Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR

PERCOBAAN 1
SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIKA PEMBERIAN
INTRAVASKULER

Disusun oleh :
Golongan / Kelompok :I/1
Nama Mahasiswa : 1. Oki Lia Saputri (G1F014001)
2. Melani Dian Arini (G1F014017)
3. Ismah Maziyah (G1F014033)
4. Amyda Ayu Dianritami (G1F014053)
5. Irenne Agustina Tanto (G1F014071)
Tanggal Praktikum : 16 Maret 2016
Nama Asisten : Dwi Agus
Farah Khairunnisa
Nama Dosen Pembimbing : Masita Wulandari S, M.Sc., Apt

LABORATORIUM FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
PERCOBAAN 1
SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIKA PEMBERIAN
INTRAVASKULER

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam
tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses,
yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi
(E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi termasuk sebagai
proses eliminasi obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui
berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan
pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam
tubuh (Gunawan, 2009).
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular.
Pada pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di
sirkulasi sistemik tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian
secara ekstravaskular umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda,.dkk,
1995).
Praktikum ini dilakukan simulasi secara in vitro mengenai model
farmakokinetika secara intravaskular. Sebuah prosedur dilakukan in vitro
( bahasa Latin : dalam kaca) dilakukan tidak dalam hidup organisme
tetapi dalam lingkungan terkontrol, misalnya di dalam gelas beaker,
tabung reaksi atau cawan petri dengan meniru suatu perilaku dan
nasib obat dalam sistem biologik jika diberikan dengan suatu
pemberin rute utama dan bentuk dosis tertentu.
2. Dasar Teori
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang
menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam
setiap individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor
yang dipercaya penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau
efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter
antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd);
klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri

1
dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh (T1/2), serta parameter-
parameter turunan. Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi
langsung untuk terapi obat berkenaan dengan menentukan aturan dosis
yang sesuai (Aiache, 1993).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model
kompartemen satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai
perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang
sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi model ini tidak
menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah
sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat didalam tubuh juga
tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi
obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Volume distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran
obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Vd tidak perlu
menunjukkan volume penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun
volume secara anatomik, tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh
dianggap sebagai 1 kompartemen yang terdiri dari plasma atau serum,
dan Vd menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan kadarnya
dalam plasma atau serum (Setiawati, 2005).
Klirens suatu obat adalah suatu ukuran eliminasi obat
dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya.
Umumnya jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai suatu
kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana
obat terlarut didalamnya (Shargel, 2005).
Area Under Curve (AUC) adalah permukaan di bawah kurva
(grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai
fungsi dari waktu. AUC dapat dihitung secara matematis dan merupakan
ukuran untuk bioavailabilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk
membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan
kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara
kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat hubungan langsung
(Tjay dan Rahardja, 2002).
3. Tujuan Percobaan
a. Tujuan Umum : Memahami konsep farmakokinetika suatu obat
b. Tujuan Khusus :

2
- Mempelajari konsep farmakokinetika suatu obat dengan
menggunakan simulasi invitro
- Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis,
rute pemberian, klirens, dan volume distribusi yang berbeda
- Menerapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan
parameter farmakokinetika

B. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer,
tabung reaksi, gelas ukur 50 ml / 100 ml, pipet tetes, gelas beker 500 ml / 1 L,
spatula, labu ukur 50 ml, 25 ml, 10 ml dan batang pengaduk. Bahan yang
digunakan adalah metilen merah dan air suling.

C. CARA KERJA
1. Macam Percobaan

Kelompok I : Kelompok II : Kelompok III : Kelompok IV :


Dosis 20 mg, Dosis 10 mg, Dosis 20 mg, Dosis 10 mg,
Klirens 200 Klirens 100 Klirens 200 Klirens 100
ml/15 menit, Vd ml/15 menit, Vd ml/15 menit, Vd
- dilakukan satu macam percobaan menit,
ml/15 secaraVd
0,5 L 0,5 L 1L 1L
intravaskuler
Hasi
l

2. Pembuatan larutan baku kerja metilen merah


Larutan baku induk 200 mg/ml
- dilarutkan 10 mg metilen merah dalam 50 ml air suling
- diencerkan dengan air suling sampai didapat larutan dengan
kadar 10,20,40,60,80 mg/ml
Hasi

3. Penentuan panjang gelombang maksimum


Larutan baku kerja
- diamati nilai serapan pada panjang gelombang 530-570 nm

3
- dibuat kurva serapan terhadap panjang gelombang pada kertas
grafik berskala sama
- ditentukan panjang gelombang () maksimum
Hasi
l

4. Pembuatan Kurva Baku


Larutan baku kerja dengan maks. diketahui
- diamati serapan
- dibuat tabel hasil pengamatan
- dibuat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan pada
kertas grafik berskala sama
- dihitung koefisien korelasi
- dibuat persamaan garis
Hasil

5. Simulasi model farmakokinetika invitro rute intravaskuler


Gelas Beker
- diisi dengan air suling secara kuantitatif, sesuai dengan nilai Vd
- ditambahkan metilen merah sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan sebelumnya
- diaduk dengan batang pengaduk
- diambil sampel larutan metilen merah pada menit ke- 0, 15, 30,
45 sebesar nilai klirens dan segera digantikan volume yang
diambil tersebut dengan air suling
- diukur serapan sampel pada panjang gelombang maksimum
yang telah diperoleh, digunakan air suling sebagai blanko
- dihitung parameter farmakokinetika

Hasil

D. HASIL PERCOBAAN
1. Pembuatan Larutan Baku
10 mg ad 50 ml = 10 mg/ 50 ml

4
= 0,2 mg/ ml
= 200 g/ml
2. Pengenceran Larutan Baku
100 g/ml
M1 . V1 = M2 . V2
200 g/ml V1 = 100 g/ml . 10 ml
V1 = 5 g ad 10 ml
80 g/ml
M1 . V1 = M2 . V2
200 g/ml V1 = 80 g/ml . 25 ml
V1 = 10 g ad 25 ml
60 g/ml
M1 . V1 = M2 . V2
200 g/ml V1 = 60 g/ml . 10 ml
V1 = 3 g ad 10 ml
40 g/ml
M1 . V1 = M2 . V2
200 g/ml V1 = 40 g/ml . 10 ml
V1 = 2 g ad 10 ml
20 g/ml
M1 . V1 = M2 . V2
200 g/ml V1 = 20 g/ml . 10 ml
V1 = 1 g ad 10 ml
10 mg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 g/ml V1 = 10 g/ml . 10 ml
V1 = 1 g ad 10 ml

3. Absorbansi Larutan Baku Standar


Kadar Absorbansi max = 530 nm
10 g/ml 0,157 A a = 0,0771
20 g/ml 0,285 A b = 0,0110
40 g/ml 0,537 A r = 0,9927
60 g/ml 0,778 A
80 g/ml 1,016 A Persamaan garis linier :
100 g/ml 1,111 A y = 0,0771 + 0,110x

4. Penimbangan Metilen Merah


Berat wadah + Metilen Merah 0,4506 gram
Berat wadah 0,4290 gram
Berat Metilen Merah 0,0216 gram

5
5. Sampel
Waktu Absor Kadar Log
Kel t vs log C k T
(t) bansi (C) C
0 0,531 41,26 1,615 a = 1,6278
15 0,340 23,9 1,378 b = -0,0173
I 0,039 17,39
30 0,224 13,35 1,125 r = -0,9988
45 0,152 6,80 0,832 y = 1,6278 - 0,0173x
0 0,330 22,990 1,361 a = 1,359
15 0,272 17,718 1,248 b = -0,0072
II 0,0165 42
30 0,230 13,90 1,143 r = -0,999
45 0,194 10,62 1,026 y = 1,359 - 0,0072x
0 0,296 19,9 1,298 a = 1,3003
15 0,246 15,35 1,186 b = -0,077
III 0,0177 39,15
30 0,207 11,80 1,071 r = -0,999
45 0,175 8,9 0,949 y = 1,3003 - 0,077x
0 0,166 8,08 0,907 a = 0,9075
15 0,153 6,9 0,838 b = -4,6310-3
IV 0,01 69,3
30 0,142 5,9 0,77 r = -0,999
45 0,132 4,99 0,698 y = 0,9075 - 4,6310-3x

6. Perhitungan AUC
Kelompok 1
(C 0 +C15 )(t 15t 0 )
[ AUC ]15
0 =
2
( 41,26+23,9)(150)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =488,7 mg.ml/menit

30 (C 15+C 30)( t 30t 15)


[ AUC ]15=
2
(23,9+13,35)(3015)
[ AUC ]30
15 =
2
[ AUC ]30
15 =279,375 mg.ml/menit

(C 30 +C 45)(t 45t 30)


[ AUC ]45
30 =
2
(13,35+6,80)( 4530)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =151,125 mg.ml/menit

6
AUC total=488,7+279,375+151,125
AUC total=919,2 mg.ml/menit

Kelompok 2
(C 0 +C15 )(t 15t 0 )
[ AUC ]15
0 =
2
(22,990+17,718)(150)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =303,51 mg.ml/menit

30 (C 15+C 30)( t 30t 15)


[ AUC ]15=
2
(17,718+13,90)(3015)
[ AUC ]30
15 =
2
30
[ AUC ]15=237,13 mg.ml/menit

(C 30 +C 45)(t 45t 30)


[ AUC ]45
30 =
2
(13,90+10,62)(4530)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =183,9 mg.ml/menit

AUC total=303,51+237,13+183,9
AUC total=726,345 mg.ml/menit

Kelompok 3
(C 0 +C15 )(t 15t 0 )
[ AUC ]15
0 =
2
(19,9+15,35)(150)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =264,375 mg.ml/menit

7
30 (C 15+C 30)( t 30t 15)
[ AUC ]15=
2
(15,35+11,80)(3015)
[ AUC ]30
15 =
2
[ AUC ]30
15 =203,625 mg.ml/menit

(C 30 +C 45)(t 45t 30)


[ AUC ]45
30 =
2
(11,80 +8,9)(4530)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =155,25 mg.ml/menit

AUC total=264,375+203,625+155,25
AUC total=623,25 mg.ml/menit

Kelompok 4
(C 0 +C15 )(t 15t 0 )
[ AUC ]15
0 =
2
(8,08+ 6,9)(150)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =112,35 mg.ml/menit

(C 15+C 30)( t 30t 15)


[ AUC ]30
15 =
2
(6,9+5,9)(3015)
[ AUC ]30
15 =
2
30
[ AUC ]15=96 mg.ml/menit

(C 30 +C 45)(t 45t 30)


[ AUC ]45
30 =
2
(5,9+ 4,99)( 4530)
[ AUC ]15
0 =
2
[ AUC ]15
0 =81,675 mg.ml/menit

AUC total=112,35+ 96+81,675

8
AUC total=290,025 mg.ml/menit

7. Kurva Regresi

Kurva Baku
1.2
f(x) = 0.01x + 0.08
1 R = 0.99
0.8

Absorbansi () 0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120

Kadar (g/ml)

t vs log C (kelompok I)
2

1.5 f(x) = - 0.02x + 1.63


R = 1
Log C 1

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu (menit)

9
t vs log C (kelompok II)
1.6
1.4
1.2 f(x) = - 0.01x + 1.36
1 R = 1

Log C 0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu (menit)

t vs log C (kelompok III)


1.4
1.2 f(x) = - 0.01x + 1.3
1 R = 1
0.8
Log C 0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu (menit)

10
t vs log C (kelompok IV)
1

0.8 f(x) = - 0x + 0.91


R = 1
0.6
Log C
0.4

0.2

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu (menit)

E. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan simulasi model in vitro pemberian
intravena. Tujuan percobaan ini adalah memahami konsep farmakokinetika
suatu obat dan dapat menjelaskan proses farmakokinetik obat dalam tubuh
setelah pemberian injeksi bolus intravena dengan cara mengamati perubahan
konsentrasi obat terhadap waktu.
Langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan larutan baku induk
metilen merah konsentrasi 200 g/ml dengan cara melarutkan 10 mg metilen
merah dalam 50 ml air suling. Kemudian larutan baku induk diencerkan
menggunakan pelarut air suling hingga didapatkan kadar 10, 20, 40, 60, 80

11
g/ml. Larutan baku tersebut diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer.
Langkah kedua yang dilakukan adalah menyiapkan gelas beaker berisi
air suling sesuai dengan volume distribusi tiap kelompok. Gelas beaker dalam
simulasi ini digambarkan sebagai pembuluh darah dan air suling sebagai darah
dalam tubuh manusia. Disiapkan juga jumlah metilen merah yang akan
ditambahkan ke dalam gelas beaker sesuai dosis tiap kelompok. Metilen merah
digambarkan sebagai zat obat dengan pemberian secara injeksi bolus intravena.
Langkah ketiga, setelah semua disiapkan, lalu dimulai simulasi dengan
cara menambahkan metilen merah ke dalam gelas beaker, kemudian diaduk
dengan batang pengaduk agar metilen merah tercampur homogen dalam air
suling yang menggambarkan seperti aliran darah yang mengalir dalam tubuh
dengan kecepatan konstan. Diambil sampel dari gelas beaker larutan metilen
merah pada menit ke-0, 15, 30, dan 45 (setiap 15 menit) sebanyak jumlah
volume yang ditentukan tiap kelompok. Kemudian, segera digantikan volume
yang telah diambil tersebut dengan air suling baru. Langkah terakhir yang
dilakukan adalah masing-masing sampel diukur absorbansinya pada
spektrofotometer, dan digunakan air suling sebagai blanko.
Larutan metilen merah dalam beaker glass diilustrasikan sebagai volume
distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi (Vd) menunjukkan volume
penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum (Setiawati,
2005). Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu keseimbangan
antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan
membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma,
yang meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi
lebih kecil. Perubahan-perubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun
dengan plasma dapat mengubah volume distribusi yang ditentukan dari
pengukuran-pengukuran konsentrasi plasma (Holford, 1998). Digunakan satu
wadah sebagai ilustrasi model kompartemen satu terbuka. Model ini
menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan
(Shargel, 1988).
Sampel larutan metilen merah dari gelas beaker yang diambil sebanyak
jumlah volume yang ditentukan per 15 menit ini disimulasikan sebagai klirens

12
(Cl). Klirens suatu obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau organ
dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume
distribusi) dimana obat terlarut didalamnya (Shargel, 2005).

Hasil vs Pustaka
Hasil yang diperoleh dapat dibaca pada grafik t vs log C, pada setiap
kelompok konsentrasi metilen merah berkurang seiring berjalannya waktu. Hal
ini sama dengan konsentrasi obat di dalam tubuh yang semakin berkurang
seiring berjalannya waktu. Karena berdasarkan model farmakokinetika yang
paling sederhana pelarutan obat dalam suatu volume tubuh digambarkan sebagai
model kompartemen satu terbuka di mana konsentrasi obat dari waktu nol (awal)
akan semakin berkurang secara konstan hingga waktu tertentu sampai
konsentrasi obat di dalam tubuh habis. Data yang didapat merupakan data
kompartemen tunggal injeksi bolus intravena. Data menghasilkan grafik
menurun karena pada rute ini obat langsung mencapai konsentrasi 100%
dan tidak diketahui Ka (kecepatan absorbsi) karena disimulasikan berupa injeksi
bolus intravena.

Kelompok
Parameter
1 2 3 4
Dosis (mg) 20 10 20 10
Klirens (ml/15 menit) 200 100 200 100
Volume distribusi (L) 0,5 0,5 1 1
T (menit) 17,39 42 39,15 69,3
K (/menit) 0,039 0,0165 0,0177 0,01
290,02
AUC (mg.ml/menit) 919,2 726,345 623,25
5

Kelompok 1 vs Kelompok 3
Terdapat perbedaan parameter primer yaitu pada volume distribusi. Dari
parameter primer didapatkan parameter sekunder berupa k, dan t . K pada
kelompok 1 > kelompok 3. Hal ini disebabkan karena volume distribusi
kelompok 1 < kelompok 3. Karena semakin kecil volume distribusi, semakin
cepat waktu eliminasi yang dibutuhkan (Angestiarum, 2015).

13
Parameter turunan salah satunya AUC dari sampel, AUC pada kelompok 1
> kelompok 3. Hal ini disebabkan nilai Vd kelompok 1 < kelompok 3, di mana
ketika Vd semakin kecil maka kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai
AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).

Kelompok 2 vs Kelompok 4
Terdapat perbedaan parameter primer yaitu pada volume distribusi. Dari
parameter primer didapatkan parameter sekunder berupa k, dan t . K pada
kelompok 2 > kelompok 4. Hal ini disebabkan karena volume distribusi
kelompok 2 < kelompok 4. Karena semakin kecil volume distribusi, semakin
cepat waktu eliminasi yang dibutuhkan (Angestiarum, 2015).
Parameter turunan salah satunya AUC dari sampel, AUC pada kelompok 2
> kelompok 4. Hal ini disebabkan nilai Vd kelompok 2 < kelompok 4, di mana
ketika Vd semakin kecil maka kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai
AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).

Kelompok 1 vs Kelompok 2
Terdapat perbedaan parameter primer yaitu pada dosis pemberian dan
klirens. Dari parameter primer didapatkan parameter sekunder berupa k, dan t .
K pada kelompok 1 > kelompok 2. Hal ini disebabkan karena klirens kelompok
1 > kelompok 2. Karena semakin besar klirens yang dikeluarkan, semakin besar
juga kecepatan eliminasi obat (Setiawati, 2005).
Parameter turunan salah satunya AUC dari sampel, AUC pada kelompok 1
> kelompok 2. Hal ini disebabkan karena perbedaan dosis pemberian dan klirens
yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma, sehingga semakin besar dosis dan
klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).

Kelompok 3 vs Kelompok 4
Terdapat perbedaan parameter primer yaitu pada dosis pemberian dan
klirens. Dari parameter primer didapatkan parameter sekunder berupa k, dan t .
K pada kelompok 3 > kelompok 4. Hal ini disebabkan karena volume distribusi

14
kelompok 2 < kelompok 4. Karena semakin kecil volume distribusi, semakin
cepat waktu eliminasi yang dibutuhkan (Angestiarum, 2015).
Parameter turunan salah satunya AUC dari sampel, AUC pada kelompok 3
> kelompok 4. Hal ini disebabkan karena perbedaan dosis pemberian dan klirens
yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma, sehingga semakin besar dosis dan
klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).
AUC atau Area Under Curve sendiri adalah permukaan di bawah kurva
(grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi
dari waktu. AUC dihitung secara matematis dan merupakan ukuran untuk
bioavailabilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk membandingkan
kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak
mengalami perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak dan
bioavailabilitas terdapat hubungan langsung (Tjay dan Rahardja, 2002).
Nilai absorbansi dari enam konsentrasi metilen merah yang berbeda
selanjutnya dibuat kurva standar dengan menghitung persamaan garis antara
konsentrasi dengan absorbannya. Terdapat dua metode untuk membuat kurva
standar yakni dengan metode grafik dan metode least square (Underwood 1990).
Data yang diperoleh hasil spektrofotometer absorban Metilen Merah sebagai
berikut 0,157 untuk konsentrasi 10 g/ml; 0,285 untuk konsentrasi 20 g/ml;
0,537 untuk konsentrasi 40 g/ml; 0,778 untuk konsentrasi 60 g/ml; 1,06 untuk
konsentrasi 80 g/ml; dan 1,111 untuk konsentrasi 100 g/ml. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini menghitung persamaan garis dengan metode
grafik, absorban sebagai sumbu x dan konsentrasi Metilen Merah sebagai sumbu
y. sehingga persamaan garisnya adalah y = 0,0771 + 0,110x dan r = 0,9927.

F. KESIMPULAN
Suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat ( IV bolus ),
seluruh dosis obat masuk tubuh dengan segera.
Konsentrasi obat mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
waktu.
Parameter yang digunakan untuk mengukur kadar obat dalam tubuh antara
lain adalah Vd, K, klirens, dan t
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu parameter primer berupa Vd
sebesar 0,5 L dan klirens sebesar 200ml/15 menit. Parameter sekunder

15
yang diketahui yaitu berupa t sebesar 17,39 menit dan harga K sebesar
0,039/menit, sedangkan parameter turunan yaitu AUC dari sample metilen
merah didapatkan nilai sebesar 919,2 g. ml/menit.

G. DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M., 1993, Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi ke-2, Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
Angestiarum, 2015, Farmakokinetika Klinik,
(http://angestiarumff14.web.unair.ac.id) . Diakses tanggal 25 Maret
2016.
Gunawan, G.S., 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Hakim, L., 2012, Farmakokinetika, Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Holford, N.H., 1998, Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis
yang Rasional dan Waktu Kerja Obat Dalam Farmakologi Dasar dan
Klinik Edisi IV. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4.
Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Shargel, L. dan Yu., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Surabaya: Airlangga Univeersity Press.
Shargel, L. dan Andrew, A, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya : Airlangga University Press.
Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan.
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media
Komputindo.
Underwood, A. L., 1990, Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam, Jakarta:
Erlangga.
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna, 1995, Pengantar Farmakologi. Dalam
Farmakologi dan Terapi Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia Press.

16
LAMPIRAN
(waiting for melan)

30 Maret 2016,

(Irenne Agustina Tanto)


NIM G1F014071

17

Anda mungkin juga menyukai