SEDIAAN
SABUN
Here is where your presentation
begins
ANGGOTA KELOMPOK 3
Bahan Basis sabun cair Formula I (%) Formula II (%) Formula III (%)
CMC 1% 1% 1% 1%
SLS 1% 1% 1% 1%
BHA 1% 1% 1% 1%
Anisi Sintetis 2% 2% 2% 2%
Minyak zaitun 15 mL 15 mL 15 mL 15 mL
KOH 8 mL 8 mL 8 mL 8 mL
CMC 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
SLS 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
Asam stearat 0,25 g 0,25 g 0,25 g 0,25 g
BHA 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
Anisi Sintetis 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
Aquades ad 50 mL 50 mL 50 mL 50 mL
PARAMETER
STANDARISASI
DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphonis Staminei Folium)
Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth., suku Lamiaceae,
mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang dari 0,10%.
Makroskopik
Berupa helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur, lonjong, belah ketupat
memanjang atau bentuk lidah tombak, pangkal membulat sampai runcing,
tepi beringgit sampai bergerigi tajam, ujung runcing sampai meruncing,
pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, batang dan
cabang-cabang berbentuk persegi, warna agak ungu, kedua permukaan
halus; warna hijau kecokelatan; tidak berbau; rasa agak pahit.
Mikroskopis
Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan rambut
penutup, epidermis bawah dengan stomata dan rambut sisik,
rambut penutup dan berkas pengangkut dengan penebalan tipe
spiral.
Skrining Fitokimia
01 02 03
Alkaloid Flavonoid Saponin
04 05 06
Tanin/Polifenol Terpenoid Steroid
Alkaloid
Diambil
Ekstrak
Dikocok lapisan pada
dilarutkan Ditambahkan
hingga bagian atas,
dalam larutan 1 mL asam
berbentuk kemudian
kloroform sulfat 2 N
dua lapisan dibagi 3
beramonia
sama banyak
Alkaloid
Positif :
Positif : Merah Terang atau Merah jingga : Flavon
ungu
Merah tua : Flavonon
Positif :
+ NaCl 10%
Lieberman-Burchard Salkowski
+ Etanol
+ Etanol
+ 3 Tetes asam asetat anhidrat
+ H2SO4 P
+ Asam sulfat pekat
Positif :
Positif :
Cincin coklat/violet :
triterpenoid Cincin berwarna merah :
Steroid tak jenuh
Hijau kebiruan : Steroid
Hasil
Uji Organoleptik
Evaluasi organoleptik dilakukan dengan
mengamati secara visual sabun cair meliputi
bentuk, warna, dan bau. Pengamatan
organoleptik dihasilkan sediaan sabun cair yang
berbentuk cairan kental, coklat bening, coklat
agak keruh, hitam bening dan hitam dengan
aroma khas dari formulasi sabun cair ekstrak
daun jeruk purut dan kopi robusta hasil dapat
dilihat pada tabel berikut :
UJI PH SABUN
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting yang digunakan untuk menilai kelayakan
sabun dapat digunakan sebagai sabun mandi. Pada umumnya, sabun bersifat basa terhadap larutan
air karena sabun merupakan garam dari asam lemah (asam lemak) dan basa. Nilai pH sabun yang
tidak sesuai dapat mempengaruhi pH kulit. Hal ini disebabkan oleh zat alkali pada sabun dapat
menetralkan atau bahkan dapat merusak (jika pH sabun sangat basa) mantel asam pada kulit yang
bertindak sebagai penghalang bakteri dan virus, serta mengakibatkan kulit kering karena
kehilangan air sehingga memungkinkan potensi terjadinya iritasi dan alergi. Hal tersebut terjadi
ketika sabun yang kontak dengan air akan mengalami hidrolisis, sehingga melepaskan alkali yang
terkandung di dalamnya dan meningkatkan pH kulit menjadi 10 sampai 11. Diketahui bahwa kulit
sehat umumnya memiliki pH 5,4 sampai 5,9.
UJI PH SABUN
Contoh uji ditimbang 1 gram sampel dan pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL,
kemudian ditambahkan air suling bebas CO2 hingga tanda tera. Labu ukur ditutup
dan larutan dihomogenkan. Lalu, larutan dituang ke dalam gelas piala dan didiamkan
untuk mencapai kesetimbangan pada suhu ruang (25 ± 2,0)°C. Selanjutnya pH larutan
diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer 4, 7 dan
10 (American Society for Testing and Materials International, 2015)
UJI
HOMOGENITAS
Parameter yang digunakan dalam uji homogenitas berupa tercampurnya air
dengan minyak yang digunakan dalam pembuatan formula, sehingga dapat
diamati bahwa sabun cair terlihat jernih dan transparan, parameter tersebut
menandakan bahwa semua bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan
sabun cair ini telah terlarut sempurna (Adhil, 2012). Uji homogenitas
dilakukan dengan cara formulasi sabun cair ditimbang sebanyak 0,1 gram
diletakkan pada object glass, kemudian diamati di bawah mikroskop pada
perbesaran 100 kali
Bobot Jenis
● Dari hasil analisis, ekstrak teh putih dengan menggunakan pelarut etanol
96% diperoleh bobot jenis sebesar 1,2597. Nilai bobot jenis ekstrak teh
putih yang dihasilkan lebih besar dari 1, sehingga dapat dikatakan nilainya
lebih berat dibandingkan dengan bobot jenis air. Dikarenakan berupa
ekstrak yang kental, sehingga ekstrak teh putih yang dihasilkan tersebut
dapat dikatakan tinggkat kemurniannya cukup tinggi.
Uji Kadar Air
Nilai kadar air peko kering teh putih dan kadar air bubuk
teh putih dihitung berdasarkan kadar air basis basah yaitu :
perbandingan antara bobot air dalam bahan terhadap bobot
bahan. Hasil analisis terhadap kadar air peko kering dan
bubuk teh putih.
Tabel 2. Nilai kadar air
Kadar Air dan Zat Menguap
Splitz (1996) menyatakan bahwa kuantitas air yang terlalu banyak terkandung
dalam suatu sabun akan membuat sabun tersebut mudah menyusut dan tidak
nyaman saat akan digunakan. Persentase kadar air dan zat menguap.
Uji kadar air dilakukan menggunakan alat moisture analyser yang bertujuan untuk mengetahui
banyaknya kadar air dalam sabun. Kadar air sabun dapat mempengaruhi kekerasan sabun padat yang
dihasilkan. Sabun yang memiliki kadar air cukup rendah akan memberikan dayasimpan yang
cukup baik, karena semakin banyak air yang ditambahkan pada sabun akan mempengaruhi
kelarutan sabun dalam air saat digunakan, sehingga sabun semakin cepat mengalami penyusutan
bobot dan dimensi (Shofiani, 2016). Menurut SNI No 3532 tahun 2016, syarat kadar air pada sabun
padat adalah maksimal 15%. Hasil uji kadar air dari ketiga formula adalah F1 rata-rata sebesar
11,33%±1,99;F2 sebesar 9,78%±0,22;dan F3sebesar 11,02%±3,81. F2 memiliki kadar air paling
sedikit. Hal ini diduga karena lamanya waktu pengadukan pada saat proses pembuatan sabun.
Pada F2 diduga proses pengadukan lebih lama dibandingkan 2 formula lainnya, sehingga kadar
air menjadi lebihrendah karena basis sabun menjadi semakin kental. Hal ini dibuktikan
penelitian sebelumnya bahwa semakin lama waktu pengadukan, maka akan semakin rendah
kadar air yang dihasilkan (Rizka, 2017). Ketiga formulasi tersebut sesuai dengan syarat standar SNI No
3532 tahun 2016 berkisar 9,78% -11,33%.
Jurnal 8 : Amelia, Ika, Mega, (2021). Formulasi dan Uji Antibakteri Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Daun
Afrika(Vernonia amygdalinaDelile) TerhadapStaphylococcus aureus. Dalam Sainstech Farma Vol 14 No.1.
Jakrta
Pengujian Cemaran Mikroba.
Pengujian cemaran mikroba dilakukan dengan metode angka lempeng total, hasil pengujian dihitung
dengan alat Colony Meter. Dilakukan 3 kali pengujian agar dihasilkan data yang akurat. Untuk
pengujian ini didapatkan hasil sebagai berikut:
• Formula I memiliki angka cemaran mikroba sebanyak 34 koloni/gram yang terbaca pada
konsentrasi 10-1
• Formula II memiliki angka cemaran mikroba sebesar 30 koloni/gram pada konsentrasi 10 -1
• Formula III memiliki angka cemaran mikroba yang lebih kecil yakni 27 koloni/gram pada
konsentrasi yang sama.
Hal ini dapat terjadi karena mungkin terjadi kontaminasi saat melakukan pengujian.
Penentuan Kadar Abu Ekstrak
Prosedur:
Ekstrak ditimbang sebanyak 3 gram, kemudian dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijar
sebelumnya. Krus didinginkan dalam desikator dan dimasukkan ke dalam furnes suhu 600 °C selama 6 jam
hingga arang habis yang ditandai dengan warna abu-abu. Setelah krus dingin, ditimbang, dan dihitung kadar
abunya (Departemen Kesehatan RI, 1995; Aria et al., 2017).
Rumus: Keterangan:
Hasil :
Hasil kadar abu pada ekstrak buah kapulaga yaitu senilai 4,99%, hasil
pengujian tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Depertemen Kesehatan RI (2010) yaitu tidak lebih dari 6%.
(Rasyadi, Yenti dan Jasril, 2019)
ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
Uji angka lempeng total dilakukan untuk menghitung angka cemaran bakteri mesofil aerob yaitu bakteri yang tumbuh pada
temperatur minimal 15-20oC optimal 0-45oC, dan hampir semua mikroorganisme patogen pada manusia (Pratiwi, 2008). Metode
yang digunakna adalah metode tuang . prinsip pengujian ini yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel
diinokulasi pada media lempeng agar dengan cara tuang dan dinkubasi pada suhu yang sesuai.
Puspandari dan Isnawati (2015) meyatakan bahwa nilai angka lempeng total dapat digunakan sebagai indikator dari proses higiene
sanitasi dari suatu produk, analisis mikroba lingkungan pada produk jadi, indikator dari sebuah proses pengawasan dan digunakan
sebagai dasar kecurigaan untuk menetapkan dapat atau tidak diterimanya suatu produk berdasarkan kualitas mikrobiologinya.
Prosedur
Penyiapan Sampel/Larutan
yang akan diuji
Dari hasil pengukuran angka lempeng total, cemaran mikroba yang terdapat pada sabun cair
menunjukkan nilai negatif (<25 koloni/gram) Pengukuran nilai angka lempeng total
pada sabun menunjukkan bahwa nilai tersebut sudah memenuhi standar mutu sabun cair
sesuai dengan SNI 06-4085-1996 yaitu maksimal sebesar 1 x 105 koloni/g.
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, A., Kusuma, I. M., & Hariyani, M. (2021). Formulasi dan Uji Antibakteri Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina
Delile) Terhadap Staphylococcus aureus. SAINSTECH FARMA, 14(1), 26-33.
Fitriana, R. M. A., Estikomah, S. A., & Marfu'ah, N. (2018). Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper battle folium L.) dan ekstrak
bawang putih (Allium sativum L.) sebagai antijamur Candida albicans. Pharmasipha: Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 2(2), 23-30.
Rasyadi, Y., Yenti, R., & Jasril, A. P. (2019). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Buah Kapulaga (Amomum compactum Sol. ex
Maton). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 16(2), 188-198.
Rosmainar, L. (2021). FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix) DAN KOPI
ROBUSTA (Coffea canephora) SERTA UJI CEMARAN MIKROBA. Jurnal Kimia Riset, 6(1), 58-67.
Sahambangung, M., Datu, O., Tiwow, G., & Potolangi, N. (2019). Formulasi sediaan sabun antiseptik ekstrak daun pepaya Carica papaya. Biofarmasetikal
Tropis, 2(1), 43-51.
Setiawati, I., & Ariani, A. (2020). Kajian pH dan Kadar Air dalam Sni Sabun Mandi Padat di Jabedebog. Prosiding Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah
Standardisasi, 293-300.
Situmorang, N. B., Marpaung, D. M., Aminah, A., & Marbun, R. A. T. (2020). A EFEKTIVITAS FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT
EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) SEBAGAI PELEMBAB KULIT. JURNAL FARMASIMED (JFM), 2(2), 50-55.
Sukeksi, L., Sianturi, M., & Setiawan, L. (2018). Pembuatan sabun transparan berbasis minyak kelapa dengan penambahan ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia) sebagai bahan antioksidan. Jurnal Teknik Kimia USU, 7(2), 33-39.
Uswah, U. N., & Widyasanti, A. (2021). Perlakuan Bahan Baku Minyak Kelapa (Coconut Oil) dengan Variasi Konsentrasi Infused Oil Teh Putih (Camellia
Sinensis) pada Pembuatan Sabun Cair. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 7(1), 67-77.
Widyasanti, A., Farddani, C. L., & Rohdiana, D. (2017). Pembuatan sabun padat transparan menggunakan minyak kelapa sawit (palm oil) dengan penambahan
bahan aktif ekstrak teh putih (camellia sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering), 5(3).
Yulianti, R., Nugraha, D. A., & Nurdianti, L. (2015). Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Bl)
Miq.). Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2), 1-11.
THANKS!
Do you have any questions?