Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

ACARA I
PENGARUH KALOR TERHADAP SUHU ZAT

Disusun Oleh

Nama : Agung Kurniawan


NIM : J1B014002
Kelompok :I
Nama Co.Assisten : Sas Putra

LABORATORIUM BIOPROSES
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 31 Desember 2016

Mengetahui,

Co.Assisten Praktikum Pindah Panas Praktikan

Sas Putra Agung Kurniawan


NIM. J1B 013 100 NIM. J1B 014 002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia dalam sehari-harinya tak lepas dari berbagai jenis
benda, baik itu benda yang berbentuk padat, cair dan gas. Benda benda tersebut
memiliki sifat yang berbeda, baik sifat mekanis dan sifat fisiknya. Sifat fisik dari
setiap benda bisa dilihat dari massa benda, bentuk dan ukuran benda tersebut.
Sifat mekanis benda biasanya ditinjau dari struktur penyusun dari benda tersebut
yang tidak dapat dilihat secara kasat mata , massa jenis dan rapat jenis dari
struktur mikro benda tersebut, sehingga diperlukan alat khusus untuk melihat
struktur mikro dari benda tersebut. Sifat dari suatu benda ini dapat berubah
apabila benda tersebut menerima kalor atau panas dari sumber panas.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor
berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas.
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun
dilepaskan oleh suatu benda. Penyaluran kalor atau perpindahan kalor ini dapat
dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Ketiga jenis penyaluran kalor ini memiliki prinsip kerja yang berbeda-
beda.
Apabila suatu benda diberi sebuah kalor atau panas, maka suhu dari benda
tersebut akan mengalami peningkatan. Pertambahan suhu ini terjadi karena energi
kalor berpindah menuju benda yang diberi kalor. Peningkatan suhu dari benda
tersebut dipengaruhi oleh jenis zat, massa benda serta jumlah kalor yang diberikan
pada benda tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan praktikum tentang pengaruh kalor terhadap suhu suatu zat atau benda.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu benda dan menemukan pengaruh massa benda terhadap
perubahan suhu jika suatu zat mendapatkan kalor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis)
dan perubahan suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur besar kecil kalor pada
suatu benda disebut dengan kalorimeter (Purnomo,2008).
Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang
rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila
sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang
lebih panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan
benda lain yang lebih dingin. Perpindahan suhu tersebut disebut driving force
yang memungkinkan panas berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu tidak
mungkin terjadi pemindahan panas. Panas mengalir dari bahan yang lebih panas
ke bahan yang lebih dingin. Proses pengeluaran panas akan banyak dijumpai
dalam proses pendinginan produk pangan (Winarno, 2007).
Menurut Buchori (2004) dalam jurnal Pujayanto (2015) terdapat tiga
macam proses perpindahan energi kalor. Proses tersebut adalah perpindahan
energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi adalah proses
perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau material ke bagian lainnya.
Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari logam yang
berpindah, yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang diletakkan di atas
nyala api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya dan memberikan
sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali membentur molekul
molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya dan begitu
seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan adalah
logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang
bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika
bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh
tumbukan langsung molekul-molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas
dari gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan
molekul berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi
ditransfer ke molekul berenergi rendah (Pujayanto dan Intan, 2015).
Besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas (kalor) atau dinginnya
suatu benda disebut dengan suhu. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan kandungan
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-
masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat
berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi
suhu benda tersebut (Lasmi, 2001).
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Termometer Merkuri
adalah jenis termometer yang sering digunakan oleh masyarakat awam. Merkuri
digunakan pada alat ukur suhu termometer karena koefisien muainya bisa
terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan
suhu hampir selalu sama. Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan
material kaca dengan kandungan Merkuri di ujung bawah. Untuk tujuan
pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika
temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan
memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang
telah ditentukan. Skala suhu yang paling banyak dipakai di seluruh dunia adalah
Skala Celcius dengan poin 0 untuk titik beku dan poin 100 untuk titik didih
(Skuler, 2007).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Desember 2016 di
Laboratorium Bioproses Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah kompor listrik,
termometer batang, statif, gelas ukur, stopwatch dan panci.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air dan
minyak.

3.3 Prosedur Kerja


a. Diagram alir

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang berat kosong gelas ukur, kemudian tuangkan air

Ditimbang berat air dalam gelas ukur.

Dinyalakan kompor listrik.

Dituangkan air dan panaskan di kompor listrik

Diukur suhu air setiap 1 menit

Diamati dan dicatat suhu

Diulangi langkah 2 hingga 6 untuk volume air dan minyak masing


-masing sebanyak 250 ml.

Gambar 1.1 Pengaruh Suhu Terhadap Wujud Zat.


b. Prosedur dalam bentuk poin.
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang berat kosong gelas ukur, kemudian tuang air sebanyak 400 ml ke
dalam gelas ukur dan dicatat suhu awal air.
3. Ditimbang berat air dalam gelas ukur.
4. Dinyalakan kompor listrik, atur pada mode 600 watt.
5. Dituang 400 ml air ke dalam panci, lalu letakkan di atas kompor listrik.
6. Diukur suhu air setiap 1 menit sampai waktu 7 menit.
7. Diamati dan dicatat kenaikan suhu yang terjadi.
8. Diulangi langkah 2 hingga 6 untuk volume air dan minyak masing -masing
sebanyak 250 ml.

3.4 Cara Analisis


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis)
dan perubahan suhu.
Menurut Winarno (2007) kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang
tinggi ke suhu yang rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah
perbedaan suhu. Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki
sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian pula halnya jika ingin
mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin. Perpindahan suhu
tersebut disebut driving force yang memungkinkan panas berpindah. Tanpa
adanya perbedaan suhu tidak mungkin terjadi pemindahan panas.
Satuan besaran untuk menyatakan jumlah kalor atau derajat panas dan
dingin pada suatu benda adalah suhu. Semakin tinggi suhu suatu benda maka
semakin panas benda tersebut, begitu pula sebaliknya. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Alat untuk untuk mengukur besarnya
suhu suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah
termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.
Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer
dikarenakan raksa tidak membasahi dinding kaca termometer, merupakan
penghantar panas yang baik, jangkauan ukur raksa terhadap besar suhu juga lebar
dengan titik bekunya mencapai -39 C dan titik didihnya sebesar 357C dan kalor
jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil saja cukup untuk
mengubah suhunya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan CaC2 menyebabkan peningkatan kekerasan pada semua bahan
(mangga, wortel, apel dan tomat) sampai rasio 0,25-0,50 % pada hari ke-3 dan
turun kembali pada hari ke-7.
2. Penambahan CaCl2 pada tomat dengan perlakuan plastik terbuka yang
disimpan pada suhu kamar menyebabkan penurunan kualitas warna, yaitu
timbul corak keputihan dengan tingkat tekstur yang tetap pada hari ke-3 dan
ke-7.
3. Hasil dengan kualitas paling rendah pada penambahan KOH terjadi pada
mangga dengan perlakuan plastik terbuka yang disimpan pada suhu kamar
dengan warnanya menjadi hitam dan teksturnya sangan lembek pada hari kle-7.
4. Penambahan senyawa KOH dan CaCl2 terhadap buah dan sayur berpengaruh
pada perubahan tekstur dan warna saat proses penyimpanan berlangsung.
5. Penambahan senyawa CaC2 terhadap buah dan sayur. berpengaruh pada
perubahan warna saja saat proses penyimpanan berlangsung
6. Buah yang disimpan pada suhu kamar lebih cepat mengalami pematangan,
perubahan warna dan tekstur daripada bahan yang disimpan pada suhu dingin.
DAFTAR PUSTAKA

Lasmi, ketut. 2001. Bimbingan Pemantapan EBTANAS dan UMPTN


FISIKA. Bandung : CV Yrama Widya.

Pujayanto dan Intan Nurul Rokhimi. 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju
Hantaran Kalor Konduksi. Surakarta : Jurnal Fisika dan Pembelajaran
Fisika. Vol. 6 : 1.

Purnomo, Sidik. 2008. Kalor dan Perubahan Wujud Zat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.

Skuler. 2007. Termometer. http://www.forumsains.com. (Diakses pada tanggal 23


Desember 2016).

Winarno. 2007. Fisika Dasar 1. Bandung : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai