Anda di halaman 1dari 4

Publikasi tekMIRA

Karya Ilmiah Litbang Mineral dan Batubara


Search

Home

Jurnal tekMIRA

Indonesian Mining Journal

Strategy To Maximizing The Use Of Coal And Associated Gaseous Fuels In South Sumatera
Basin Penentuan Wilayah Usaha Pertambangan Menggunakan Metode Fuzzy K-mean Clustering
Berbasis Sistem Informasi Geografi

Interpolasi Spasial Rekonstruksi Perubahan Permukaan


Tanah Melalui Otomasi Inverse Distance Weighting (Idw)
Untuk Memantau Kemajuan Penambangan Terbuka Di Pt.
Avocet Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi
Utara
Filed in: 2010 Oktober Add comments

Halaman: 192 - 203

Kata kunci: Permukaan diskontinu, interpolasi spasial, inverse distance weighting (IDW),
kemajuan tambang

Nomor: 4

Penulis: Budirahardja dan Nana Suryana

Terbit: Oktober 2010

Volume: 06

Untuk memantau kemajuan suatu tambang terbuka dilakukan dengan cara menghitung volume
tanah yang digali atau dipindahkan dari suatu lokasi tambang yang terukur. Perhitungan volume
tanah dilakukan pada bidang permukaan kontinu dari susunan titik-titik lokasi yang teratur, yang
berasal dari permukaan diskontinu dari sebaran data XYZ yang tidak teratur. Dapat dikatakan
bahwa permukaan diskontinu tersebut tidak memiliki data Z. Tulisan ini mengemukakan
penggunaan inverse distance weighting interpolator (IDW) untuk eksplorasi dan interpolasi nilai
Z dan mengisi lubang titik lokasi secara keseluruhan, sehingga terbentuk suatu bidang kontinu.
Ketika dua buah bidang kontinu yang mewakili permukaan tanah sebelum dan sesudah
penggalian terbentuk, maka perhitungan volume tanah dapat dilakukan. Aplikasi komputer telah
dibangun untuk keperluan pemantauan ini dan studi kasus telah dilakukan dilokasi PT AVOCET,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. Parameter IDW yang digunakan
adalah : jarak antar titik grid = 2 5 m, pangkat = 2, parameter smoothing = 0 dan radius
pencarian maksimum 200 m. Hasil proses aplikasi kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran lapangan, dan hasil yang didapat adalah penyimpangan baku terhitung 7,0 m3 dan
dapat diterima baik oleh pemangku kepentingan sebagai bahan pemantauan dan pengawasan.

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

+ one = 5

WP Theme & Icons by N.Design Studio

Edisi
Indonesian Mining Journal (17)

o 2010 February (6)

o 2010 June (6)

o 2010 October (5)

Jurnal tekMIRA (20)

o 2010 April (5)

o 2010 Januari (5)

o 2010 Juli (5)

o 2010 Oktober (5)

Arsip

Oktober 2010

Juli 2010

Juni 2010

April 2010

Februari 2010

Januari 2010

Kata kunci

bentonite cadangan coal


abu terbang aktifasi ammonia-amonium nitrat ampas angka asam bata

coal liquefaction depositional environment distilat minyak flotasi

katalis
garam nikel impor kalkopirit Law No. 4
kebijakan kolektor dithiofosfat (DTP) konsentrat besi konversi

Year 2009 lempung otonomi magnetit mineral sulfida mortar nickel matte nikel

daerah pelarutan pelindian pemanggangan pemanggangan magnetisasi pemisah magnetik pencairan batubara perkembangan dan
prospek perolehan pirit potensi produksi rank regional autonomy Residu bauksit sfalerit

type
Komentar terakhir

herwin pada Strategy To Maximizing The Use Of Coal And Associated Gaseous Fuels In
South Sumatera Basin

Aliyusra Jolo pada Dampak Penerapan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara Terhadap Pengembangan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara

muhaimin pada Analisis Nilai Sumber Daya Bijih Bauksit, Nikel Dan Emas Pt. Antam
Tbk.

Asri Suciati pada Analisis Nilai Sumber Daya Bijih Bauksit, Nikel Dan Emas Pt. Antam
Tbk.

Asri Suciati pada Konsentrasi Mineral Besi Dari Residu Bauksit Kalimantan Barat Untuk
Bahan Baku Peleburan Besi

Anda mungkin juga menyukai