Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 1
UJI KUALITATIF ASAM AMINO

Dosen Pengampu:
Mieke Alvionita, S.Pd., M.Si
Prof. Dr. Muntholib, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3 / OFF J
Fakhzah Aliifatudz Dzakirah (210332626412)
Dwi Novita Alfiana (210332626437)
Citra Pramestiardhiani Pangestuti (210332626452)
Muhammad Arga Iqbal (210332626459)*

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2024
I. TUJUAN

II. DASAR TEORI


Asam amino adalah asam alkanoat yang mengandung gugus amino. Ke-20
macam asam amino pembentuk protein memiliki kesamaan struktur (kecuali prolin)
yaitu gugus karboksilat dan amino terikat pada atom C yang sama yaitu pada atom C-
α. Perbedaan satu asam amino dengan asam amino yang lain terletak pada
rantaisampingnya (gugus R), yang bervariasi dalam struktur, ukuran, dan muatan
listriknya.Variasi sifat gugus R menentukan kelarutan asam amino dalam air
(Simamora 2015).
Gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu dengan asam
amino yang lain. Ada asam amino yang hidrofob (seperti glisin dan alanin), hidrofil
(contohnya tirosin, lisin,dan asam glutamat), ada yang bersifat asam (asam glutamat),
bersifat basa (lisin), dan adapula yang mengandung belerang (sistein) atau cincin
aromatik (tirosin). Gugus R asam amino tersebut sangat berperan dalam menentukan
struktur, kelarutan, serta fungsi biologis dari protein (Darmayanti, dkk. 2017).
Pada 20 asam amino proteinogen juga disebut asam amino standar, yang dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : esensial, semi-esensial dan non-esensial
(Darmayanti, dkk. 2017).
1. Asam Amino Esensial
Terdapat delapan asam amino esensial bagi manusia yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh manusia sendiri, dan harus didapatkan secara eksternal. Asam
amino tersebutadalah: isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan
dan valin.
2. Asam Amino Semi-Esensial
Arginin dan histidin membentuk kelompok yang disebut asam amino semi-
esensial. Asam amino imi harus dikonsumsi dalam makanan dalam keadaan tertentu.
3. Asam Amino Non-Esensial
Sepuluh asam amino non-esensial dapat diproduksi di dalam tubuh. Asam
aminoberikut termasuk dalam kategori ini: alanin, asparagin, asam aspartat, sistein,
glutamin,asam glutamat, glisin, prolin, serin dan tirosin.
Pada percobaan ini, digunakan dua jenis tes yang akan dilakukan. yaitu uji
millon dan uji Hopkins Cole. Uji Millon merupakan salah satu uji kualitatif protein
yang khusus mendeteksi ada tidaknya senyawa tirosin dalam suatu bahan. Walaupun
suatu bahan mengandung protein tetapi dalam rantai polipeptidanya tidak memiliki
asam amino tirosin maka tidak akan positif jika dites dengan uji Millon. Pereaksi
Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO2) dan merkuri nitrat (Hg(NO3)2). Protein
yang mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan
mercuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan berwarna putih kemudian
berubah warna menjadi merah setelah dipanaskan (Sutresna, 2008). Pereaksi Millon
merupakan larutan merkuri yang ada di dalam asam nitrat. Uji ini dilakukan pada
senyawa turunan monofenol yang mengandung hidroksifenil. Jika larutan yang
mengandung hidroksifenil bereaksi dengan peraksi Millon maka akan dihasilkan
endapan putih. Jika suhu campuran ini dinaikkan maka warna larutanakan berubah
menjadi warna merah. Warna merah yang terbentuk disebabkan oleh garam dari hasil
nitrasi tirosin.
Selanjutnya, pada uji Hopkins Cole, Uji Hopkins-Cole dilakukan untuk
mengetahui apakah senyawa protein mengandung salah satu asam amino triptofan
atau tidak.. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat
sehingga membentuk cincin berwarna ungu. Hal ini berarti senyawa tersebut
mengandung triptofan dengan ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu
(Mulyadi, dkk. 2016).

III. METODE PENELITIAN

IV. ANALISIS PROSEDUR


V.
Diagram Alir Analisis Tahapan
1 Uji Millon
.
1 mL larutan tirosin, gelatin, albumin
telur, akuades
→ Ditambahkan 5 tetes reagen Untuk mendeteksi adanya senyawa
Millon fenolik pada sampel
→ Ditambahkan 5 tetes NaNO2 0,1 Untuk mempermudah proses nitrasi
M terhadap tirosin, sehingga memperoleh
penambahan gugus N=O. Gugus tersebut
secara reversible (bolak-balik) dapat
berubah menjadi N-OH (hidorksifenil).
→ Dipanaskan campuran dalam Untuk mempercepat jalannya reaksi
penangas air hingga mendidih selama pembentukan kompleks
10 menit

Hasil
2. Uji Hopkins-Cole
1 mL triptofan, gelatin, albumin telur,
akuades
→ Ditambahkan 1 mL reagen Untuk reagen Hopkins merupakan
Hopkins-Cole Glyoxylic acid (Aldehide). Triptofan
akan berrkondensasi dengan aldehid bila
ada asam kuat sehingga membentuk
cincin berwarna ungu
→ Ditambahkan maksimal 3 mL Untuk menghidrolisis protein dan
H2SO4 pekat melalui dinding tabung membebaskan asam amino triptofan,
reaksi sehingga terbentuk cincin kuning-coklat
Agar cincin yang diperoleh tidak pecah

Hasil

VI. DATA PENGAMATAN

Perlakuan Kontrol Albumin telur Gelatin Kontrol


positif negatif

Uji Millon Tirosin : tidak Albumin Gelatin : Aquades :


berwarna telur : keruh sedikit kuning tidak berwarna
+ reagen + reagen + reagen + reagen
millon : tidak millon : tidak millon : tidak millon : tidak
berwarna berwarna berwarna berwarna
+ NaNO2 : + NaNO2 : + NaNO2 : + NaNO2 :
berwarna berwarna putih tidak berwarna tidak berwarna
kuning + + pemanasan : + pemanasan :
+ pemanasan : pemanasan :ter larutan tidak berwarna
oren dapat dua berubah
kecoklatan lapisan menjadi
larutan, sedikit kuning
lapisan atas (tidak ada
berwarna endapan)
kuning dan
lapisan bawah
tidak berwarna

Uji Hopkins- Triptofan : Albumin Gelatin : Aquades :


cole tidak berwarna telur : keruh sedikit kuning tidak berwarna
+ reagen + reagen + reagen + reagen
hopkins-cole : hopkins-cole : hopkins-cole : hopkins-cole :
tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna
+ H2SO4 : + H2SO4 : + H2SO4 : + H2SO4 :
terdapat cincin terbentuk tiga tidak terjadi tidak berwarna
berwarna lapisan perubahan,
kuning dalam larutan, bagian tetap tidak
larutan atas sedikit berwarna
keruh, bagian
tengah sangat
keruh sedikit
kuning, dan
bagian bawah
tidak keruh
dan tidak
berwarna

VII. ANALISIS DATA


Berdasarkan data di atas, pada uji millon, larutan tirosin yang digunakan
sebagai kontrol positif pada percobaan ini menghasilkan larutan berwarna oren
kecoklatan, sedangkan aquades yang digunakan sebagai kontrol negatif, menghasilkan
larutan yang tidak berwarna. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jika sampel yang
akan diuji dengan uji millon menghasilkan warna oren kecoklatan atau warna yang
hampir mirip dengan itu, maka sampel tersebut termasuk jenis protein yang
mengandung residu tirosin, sedangkan jika sampel diuji dengan uji millon
menghasilkan larutan tidak berwarna, maka sampel tidak mengandung residu tirosin
(negatif pada uji millon). Berdasarkan data tersebut, sampel albumin telur ketika diuji
dengan uji millon, terdapat dua lapisan larutan, lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah tidak berwarna, sedangkan sampel gelatin menghasilkan larutan
berubah menjadi sedikit kuning (tidak ada endapan). Hal tersebut menunjukkan
bahwa kedua sampel tersebut positif terhadap uji millon dan termasuk jenis protein
yang mengandung residu tirosin.
Pada uji hopkins-cole, larutan triptofan yang digunakan sebagai kontrol positif
pada percobaan ini menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat cincin berwarna
kuning dalam larutan, sedangkan aquades yang digunakan sebagai kontrol negatif,
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jika
sampel yang akan diuji dengan uji hopkins-cole menghasilkan warna larutan tidak
berwarna dan terdapat cincin berwarna kuning dalam larutan, maka sampel tersebut
termasuk jenis protein yang mengandung residu triptofan, sedangkan jika sampel diuji
dengan uji hopkins-cole menghasilkan larutan tidak berwarna, maka sampel tidak
mengandung residu triptofan (negatif pada uji hopkins-cole). Berdasarkan data
tersebut, sampel albumin telur ketika diuji dengan uji hopkins-cole, terbentuk tiga
lapisan larutan, bagian atas sedikit keruh, bagian tengah sangat keruh sedikit kuning,
dan bagian bawah tidak keruh dan tidak berwarna, sedangkan sampel gelatin
menghasilkan larutan larutan tidak berwarna. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel albumin telur positif terhadap uji hopkins-cole dan termasuk jenis protein
yang mengandung residu triptofan, sedangkan sampel gelatin negatif terhadap uji
hopkins-cole dan tidak mengandung residu triptofan.

VIII. PEMBAHASAN
1. Uji Millon
Pada percobaan ini dilakukan uji millon yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya asam tirosin yang mengandung gugus fenol. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan
membentuk garam. Uji millon dilakukan dengan menggunakan pereaksi millon yang
terdiri dari larutan HgNO3 dalam asam nitrat dengan sedikit asam nitrit dan
ditambahkan NaNO2 setelah itu dipanaskan selama sepuluh menit. Penambahan
NaNO2 bertujuan untuk mereduksi Hg. Proses pemanasan dilakukan bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan membuat protein mengalami koagulasi sehingga terjadi
denaturasi. Koagulasi protein mengakibatkan terjadinya perubahan struktur protein
dimana keadaan semua molekul protein terbuka menjadi struktur acak (KBK
Biokimia, 2018). Protein mengandung gugus hidroksil fenil (-OH) dapat bereaksi
dengan larutan merkuri nitrat menghasilkan larutan atau endapan berwarna putih
kemudian berubah warna menjadi merah ketika dipanaskan (Sutresna, 2008). Warna
merah yang terbentuk dari garam hasil nitrasi tirosin. Reaksi pembentukan kompleks
merah antara reagen millon dan tirosin sebagai berikut:

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan empat sampel


yaitu larutan tirosin, albumin telur, gelatin, dan aquades. Sampel larutan tirosin
digunakan sebagai kontrol positif dan acuan untuk mengidentifikasi sampel
mengandung residu asam amino tirosin. Dalam percobaan yang dilakukan, kontrol
positif sampel larutan tirosin setelah ditambahkan pereaksi millon, NaNO 3, dan
dipanaskan menghasilkan perubahan warna menjadi oren kecoklatan. Hasil dari
perubahan warna oren kecoklatan terjadi karena terbentuknya kompleks merah antara
reagen millon dan tirosin, sehingga sesuai dengan teori yang ada. Pada sampel
albumin telur dilakukan perlakuan sama menghasilkan larutan dengan dua lapisan,
lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah tidak berwarna sehingga dapat
diketahui bahwa sampel albumin telur merupakan kontrol positif tirosin. Pada sampel
gelatin dilakukan perlakuan sama menghasilkan perubahan warna larutan yaitu dari
tidak berwarna berubah menjadi sedikit kuning sehingga dapat diketahui bahwa
sampel gelatin merupakan kontrol positif tirosin. Hal ini sesuai dengan teori yaitu
gelatin adalah protein yang larut dalam air dan terdiri dari hampir semua asam amino
esensial kecuali triptofan. Kandungan asam amino metionin, tirosin, dan sistin dalam
gelatin sangat rendah karena mengalami degradasi selama proses hidrolisis (Jamilah
dan Harvinder 2002, Chapman & Hall 1997). Dalam sampel aquades dilakukan
perlakuan sama dan tidak terjadi perubahan sehingga dapat diketahui bahwa aquades
merupakan sampel kontrol negatif. Hasil negatif dari aquades menunjukkan bahwa
aquades tidak mengandung asam amino tirosin. Berdasarkan percobaan, dapat
diketahui dari empat sampel tiga diantaranya mengandung tirosin yaitu larutan tirosin,
albumin telur, gelatin, dan satu sampel yang tidak mengandung tirosin yaitu aquades.

Uji Hopkins-cole
Pada percobaan ini dilakukan uji hopkins-cole yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya asam amino triptofan. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan pereaksi hopkins-cole. Pereaksi hopkins-cole terdiri dari asam
glioksilat dalam H2SO4. Hasil positif uji hopkin-cole ditandai dengan terbentuknya
garam kompleks asam 2,3,4,5-tetrahidro- β -karbolin-4-karboksilat yang berupa cincin
berwarna ungu/coklat. Triptofan merupakan satu-satunya senyawa yang memiliki
gugus indol yang tidak dimiliki oleh gugus asam-asam lain. Triptofan dapat
mengalami kondensasi dengan aldehida, membentuk cincin yang berwarna ungu
dalam keadaan asam kuat. Persamaan reaksi pembentukan cincin berwarna yaitu
sebagai berikut:

Dari hasil percobaan didapatkan diketahui bahwa sampel yang positif


mengandung triptofan yaitu sampel triptofan (sebagai kontrol positif) dan albumin
telur. Pada sampel triptofan sebagai kontrol positif setelah ditambahkan pereaksi
hopkins-cole dan H2SO4 didapatkan hasil yaitu larutan terbentuk cincin berwarna
kuning yang merupakan residu dari triptofan. Penambahan H 2SO4 pekat berfungsi
sebagai penstabil asam glioksilat dan mencegah terjadinya dekomposisi serta
membantu pelepasan gas karbondioksida. Sampel albumin telur dilakukan hal serupa
menghasilkan tiga lapisan larutan, bagian atas sedikit keruh, bagian tengah sangat
keruh sedikit kuning, dan bagian bawah tidak keruh dan tidak berwarna yang
menandakan adanya sedikit residu triptofan. Sampel gelatin menunjukkan hasil
negatif uji hopkins-cole yang menandakan tidak terjadi perubahan, sehingga diketahui
tidak adanya kandungan asam amino triptofan dalam sampel. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa gelatin tersusun dari asam amino metionin, tirosin, dan sistin (Jamilah
dan Harvinder 2002, Chapman & Hall 1997). Pada aquades diketahui sebagai kontrol
negatif dari triptofan hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan yang terjadi.
Berdasarkan percobaan uji hopkins-cole diketahui bahwa sampel positif mengandung
triptofan yaitu larutan triptofan (sebagai kontrol positif) dan larutan albumin, untuk
sampel negatif mengandung triptofan yaitu gelatin dan aquades(sebagai kontrol
negatif).

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Larutan albumin telur dan gelatin positif uji millon yang menunjukkan adanya
asam amino tirosin dalam sampel ditandai pada larutan albumin telur
terbentuk dua lapisan larutan (atas berwarna kuning, bawah tidak berwarna),
dan pada gelatin larutan berubah menjadi sedikit kuning.
2. Larutan albumin telur positif uji hopkins-cole yang menunjukkan adanya asam
amino triptofan dengan ditandai terbentuknya tiga lapisan larutan ( bagian atas
sedikit keruh, bagian tengah sangat keruh sedikit kuning, dan bagian bawah
tidak berwarna).
3. Larutan gelatin negatif uji hopkins-cole yang menunjukkan tidak adanya asam
amino triptofan dalam gelatin
X. DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti, D. F., Nuvianto, D. C., Fauziyah, H. A., Tika, P. N., & Agiesta, S. N.
2017. Analisis Kualitatif Asam Amino (Uji Millon, Uji Xantoprotein, dan Uji
Ninhidrin). Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.
Jamilah, B. and Harvinder. 2002. Properties of Gelatin from Skin of fish-black tilapia
(oreochromis mossambicus), and red tilapia (oreochromis nilotica), Food
Chemistry, 77, 81-84.
Mulyadi, A., Ramdhani, E., Muhminah., & Fakhri, M. 2016. Uji Protein 1 : Uji
Millon, Uji Hopkins-Cole, Uji Ninhidrin, Uji Belerang, Uji Xantoproteat, dan
Uji Biuret). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia . Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pers
Puspawati, N. M., Ida A. G. W., & I Nyoman. W. 2017. Komposisi Asam Amino dan
Pola Pita Protein Gelatin Halal dari Kulit Ayam Broiler. Jurnal Kimia. 11 (1),
36-42.
Simamora A. 2015. Buku Ajar Blok 3 Biologi Sel 1 : Asam amino, Peptida, dan
Protein. Jakarta: UKRIDA
Subroto, E., et all. 2020. The Analysis Techniques of Amino Acid and Protein in
Food and Agricultural Product.
Sutresna N. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta (ID): Grafindo Media Pratama.
Tim KBK Biokimia. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia Umum. Malang :
Universitas Negeri Malang.

XI. TUGAS PENDAHULUAN


1. Gambarkan rumus struktur protein tirosin dan triptofan!

2. Tentukan golongan dan sifat asam amino tirosin dan triptofan berdasarkan
rantai sampingnya!
Tirosin merupakan asam amino yang termasuk dalam golongan asam
amino aromatik hidroksi. Struktur rantai samping tirosin meliputi cincin
aromatik benzena yang terikat pada gugus hidroksil (-OH). Karakteristik ini
menyebabkan tirosin memiliki sifat polar dan sedikit bersifat basa.
Keberadaan gugus hidroksil pada rantai samping juga memungkinkan
terjadinya interaksi atau ikatan hidrogen.
Sementara itu, triptofan termasuk dalam golongan asam amino
aromatik heterosiklik. Rantai samping triptofan memiliki struktur cincin
aromatik yang lebih kompleks, terdiri dari dua cincin, yakni cincin benzena
dan cincin indole. Inti aromatik triptofan memiliki sifat non-polar, tetapi gugus
amino dan gugus karboksilat pada rantai samping memberikan sifat asam dan
basa. Hal ini memungkinkan triptofan untuk berinteraksi secara efektif baik
dalam lingkungan hidrofilik maupun hidrofobik.

XII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai