Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

MOLA HIDATIDOSA

A. Pengertian.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh Villi
Korialisnya mengalami perubahan hidrofik. ( Mansjoer, Arif, dkk, 1999: 265 ).
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot khorion tumbuh berganda merupakan
gelembung-gelembung kecil mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur
atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh Villi Korialis mengalami
perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola hidatidosa atau Complete
mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola Parsialis
atau Partial Mole. ( Wiknjosastro, Hanita, dkk, 1999; 342 )
Mola hidatidosa adalah poliferasi dan degenerasi dari Villi trofoblas. Sel-
sel tersebut berdegenerasi dan telah berisi dengan cairan, gelembung-gelembung
tersebut berukuran seperti buah anggur. Pada kondisi ini embrio tidak
berkembang, mola dapat diidentifikasikan menjadi Choriocarsinoma, jika
berkembang dengan cepat dan menjadi ganas. ( Mochtar, Rustam, 1998;238 ).

B. Etiologi.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkannya adalah :
1. Faktor ovum.
2. Imunoselektif dari trofoblas.
3. Keadaan sosio ekonomi rendah.
4. Varitas tinggi.
5. Kekurangan protein.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas.
Faktor predisposisi yaitu kehamilan mola sangat dipengaruhi oleh umur
dan juga oleh status sosial ekonomi. Biasanya sering dijumpai lebih sering pada
umur reproduktif ( 15 45 th ), dan multi para. Jadi dengan meningkatnya varitas
kemungkinan menderita mola akan lebih besar, dan kalau terjadi kehamilan pada
wanita yang berumur lebih dari 45 tahun, kehamilan mola 10x > dibandingkan
dengan gravida antara 20 40 tahun.

C. Patofisiologi.
Proliferasi Trofoblas

Degenerasi hidrofik dari stroma villi

Tidak ditemukan sirkulasi fetal/ perkembangannya tidak sempurna

Edema ( cairan tidak dapat diserap ) HCG meningkat


Pembengkakan hidrofik
Blighted ovum

Mola Hidatidosa
Gelembung-gelembung mola seperti buah anggur, kistik, berdinding
Tipis dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih.
Ket: Pada pemeriksaan serum HCG, kadarnya sangat tinggi.

D. Tanda Dan Gejala.


Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan
dari kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap
kasus. Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice
prune) atau merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung
hanya beberapa hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal
kehamilan beberapa wanita mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan
menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari
perkiraan menstruasi terakhir.
Pada kasus lain, tumor tumbuh tanpa gejala. Pada saat ini, pemeriksaan
akan menunjukan gambaran :
1. Uterus biasanya lebih besar daripada yang diharapkan dari usia kehamilannya
dan perabaan terasa seperti adonan.
2. Bunyi jantung janin tidak terdengar.
3. Scanning ultrasonik menunjukan gambaran berbintik-bintik yang jelas.
4. Jika diukur serum HCG, kadarnya sangat tinggi.

E. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan sonde uterus ( Hanifa ). Pada mola sonde mudah masuk ke dalam
cavum uteri pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.
2. Tes Acosia Sison dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.
3. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urine. Maka uji biologik dan uji
imunologik ( Galli mainina dan Planotest ) akan positif setelah pengenceran
(fitrasi)>
4. Ultrasonografi menunjukan gambaran badai salju ( Snow Flarepattern ).
5. Foto thorax ada gambaran emboli udara.
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala Tirotoksikosis.

F. Penatalaksanaan Medis.
1. Terapi.
a) Kalau pendarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi
darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk
pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah: barulah
dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.
b) Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil.
1) Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
2) Setelah itu pasang infus D5% yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin
atau sintosinon ), cabut laminaria, kemudian setelah ini lakukan
evaluasi isi kavum uteri dengan hati-hati, pada kuretase pertama ini,
keluarkan jaringan sebanyak mungkin, tak usah terlalu bersih.
3) Kalau perdarahan banya, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon
utero vaginal selama 24 jam.
c) Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan Histopatologik dalam 2 porsi :
1) Porsi 1 : Yang dikeluarkan dengan canam ovum.
2) Porsi 2 : Yang dikeluarkan dengan kuretase.
d) Berikan obat-obatan: Antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
e) 7 10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan dikirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
f) Kalau mola terlalu terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada beberapa institusi yang melakukan Histerotomia untuk mengeluarkan
isi rahim (mola).
g) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (High Risk Mola),
usia lebih dari 3 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar
(mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.
2. Periksa Ulang ( Follow Up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi
pil kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan
observasi, juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2
3 bulan.
a) Setiap minggu pada triwulan pertama.
b) Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c) Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya.
d) Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap periksa ulang penting diperhatikan :


a) Gejala kinis; pendarahan, keadaan umum dll.
b) Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo: tentang keadaan
serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista uteri bertambah kecil
atau tidak dll.
1 kali seminggu sampai hasil negatif.
1 kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya.
1 kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya.
1 kali 3 bulan dalam tahun berikutnya.

Kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-
keganasan masih dapat timbul setelah tiga tahun pasca terkenanya Mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6
minggu, 62,1 % dalam 12 minggu, dan 79,4 % dalam 24 minggu, serta
97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar.

3. Sitostatika Profilaksis Pada Mola Hidatidosa.


Beberapa institut telah memberikan Methotrexate (Mtx) pada penderita
mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain
tidak setuju dengan pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu
mencegah keganasan dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek samping
dan penyulit yang berat.
Pemberian Mtx bila :
a) Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.
b) Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap positif.
c) Pada high risk mola.

Setelah pulang dari Rumah Sakit, pemeriksaan tindak lanjut yang


sering (mula-mula seminggu sekali) sangat penting. Pemeriksaan ini berlanjut
selama 2 tahun dan frekuensinya tergantung hasil pemeriksaan pada setiap
kunjungan. Kepada pasangan suami istri harus diingatkan agar tidak hamil
dalam periode waktu ini, dan anjuran atau rujukan keluarga biasany
diperlukan.

G. Diagnosa Keperawatan.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah
yang berlebihan.
Intervensi :
1) Pantau TTV. ( TD, N, R, T )
2) Observasi terhadap kehilangan darah yang berlebihan.
3) Catat intake dan output.
4) Ukur suhu setiap 4 jam sesuai indikasi.
5) Kaji turgor kulit, kekeringan kulit dan mukosa mulut.
Kolaborasi :
6) Beri obat Homeostatikum sesuai dengan program dokter.
7) Pantau Hb dan Ht.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia,


mual dan muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1) Kaji penyebab perubahan nutrisi.
2) Kaji status nutrisi klien.
3) Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4) Anjurkan klien untuk melakukan oral hygiene.
Kolaborasi :
5) Beri vitamin sesuai program medis.

3. Nyeri berhubungan dengan uterus sekunder terhadap pengeluaran maternal


menyerupai buah anggur.
Intervensi :
1) Kaji penyebab, frekuensi, durasi, karakteristik, lokasi dan skala nyeri.
2) Kaji TTV.
3) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
4) Atur posisi senyaman mungkin.
Kolaborasi :
5) Beri analgetik sesuai program medis.

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan penanganan


berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi :
1) Tentukan persepsi klien tentang Mola hidatidosa dan penanganannya.
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang Mola hidatidosa,
penyebab, tanda dan gejala dan penanganannya.
3) Berikan materi tertulis tentang Mola hidatidosa.
4) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah misalnya kemampuan
untuk hidup sendiri, melakukan pengobatan atau prosedur yang dilakukan.
5) Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan serta latihan teratur.

5. Resiko tinggi gangguan harga diri rendah berhubungan dengan komplikasi


dari Mola hidatidosa.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat bagaimana diagnosis dan
pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi di rumah dan aktivitas
kejanya.
2) Bantu klien untuk terus melupakan atas kehilangan kehamilannya
(janinnya).
3) Beri dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes diagnostik
dan fase pengobatan.
4) Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan
pertahankan kontak mata.

H. Daftar Pustaka.
Bobak, Lowdermik, Perry, 1999. Maternity Nursing, Fifth Edition. New York: J.B.
Lippincott Company.
Doengoes, Marylin, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3. Jakarta:
EGC.
Farrer, Helen, 1999. Perawatan Maternitas, Edisi Ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Himawan, Sutisna, 1973. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik. FKUI.
Liewllyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi Ke-6
Jakarta: Hipokrates.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi Ke-3. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC.
Wikajosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
HASIL ASUHAN

A. Gambaran Kasus.
Klien bernama Ny. H, umur 31 tahun, jenis kelamin perempuan, suku
dayak, agama islam, klien tidak pernah sekolah, pekerjaan ibu rumah tangg,
alamat pangkalanbun (Kal-Teng), status perkawinan sudah kawin, klien MRS
pada tanggal 03 Oktober 2004 di ruang nifas, kelas III ginekologi, tanggal
pengkajian 04 Oktober 2004 dengan diagnosa medis Mola Hidatidosa.

Suami klien bernama Tn. P umur 35 tahun, tidak pernah sekolah, suku
dayak, agama islam, pekerjaan buruh bangunan, alamat Pangkalanbun (Kal-Teng).

Dari hasil anamnesa pada tanggal 04 Oktober 2004 didapatkan bahwa


klien mengeluh perdarahan pervagina sedikit (3 pembalut perhari), berwarna
merah segar dan kadang-kadang kecoklatan, nyeri pada daerah supra pubis saat
ditekan, dan tidak nafsu makan serta mual bila makan.

Alasan kunjungan ke Rumah Sakit, klien mengatakan sejak + 1,5 bulan


sebelum MRS keluar darah bergumpal-gumpal dari vagina berwarna merah segar
dan kadang-kadang kecoklatan. Klien pernah berobat ke Puskesmas, tetapi tidka
ada perubahan, klien juga mengeluh tidak nafsu makan serta mual bila makan dan
perut bagian bawah juga terasa nyeri dan muka terlihat pucat, kemudian oleh
suami dan keluarga, klien dibawa ke Rumah Sakit Kapuas dan oleh Rumah Sakit
dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk mendapatkan penanganan intensif pada
tanggal 03 Oktober 2004 dan dipastikan dari hasil USG klien mendapat diagnosa
Mola Hidatidosa.
Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan sejak + 1,5 bulan keluar
darah pervagina, padahal klien mengaku haid terakhir ( HPHT tidak ingat ), klien
sempat berobat ke Puskesmas tetapi ada perubahan, keluar darah dari vagina tetap,
klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini yaitu
Mola Hidatidosa.
Pada riwayat obstetric yaitu riwayat menstruasi, klien mengatakan
merache pada umur 15 tahun, banyaknya + 3 pembalut, siklus teratur, lamanya +5
6 hari tanpa ada keluhan saat haid, HPHT lupa dengan riwayat G6 P5 A1.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu.

Anak Ke Kehamilan Persalinan


Umur
No Tahun Penyulit Jenis Penolong Penyulit
Kehamilan
1 1987 Aterm - Spontan Dukun -
2 1989 Aterm - Spontan Dukun -
3 1995 Aterm - Spontan Bidan -
4 1998 Aterm - Spontan Bidan -
5 2001 Aterm - Spontan Bidan -

Komplikasi Nifas Anak


No
Laserasi Infeksi Pendarahan Kelamin BB PB
1 - - - Perempuan 2,8 50
2 - - - Laki-laki 2,9 49
3 - - - Laki-laki 2,6 49
4 - - - Perempuan 3,0 50
5 - - - Perempuan 2,8 51
Pada Genogram didapatkan :
Keterangan :
: Perempuan.
: Laki-laki.
: Meninggal.
: Klien.
: Tinggal dalam satu rumah.

Riwayat keluarga berencana, klien tidak pernah melaksanakan KB, karena


dilarang suaminya.

Riwayat kesehatan, klien tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM,


Asma, Penyakit Jantung dll. Riwayat penyakit keluarga, diantara anggota keluarga
juga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien yaitu Mola Hidatidosa
maupun penyakit seperti Hipertensi, Dm, Asma dll.
Riwayat lingkungan, menurut klien ia tinggal disebuah desa, lingkungan
rumahnya cukup bersih dan menurut klien tidak ada yang membahayakan dari
lingkungan sekitar rumahnya.

Pada pengkajian psikososial yaitu persepsi klien tentang keluhan/ penyakit


klien terlihat menerima keadaan penyakitnya walaupun klien kadang bertanya
tentang penyakitnya. Keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan
sehari-hari yaitu selama sakit klien tidak dapat melakukan pekerjaan yang berat
seperti mengangkat air dari sumur. Harapan yang klien inginkan yaitu perawatan
yang terbaik bagi dirinya, dan klien ingin cepat sembuh sehingga bisa melakukan
kegiatan rumah seperti semula. Klien tinggal dengan suaminya, 4 orang anak
kandungnya, ayahnya dan adik perempuan suaminya, selama di Rumah Sakit
klien selalu ditemani suaminya, yang selalu memberi semangat kepada klien dan
mejaga klien dengan sabar.

Pada kebutuhan dasar khusus, pola nutrisi saat di rumah frekuensi makan
3x sehari, nafsu makan baik, jenis makanan nasi, lauk pauk dan kadang pakai
sayur, makanan yang disukai/ pantangan/ alergi tidak ada. Di Rumah Sakit
frekuensi makan 3x sehari, klien terlihat tidak menghabiskan porsi makanan yang
disediakan RS, klien mengatakan hanya dapat menghabiskan 3 4 sendok makan
saja, klien mengeluh tidak nafsu makan dan mual bila makan.

Pada pola eliminasi, di rumah BAK frekuensi sering 4 5 kali sehari


dengan warna kuning jernih, bau pesing, BAB 1 kali sehari, konsistensi lembek,
warna kuning pucat, tidak ada nyeri saat BAB maupun BAK. Di Rumah Sakit
klien BAK 3 4 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK,
klien mengatakan selama di Rumah Sakit 1 kali BAB, konsistensi lembek, warna
kuning pucat.

Personal hygiene, di rumah klien mandi 2 kali sehari dengan


menggunakan sabun, gosok gigi 2 kali sehari, cuci rambut 2 kali seminggu,
potong kuku bila panjang. Selama di RS klien hanya diseka oleh suaminya 1 kali
sehari, klien tidak pernah gosok gigi cuma berkumur-kumur saja, keramas tidak
ada.

Pola istirahat dan tidur, klien adalah seorang ibu rumah tangga, pekerjaan
sehari-hari dilakukan di rumah dan kadang-kadang ke pasar, klien tidak biasa tidur
siang hanya berbaring saja, tidur malam dari jam 09.30 -05.30 WITA, di RS
klien terlihat berbaring di tempat tidur saja dan kadang-kadang ke kamar kecil.

Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan tidak ada, klien tidak


merokok, minum-minuman keras maupun ketergantungan obat.

Pada pemeriksaan fisik tanggal 04 Oktober 2004, keadaan umum terlihat


lemah dan pucat, dengan kesadaran Compos Mentis (sadar penuh, dapat
berorientasi pada tempat, waktu dan orang). GCS = 4,5,6 ( 4: Membuka mata
spontan, 5: Orientasi bicara baik, 6: Dapat melakukan gerak sesuai perintah ), TD:
110/70 mmHg, R: 23 x/m, N: 100 x/m, T: 36,5 C, TB: 155 cm, BB: 45 kg, LLA:
23 cm.

Pada mata, struktur mata simetris, konjunctiva anemis, sklera tidak


ikterik, pupil isovor, akomodasi baik, pada hidung ada reaksi alergi yaitu pada
cuaca dingin atau debu, polip tidak ada, tidak ada perdarahan, pada mulut dan
tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, gigi masih lengkap.

Pada dada dan axilla, mamae tidak membesar, areola mamae menghitam,
tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi
nafas 23 x/m.
Untuk sirkulasi jantung, kecepatan jantung teratur, pada perabaan arteri
radialis 100 x/m, tidak ada kelainan bunyi jantung ( S1 dan S2 tunggal ), tidak ada
nyeri pada dada, pada auskultasi bunyi dada sonor.

Pada abdomen, tidak terdapat linea nigra dan striae gravidarum, peristaltik
usus 10 x/m, TFU 3 jari di bawah pusat, tidak ada luka operasi, nyeri tekan positif
pada daerah supra pubis, skala nyeri 1 ( nyeri ringan ) dengan rentang nilai :
0 : Tidak ada nyeri.
1 : Nyeri ringan.
2 : Nyeri sedang.
3 : Nyeri hebat.
4 : Nyeri sangat hebat.
5 : Nyeri kolik.

Pada genitourinary, perineum tidak terlihat kelainan, keluar darah pada


vagina, klien mengatakan keluar darah bergumpal-gumpal berwarna merah segar
dan kadang-kadang kecoklatan pada vagina, klien juga mengatakan memakai 3
pembalut dalam sehari, Vesika urinaria tidak menggunakan kateter.

Pada ekstrimitas, turgor kulit baik bila dicubit kembali dalam 2 detik,
warna tiak sianosis, kulit terlihat pucat, tidak ada kelainan pada persendian
ekstrimitas. Pada ekstrimitas kiri terpasang infus RL 20 tts/m. Skala kekuatan otot:

5
5 5

5 = Kekuatan penuh.
Pemeriksaan Penunjang.
1. Laboratorium. ( Tgl 04 Oktober 2004 )
Hb : 9,1 gr % N ( P: 11,5 15,5 ).
Leukosit : 5.800 /mm3 N ( 5.000 10.000 ).

Tanggal 05 Oktober 2004.


Hb Sahli : 10,1 gr % N ( P: 11,5 15,5 ).

Tanggal 06 Oktober 2004.


Hb Sahli : 11,2 gr % N ( P: 11,5 15,5 ).

Tanggal 07 Oktober 2004.


Hb Sahli : 11,1 gr % N ( P: 11,5 15,5 ).
Leukosit : 5.600 /mm3 N ( 5.000 10.000 ).

2. USG. ( Tgl 04 Oktober 2004 )


Uterus membesar sampai 95 mm.
Tampak multiplo kistik.
Tampak jaringan mola.

3. Pengobatan.
a) Infus RL : D5 % = 1 : 1 = 20 tts/m.
b) Inj. Cefotaxime 3x1 gr.
c) Drip Methergin 1 amp.
d) Vomitrol 3x tab.
e) Tranfusi: Jenis PRC = 2 kolf, golongan darah O.

Data Fokus.
1. Inspeksi.
a) Konjunctiva anemis.
b) Klien terlihat pucat.
c) Terpasang tranfusi darah yang pertama ( 1 kolf ), golongan darah O
jenis PRC.
d) Terpasang infus RL 20 tts/m.
e) Klien terlihat lemah.

2. Auskultasi.
a) Peristaltik usus terdengar 10 x/m.
b) DJJ tidak terdengar.

3. Palpasi.
a) Terdapat nyeri tekan di daerah supra pubis ( skala nyeri 1 : nyeri
ringan).
b) TFU 3jari diatas pusat.
c) Perut klien teraba lembek.
d) Perut klien teraba membesar.

4. Perkusi.
-

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS : Kekurangan Perdarahan
Klien mengatakan pendarahan pada volume cairan pervagina.
vagina bergumpal-gumpal merah
segar dan kadang kecoklatan.
Klien mengatakan ia memakai 3
pembalut dalam sehari (1 pembalut:
50 cc).
DO :
TTV:
TD: 110/70 mmHg.
R: 23 x/m, N: 100 x/m.
T: 36,5 C.
Klien terlihat pucat.
Klien terlihat lemah.
Turgor kulit kembali dalam 2 detik.
Konjunctiva anemis.
Hb: 9,1 gr % (tgl 04 Oktober 2004)
Terpasang tranfusi darah yang ke-1
(gol darah O)
Infus RL 20 tts/m.

2 DS : Perubahan Anorexia dan


Klien mengeluh tidak nafsu makan. nutrisi kurang mual.
Klien mengatakan mual bila makan. dari kebutuhan
Klien mengatakan hanya dapat tubuh.
menghabiskan 3 4 sendok makan
saja.
DO :
Klien terlihat tidak menghabiskan
porsi makanan yang disediakan
Rumah Sakit.
TTV:
TD: 110/70 mmHg.
R: 23 x/m, N: 100 x/m.
T: 36,5 C.
Klien terlihat lemah dan pucat.
BB: 45 kg, TB: 155 cm, LLA: 23 cm.
BBI: (TB 100) 10 %
(155 100) 5,5 = 49,5 kg.

3 DS : Kurang Kurang
Klien menanyakan mengenai pengetahuan informasi.
penyakitnya. mengenai
Klien mengatakan ia tidak tahu apa penyakit dan
itu mola hidatidosa. penanganan.
DO :
Klien terlihat bingung saat ditanya
mengenai penyakitnya.
Klien tidak pernah sekolah.

Prioritas Masalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan pervagina.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia dan
mual.
3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, diagnosis dan penanganan berhubungan
dengan kurang informasi.
RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan/ Kriteria Perencanaan


No Rencana Intervensi Rasional
Evaluasi
1 Kekurangan cairan dapat 1. Pantau TTV. 1. Peningkatan
diatasi dalam 4 hari 2. Observasi terhadap TTV terutama
perawatan. kehilangan darah TD dan nadi
Kriteria Evaluasi : yang berlebihan. menandakan
Pendarahan berkurang/ 3. Catat masukan dan retensi cairan.
berhenti. pendarahan/ 2. Mengakibatkan
TTV dalam batas hemoragi. penurunan Hb.
normal. 4. Anjurkan klien 3. Menentukan
TD: 120/80 mmHg. untuk banyak luasnya
N: 70 100 x/m. minum air putih (7 kehilangan cairan
R: 16 24 x/m. 8 gelas/hr) dan menunjukan
T: 36 37 C. 5. Ukur suhu tubuh perfusi ginjal.
HB normal (P: 11,5 setiap 4 jam sesuai 4. Minum yang
15,5 gr %) indikasi. banyak dapat
Konjunctiva tidak 6. Kaji turgor kulit, mengatasi
anemis. kekeringan kulit dan kekurangan
Klien tidak pucat. mulut. cairan.
Kolaborasi : 5. Dehidrasi/
7. Beri obat hemoragi dapat
homeostatikum meningkatkan
sesuai program suhu tubuh.
medis. 6. Dehidrasi/
8. Periksa Hb. hemoragi yang
berlebihan
menyebabkan
turgor kulit jelek,
kulit kering dan
penurunan
produksi saliva.
Kolaborasi :
7. Mengurangi/
menghilangkan
pendarahan.
8. Pendarahan yang
berlebihan dapat
menurunkan
kadar Hb.

1. Mengetahui
2 Nutrisi klien terpenuhi 1. Kaji penyebab adekuat/ tidaknya
dalam 4 hari perawatan. perubahan nutrisi. pemasukan
Kriteria Evaluasi : 2. Kaji status nutrisi nutrisi.
Nafsu makan klien klien. 2. Memberikan
baik. 3. Timbang BB setiap gambaran nutrisi
Klien tidak mual. hari dengan klien secara
BB Ideal 49,5 kg. menggunakan keseluruhan.
Klien tidak lemah dan timbangan yang 3. Memberikan
pucat. sama. informasi tentang
Klien dapat 4. Anjurkan klien keadekuatan
menghabiskan porsi untuk makan sedikit masukan diet/
yang disediakan demi sedikit tapi penentuan
Rumah Sakit. sering. kebutuhan
5. Anjurkan klien nutrisi.
untuk melakukan 4. Mencegah
oral hygiene. terjadinya reflusk
Kolaborasi : esophagus yang
6. Beri vitamin sesuai dapat
program medik. menyebabkan
mual dan
muntah.
5. Meningkatkan
nafsu makan dan
makanan dapat
terasa di lidah.
Kolaborasi :
6. Vitamin dapat
menambah nafsu
makan.

1. Membantu
identifikasi ide,
3 Setelah diberi penjelasan 1. Tentukan persepsi rasa sakit,
klien dan keluarga klien tentang mola kesalahan
memahami mengenai hidatidosa dan konsepsi, dan
penyakit, prognosis dan penanganan/ kesenjangan
penanganan/ pengobatan. pengobatannya. pengetahuan
Kriteria Evaluasi : 2. Berikan informasi tentang mola
Klien mengerti dan yang jelas dan hidatidosa.
mengetahui tentang akurat tentang 2. Pemberian
penyakitnya. penanganannya. informasi yang
Klien tidak lagi 3. Berikan materi jelas dapat
bertanya tentang tertulis tentang meningkatkan
penyakitnya. mola, penanganan kemampuan
Klien dapat menjawab dan sistem untuk
pertanyaan minimal 3 pendukung. mengasimilasi
pertanyaan: informasi.
1) Pengertian. 3. Materi tertulis
2) Tanda dan gejala. dibawa pulang
3) Penanganan. memberikan
penguatan dan
klasifikasi
tentang informasi
sesuai
kebutuhan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No
Hari/ Tgl Jam Implementasi Evaluasi
Dx
1 Senin, 04 12.00 1. Memantau TTV Jam 13.00 WITA.
Oktober 2004 (TD, N, R, T) S :
10.00 2. Mencatat Klien mengatakan
masukan dan perdarahan
pendarahan/ pervagian masih
hemoragi. berwarna merah
09.05 3. Mengkaji turgor segar dan kadang-
kulit, kekeringan kadang kecoklatan.
kulit dan mulut Klien mengatakan
dengan memakai 3
anamnesa. pembalut/ hari.
10.30 4. Mencatat kadar O :
HB. TTV:
TD: 110/70 mmHg.
N: 100 x/m.
R: 23 x/m.
T: 36,5 C.
Klien terlihat pucat,
lemah, konjunctiva
anemis, turgor kulit
kembali dalam 2
detik.
Hb: 9,1 gr.
(terpasang tranfusi
PRC kolf 1), gol
darah O.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi 1,2 dan 4
dilanjutkan.

2 Senin, 04 08.15 1. Mengkaji Jam 13.00 WITA.


Oktober 2004 penyebab S :
perubahan nutrisi Klien mengeluh
dengan tanya tidak nafsu makan.
jawab. Klien mengatakan
11.30. 2. Mengkaji status mual bila makan.
nutrisi dengan Klien mengatakan
melakukan hanya dapat
pemeriksaan menghabiskan 3 4
antropometrik sendok makan saja.
(BB, TB dan O :
LLA). Klien terlihat tidak
11.40 3. Menimbang BB menghabiskan porsi
klien. makan yang
12.20 4. Menganjurkan disediakan Rumah
klien untuk Sakit.
melakukan oral Klien terlihat lemah
hygiene sesudah dan pucat.
makan. BB: 45 kg, TB: 155
cm, LLA: 23 cm.

A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi 2, 3, dan
4 dilanjutkan.

3 Senin, 04 08.25 1. Menggali Jam 13.00 WITA.


Oktober 2004 pengetahuan klien S :
tentang mola Klien mengatakan
hidatidosa dan sudah bisa
penanganannya. memahami tentang
08.30 2. Memberikan penyakit mola
informasi tentang hidatidosa dan
pengertian, tanda penanganannya
dan gejala serta secara garis besar.
penanganan mola O :
hidatodosa. Klien dapat
menyebutkan
pengertian, tanda
dan gejala,
penyebab mola
dengan bahasa
sendiri.
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi
dihentikan.
1 Selasa, 05 06.00 1. Memantau TTV Jam 07.30 WITA.
Oktober 2004 (TD, N, R, T). S :
05.30 2. Mencatat Klien mengatakan
masukan dan masih perdarahan
pendarahan/ pada vagina.
hemoragi. Klien mengatakan ia
21.20 3. Menganjurkan memakai 3
klien untuk pembalut.
minum air putih O :
yang banyak (+ 7 TTV:
8 gelas sehari) TD: 110/80 mmHg.
22.00 4. Mencatat kadar N: 94 x/m.
Hb. R: 23 x/m.
T: 36,7 C.
Klien masih terlihat
pucat, lemah,
konjunctiva anemis.
Terpasang tranfusi
kolf ke 2, Hb: 10,1
gr %.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.

2 Selasa, 05 21.05 Jam 07.30 WITA.


Oktober 2004 1. Menimbang BB S :
klien dengan Klien masih
menggunakan mengeluh tidak
timbangan yang nafsu makan.
06.30 sama. Klien mengatakan
2. Menganjurkan masalah mual bila
klien untuk makan makan.
sedikit tapi sering. Klien mengatakan
3. Menganjurkan hanya dapat
keluarga untuk menghabiskan 3 4
memberikan sendok makan.
makanan yang O :
disukai klien. Klien terlihat tidak
4. Memberikan menghabiskan porsi
makanan selagi makan yang
hangat. disediakan Rumah
Sakit.
Klien masih terlihat
pucat dan lemah.
BB: 44,5 kg.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.
1 Kamis, 07 16.45 Jam 18.00 WITA.
Oktober 2004 1. Memantau TTV S :
16.00 (TD, N, R, T). Klien mengatakan
2. Mencatat masukan pendarahan pada
dan pendarahan/ vagina masih tetapi
16.10 hemoragi. sudah berkurang
3. Mencatat kadar warna merah segar,
16.55 Hb. kadang kecoklatan.
4. Menganjurkan ibu Klien mengatakan ia
untuk memakai 2
membersihkan pembalut.
vaginanya bila O :
ganti pembalut. TTV:
TD: 100/70 mmHg.
N: 88 x/m.
R: 24 x/m.
T: 36,2 C.
Klien masih terlihat
pucat, lemah,
konjunctiva anemis,
Hb: 11,2 gr %.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.
1) Pantau TTV.
2) Catat masukan
dan pendarahan.

2 Kamis, 07 16.15 Jam 18.00 WITA.


Oktober 2004 1. Menimbang BB S :
17.05 klien. Klien mengatakan
2. Menganjurkan masih tidak nafsu
klien untuk makan makan.
sedikit tapi sering. Klien mengatakan
3. Mendampingi tidak mual lagi saat
klien saat makan. makan.
4. Menganjurkan Klien mengatakan
keluarga untuk dapat menghabiskan
memberi buah dari porsi makan
sesudah makan yang disediakan.
seperti pisang. O:
5. Menganjurkan Klien terlihat
keluarga untuk menghabiskan
memberi susu dari porsi makan
supaya gizi yang disediakan
17.30 terpenuhi. Rumah Sakit.
6. Menganjurkan Klien masih terlihat
klien untuk pucat, klien terlihat
membersihkan sudah kuat dan
mulut dan gigi segar.
setiap selesai BB: 45 kg.
makan. A:
Masalah nutrisi
teratasi sebagian.

P:
Intervensi
dilanjutkan.

1 Jumat, 08 17.30 Jam 18.00 WITA.


Oktober 2004 1. Memantau TTV S :
16.25 (TD, N, R, T). Klien mengatakan
2. Mencatat masukan pendarahan pada
17.00 dan pendarahan/ vagina yang keluar
hemoragi. hanya sedikit.
3. Melakukan vulva Klien mengatakan
hygiene. kalau ia memakai 1
pembalut.
O:
TTV:
TD: 100/70 mmHg.
N: 80 x/m.
R: 24 x/m.
T: 36,3 C.
Klien masih terlihat
pucat, lemah,
konjunctiva anemis,
Hb: 11,1 gr %.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.
2 Jumat, 08 16.30 Jam 18.00 WITA.
Oktober 2004 1. Menimbang BB. S :
16.55 2. Mengkaji status Klien mengatakan
nutrisi. nafsu makan sudah
3. Mendampingi baik.
klien saat makan. Klien mengatakan
tidak mual lagi saat
makan.
Klien mengatakan
sudah dapat
menghabiskan porsi
makan yang
disediakan Rumah
Sakit.
O:
Klien terlihat
menghabiskan porsi
makan yang
disediakan Rumah
Sakit.
Klien masih terlihat
pucat, klien terlihat
sudah kuat dan tidak
kusut lagi.
BB: 45 kg, turgor
kulit kembali dalam
2 detik.

A:
Masalah nutrisi
teratasi.
P:
Intervensi
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai