedih.
3. Menginspeksi membran mukosa mulut klien dan membersihkannya dengan baik. Repon
klien yaitu klien tampak antusias dan mendukung tindakan yang dilakukan oleh perawat.
16

4. Memberikan periode istirahat tanpa gangguan dengan melibatkan kedua orang tua dan
klien merespon sangat baik. Klien menurut apa yang perawat dan ibunya suruh untuk
beristirahat dengan cukup
5. Memberikan diet lengkap nutrisi sesuai usia. Respon klien yaitu klien menghabiskan
semua makanan rumah sakit dengan disuapi oleh ibunya.
6. Mengevaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat yang muncul seperti penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi. Respon klien yaitu klien tidak menolak ketika
diperiksa oleh perawat.

Diagnosa Keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
1. Mengukur tanda-tanda vital klien mulai dari tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Respon klien yaitu klien bertanya bagaimana keadaannya hari ini
2. Menanyakan penyebab dan lokasi nyeri serta mengukur skala nyeri klien. Respon klien
yaitu klien menunjukkan penyebab dan lokasi nyeri yang sering dia alami serta
memberitahu perawat skala nyeri yang dia rasakan
3. Mengajarkan klien untuk teknik relaksasi yaitu mendengarkan musik. Respon klien yaitu
klien tampak asyik mendengarkan musik kesukaannya
4. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lainnya dalam pemberian obat
analgesik. Respon klien yaitu klien meminum obat yang diberikan oleh perawat
kepadanya dengan digerus.
7. Melakukan observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam mulai dari tekanan darah, nadi,
suhu dan pernapasan. Respon klien yaitu klien nampak antusias dan menanyakan
keadannya.
8. Melakukan observasi skala nyeri. Respon klien yaitu klien mengatakan bahwa nyerinya
sudah mulai menurun
5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi

Resiko infeksi berhubungan Hari 1


dengan menurunnya sistem S : Klien mengatakan tubuhnya panas dan
pertahanan tubuh mulutnya kotor
O : Suhu 38 C, Nadi 90 x/menit, RR 20
x/menit
17

A : Masalah belum teratasi


O : Intervensi dilanjutkan
Hari ke 2
S S : Klien mengatakan tidak panas lagi
O : Suhu 37 C, Nadi 90 x/menit, RR 18
x/menit
Nyeri yang berhubungan dengan
A : Masalah teratasi
efek fisiologis dari leukemia
P P : Intervensi dihentikan

Hari ke 1
S : Klien mengatakan mengatakan nyeri di
seluruh tubuhnya
O : Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi 70
x/menit, RR 18 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi diteruskan
Hari ke 2
S : Klien mengatakan nyeri diseluruh
tubuhnya hilang
O : Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi 80
x/menit, RR 18 x/menit
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai