PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengolahan dan pengawetan pangan merupakan dua proses yang sulit
dipisahkan. Dalam praktik sehari-hari, sering kali keduanya memiliki tujuan yang
terkesan mirip, walaupun masing-masing sebenarnya memiliki tujuan utama yang
berbeda. Contoh kasus, ketika kita akan mengawetkan buah-buahan yang cepat
rusak bila lama-lama disimpan pada suhu kamar dengan cara dibuat menjadi
manisan buah, maka secara otomatis kita pun telah melakukan pengolahan buah
menjadi bentuk yang berbeda dengan bahan bakunya. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa kita telah melakukan upaya pengawetan buah dengan
mengolahnya menjadi bentuk lain dengan cara pengeringan dan pemberian
bumbu-bumbu. Tujuan utama pengolahan pangan adalah membuat produk baru
(bisa bersifat mengawetkan). Contohnya adalah pembuatan manisa atau jam dari
nanas yang tujuannya adalah membuat produk baru, tetapi sekaligus menjadikan
nanas lebih awet.
Secara alamiah di dalam bahan makanan banyak ditemukan mikroorganisme
pembusuk yang dapat memperpendek masa simpan bahan makanan tersebut. Di
samping itu, dapat juga ditemukan mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi
manusia karena penanganan yang tidak higienis. Tujuan utama pengawetan
pangan adalah memperpanjang masa simpan. Pengawetan tidak dapat
meningkatkan mutu, artinya bahan yang sudah terlanjur busuk, tidak akan menjadi
segar kembali. Hanya dari bahan bermutu tinggi pula (dengan tetap mengingat
proses pengolahannya, bagus atau tidak). Masing-masing cara pengawetan hanya
efektif selama mekanisme pengawetannya masih bekerja. Ada banyak cara untuk
mengawetkan makanan yakni :
1. Menyimpan makanan pada suhu rendah (pada lemari es atau lemari beku)
dapat mengurangi kerusakan makanan dan memperlambat proses pelayuan. Suhu
dingin juga membatasi tumbuhnya bakteri yang merugikan.
1
2. Penyimpanan dengan atmosfer terkendali (dengan kadar karbondioksida 1%-
3%) dapat memperlambat respirasi serta pembusukkannya dengan mengurangi
tingkat oksigen dalam udara.
3. Mensterilkan dengan pemanasan akan menunda pembusukan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengawetan makanan
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengawetan makanan
menggunakan gula
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
A. Pengertian Pengawetan
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat
makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik
dan kimia makanan. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis
bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan
daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang
dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional
yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
B. Tujuan Pengawetan
Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi
panen menjadi berlimpah. Namun bahan-bahan tersebut ada yang cepat busuk,
makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi atau
benturan. Contohnya lemak menjadi tengik karena mengalami reaksi oksidasi
radikal bebas. Untuk menangani hal tersebut, manusia melakukan pengawetan
pangan, sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja,
namun dengan batas kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat
dipertahankan. Selain itu, pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan
yang tidak dikehendaki seperti racun alami dan sebagainya dinetralkan atau
disingkirkan dari bahan makanan.
C. Cara Pengawetan
Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan
makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara garis
besar ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan
kimia.
1. Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenis,
contohnya adalah :
3
Pendinginan, Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin,
dapat diterapkan untuk daging dan susu.
Pengasapan, Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk
pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
Pengalengan, Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan
fisika (ruang hampa dalam kaleng).
Pembuatan acar, Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
Pengentalan, dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair.
Pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme,
biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan
karbohidrat
Pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan
karbohidrat
Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat
perubahan biokimia
D. Prinsip Pengawetan
Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:
Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan
pangan
Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk
4
serangan hama
Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial.
Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat
mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba. Ditinjau secara kimiawi,
pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada
sistem metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk
antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.
Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan
mikrobial adalah :
1. Mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
2. Mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
3. Menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya
denganpenggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau
penggunaan pengawet kimia
4. Membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi
BAB III
PEMBAHASAN
5
pertumbuhannya. Kemampuan gula untuk mengikat air itulah yang menyebabkan
gula dapat berfungsi sebagai pengawet.
Perlu diketahui bahwa aktivitas air berbeda dengan kadar air. Bahan
dengan kadar air yang tinggi belum tentu memiliki kadar air yang tinggi pula.
Sebagai contoh sirup, yang memiliki kandungan air yang tinggi, tetapi aw-nya
rendah karena sebagian air yang ada terikat oleh gula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan buah pada produk
penggulaan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan buah untuk membuat
produk penggulaan antara lain :
A. Kandungan Pektin Buah
Pektin adalah sejenis gula yang terdapat dalam sayuran dan buah-buahan.
Pektin merupakan suatu koloid yang reversibel dan dapat larut dalam air,
diendapkan, dipisahkan dan dikeringkan. Pektin berasal dari perubahan
protopektin selama proses pemasakan buah, kadar pektin kurang dari 1 % cukup
untuk membentuk struktur yang memuaskan. Penambahan gula akan
mempengaruhi keseimbangan pektin air yang ada dan meniadakan kemantapan
pektin. Pektin akan menggumpal dan membentuk suatu serabut halus, sruktur itu
mampu menahan cairan. Makin tinggi kadar pektin makin padat struktur serabut
tersebut. Makin tinggi gula makin berkurang air yang ditahan oleh sruktur.
Dalam buah-buahan kandungan pektin biasanya terdapat di bawah kulit buah,
di sekitar hati buah (core), dan di sekitar biji buah. Tiap jenis buah mempunyai
kandungan pektin yang berbeda. Stroberi, aprikot, peach, ceri, pir, anggur, nanas
tergolong buah-buahan berkadar pektin rendah. Buah-buahan ini perlu
dikombinasikan dengan buah-buahan berkadar pektin tinggi atau dibubuhi pektin
komersial. Apel, plum, dan currant merah tergolong buah berkadar pektin tinggi
dan tidak memerlukan tambahan pektin.
Pektin komersial dibedakan atas dua macam, yang berbentuk bubuk berwarna
putih dan cairan. Pektin bubuk untuk sari buah yang ditambahkan dalam keadaan
dingin, sedangkan pektin cairan ditambahkan dalam sari buah atau campuran gula
yang mendidih. Pektin komersial biasanya dibuat dari buah apel pilihan, kulit
jeruk, kulit dan hati apel sisa (dari limbah pengalengan apel). Dengan pemanasan
6
pektin yang terkandung dalam buah akan terekstrak keluar. Pemanasan tidak boleh
berlebih akan menyebabkan pektin menjadi rusak.
7
buah anggur, jeuk, nanas, stroberi dan sejenisnya, kadar kekentalannya tidak
kurang dari 68% dan untuk selai dari apel tidak kurang dari 65%.
Gula yang ditambahkan berfungsi selain sebagai penambah cita rasa, juga
berfungsi sebagai pengawet. Perbandingan gula dengan buah harus tepat. Jika
terlalu sedikit gula, buah-buahan tidak akan matang sempurna dan akibatnya selai
menjadi mudah berfermentasi dan tidak tahan lama. Sebaliknya jika terlalu
banyak gula, selai akan menjadi terlalu kental dan membentuk kristal. Tujuan
utama pembuatan selai adalah memanfaatkan buah-buahan segar semusim yang
berlimpah hingga tetap dapat dinikmati setiap saat. Jenis buah untuk pembuatan
selai adalah buah yang mengandung pektin dan asam yang cukup untuk
menghasilkan selai berkualitas baik. Buah yang dapat digunakan antara lain
sirsak, nanas, srikaya, stroberi, pepaya, tomat, durian, dan mangga. Untuk
memperoleh selai dengan aroma baik sebaiknya digunakan buah dengan tingkat
kematangan yang tinggi (benar-benar matang).
Pengolahan selai buah dapat juga menggunakan campuran buah setengah
matang dengan buah yang benar-benar matang. Buah setengah matang akan
memberi pektin dan asam yang cukup yang dapat memperbaiki konsistensi selai
yang dihasilkan, sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan aroma
yang diinginkan. Untuk mengetahui kandungan pektin pada buah-buahan dapat
dilakukan dengan tes alkohol. Buah yang akan diuji diperas air buahnya,
selanjutnya ditambah 3 4 sendok alkohol ke dalam 1 sendok sari buah. Jika pada
campuran banyak terdapat gumpalan kental maka kandungan pektin pada buah
tersebut tinggi. Jika gumpalan yang terbentuk sedikit atau agak cair berarti
kandungan pektinnya sedikit. Hal lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan
jam adalah waktu pemasakan jangan terlalu lama, selai atau jam yang dihasilkan
akan keras dan terbentuk kristal gula (kadar gula terlalu tinggi > 68%). Sedangkan
bila waktu pemasakan terlalu singkat selai atau jam masih encer sehingga jam
tidak dapat dioleskan.
Selain buah, dapat juga digunakan kacang tanah sebagai bahan baku selai.
Kacang tanah yang digunakan adalah kacang tanah berkualitas, tidak busuk,
memiliki rasa dan bau yang khas, serta bersih dari kotoran. Sebelum diolah
menjadi selai, kacang tanah disangrai dan kulitnya dikupas terlebih dahulu. Selai
8
yang bermutu baik mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni konsisten, warna
cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut, flavor buah alami, tidak
mengalami sineresis (keluarnya air dari gel) dan kristalisasi selama penyimpanan
2. Jelly
Jelly adalah produk yang hampir sama dengan selai. Kadar padatan terlarutnya
tidak kurang dari 65%. Kadar gula optimum yang dapat ditambahkan setelah
dipanaskan adalah 65-68 %. Jika lebih dari itu hasil yang akan diperoleh terbentuk
kristal sedangkan bila kadar gula terlalu rendah konsistensi jelly menjadi lemah.
Karena terbuat dari sari buah-buahan, jeli bersifat jernih, transparan, bebas dari
serat dan bahan lain. Jika dikeluarkan dari kemasan tampak seperti agar-agar,
lembut, kukuh, dan dapat dengan mudah dikerat dengan pisau. Kandungan pektin
sangat penting terutama dalam pembuatan jeli. Untuk itu banyak digunakan pektin
komersial. Pendidihan atau pengentalan merupakan tahap penting dalam
pembuatan jelly. Pengentalan yang terlalu lama dapat menyebabkan pektin
terhidrolisis, penguapan asam dan kehilangan cita rasa serta warna. Pengentalan
dihentikan dengan cara identifikasi menggunakan alat refraktometer. Cara lain
adalah dengan mencelupkan garpu kedalam cairan yang dimasak kemudian
diangkat, cairan tersebut padat dan tidak jatuh.
3. Marmalade
Marmalade adalah produk buah-buahan dengan menjadikannya bubur buah
ditambah gula dan asam dengan konsentrasi tertentu dan diberi irisan kulit
jeruk/potongan buah yang menjadi ciri khas produk ini dan mengalami
pengentalan dengan pemanasan. Seperti pada pembuatan selai dan jeli, faktor
pektin, kadar gula, dan asam juga harus diperhatikan sehingga dapat dihasilkan
marmalade bermutu baik. Untuk buah yang terlalu banyak seratnya, sebagian
bubur disaring untuk mendapatkan sari buah dan dicampur dengan setengah
bagian bubur buah lainnya.
4. Manisan Buah
Manisan buah adalah produk buah-buahan yang diolah dengan menambahkan
gula dalam konsentrasi tinggi sehingga dapat mengawetkan buah-buahan tersebut.
9
Manisan buah ada dua jenis, yaitu:
A. Manisan buah basah
Manisan buah basah adalah manisan buah yang masih mengandung air gula.
Untuk membuat manisan buah basah, setelah dikupas buah direndam dalam
larutan garam kemudian dimasukkan ke dalam larutan gula dan ditiriskan.
10
makanan yang awet karena larutan gula pekat memiliki tekanan osmotik tinggi.
Konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
bervariasi, tergantung dari jenis jasad renik dan kandungan zat-zat yang terdapat
dalam makanan. Pada umumnya larutan gula 70% akan menghentikan
pertumbuhan seluruh jasad renik dalam makanan. Buah yang dibuat untuk
manisan sebaiknya yang masih muda atau mengkal karena tidak banyak
mengandung gula sehingga akan menghasilkan manisan yang baik kecuali untuk
buah salak dan buah atap. Untuk kedua jenis buah ini lebih baik dalam keadaan
matang.
11
buah-buahan yang sering dikalengkan adalah rambutan, leci, pisang, jambu biji,
nanas, apel, pir, dan mangga. Kadang-kadang dalam satu kaleng bisa ditemukan
campuran buah. Selain buah, juga terdapat larutan gula sebagai media, umumnya
berkadar 40%. Dalam pembuatan sirup gula ditambahkan sedikit asam sitrat untuk
menambah rasa.
6. Sirup
Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan gula kental dengan cita
rasa beraneka ragam. Berbeda dengan sari buah, penggunaan sirup tidak langsung
diminum tetapi harus diencerkan dulu karena kandungan gula dalam sirup tinggi,
sekitar 65%. Untuk menambah rasa dan aroma, sering ditambah rasa, pewarna,
asam sitrat, atau asam tartarat.
Berdasarkan bahan baku utamanya, sirup dibedakan menjadi:
1. Sirup essence adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh essence yang
ditambahkan, misalnya essence jeruk, mangga, nanas, dan sebagainya.
2. Sirup glukosa, hanya mempunyai rasa manis saja, sering disebut gula encer.
Sirup ini biasanya tidak langsung dikonsumsi, tapi lebih merupakan bahan baku
industri minuman, sari buah, dan lain-lain. Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung
kentang, tepung jagung, tepung beras, dan lain-lain.
3. Sirup buah adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh bahan dasarnya yaitu
buah segar, misalnya jambu biji, markisa, nanas, dan sebagainya.
7. Produk Lainnya
a. Conserves
Conserves adalah produk yang dibuat dari campuran buah-buahan termasuk
buah jeruk dan seringkali ditambahkan kacang dan kismis hingga menjadi lebih
padat dari selai.
b. Preserves
Preserves merupakan buah kecilkecil yang utuh atau potonganpotongan
buah yang besar yang dimasak dengan sirup hingga jernih lalu ditambahkan sirup
atau sari buah yang kental
c. Mentega buah (fruit butter)
12
Mentega buah terbuat dari daging buah, dimasak hingga menjadi sangat
halus dan lunak lalu dibubuhi bumbu-bumbu. Mentega buah ini paling sedikit
mengandung gula dibandingkan produk lainnya.
d. Madu buah (fruit honey)
Madu buah sekilas tampak seperti madu. Madu buah dibuat dari pekatan
sari buah yang dimasak hingga mencapai kekentalan seperti madu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat
makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik
dan kimia makanan. Penggunaan gula dalam makanan biasanya digunakan
sebagai pengawet, hal ini dilihat dari daya menghambat pertumbuhan dari
mikroba. Semakin banyak kandungan gula makan semakin awet bahan tersebut.
B. Saran
Penggunaan bahan pengawet seperti gula maupun bahan kimia lainnya
tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://stikes-husada-mulia-watampone.blogspot.co.id/2014/05/pengawetan-
dengan-menggunakan-garam.html
https://www.academia.edu/11028528/PENGAWETAN_DENGAN_GULA
http://dokumen.tips/documents/pengawetan-makanan-dengan-menggunakan-
gula.html
14