Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi dan penatalaksanaan dislipidemia

II.1 Metabolisme lemak


Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu makanan dan hasil
produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Lemak
tidak larut dalam plasma darah. Di dalam darah ditemukan tiga jenis lemak yaitu kolesterol,
trigliserid dan fosfolipid. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, lemak akan
berikatan dengan protein spesifik (apoprotein) yang membentuk suatu kompleks makromolekul
yang larut dalam air disebut lipoprotein. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya,
lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).

*Buat gambar lipoprotein kayak yg di PAPDI

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen,
jalur metabolisme endogen dan jalur reverse cholesterol transport.
1. Jalur metabolisme eksogen
Risiko Kardiovaskular Total
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium maka dilakukan
penghitungan risiko dari penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular merupakan gabungan
dari sejumlah faktor risiko sehingga pencegahannya perlu mempertimbangkan risiko
kardiovaskular total. Estimasi risiko kardiovaskular total bagi pasien tanpa keluhan atau gejala
PJK klinis maupun keadaan yang setara dengan PJK dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai risk chart seperti Framingham, Systematic Coronary Risk Evaluation (SCORE) tahun
2011, selain ada juga Pooled Cohort Equation yang menjadi dasar dari ACC/AHA tahun 2013.
Pedoman Tatalaksana Dislipidemia PERKI menganjurkan penggunaan SCORE risk chart.
Terdapat 2 pilihan SCORE risk chart yaitu chart untuk negara dengan risiko tinggi dan risiko
rendah. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia PERKI menganjurkan pemakaian chart untuk negara
dengan risiko tinggi (Gambar 1).
Copy gambar dr ESC asli biar jelas..

Cara penggunaan SCORE risk chart adalah sebagai berikut:


1. Pilih SCORE risk chart dengan kolesterol HDL yang terdekat dengan kolesterol HDL pasien.
Contoh: pilih SCORE risk chart dengan HDL 54,1 mg/dL bagi pasien dengan kolesterol HDL 50
mg/dL.
2. Dari SCORE risk chart yang terpilih berdasarkan poin 1 selanjutnya pilih SCORE risk chart
yang sesuai dengan jenis kelamin dan status merokok pasien.
3. Masukkan konsentrasi kolesterol total (mg/dL atau mmol/L), umur, dan tekanan darah pasien.
4. Angka dalam kotak menunjukkan angka SCORE.

Perlu diingat bahwa estimasi risiko kardiovaskular total dengan SCORE risk chart tidak berlaku
bagi pasien dengan dislipidemia familial atau yang mempunyai konsentrasi kolesterol total di
atas 310 mg/dL. Pasien-pasien tersebut selalu termasuk kelompok tingkat risiko tinggi sehingga
memerlukan perhatian khusus.
Pasien yang pernah mengalami kejadian klinis seperti sindrom koroner akut, stroke, atau PGK,
maupun yang mempunyai faktor risiko tertentu seperti DM, mempunyai risiko kardiovaskular
total yang tinggi atau sangat tinggi sehingga memerlukan penanganan yang lebih intensif.
Estimasi risiko bagi kelompok pasien ini tidak memakai SCORE risk chart.

IV. 2. Tingkat risiko


Yang termasuk tingkat risiko sangat tinggi adalah pasien dengan
1. penyakit jantung koroner baik terdokumentasi dengan cara invasif maupun non invasif
(angiografi koroner, exercise ECG test, sidik perfusi miokard, ekokardiografi stres),
angina stabil dan sindrom koroner akut, pasca infark miokard, pernah menjalani
revaskularisasi koroner (intervensi koroner perkutan atau bedah pintas koroner).
2. setara PJK, yaitu diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe 1 dengan
mikroalbuminuria, gagal ginjal kronik dengan GFR 60 mL/menit/1.73 m2, penyakit
arteri karotis (TIA, stroke, atau penyumbatan arteri karotis >50% dengan ultrasonografi)
penyakit arteri perifer.
3. nilai SCORE 10%.

Yang termasuk tingkat risiko tinggi adalah pasien dengan


1. faktor risiko tunggal yang berat seperti dislipidemia familial atau hipertensi berat
2. sindrom metabolik
3. angka SCORE 5 sampai 10%

Yang termasuk tingkat risiko menengah adalah pasien dengan angka SCORE 1% dan 5%.
Kebanyakan pasien usia pertengahan mempunyai risiko menengah. Risiko ini perlu dimodulasi
lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor risiko lain seperti riwayat PJK prematur dalam
keluarga, obesitas abdominal, kolesterol HDL yang rendah, dan konsentrasi TG tinggi.

Yang termasuk tingkat risiko rendah adalah pasien dengan angka SCORE 1%.

V. TARGET TERAPI

..
Guideline AHA

The goals of the American College of Cardiology (ACC) and the American Heart Association
(AHA) are to prevent cardiovascular diseases; improve the management of people who have
these diseases through professional education and research; and develop guidelines,
standards, and policies that promote optimal patient care and cardiovascular health.
ASCVD includes coronary heart disease (CHD), stroke, and peripheral arterial disease, all of
presumed atherosclerotic origin.
Poin penting lainnya adalah guideline ini tidak lagi menggunakan kolesterol LDL sebagai
parameter evaluasi terapi.
Pemberian terapi #dislipidemia dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL hingga dibawah
70 tidak dianut lagi dlm guideline ini.
Yang menarik lg AHA memilih utk menggunakan sistem stratifikasi risiko baru dengan
memasukkan Stroke ke dlm perhitungan risikonya.
Dgn algoritme tsb pasien yg berusia di bawah 40 namun memiliki kolesterol LDL tinggi &
faktor risiko keluarga tidak mendapatkan terapi.
The RCTs identified in the systematic evidence review indicated a consistent reduction in
ASCVD events from 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A reductase inhibitor (statin)
therapy in secondary- and primary-prevention populations, with the exception of no ASCVD
event reduction when statin therapy was initiated in those with New York Heart Association
class II to IV heart failure or those receiving maintenance hemodialysis.
The Expert Panel found extensive and consistent evidence supporting the use of statins for
the prevention of ASCVD in many higher-risk primary- and all secondary-prevention
individuals without New York Heart Association class IIIV heart failure who were not
receiving hemodialysis.

Anda mungkin juga menyukai