240210140009
Kelompok 2 A
Tjahjadi (2008) fungsi garam yang ditambahkan pada fermentasi asam laktat yaitu
mengatur proses fermentasi, mencegah melunaknya tekstur dan mencegah
pembusukan sayur.
Pembuatan sayur asin merupakan salah satu metode pengawetan pangan
melalui metode penggaraman. Garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri
pembusuk sehingga membuat produk sayur asin lebih awet. Garam juga dapat
memberikan efek pengawet dengan cara menurunkan aw (ketersediaan air yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba). Adapun produk fermentasi yang dibuat
dalam praktikum ini yaitu sauerkraut, cabe asin, sawi asin, dan pikel. Keempat
produk ini merupakan produk hasil fermentasi spontan.
4.1 Sauerkraut
Menurut Buckle, et al (1985) sauerkraut pada dasarnya merupakan kubis
asam. Sauerkraut (kol asam) adalah makanan Jerman dari kubis yang diiris halus
dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat, seperti Leuconostoc,
Lactobacillus dan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa
yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang
terbentuk saat gula di dalam sayuran berfermentasi.
Pertama-tama yang harus dilakuakan dalam membuat sauerkraut adalah
menimbang kubis yang telah disimpan terbuka selama 1 2 hari supaya kubis
agak layu, sehingga ketika akan diiris-iris kubis tidak hancur. Kubis kemudian
dicuci dengan air bersih, kemudian ditrimming atau dibuang bagian-bagian yang
tidak dapat dimakan seperti bagian daun paling luar, dan dipotong dengan ukuran
1-2 mm. Menurut Buckle (1985) proses pengirisan pada proses pembuatan
sauerkraut diusahakan harus setipis mungkin, karena semakin tipis kubis yang
dipakai semakin mudah proses fermentasi oleh mikroorganisme, dan supaya
cairan dalam kubis tersebut banyak yang keluar.
Selanjutnya ditambahkan garam sebanyak 2-5% dan diaduk hingga rata
serta didiamkan selama kurang lebih 3-5 menit. Penambahan garam pada kubis
bertujuan menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan kubis. Menurut Buckle (1985)
Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat
yang telah terdapat di permukaan kubis. Garam memegang utama dalam
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
pembuatan sauerkraut dan oleh karena itu, konsentrasi garam yang digunakan
harus dikontrol dengan teliti. Peranan garam juga dapat mengekstrak air dan
nutrien-nutrien dari jaringan kubis dengan proses osmosis sehingga membentuk
larutan garam yang mengandung nutrien-nutrien yang merupakan substrat ideal
bagi pertumbuhan bakteri asam laktat yang selanjutnya digunakan untuk proses
fermentasi. Garam bersama asam-asam yang dihasilkan dari proses fermentasi
oleh bakteri asam laktat dapat menghambat pertumbuhan mikrobia lain yang tidak
diinginkan (bakteri patogen atau bakteri pembusuk). Dengan demikian, proses
pembusukan dan pelunakan jaringan secara enzimatis dapat diperlambat
(Djundjung dan Rahman, 1992).
Pembuatan "sauerkraut" dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kadar
garam, suhu fermentasi, jenis serta kualitas sayuran dan kondisi sanitasi dimana
fermentasi dilaksanakan (Desrosier, 1988)
Perendaman kubis dilakukan penambahan pemberat. Pemberat berfungsi
agar kubis dapat terendam sempurna saat penambahan volume air pada kubis,
tidak tercelupnya kubis dalam larutan garam selama fermentasi mengakibatkan
pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan yang menimbulkan flavour
yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam seluruh sauerkraut
menghasilkan produk yang lunak dan berwarna gelap (Buckle et al., 1985). Kubis
yang telah dimasukkan ke dalam jar kemudian difermentasi selama 3 hari pada
ruang gelap. Berikut ini hasil pengamatan sauerkraut yang telah dilakukan dengan
garam 2% dan 5%.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Saurkraut 2%
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
Putih cerah
Kubis Segar
0 +++ Keras+++
segar Asin
kehijauan +
1 Putih Kubis + Keras++ Asin
1 Putih agak Asam
2 Keras+ Asin
Saurkraut pucat segar
2% Putih agak Asam Agak Agak
3
pucat + segar lembek asam
Asam Agak
4 Putih pucat Asam
segar lembek
5 Putih pucat Asam Lunak ++ Asam
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
kecoklatan++ busuk+++ +
Gas++
Putih pucat Asam
Lunak Asam
6 kecoklatan busuk++++
+++ ++
+++ Gas++
Putih pucat Asam
Lunak Asam
7 kecoklatan busuk++++
++++ +++
++++ Gas+++
Putih sedikit
0 Kubis Keras ++ Asin
kekuningan
Putih
1 Kubis + Keras ++ Asin
kekuningan
Putih sedikit
2 Asam Keras + Asin
coklat
Putih sedikit Asam Sedikit
3 Keras
coklat busuk asam
Bawah :
putih Asam
4 keras Asam
Atas : busuk +
6 kehitaman
Sauerkraut Bawah :
keras
garam 2% putih Asam
5 (agak Asam
Atas : busuk ++
layu)
kehitaman
Bawah :
Asam
putih Asam Agak
6 + dan
Atas : busuk +++ layu +
pahit
kehitaman +
Bawah :
Asam
putih Asam
++
7 Atas : busuk Layu
dan
kehitaman ++++
pahit
++
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
Keruh kubis asin
Putih kubis
asin,
2 semburat Menyengat lembek
masam
coklat Sedikit
Putih kubis asin,
3 lembek +
Kecoklatan menyengat masam
lembek +
Putih kubis
sedikit
4 Kecoklatan menyengat Asam
keras
layu agak asam
berair
lunak
Putih asam
sedikit
5 Kecoklatan kubis Asam
berair
+ busuk
Asam +
Putih Kubis
asam
6 Kecoklatan Menyengat Asam
busuk basi
++ asam +
Putih
Kecoklatan kubis
7 ++ (Lebih menyengat Lembek asin +
banyak dari Asam ++
kemaren)
Asin
Putih sedikit
Sayur
0 kekuningan renyah rasa
kubis
sedikit hijau sayur
kubis
putih asin dan
kekuningan sayur agak sedikit
1
sedikit kubis asin renyah rasa
kehijauan kubis
putih hijau
kubis asin +
2 sedikit Lembek
7 seurkaut menyengat asam
coklat
5%
putih coklat
sedikit hijau kubis (ga
(lebih terlalu lembek
asin,
3 banyak menyengat sama kaya
masam
coklatnya dibanding kemarin
dibanding kemarin)
kemarin)
putih coklat
sedikit hijau kubis asin,
4 lembek +
(lebih menyengat masam
banyak
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
coklatnya
dibanding
kemarin)
aroma lembek
putih
kubis sedikit Asin
5 kuning
menyengat keras asam
kecoklatan
agak asam berair
lunak asam
putih
6 sedikit kubis
kecoklatan
berair busuk
putih putih
asam
7 kecoklatan kecoklatan Asam
busuk basi
+ +
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
memecah gula dalam kubis secara spontan menjadi asam laktat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Pelczar dan Chan (1988), proses fermentasi "sauerkaut"
melibatkan beberapa mikroorganisme, pada tahap awal yaitu Enterobacter cloacae
dan Erwina herbicola, tahap intermediete Leuconoostoc mesentroides dan tahap
akhir Lactobacillus plantarum. Organisme ini mengubah gula yang terdapat pada
sayuran terutama menjadi asam laktat yang membatasi pertumbuhan organisme
lain (Volk dan Wheeler, 1992). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Munajim
(1988), selama proses fermentasi, konsentrasi gula dalam larutan akan turun, gula
akan berubah menjadi asam laktat yang diikuti oleh penurunan pH larutan.
Peristiwa ini diiringi dengan peningkatan jumlah asam laktat yang merupakan
produk hasil perubahan kimia selama proses fermentasi, proses fermentasi yang
berhasil ditandai dengan adanya penurunan pH media
fermentasi asinan rebung dengan hasil yang memiliki karakteristik yang baik.
Menurut Winarno (1980), air tajin yang merupakan air rebusan beras mempunyai
kandungan yang berupa pati dengan perbandingan amilosa dan amilopektin
tertentu. Pada umumnya beras di Indonesia mempunyai kadar amilosa sedang,
yaitu 20% - 25%. Sawi asin kemudian diamati warna, tekstur, dan citarasanya
setelah di inkubasi selama 1 minggu. Berikut ini hasil pengamatan sawi asin yang
telah dilakukan.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Sawi Asin
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
Sawi: hijau
segar
0 Cairan: Segar Renyah
bening agak
keruh
Sawi: hijau
Agak
1 Renyah
Cairan: Segar
keruh
Sawi : hijau
tua
2 hambar Renyah
Cairan :
keruh,
Sawi : hijau
Sawi
tua
3 wangi
3 Cairan : Renyah
(Sawi cuka
keruh, agak
Hijau + (asam)
kuning
Garam
Sawi : hijau Sawi ,
2%)
tua wangi
4 Renyah
Cairan : cuka
keruh, (asam)
Sawi : hijau
Sawi
tua muali
tajam,
menguning
5 wangi Renyah
Cairan :
cuka
keruh, agak
(asam)
kuning
Sawi : hijau Sawi
tua agak tajam,
6 kuning wangi Renyah
Cairan : cuka
keruh, (asam)
7 Sawi : hijau Sawi Renyah
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
tua tajam,
kekuningan wangi
Cairan : cuka
keruh, agak (asam)
kuning
0 Hijau cerah Sawi kuat lunak Pahit,asin
Hijau pucat Sawi bau
1 Lunak +
kekuningan asam
Hijau pucat
Sawi bau
2 kekuningan Lunak ++
asam +
+
Hijau pucat
Sawi bau
3 kekuningan
asam ++
8 ++
(Sawi Hijau pucat
Sawi asam Lunak
Hijau + 4 kekuningan
+ +++
Garam +++
5%) Asam
++, khas
Kekuningan Sawi Lunak
5 sawi,
++ asam++ ++++
sedikit
pahit
Kekuningan Sawi asam Lunak
6
+++ +++ +++++
Kekuningan Asam
7 Lunak
+++ menyengat
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna sawi asin yang
dihasilkan adalah hijau muda pada awal dan hijau kekuningan pada akhir.
Menurut Nugerahani, dkk (2000) pada suasana asam, klorofil yang berwarna hijau
yang terdapat pada sawi berubah menjadi hijau kecoklatan atau kekuningan akibat
subsitusi ion magnesium oleh ion hidrogen membentuk feofitin, yaitu klorofil
yang kehilangan magnesium. Penambahan air tajin saat proses pembuatan juga
menjadi salah satu penyebab warna kekuningan pada sawi asin. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rukmana (1994) bahwa jumlah beras yang banyak pada
pembuatan air tajin dapat membuat warna sayur asin menjadi gelap yaitu hijau
kecoklatan, semakin tinggi konsentrasi air tajin yang digunakan maka
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam menghasilkan asam laktat akan semakin
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
optimal, dalam suasana asam, klorofil yang berwarna hijau berubah menjadi
feofitin yang berwarna hijau kecoklatan.
Tekstur yang dihasilkan adalah semakin melunak seiring dengan semakin
lamanya waktu inkubasi, dimana rasa sawi asinpun berubah dari asin menjadi ada
sedikit rasa asam bahkan terasa rasa pahit. Perubahan yang terjadi ini disebabkan
oleh proses penambahan garam dan aktivitas bakteri asam laktat. Menurut Jacob
(1951), garam dapat menarik air keluar dari buah-buahan yang mengandung
padatan terlarut seperti protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang penting
bagi bakteri asam laktat. Sehingga teksturnya jadi lebih lunak. Umumnya bakteri
asam laktat yang berperan dalam fermentasi sawi asin adalah Leuconostoc
mesenteroides, Streptococcus faecalis, Pedicoccus cerevisiae, Lactobacillus
brevis, dan Lactobacillus plantarum. Bakteri asam laktat tersebut bersifat
halotoleran atau tahan kadar garam tinggi (Jay, 1978).
Pada tahap awal fermentasi, bakteri yang tumbuh adalah Leuconostoc
mesenteroides yang akan menghambat pertumbuhan bakteri lain dan
meningkatkan produksi asam dan CO2, sehingga menurunkan pH (Vaughn,
1982). Fermentasi dilanjutkan oleh bakteri yang lebih tahan terhadap pH rendah,
yaitu Lactobacilus brevis, Pediococcus cereviseae, Lactobacillus plantarum.
Bakteri-bakteri ini menghasilkan asam laktat, CO2, dan asam asetat (Vaughn,
1985). Sehingga pada akhir fermentasi produk akhir akan bercitarasa asam karena
merupakan hasil metabolit bakteri Lactobacilus brevis, Pediococcus cereviseae,
Lactobacillus plantarum.
Menurut Buckle (1985), faktor-faktor utama yang penting dalam proses
fermentasi sawi asin adalah konsentrasi garam yang cukup, distribusi garam yang
merata, terciptanya keadaan yang mikroaerofilik, suhu yang sesuai dan
tersedianya bakteri asam laktat. Mutu hasil fermentasi sayuran menurut Winarno
(1980), bergantung pada jenis sayuran, mikroba yang bekerja, konsentrasi garam,
suhu dan waktu fermentasi, komposisi substrat, pH, dan jumlah oksigen.
4.4 Pikel
Pikel didefinisikan sebagai sebuah produk makanan yang telah dibumbui
dan diawetkan dalam air asin, tergolong dalam makanan yang berasa asam, serta
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
+
Hijau pudar Agak Asam
4 Asam +
++ lunak +
Hijau pudar Agak Asam
5 Asam ++
+++ lunak + +
Hijau Asam Agak Asam
6
pudar+++ +++ lunak ++ ++
Hijau pudar Lunak
Asam Asam
7 ++++ dan
+++ ++
(kecoklatan) berlendir
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Hari
Kelompok Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke
+, air keruh mentimun mengkerut
+ rebus + +
Hijau pudar
Bau
++, air keruh Keras,
4 mentimun Asin +
++ mengkerut
rebus ++
mengendap ++
Hijau pudar
Bau Keras,
+++, air Asin
5 mentimun mengkerut
keruh +++ ++
rebus +++ +++
mengendap
Bau
Hijau pudar mentimun
Keras,
++++, air rebus Asin
6 mengkerut
keruh ++++ ++++ ++
++++
mengendap aroma
asam
Bau
Hijau pudar mentimun
Keras,
(pucat rebus Asin
7 mengkerut
+++++) +++++, +++
+++++
mengendap aroma
asam +
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
lebih lunak. Selain itu zat gizi yang keluar ini juga akan memancing pertumbuhan
bakteri asam laktat yang menyebabkan pelunakan jaringan. Akan tetapi pada
praktikum ini konsentrasi garam yang ditambahkan ini masih dalam batas wajar
pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga tekstur akhir yang dihasilkan masih
bagus. Suhu inubasi juga merupakan factor penting dalam pembentukan tekstur
dari pikel. Menurut Yoo et al. (2006), pada pikel ketimun, tekstur pikel yang
diberi perlakuan 98oC lebih baik daripada yang diberi perlakuan 65oC.
Cita rasa pikel yang dihasilkan ini dapat dibilang sesuai dengan harapan
karena menimbulkan rasa asam kecuali pada pikel kelompok 10 yang masih terasa
asin. Menurut Nataliningih (2009), ciri-ciri kualitas pikel yang baik yaitu produk
akhirnya memiliki rasa masam yang merupakan ciri khas dari acar pikel. Aroma
pikel mengidentifikasikan proses fermentasi yang terjadi, jika proses fermentasi
berjalan baik maka aroma yang muncul adalah aroma wangi yang merupakan
aroma ester yang dihasilkan.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
V. KESIMPULAN
Sauerkraut pada kelompok 1, 6 penambahan larutan garam 2 %
menghasilkan warna akhir putih kecoklatan dan mengalami bau asam
(pembusukan)
Sauerkraut pada kelompok 2, 7penambahan larutan garam 5 %
menghasilkan warna akhir putih kecoklatan dan mengalami bau asam
(pembusukan)
Cabai asin dengan perlakuan 25 ml dan 50 ml cuka menghasilkan warna
merah pekat, bertekstur lunak, bercitarasa asin dan sedikit asam, beraroma
khas cabai asam. Berat cabai asin ini menurun dari sebelumnya karena
garam yang ditambahkan dapat menyerap kadar air yang ada.
Sawi asin milik kelompok 3 dan 8 memiliki warna hijau kecoklatan,
bertekstur lunak, , bercitarasa asam, sedikit asin, dan beraroma asam.
Perlakuan pikel 8% lebih cepat melunak di bandingkan dengan pikel 5 %
hal ini sesuai dengan literature.
Cita rasa pikel kelompok 4, 5, 9 sesuai dengan yang di harapkan
sedangkan pikel kelompok 10 belum sesuai dikrenakan rasanya masih asin
dan dibutuhkan waktu inkubasi lebih lama lagi.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Dimas Fauzi., Denny Suryanto Sutardjo dan Kusmayadi Suradi. 2013.
Pengaruh Penggunaan Jenis Asam pada Proses Pickle terhadap
Kualitas Kimia Kulit Kelinci Peranakan New Zealand White. Universitas
Padjadjaran
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan. UI
Press, Jakarta.
Buckle, K.A; R.A. Edwards; G.H Fleet; dan M. Wotton. 1985. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Jacob, M.B. 1951. The Chemistry and Technology of Food and Food Products.
Interscience Pub. Inc., New York.
Nugerahani, Ira. Thomas Indarto Putut Suseno dan Irine Fransisca. 2000.
Pengaruh Perbandingan Air dan Beras pada Pembuatan Air Tajin
Terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Sayur Asin. Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi Volume 1. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Dwi Putri Andartani
240210140009
Kelompok 2 A
Potter, N. N. dan J. H. Hotchkiss. 1996. Food Science 5th edition. Chapman &
Hall. New York.
Potter, N.N. 1980. Food Science. The AVI Publishing Company, Inc., Westport,
Connecticut.
Tjahjadi, Camencita, Marta, Herlina, dan Cahyana Yana. 2008. Penanganan Pasca
Panen Sayur dan Buah. Universitas Padjajaran, Jatinangor.
JAWABAN PERTANYAAN