Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU SALAWATI KABUPATEN


RAJA AMPAT PAPUA BARAT

(Condition of Coral Reef at Salawati Island Raja Ampat West Papua)

Bonnke P. Sagai 1*, Kakaskasen A. Roeroe 1, Indri S. Menembu 1

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
*e-mail : bonnke_sagai@yahoo.com

The coral reef is a shallow marine ecosystems in the tropics, where the major
constituent element of coral, with a variety of other organisms that live in association therein.
Natural phenomena and various anthropogenic activities threaten the health and existence of
coral reefs. Data collection was done by UPT (Underwater Photo Transect) method was done
by underwater photo shoot using a shielded digital camera (housing). Image analysis used
software tools CPCe (Coral Point Count with Excel extensions). Results of the assesment of
health condition of coral reefs in the three stations at Salawati, obtained by the average value of
live coral cover by 25.30% and in medium category. Cover each coral reefs were the following
stations, Station 1 55.13% included in either category, Station 2 15.80% included in the
category of bad, and Station 3 18.20% is included in kategoti bad.

Keywords: Coral Reefs, Condition, Under Water Photo Transect.

Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut dangkal tropis, di mana unsur
penyusun utamanya karang batu, dengan berbagai biota lainnya yang hidup berasosiasi di
dalamnya. Fenomena alam dan berbagai kegiatan antropogenik mengancam kesehatan
maupun keberadaan terumbu karang. Pengambilan data dilakukan dengan metode UPT
(Underwater Photo Transect) atau Transek Foto Bawah Air dilakukan dengan pemotretan
bawah air menggunakan kamera digital yang diberi pelindung (housing). Analisis gambar
dengan menggunakan piranti software CPCe (Coral Point Count with Excel extensions). Hasil
penilaian kondisi kesehatan terumbu karang ditiga Stasiun di Pulau Salawati, tutupan terumbu
karang di setiap Stasiun adalah sebagai berikut, Stasiun 1 55,13% termasuk dalam kategori
baik, Stasiun 2 15,80% termasuk dalam kategori buruk, dan Stasiun 3 18,20% termasuk dalam
kategoti buruk.

Kata kunci: Terumbu Karang, Kondisi, Transek Foto Bawah Air.

PENDAHULUAN Komunitas ini disebut terumbu karang.


Keanekaragaman hayati pesisir Daerah komunitas ini masih dapat
dan lautan Indonesia hadir dalam ditembus cahaya matahari sehingga
bentuk ekosistem terumbu karang, fotosintesis dapat berlangsung (Asriani
ekosistem mangrove, ekosistem dan Yuliana, 2012).
padang lamun, ekosistem estuari, Di daerah tropis hingga
ekosistem laut terbuka. Berbagai subtropis yaitu di antara 32o LU dan
ekosistem tersebut saling berhubungan 32o LS mengelilingi bumi. Garis lintang
secara sinergis melalui aliran arus air tersebut merupakan batas maksimum
dan migrasi biota (Dahuri, 2003). di mana karang masih dapat tumbuh.
Di laut tropis, pada daerah Karang pembentuk terumbu hanya
neritik, terdapat suatu komunitas yang dapat tumbuh dengan baik pada
khusus yang terdiri dari karang batu daerah-daerah tertentu seperti pulau-
dan organisme-organisme lainnya. pulau yang sedikit mengalami proses

47
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

sedimentasi atau di sebelah barat dari yang indah dan sangat kaya akan
benua yang umumnya tidak berbagai jenis ikan dan moluska.
terpengaruh oleh adanya arus dingin Berdasarkan hasil penelitian tercatat
yang berasal dari kutub selatan 537 jenis karang keras (CI, TNC-
(Suharsono, 2008). WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru
Karang tumbuh dengan baik di dan 13 jenis endemik. Jumlah ini
daerah Indo-Pasifik hingga mencapai merupakan 75% dari jumlah karang di
kurang lebih 80 famili. Faktor alami dunia. Tercatat juga 828 (CI) dan 899
yang menyebabkan karang dapat (TNC-WWF) jenis ikan karang sehingga
tumbuh dengan baik di Indo-Pasifik Raja Ampat diketahui mempunyai
barat. Sebaran karang tidak hanya 1.104 jenis ikan yang terdiri dari 91
terbatas secara horizontal akan tetapi famili (Mambrisaw, dkk. 2006).
juga terbatas secara vertikal dengan Terumbu karang memiliki
faktor kedalaman. Pertumbuhan, berbagai peran penting, baik secara
penutupan dan kecepatan tumbuh ekologi maupun ekonomi. Di Indonesia
karang berkurang secara eksponensial terumbu karang memiliki potensi sangat
dengan kedalaman. Faktor utama yang besar, yaitu sebagai berikut:
mempengaruhi sebaran vertikal adalah
intensitas cahaya, oksigen, suhu dan a) Pelindung ekosistem pantai:
kecerahan air (Suharsono, 2008). Terumbu karang akan menahan dan
Kabupaten Raja Ampat mencagah energy gelombang sehingga
merupakan hasil pemekaran dari mencegah terjadinya abrasi dan
Kabupaten Sorong dan termasuk salah kerusakan di sekitarnya (McAdoo dkk.
satu dari 14 kabupaten baru di Tanah 2008).
Papua. Saat ini, Kabupaten Raja Ampat b) Rumah bagi berbagi jenis
merupakan bagian dari Provinsi Papua mahluk hidup di laut: Terumbu karang
Barat yang terdiri dari 4 pulau besar bagaikan oase di padang pasir untuk
yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati lautan, karena banyak hewan dan
dan Misool. Luas Wilayah Kepulauan tanaman yang berkumpul disini untuk
Raja Ampat adalah 46.108 km2, terbagi mencari makan, memijah,
menjadi 10 distrik, 86 kampung, dan 4 membesarkan anaknya, dan belindung.
dusun. Sebagai wilayah kepulauan, Bagi manusia, ini artinya terumbu
daerah ini memiliki sekitar 610 pulau, karang mempunyai potensi perikanan
atoll dan taka dengan panjang garis yang sangat besar, baik untuk sumber
pantai 4.860 km, dengan 34 pulau yang makanan maupun mata pencarian
berpenghuni. Secara geografis, Raja mereka (Barnes dan Hughes, 1999).
Ampat berada pada koordinat 2025LU-
4025LS dan 1300-132055BT c) Sumber obat-obatan: pada
(Mambrisaw, dkk. 2006). terumbu karang banyak terdapat
Ekosistem terumbu karang di bahan-bahan kimia yang diperkirakan
Kepulauan Raja Ampat terbentang di bisa menjadi obat bagi manusia. Saat
paparan dangkal di hampir semua ini penelitian mengenai bahan-bahan
pulau-pulau. Pada beberapa bagian kimia tersebut dipergunakan untuk
terdapat gosong (sand backs) yang mengobati berbagai penyakit manusia
juga memiliki terumbu karang di (Ghoshal dan Lakshmi, 2004).
sekelilingnya. Tipe terumbu yang d) Objek wisata: terumbu karang
terdapat di Kepulauan Raja Ampat yang bagus akan menarik minat
umumnya berupa karang tepi (fringing wisatawan sehingga menyediakan
reef), dengan kemiringan yang cukup alternatif pendapatan bagi masyarakat
curam. Selain itu terdapat juga tipe sekitar (Hoegh-Gulderberg, 1999).
terumbu cincin (atol) dan terumbu
penghalang (barrier reef). Kepulauan e) Daerah penelitian : Penelitian
Raja Ampat memiliki terumbu karang akan menghasilkan informasi penting

48
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

dan akurat sebagai dasar pengelolaan Tabel 1. Titik koordinat


yang lebih baik. Selain itu, masih
Stasiun Longitude Latitude
banyak jenis ikan dan organisme laut
1. 131.13312 -0.99476
serta zat-zat yang terdapat di kawasan
terumbu karang yang belum pernah 2. 131.12479 -0.92609
diketahui manusia (Nababan, 2009). 3. 131.14466 -0.95859

Kerusakan terumbu karang, Penggamatan kondisi terumbu karang


terutama di Indonesia meningkat di Pulau Salawati ditetapkan 3 (tiga)
secara pesat. Terumbu karang yang Stasiun yang dapat dilihat pada Peta
masih berkondisi baik hanya sekitar Stasiun Penelitian (Gambar 1) dan titik
6,2%. Kerusakan ini menyebabkan koordinat lokasi penelitian yang
meluasnya tekanan pada ekosistem disajikan pada Tabel 1.
terumbu karang alami. Laju eksploitasi
terumbu karang masih tinggi karena
buruknya sistem penanganannya Kategori Terumbu Karang
(Dahuri, 1999). Tujuan dari penelitian Kategori persentase tutupan
adalah: 1) Menilai kondisi terumbu karang hidup didasarkan pada
karang Pulau Salawati, 2) menyiapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
baseline data kondisi terumbu karang No. 4 tahun 2001 yang disajikan pada
Pulau Salawati Tabel 2.

METODE PENELITIAN Tabel 2. Kategori Terumbu Karang

Lokasi Penelitian Ketegori Terumbu Karang (%)


Rusak Buruk 0-24,9
Penelitian dilaksanakan di Sedang 25-44,9
Pulau Salawati Kabupaten Raja Ampat. Baik Baik 50-74,9
Baik Sekali 75-100

Teknik Pengambilan Data


Metode Transek poto bawah air
(Underwater Photo Transeck= UPT)
merupakan metode yang
memanfaatkan perkembangan
teknologi, baik perkembangan teknologi
kamera digital maupun teknologi piranti
lunak komputer. Pengambilan data di
lapangan hanya berupa foto-foto bawah
air yang dilakukan dengan pemotretan
menggunakan kamera Canon G-16
yang dilengkapi pelindung tahan air
(housing) (Giyanto, dkk. 2014). Foto-
foto hasil pemotretan tersebut
selanjutnya dianalisis menggunakan
Gambar 1. Peta Stasiun Penelitian piranti lunak Coral Point Count with
Excel extensions (CPCe) untuk
mendapatkan data yang kuantitatif
(Kohler dan Gill, 2006).

49
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Data terumbu karang yang Kondisi Terumbu Karang di
diambil dengan metode UPT Stasiun 1
merupakan foto-fot bawah air .
Kondisi terumbu karang di
Setidaknya 50 buah file untuk setiap
Stasiun 1 berada pada kategori sedang
Stasiun. Data perlu ditangani secara
dengan persentase 45,03%, 38,09%,
baik dengan cara segera memindahkan
karang mati yang ditutupi alga 2,80%,
file-file yang masih tersimpan dalam
karang lunak 5,40%, Alga 1,93%,
memori kamera ke dalam media
patahan karang 3,94% dan biota lain
penyimpanan lain (external harddisk).
selain karang 1,40% .
Hal ini juga berguna untuk keamanan
Dari 45,03% karang hidup
data.
ditemukan 17 genera karang
diantaranya adalah Acropora,
Analisis Foto
Anacropora, Asteopora, Echinopora,
Untuk mendapatkan data-data Montipora, Porites, Pavona, Fungia,
kuantitatif berdasarkan foto-foto bahwa Goniastrea, Paraclavarina, Caulastrea,
air yang dihasilkan dari motede UPT ini, Cosniarea, Mycedium, Symphillia,
analisis data dilakukan terhadap setiap Turbinaria, Leptoseris, Herpolitha.
frame dengan cara melakukan Namun genus yang dominan adalah
pemilihan sampel titik acak. Titik ini genus Porites.
digunakan dengan menentukan
banyaknya titik acak (random point) Kondisi Terumbu Karang di
yang dipakai untuk menganalisis foto. Stasiun 2
Jumlah titik acak yang digunakan
Kondisi terumbu karang di
adalah sebanyak 30 buah untuk setiap
Stasiun 2 termasuk dalam kategori
framenya, dan ini sudah representative
buruk persentase karang hidup hanya
untuk menduga persentase tutupan
9,81%. Di Stasiun 2 ini yang
kategori dan substrat (Giyanto, dkk.
mendominasi adalah alga dengan
2010). Teknik ini merupakan aplikasi
persentase tutupan sebesar 36,36%,
dari penarikan sampel, dimana sebagai
patahan karang 17,55%, karang mati
populasinya adalah titik-titik yang dipilih
6,60%, pasir 14,08%, karang lunak
secara acak pada foto tersebut.
4,54% karang mati yang ditutupi alga
Dengan cara ini, data yang dicatat
2,47%, sementara persentasi biota lain
hanyalah biota dan substrat yang
di luar karang 8,61%.
berada tepat pada posisi titik yang telah
Di Stasiun 2 hadir 8 genera
ditentukan secara acak oleh piranti
karang di antaranya adalah Acropora,
lunak CPCe.
Asteopora, Montipora, Porites, Pavona,
Berdasarkan proses analisis
Goniastrea, Turbinaria, Leptrastrea. Di
foto yang dilakukan terhadap setiap
Stasiun 2 ini genus Acropora yang lebih
frame foto yang dilakukan, maka dapat
dominan dengan persentase 31,47%,
diperoleh nilai presentase tutupan
diikuti Porites 27,27%, Leptrastrea
kategori untuk setiap frame dihitung
11,19%, Turbinaria dan Montipora
berdasarkan rumus sebagai berikut:
memiliki nilai presentasi yang sama
9,79% Asteopora, Pavona, dan
(%) =
Goniastrea dengan nilai 3,50%
( )
100
( ) Kondisi Terumbu Karang di
Stasiun 3
Kondisi terumbu karang di
Stasiun 3 tergolong dalam ketegori
buruk karena karang hidup di Stasiun 3

50
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

persentase tutupannya hanya 11,13% Keanekaragaman genus karang di


diikuti patahan karang 67,27%, karang Pulau Salawati yang diwakili dari
mati 9,93%, karang lunak 6,27%, biota hasil pengamatan di 3 stasiun
selain karang 1,67%, tutupan pasir didapatkan nilai keanekaragaman
2,60%, alga 0,73% karang mati yang (H) perstasiun termasuk dalam
ditutupi oleh alga 0,27% dan sponge kriteria sedang.
0,13%.
Dari 11,13% persentase tutupan
karang hadir 12 genera karang di DAFTAR PUSTAKA
antaranya adalah Acropora, Asriyana, Yuliana. 2012. Produktivitas
Anacropora, Montipora, Porites, perairan. Jakarta: Bumi Aksara.
Pavona, Favia, Goniastrea, Turbinaria, Xxii + 278 hlm.
Herpolitha, Leptrastrea, Leptoseris,
Paraclavarina. Genus Porites adalah Barnes, R.S.K., Hughes, R.N. An
genus dengan persentase dominan introduction to marine ecology
45,1 % sedangkan genus dengan (3rd ed). Blackwell Science.
persentase terendah adalah genus 1999.
Montipora dengan persentase 0,6%.
Dahuri, R. 1999. Kebijakan dan strategi
Indeks Keanekaragaman Genus pengelolaan terumbu karang
Karang indonesia.

Indeks keanekaragaman genus Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman


karang dari Stasiun 1 sampai 3 berkisar Hayati Laut: Aset pembangunan
antara 1,8 sampai 1,9 menandakan Berkelanjutan Indonesia. PT
Indeks keanekragaman disemua Gramedia Pustaka Utama.
Stasiun berada pada kriteria sedang. Jakarta. Xxxiii + 412 hal.
Pada Stasiun 1 nilai indek
keanekaragaman adalah 1,9. Pada Ghoshal, S.H., Lakshmi, V. 2004. In
Stasiun 2 dan Stasiun 3 nilai indek vitro and in vivo activity of
keanekaragaman adalah sama-sama extracts from the soft coral
1,8. Lobophytum pauciflorum on
trophozoites of Entamoeba
KESIMPULAN hystolytica. Russian J. Mar. Biol.
30:426-428.
1. Dari 3 stasiun pengamatan kondisi
terumbu karang di Pulau Salawati, Giyanto, B.H., Iskandar, D.,
didapatkan dua kategori kondisi Soedharma, Suharsono. 2010.
terumbu karang, yaitu kondisi Effisiensi dan akurasi pada
sedang dan buruk. Jika dilihat proses analisis foto bawah air
kondisi terumbu karang dari setiap untuk menilai kondisi terumbu
stasiun, didapatkan stasiun 1 karang. Oseanologi dan
berada dalam kategori sedang, Limnologi di Indonesia 36 (1):
stasiun 2 berada dalam kategori 111-130.
buruk, dan stasiun 3 berada dalam
kategori buruk. Giyanto, A.E., Manuputty, M., Abrar,
2. Beseline yang dihasilkan adalah R.M., Siringoringo, S.R.,
informasi tentang kondisi terumbu Suharti, K., Wibowo, I.N., Edrus,
karang di pulau Baseline yang U.Y., Arbi, H.A.W., Cappenberg,
dihasilkan adalah informasi tentang H.F., Sihaloho, Y.,Tuti, D.,
kondisi terumbu karang di Pulau Zulfianita. 2014. Panduan
Salawati yang kondisi terumbu Monitoring Kesehatan Terumbu
karangnya berada antar kondisi Karang: Terumbu Karang, Ikan
sedang dan buruk. Karang, Megabenthos dan

51
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

Penulisan Laporan. Jakarta:


COREMAP CTI LIPI.

Hoegh-Gulderberg O. Climate change,


coral bleaching and the future of
the worlds coral reefs. Mar.
Freshwater Res. 1999; 50:839-
866.

Kohler, K.E., Gill, M. 2004. Coral Point


Count with excel extensions
(CPCe): avisual basic program
for the determination of coral
and substrate coverage using
random point count
methodology. Comput Geosci
32(9):1259-1269.

Mambrisaw, .A., Wurlianty, .B.,


Liuw,.F., Hamel, .S.,
Lamatenggo, .S., Rumbekwan,
.I., Muljadi, A.H., Sukmara, .A.,
Sumantri, .H., Omkarsba, . J.
2006. Atlas Sumberdaya Pesisir
Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Irian Jaya Barat. Waisai

McAdoo, B.G., Moore, A., Baumwoll, J.


Indigenous knowledge and the
near field population response
during the 207 Solomon Islands
tsunami. Nat. Hazards. 2008;
DOI 10.1007/s11069-008-9249-
z.

Menteri Negara Lingkungan Hidup.


2001. Lampiran Surat
Keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidup No. 04 tahun
2001. tentang Kriteria Baku
Mutu Kerusakan Terumbu
Karang, Jakarta.

Nababan, T.M. 2009. Persen Tutupan


(Percent Cover) Terumbu
Karang Hidup di Bagian Timur
Perairan Pulau Rubiah
Nanggroe Aceh Darussalam.
Medan.

52

Anda mungkin juga menyukai