Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara


Udara adalah faktor yang penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan yang sangat
penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya
sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup
secara optimal (Nugroho, 2009).
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 41 tahun 1999 Udara ambien
adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada
didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang di butuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan
hidup lainnya.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.KEP-03/MENKLH/II/1991, yang menyatakan bahwa pencemaran udara
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (Mulia, 2005).
Atmosfer bumi adalah gas yang melapisi bumi dan terbagi dalam
beberapa lapis. Lapisan yang paling dalam disebut juga troposfer yang
tebalnya sekitar 17 km di atas permukaan bumi. Sekitar 99% dari gas
nonpolusi dalam udara kering yang terdapat pada troposfer yang kita hirup,
terdiri dari dua jenis gas yaitu gas nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Sisanya
adalah gas argon yang kurang dari 1% dari karbon dioksida sekitar 0,035%.
Udara dalam troposfer juga mengandung uap air yang jumlahnya sekitar
0,01% di daerah subtropis dan sekitar 5% di daerah tropis yang lembab
(Darmono, 2006).
Secara umum atmosfer mempunyai sifatsifat seperti tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa, tidak dapat diraba kecuali sedang bergerak,
sangat dinamis, mudah bergerak atau mengalir bila terjadi perbedaan tekanan,
sangat elastis, dimanfaatkan atau mengkerut, sanggup memuai tanpa batas.
Merupakan penerus panas yang jelek, tetapi dapat memindahkan panas secara
pengaliran (konveksi). Dapat ditembus oleh berbagai sinar. Karena atmosfer
mempunyai berat, maka atmosfer memberikan tekanan kepada permukaan
bumi (tekanan udara). Melekat pada kulit bumi oleh gravitasi bumi (Daryanto,
2004).
Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter-
parameter gas NO, SO, CO, O, NH, HS, Hidrokarbon, dan Partikel debu.
Apabila terjadi peningkatan kadar bahan-bahan tersebut di udara ambien yang
melebihi baku mutu udara ambien yang telah di tetapkan, dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan (Mukono, 2008).

2.1.1 Efek Bahan Pencemar Udara Terhadap


Lingkungan
Adapun efek yang ditiimbulkan oleh bahan pencemar udara terhadap
lingkungan menurut (Mukono, 2008) antara lain sebagai berikut:
a. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara
lain gangguan jarak pandang (visibility), memberikan warna tertentu pada
atmosfer, mempengaruhi struktur dari awan, mempengaruhi keasaman air
hujan, mempercepat pemanasan atmosfer.
b. Efek terhadap faktor ekonomi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang berhubungan
dengan ekonomi antara lain, meningkatnya biaya rehabilitasi karena rusaknya
bahan (keropos) dan meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan,
pengecatan)
c. Efek terhadap vegetasi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara
lain ialah perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan
terutama pada daun, dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetasi,
mempengaruhi proses reproduksi tanaman, mempengaruhi komposisi
komunitas tanaman, dapat terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi
tertentu, misalnya lumut kerak dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi
vegetasi tersebut.
d. Efek terhadap kehidupan binatang
Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun
bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan
berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara
ambien terpapar oleh gas SO.
e. Efek estetik
Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara lain
timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan
perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan
tersebut.

2.1.2 Pengaruh Udara Terhadap Kesehatan


1. Udara Bebas
Udara bebas yang ada disekitar manusia dapat berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat. (Slamet, 2011) mengemukakan bahwa pengaruh
tersebut dikelompokkan menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung.
Pengaruh udara bebas secara tidak langsung merupakan pengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat. Misalnya, nitrogen di dalam udara dimanfaatkan
sebagai bahan baku pupuk.
Pengaruh udara yang langsung, terjadi karena proses pernafasan dan
kontak seluruh anggota tubuhnya dengan udara. Pengaruh udara terhadap
kesehatan sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis
udara. Pada keadaan normal, sebagian besar terdiri atas oxygen dan nitrogen
(90%). Tetapi, aktivitas manusia dapat mengubah komposisi kimiawi udara
sehingga meningkatkan konsentrasi zatzat kimia yang sudah ada. Aktivitas
manusia yang menjadi sumber pengotoran/pencemaran udara adalah buangan
industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran di rumahrumah dan di ladang
ladang. Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor
meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit pada manusia, hewan,
dan tumbuhan. Pada kadar yang sedemikian, maka udara disebut telah
tercemar.

Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat antara lain adalah
Karbonmonoksida (CO), Sulfur dioksida (SO), Nitrogen dioksida (NO),
Ozon (O), hidrokarbon, dan partikulat. Pengaruh zat kimia ini pertamatama
akan ditemukan pada sistem pernafasan dan kulit serta selaput lender
selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran darah, maka efek
sistemik tak dapat dihindari.
Oleh sebab itu kualitas udara yang baik akan diperoleh apabila sumber
pencemar ysang dihasilkan oleh aktivitas manusia di perhatikan dan dijaga
agar tidak dapat mengganggu kualitas udara. Jika hal itu diabaikan maka
manusia itu pula yang akan merasakan dampak yang ditimbulkan akibat
pencemaran udara tersebut (Slamet, 2011).
2. Udara Tidak Bebas
Udara tidak bebas adalah udara yang didapat di dalam ruangan gedung-
gedung seperti rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Udara tidak bebas didapat pula di dalam sumursumur dan tambangtambang.
Berbeda dengan udara bebas, kualitas dan kuantitas udara tidak bebas
seringkali ditentukan oleh penghuni gedung secara sengaja ataupun tidak
sengaja. Ada gedung yang secara khusus diatur baik suhu maupun frekuensi
pertukaran udaranya. Oleh karena itu, kualitas udara tidak bebas sangat
bervariasi. Apabila kualitas baik, tentunya tidak akan terjadi penyakit
akibatnya. Tetapi apabila udara tidak bebas itu tercemar, maka efeknya akan
sangat nyata. Karena aliran tidak bebas, maka pencemar mempunyai banyak
kesempatan untuk masuk ke dalam tubuh penghuni dan dalam konsentrasi
yang ada di dalam udara tersebut (Slamet, 2011).

2.1.3PrinsipPrinsip Pengelolaan Kualitas Udara


1. Baku Mutu Kualitas Udara
Mengingat bahwa udar yang bersih itu diperlukan setiap detik bagi
tercapainya masyarakat yang sehat, maka kualitas udara harus diusahakan agar
selalu bersih. Tidak mungkin kiranya kita membiarkannya kotor dan
dibersihkan kemiudian sebelum dikonsumsi seperti halnya air, karena udara
setiap detik diperlukan. Hal ini dikemukakan dengan asumsi bahwa kita tidak
menghendaki menggendong penyediaan udara masingmasing seperti orang
yang sedang menyelam.
Namun demikian dalam masalah kebersihan kualitas udara maupun
pencemaran udara, selalu terdapat tiga kelompok manusia, yaitu mereka yang
menginginkan udara selalu bersih, mereka yang ingin memanfaatkan udara
dengan kapasitas membersihkan dirinya sebgai tempat untuk membuang
segala sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam atmosfir, sampai terjadi efek
jelek yang nyata dan yang ketiga mereka yang baru saja mengerti tentang
baikburuknya kedua pendapat tersebut (masyarakat luas).
Pengelolaan sumber daya udara, sebagaimana halnya dengan sumber daya
pada umumnya. Perlu dinaungi oleh iklim yang mengizinkan dilakukan
tindakan-tindakan untuk pengelolaan tersebut. Iklim ini dapat tercipta setelah
dibuat peraturan ataupun perundangan yang mengatur semuanya itu. Undang
undang sedemikian dikenal sebagai Undangundang udara bersih. Undang
undang yang ada di Indonesia saat ini mengatur lingkungan secara umum dan
dikenal sebagai UU. No.4 tahun 1982. Untuk dapat melaksanakan
perundangan sedemikian diperlukan peraturan pelaksanaan yang berisiskan
angkaangka yang konkret tentang kadar berbagai zat yang boleh ada didalam
udara. Peraturan seperti itu disebut standar (Slamet, 2007).
2. Baku Mutu Udara Ambien
Dengan di keluarkannya baku mutu ini, maka berarti bahwa udara yang
mengandung unsurunsur melebihi standar akan disebut tercemar (bukan lagi
terkotori). Di harapkan bahwa bila kualitas udara dapat di pelihara sehingga
kadar berbagai zat pencemar tidak terlampaui sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan terhadap manusia, hewan, tumbuhan maupun harta benda
lainnya.
Baku mutu udara ambien nasional terdiri dari beberapa parameter. Berikut
adalah parameter-parameter yang menjadi standar pengukuran.
Tabel 2.1.3 Baku Mutu Udara Ambien Nasional No. 41 Tahun 1999

No. Parameter Lama Baku Mutu Metode


Pengukuran Analisis
3
1. CO 1 Jam 30.000 g /m NDIR Analyzer
3
2. SO 1 Jam 900 g /m Pararosanilin
3
3. NO 1 Jam 400 g /m Saltzman
3
4. O3 1 Jam 235 g /m Chemiluminescent

Sumber: Balihristi, 2011


2.2 Pencemaran oleh Karbon Monoksida

2.2.1 Definisi Karbon Monoksida


Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan
tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom
oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi
antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,
sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat
racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan
prekursor banyak senyawa karbon.
Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi
ketika terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas.

CO2 yang pertama kali dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas,

menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan


Boudouard. Di atas 800 C, CO adalah produk yang predominan.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,
sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat
racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan
prekursor banyak senyawa karbon.
Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi
ketika terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas.

CO2 yang pertama kali dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas,

menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan


Boudouard. Di atas 800 C, CO adalah produk yang predominan:

O2 + 2 C 2 CO H = -221 kJ/mol

Kerugian dari metode ini adalah apabila dilakukan dengan udara, ia akan menyisakan
campuran yang terdiri dari nitrogen.
Gas sintetik atau gas air diproduksi via reaksi endotermik uap air dan karbon:

H2O + C H2 + CO H = 131 kJ/mol


CO juga merupakan hasil sampingan dari reduksi bijih logam oksida dengan karbon:
MO + C M + CO H = 131 kJ/mol
Oleh karena CO adalah gas, proses reduksi dapat dipercepat dengan memanaskannya.

Diagram Ellingham menunjukkan bahwa pembentukan CO lebih difavoritkan daripada CO2


pada temperatur tinggi.
CO adalah anhidrida dari asam format. Oleh karena itu, adalah praktis untuk
menghasilkan CO dari dehidrasi asam format. Produksi CO dalam skala laboratorium lainnya
adalah dengan pemanasan campuran bubuk seng dan kalsium karbonat.

Zn + CaCO3 ZnO + CaO + CO


Metode laboratorium lainnya adalah dengan mereaksikan sukrosa dengan natrium
hidroksida dalam sistem tertutup.

2.2.2 Sumber Pencemaran gas Karbon Monoksida


Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pemakaian bahan bakar fosil
(minyak atau batubara) pada mesin-mesin penggerak trasnportasi. CO juga dapat merupakan
produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara
minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak
bakar dengan udara menghasilkan beberapa tempat atau area yang kekurangan oksigen.
Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi pula jumlah
karbonmonoksida yang dihasilkan. (Fardiaz, 2006)
Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga
kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan udara di pedesaan. Selain itu, gas
CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah, gas CO juga dapat terbentuk
dari hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain sebagainya, walaupun jumlahnya
relatif cukup sedikit.
Tabel 2.2.2. Sumber Pencemaran gas CO
Sumber Pencemaran % bagian % total
Transportasi 63.8
- mobil bensin 59.0
- mobil diesel 0.2
- pesawat terbang 2.4
- kereta api 0.1
- kapal laut 0.3
- sepeda motor, dll 1.8
Pembakaran stasioner 1.9
- batubara 0.8
- minyak 0.1
- gas alam 0.0
- kayu 1.0
Proses industry 9.6
Pembuangan limbah padat 7.8
Lain-lain sumber 16.9
- kebakaran hutan 7.2
- pemakaran batu bara sisa 1.2
- pembakaran limbah pertanian 8.3
- pembakaran lain-lainnya 0.2
100.0 100.0
Sumber : Wardhana,2004

2.2.3 Pengukuran CO Lingkungan


Pengukuran CO dilakukan selama 1 jam agar bisa mendeskripsikan apakah konsentrasi
CO selama pengukuran telah melebihi batas standar baku mutu yang berlaku atau tidak antara
lain :
1. PP RI No.41/1999 tentang baku mutu udara ambien nasional, batasan konsentrasi CO
adalah 30.000 g/m3 ekivalen dengan 26,19 ppm.
2. SNI 19-0232-2005 tentang standar nilai ambang kimia di udara kerja, dengan batasan
karbonmonoksida sebesar 29 mg/m3 ekivalen dengan 25,32 ppm.
3. EPA (Environmental Protection Agency) tentang standar kualitas udara ambien nasional
rata-rata 1 jam, batasan karbonmonoksida adalah 35 ppm.

Anda mungkin juga menyukai