Discovery
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun
pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Batasan
konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukan
tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa, tetapi bagaimana dari pengetahuan yang
dimilikinya dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa agar
dapat diaktualisasikan dalam kondisi nyata. Dalam konstruktivistik,
strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik
memperoleh dan mengingat pengetahuan.
2. Menemukan (inquiry)
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi
hasil menemukan sendiri. Inquiry diperoleh melalui tahap observasi
13 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar ( CV. Pustaka
Setia: Bandung, 1997) hlm. 76
G. Kelebihan dan Kekurangan Discovery
Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery
diuraikan oleh Sudirman N, dkk (1992) sebagaiberikut :
Kelebihan metode discovery adalah sebagai berikut :
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar
2. Siswa memahami pelajaran
3. Menimbulkan rasa puas bagi siswa
4. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks
5. Melatih siswa belajar mandiri
Kekurangan metode penemuan discovery:
1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang
menerima informasi dari guru apa adanya.
2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi, sebagai fasilitator, motivator, dan
pembimbing siswa dalam belajar. Ini pun bukan pekerjaan yang
mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi
tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh
aktivitas, dan terarah.
4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang
lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru
terbatas, agaknya metode ini sulit terlakasanakan dengan baik.
5. Menyita banyak waktu bagi pendidik dan peserta didik.
6. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.