240210140009
Kelompok 2A
Sedikit layu,
Brokoli Kesegaran Segar, +++ Segar, +++ Layu Layu Layu
+
Tidak renyah, Tidak renyah,
Asam Kerenyahan Renyah, +++ Renyah, +++ Tidak renyah Tidak renyah
+ +
askorbat
9 Pencoklatan - - - - - -
0,2% +
Hijau, Hijau
asam Warna Hijau pucat Hijau pucat Hijau pucat Hijau pucat
kekuningan kekuningan
sitrat
Batang Keras Keras Agak lembek Lembek Lembek Lembek
0,3%
Kilap Agak kilap Tidak kilap Tidak kilap Tidak kilap Tidak kilap Tidak kilap
Kesegaran Segar+++ +++ ++ + + -
Brokoli Kerenyahan Renyah +++ ++ + - - --
Pencoklatan TidakAda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada sedikit
Asam Hijau tua Hijau tua
Hijau Tua +++ Hijau tua ++ Hijau tua + Hijau tua
10 askorbat Warna Daun Kekuningan Kekuningan
Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan +
0,2%+ Na ++ +++
EDTA Warna Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda
Hijau muda Hijau muda
0,5% Batang +++ Kekuningan kekuningan + kekuningan ++
Kilap Kilap ++ Kilap + Kilap - - -
Keterangan:
Semakin banyak tanda + maka warna semakin tua dan kesegaran semakin layu.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
0 20 -
1 19.7613 0.2387
Selada 2 19.5138 0.2475
4 3 19.3929 0.1209
95.67
Asam askorbat 0.2% + 4 19.2888 0.1041
asam sitrat 0.3% 5 19.1334 0.1554
Total 0.8666
0 20 -
1 18.16 1.84
Selada
2 16.96 1.20
5 3 16.48 0.48 77.70
Asam askorbat 0.2%+
4 16.02 0.46
Na EDTA 0.5%
5 15.54 0.48
Total 4.46
0 20 -
1 17.5589 2.4411
Brokoli 2 13.0108 4.5481
6 3 12.4384 0.5724 45.47
(tanpa perlakuan) 4 11.9265 0.5119
5 9.0946 2.8319
Total 10.9054
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
0 20 -
1 18.9123 1.0877
Brokoli 2 15.2125 3.6998
7 3 14.5131 0.6994 65.21
Asam askorbat 0.2% 4 13.7005 0.8126
5 13.0423 0.6582
Total 6.9577
0 20
Brokoli 1 18.5853 1.4147
2 14..8177 3.7676
8 Asam askorbat 0.2% + 3 13.1641 1.6536 57.70
asam asetat 0.6% 4 12.7513 0.4128
5 11.5400 1.2113
Total 8.4600
0 20 -
1 19.65 0.35
Brokoli
2 18.69 0.96
9 3 17.81 0.88 82.75
Asam askorbat 0.2% +
4 17.76 0.05
asam sitrat 0.3%
5 16.55 1.21
Total 3.45
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
0 20 -
1 18.4869 1.5131
Brokoli 2 17.7618 0.7251
10 Asam askorbat 0.2%+ 3 17.1731 0.5887 81. 0115
Na EDTA 0.5% 4 16.6427 0.5304
5 16.2023 0.4404
Total 3.7977
4.2. Pembahasan
Kebutuhan masyarakat akan buah dan sayuran segar yang bermutu. bebas
bahan pengawet. serta yang nyaman dan siap dikonsumsi semakin meningkat.
Tantangan ini mendorong penyediaan buah dan sayuran yang diproses dengan
pengolahan secara minimalis.
Praktikum kali ini membahas mengenai pengolahan minimal dengan
sampelnya yaitu daun selada dengan beberapa perlakuan diantaranya dengan
perendaman di asam askorbat 0.2% + asam asetat 0.6%. asam askorbat 0.2% +
asam sitrat 0.3%. asam askorbat 0.2% + EDTA 2 Na 0.5%. asam askorbat 0.2%
serta tanpa perlakuan. Dengan mengambil sampel selada dan brokoli.
Bahan kimia dalam pengolahan minimalis sayuran ditujukan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme kontaminan dan sebagai zat inhibitor enzim
pencoklatan enzimatis/ fenolase. Istilah minimalis ini merujuk teknik penanganan
pengawetan dan pengolahan yang sangat minimal dengan tidak menerapkan
teknik penanganan berefek kuat seperti sterilisasi atau penggunaan bahan-bahan
pengawet. melainkan hanya dengan penerapan penyimpanan dingin. pengemasan
yang termodifikasi. dan penanganan yang higienis.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan minimal adalah sampel
trimming. yaitu suatu proses atau kegiatan pemotongan atau penghilangan bagian-
bagian yang tidak dikehendaki pada sampel. Setelah itu. sampel ditimbang dan
dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel. dan
ditiriskan. Sampel dipotong-potong dengan ukuran kira-kira 3 cm. kemudian
direndam dengan air bersih dan klorin. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya pencoklatan pada permukaan sampel dan membersihakan sampel dari
kotoran. lalu ditiriskan dan dikemas. Kemasan yang digunakan adalah kemasan
yang memiliki permeabilitas tinggi karena sayuran merupakan bahan pangan yang
masih mengalami proses respirasi sehingga memerlukan bahan pengemas yang
dapat melalukan udara agar keadaan dalam kemasan tidak jenuh akibat uap air
yang dihasilkan dari proses respirasi tersebut. Kemudian disimpan pada suhu 8-
10oC selama 5 hari.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
a. Selada
Berdasarkan hasil pengamatan kenampakan pada perlakuan sampel selada
dan brokoli yang tidak di rendam ini terlihat lebih cepat mengalami kerusakan
yaitu layu dan berair dari pada perendaman lain. Hal ini menunjukkan pada selada
yang tidak direndam menggunakan laturan inhibitor adalah perlakuan yang kurang
baik pada pengolahan minimal selada. Perendaman dengan asam askorbat. asam
sitrat. dan gabungan keduanya dapat mempertahankan kesegaran sedikit lebih
lama jika dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan apapun. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari asam sitrat sendiri yang merupakan bahan pengawet
alami sehingga hasil yang didapatkan lebih baik jika dibandingkan dengan yang
tidak diberi asam. Sama halnya dengan asam sitrat. asam askorbat pun dapat
dijadikan sebagai bahan pengawet alami dan dapat menurunkan volume oksigen.
Penambahan Asam asetat lebih banyak digunakan untuk menghambat mikroba
dibanding asam laktat. Kemampuan asam asetat dalam membunuh Salmonella sp.
lebih tinggi dibanding asam laktat. Asam asetat juga menghambat E. coli lebih
baik dibanding asam laktat, asam malat atau asam sitrat. Ketika asam asetat
dilarutkan, asam tersebut akan berdisosiasi untuk melepaskan protein bebas yang
akan menurunkan pH. Jumlah proton yang meningkat di permukaan luar
mikroorganisme dapat merusak fungsi membran dengan mendenaturasi enzim dan
mengubah sifat permeabel membran sehingga menjadi tidak stabil.
Maka dari itu sampel yang direndam dengan menggunakan asam dapat
lebih mempertahankan warna dan kesegarannya dibandingkan yang tidak diberi
asam. Selain itu perendaman dengan asam askorbat ditambahkan larutan EDTA
yaitu perlakuan perendaman yang tidak baik. Hal ini dikarenakan pada hasil
pengamatan terlihat warna dan kesegaran pada selada mengalami kebusukan.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
5
SUSUT BOBOT (GRAM)
4
Tanpa perlakuan
3 Asam askorbat
Asam askorbat+Asam asetat
2
Asam askorbat+Asam sitrat
Asam askorbat+Na EDTa
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
dengan perlakuan yang lain. Hal ini karena Asam sitrat merupakan agen
pengkelat. Asam sitrat menghambat terjadinya pencoklatan karena dapat
mengkompleks ion tembaga yang dalam hal ini berperan sebagai katalis dalam
reaksi pencoklatan. Selain itu, asam sitrat juga dapat menghambat pencoklatan
dengan cara menurunkan pH seperti halnya padaasam asetat sehingga enzim PPO
menjadi inaktif (Winarno, 1992).
b. Brokoli
Grafik 2. Susut Bobot Brokoli
3.5
3 Tanpa Perlakuan
2.5 Asam Askorbat
2 Asam askorbat+Asam asetat
1.5 Asam askorbat+Asam sitrat
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
V. KESIMPULAN
Selada yang diberi perlakuan Asam askorbat 0.2% + asam asetat 0.6%
memiliki susut bobot terbesar sebesar 9.81 gram dengan rendemen sebesar
51.72 % .
Selada yang diberi perlakuan dengan Asam askorbat 0.2% + asam sitrat
0.3% memiliki susut bobot terkecil sebesar 0.8666 gram dengan rendemen
sebesar 95.67 %
Brokoli yang tidak diberli larutan inhibitor / blanko memiliki nilai susut
bobot terbesar sebesar 10.9054 gram nilai rendemen sebesar 45.47% .
Brokoli yang diberi perlakuan Asam askorbat 0.2% + asam sitrat 0.3%
memiliki susut bobot terkecil 3.45 gram dengan rendemen 82.75 %.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
DAFTAR PUSTAKA
Harris, Robert. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. ITB.
Bandung.
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2A
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa sebabnya pengelupasan kulit umumnya dilaksanakan dengan metoda
campuran yang terdiri dari cara mekanis dan cara pengupasan tangan?
Jawab : karena setiap sampel memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
kemudian tidak semua metoda efektif untuk setiap sampel. Hal
ini dikarenakan pada setiap pengupasan permukaan kulit sampel
tidak selalu rata, kadang ada bagian yang terlewati seperti mata,
bagian yang busuk, memar ataupun berwarna menyimpang.
2. Apa keuntungaan dan kerugian dari cara pengupasan dengan tangan, mekanis
dan pengelupasan? Uraikan dengan ringkas!
Jawab:
Perlakuan Keuntungan Kerugian
Pengupasan dilakukan untuk kurang efisien karena memakan waktu yang
manual mempermudah mengatur lama dan besarnya kehilangan bahan dan
ketebalan pemotongan. berpengaruh terhadap nilai BDD pada
sampel.