Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

TONSILITIS KRONIS

OLEH:

Ferina Nur Haqiqi, S.Ked

1518012158

PERCEPTOR:

dr. Nanang, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK

STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER

RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan kasus ini yang berjudul
Tonsilitis Kronis.

Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam kepanitraan klinik pada
bagian THT-KL RSUD dr. H. Abdul Muluk, Bandar Lampung.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan referat ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis ingin meminta maaf atas
segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan,
wawasan dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus selanjutnya dan sebagai bahan
pembelajaran untuk kita semua.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa
ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2017

Ferina Nur Haqiqi, S.Ked

NPM. 1518012158
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : An. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 tahun
Pekerjaan : Siswi Sekolah Dasar

1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri menelan

Keluhan Tambahan:
Demam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang bersama kedua orang tuanya. Pasien mengeluhkan
tenggorokannya terasa nyeri apabila menelan makanan. Keluhan dirasakan sejak 3
hari yang lalu, pada saat pasien menelan makanan. Keluhan ini timbul setelah
pasien jajan minuman dingin didekat sekolahnya. Menurut pasien, rasa nyeri saat
menelan terasa seperti ditusuk-tusuk dan tenggorokan terasa mengganjal, selain itu
tenggorokan juga terasa kering. Keluhan ini dirasakan sejak usia 5 tahun. Menurut
keterangan orang tua pasien, keluhan timbul 3-4 kali dalam 1 tahun. Keluhan
timbul apabila pasien jajan minuman dingin. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
keluhan timbul diantaranya apabila pasien sedang dalam kondisi terlalu lelah akibat
terlalu banyak aktivitas. Keluhan tidak dipengaruhi oleh perubahan waktu.
Pasien juga mengeluhkan demam yang terus menerus. Demam timbul
bersamaan dengan nyeri menelan yang dirasakan pasien. Demam tidak terlalu
tinggi dirasakan sepanjang hari. Namun demam mereda apabila pasien minum obat
demam.
Keluhan yang timbul sebelumnya membaik dengan obat yang diberikan
dari puskesmas, namun keluhan yang timbul saat ini tidak membaik dengan obat
yang diberikan dari puskesmas. Keluhan dirasakan semakin lama semakin
memberat hingga pasien tidak bisa makan. Maka dari itu, orang tua pasien
memutuskan untuk membawa pasien berobat ke RSUD dr. H. Abdul Moeloek.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien pernah dinyatakan sakit amandel oleh dokter spesialis anak pada usia 5
tahun.
Pasien pernah dirawat akibat infeksi saluran cerna 3 bulan yang lalu di RSUD
dr. H. Abdul Moeloek selama 1 minggu.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 110x/menit
Suhu : 37.6C
Berat badan : 20 kg
STATUS LOKALIS THT
TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk Daun Normal Normal
Telinga Deformitas (-) Deformitas (-)
Kelainan Tidak ada Tidak ada
Kongenital
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak nyeri Tidak Nyeri
Penarikan daun Tidak Nyeri Tidak Nyeri
telinga
Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Canalis Acusticus Lapang, nanah (-), serumen Lapang, nanah (-),
Eksternus (-), sekret (-), hiperemis (-), serumen (-), sekret (-),
oedem (-) hiperemis (-), oedem (-)
Membran timpani MT intak, hiperemis (-), MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya edema (-), refleks cahaya
(+) jam 5 (+) jam 5
Hidung

KANAN HIDUNG LUAR KIRI

Warna sama dengan Kulit Warna sama dengan


sekitarnya sekitarnya

Normal Bentuk Hidung Luar Normal

Tidak ditemukan Deformitas Tidak ditemukan

Tidak ada Nyeri Tekan Tidak ada

Tidak ada Dahi Tidak ada


Pipi
Tidak ditemukan Krepitasi Tidak ditemukan

Tidak ditemukan Tumor , Fistel Tidak ditemukan

Rhinoskopi Anterior

Kanan Kiri

Lapang Cavum Nasi Lapang

- Sekret -

- Bau -

DBN Konka inferior DBN

DBN Konka media DBN

Tidak Terdapat deviasi septum nasi

Tidak ada Krista, abses, massa Tidak ada


Rhinoskopi Posterior (Nasofaring)
Tidak dilakukan pemeriksaan

Cavum Oris

CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan

Mukosa Tidak hiperemis

Gingiva Ulkus (-), edema (-)

Gigi Karies (-)

Lidah Bentuk normal, Ulkus (-), Plak (-)

Palatum durum Permukaan licin

Palatum mole Permukaan licin

Uvula Posisi ditengah

Tumor Tidak ada

Faring

FARING Hasil Pemeriksaan

Dinding Faring Tidak oedem, tidak bergranular

Mukosa Tidak hiperemis

Uvula Ditengah

Arkus Faring Simetris, tidak hiperemis


Tonsil

TONSIL Hasil Pemeriksaan

Pembesaran T2-T3

Warna Kemerahan / Hiperemis

Kripta Melebar

Destritus Tidak ada

Pemeriksaan Laring

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Nervi Kranialis

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

Inspeksi : Tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening

Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.

Kesan :
- Telinga dalam batas normal
- Hidung dalam batas normal
- Tonsil tampak membesar (T2-T3), hiperemis, kripta melebar, tidak tampak
detritus.
- Faring dalam batas normal

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Lengkap

1.5 PEMERIKSAAN ANJURAN


Kultur bakteri tonsil swab

1.6 DIAGNOSIS BANDING


Tonsilitis Kronis eksaserbasi akut e.c susp. Infeksi Virus
Tonsilitis Kronis eksaserbasi akut e.c susp. Infeksi Bakteri
Faringitis e.c susp. Infeksi Virus
Faringitis e.c susp. Infeksi Bakteri
Tonsilofaringitis e.c susp. Infeksi Virus
Tonsilofaringitis e.c susp. Infeksi Bakteri

1.7 DIAGNOSIS KERJA


Tonsilitis Kronis eksaserbasi akut e.c susp. Infeksi Virus

1.8 PENATALAKSANAAN
Di rencanakan untuk tindakan tonsilektomi
Pre operatif
Operatif
Post operatif

1.9 ANJURAN
Kontrol apabila obat habis
Minum obat secara teratur, antibiotik harus dihabiskan
Tidak mengkonsumsi makanan atau minuman dingin
Menjaga kebersihan makanan dan alat makan
Menjaga kondisi kesehatan/imunitas pasien

1.10 PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad malam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tonsil
Tonsil merupakan suatu akumulasi dari limfonoduli permanen yang letaknya di
bawah epitel yang telah terorganisir sebagai suatu organ.(7) Pada tonsil terdapat
epitel permukaan yang ditunjang oleh jaringan ikat retikuler dan kapsel jaringan
ikat serta kriptus di dalamnya.(7,8)
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :(7)
1. Tonsilla lingualis, terletak pada radix linguae.
2. Tonsilla palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus.
3. Tonsilla pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring.
4. Tonsilla tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium
tuba auditiva.
5. Plaques dari Peyer (tonsil perut), terletak pada ileum.
Dari kelima macam tonsil tersebut, tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla
pharingica dan tonsilla tubaria membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk
saluran nafas dan saluran pencernaan. Cincin ini dikenal dengan nama cincin
(2,7,8)
Waldeyer. Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap infeksi melalui
udara dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi
fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3 tahun dan tonsil pada usia
5 tahun, dan kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas.(2,9)
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan penting pada awal kehidupan,
yaitu sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat berhubungan dengan agen dari
luar (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun. Fungsi ini didukung
secara anatomis dimana di daerah faring terjadi tikungan jalannya material yang
melewatinya disamping itu bentuknya tidak datar, sehingga terjadi turbulensi
khususnya udara pernafasan. Dengan demikian kesempatan kontak berbagai agen
yang ikut dalam proses fisiologis tersebut pada permukaan penyusun cincin
Waldeyer itu semakin besar.(3)
Gambar Penampang Kavum Oris

2.1.1 Embriologi Tonsilla Palatina


Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian
dorsalnya tetap ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal
dari arcus branchial kedua dan ketiga. Kripte tonsillar pertama terbentuk
pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul terbentuk pada usia kehamilan
20 minggu.(10)

2.1.2 Anatomi Tonsilla Palatina


Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang
terletak pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla
ditutupi membran mukosa dan permukaan medialnya yang bebas menonjol
kedalam faring. Permukaannnya tampak berlubang-lubang kecil yang
berjalan ke dalam cryptae tonsillares yang berjumlah 6-20 kripte. Pada
bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil
dalam. Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang
disebut capsula tonsilla palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla
lingualis.(9,10,11)
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :(9,10)
1. Anterior : arcus palatoglossus
2. Posterior : arcus palatopharyngeus
3. Superior : palatum mole
4. Inferior : 1/3 posterior lidah
5. Medial : ruang orofaring
6. Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. constrictor pharyngis superior oleh
jaringan areolar longgar. A. carotis interna terletan 2,5 cm dibelakang dan
lateral tonsilla.

2.1.3 Vaskularisasi
Arteri terutama masuk melalui polus caudalis, tapi juga bisa melalui polus
cranialis. Melalui polus caudalis : rr. tonsillaris a. dorsalis linguae, a.
palatina ascendens dan a. facialis. Melalui polus cranialis : rr. tonsillaris a.
pharyngica ascendens dan a. palatina minor. Semua cabang-cabang tersebut
merupakan cabang dari a. carotis eksterna.
Darah venous dari tonsil terutama dibawa oleh r. tonsillaris v. lingualis
dan di sekitar kapsula tonsillaris membentuk pleksus venosus yang
mempunyai hubungan dengan pleksus pharyngealis. Vena paratonsillaris
dari palatum mole menuju ke bawah lewat pada bagian atas tonsillar bed
untuk menuangkan isinya ke dalam pleksus pharyngealis.
Cairan limfe dituangkan ke lnn. submaxillaris, lnn. cervicalis
superficialis dan sebagian besar ke lnn. cervicalis profundus superior
terutama pada limfonodi yang terdapat di dorsal angulus mandibular (lnn.
tonsillaris). Nodus paling penting pada kelompok ini adalah nodus
jugulodigastricus yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibulae.
(4,9,11)
2.1.4 Innervasi
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX (glossopharyngeus) dan juga oleh n.
palatina minor (cabang ganglion sphenopalatina). Pemotongan pada n. IX
menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil (Dandy).(4,11)

2.1.5 Imunologi
Tonsil merupakan organ yang unik karena keterlibatannya dalam
pembentukan imunitas lokal dan pertahanan imunitas tubuh. Limfosit B
berproliferasi di germinal center. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D),
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin berakumulasi di
jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis pada tonsil akan menyebabkan
terjadinya antibodi lokal, perubahan rasio sel B dan sel T. (10,11)
Efek dari adenotonsilektomi terhadap integritas imunitas seseorang
masih diperdebatkan. Pernah dilaporkan adanya penurunan produksi
Imunoglobulin A nasofaring terhadap vaksin polio setelah adenoidektomi
(1)
atau adanya peningkatan kasusu Hodgkins limfoma. Namun
bagaimanapun peran tonsil masih tetap kontroversial dan sekarang ini belum
terbukti adanya efek imunologis dari tonsilektomi.(10,11)

2.2 Tonsilitis Kronis


2.2.1 Definisi
Peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil yang pada
umumnya sering didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain,
seperti misal sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya.
(12)

Tonsiltis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan


tidak jarang tonsil tampak sehat. Tapi tidak jarang keadaan tonsil diluar
serangan membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar
anterior dan bila tonsil ditekan keluar detritus.(13)
2.2.2 Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease yang bekerja sama dengan
Surgeon General of the Army, dimana dari 169 kasus didapatkan :
- 25 % disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa
penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam
serum penderita.
- 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan kenaikan
titer Sreptokokus antibodi dalam serum penderita.
- Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa.(12)
Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :
(10)

1. Streptokokus hemolitikus Grup A


2. Hemofilus influensa
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada immunocompromise)

2.2.3 Faktor Predisposisi


1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.(6,12,14)

2.2.4 Patologi
Proses keradangan dimulai pada satu atau kebih kripte tonsil. Karena proses
radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar. Secara klinis kripte
ini akan tampak diisi oleh detritus (epitel yang mati, sel leukosit yang mati
dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-
kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak, proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.(6,12,14)

2.2.5 Manifestasi Klinis


Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit
waktu menelan.(6,12,14)
Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin
tampak :
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,
kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.(5,12)
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring(11)
Gambar pembesaran tonsil

2.2.6 Diagnosis
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena hampir 50 %
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.(6,12,14)
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.
Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus, kripta
membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul amat banyak terlihat pada
kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai kuburan
dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis
terlihat pada kripta.(5,12)
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus
viridans, Stafilokokus, Pneumokokus.(12,14)

2.2.7 Diagnosa Banding


Diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah:
1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan pseudomembran
yang menutupi tonsil (tonsilitis membranosa)
a. Tonsilitis difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar
0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas.
Gejalanya terbagi menjadi 3 golongan besar, umum, lokal dan gejala
akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain,
yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang
melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah
berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis
sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat
menimbulkan albuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi
dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan
hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di
tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris. Mukosa
mulut dan faring hiperemis. Mulut berbau (foetor ex ore) dan
kelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu
yang menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan,
terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal.
Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis dalam
jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi
Paul Bunnel).
2. Penyakit kronik faring granulomatus
a. Faringitis tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien
buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat di
tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa
leher.
b. Faringitis luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder
atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang
sembuh disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma
bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.
c. Lepra
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring
kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang
luas dan timbulnya jaringan ikat.
d. Aktinomikosis faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri,
bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat
mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan
dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya berhubungan dengan
nyeri tenggorok dan kesulitan menelan. Diagnosa pasti berdasarkan pada
pemeriksaan serologi, hapusan jaringan/kultur, X ray dan biopsi.(6,14)

2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke
daerah sekitar atau secara hematogen/limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.
(6,13,14,15)

1. Komplikasi sekitar tonsil


a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya
trismus dan abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber
infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring,
sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os
petrosus.
d. Abses retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring
masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil
berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam
jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi ke organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis

2.2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan
medis atau yang konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi
tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsillaris
dengan alat irigasi gigi/oral. Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai
hubungan dengan infeksi kronis/berulang.(5)
Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan oleh
Celsus dalam De Medicina (10 Masehi), tindakan ini juga merupakan
tindakan pembedahan yang pertama kali didokumentasikan oleh Lague dari
Rheims (1757).(10)
Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi yaitu (1)
Obstruksi :
- Hiperplasia tonsil dengan obstruksi.
- Sleep apnea atau gangguan tidur.
- Kegagalan untuk bernafas.
- Corpulmonale.
- Gangguan menelan.
- Gangguan bicara.
- Kelainan orofacial / dental yang menyebabkan jalan nafas sempit.
Infeksi
- Tonsilitis kronika / sering berulang.
- Tonsilitis dengan :
+ Absces peritonsilar.
+ Absces kelenjar limfe leher.
+ Obstruksi Akut jalan nafas.
+ Penyakit gangguan klep jantung.
- Tonsilitis yang persisten dengan :
+ Sakit tenggorok yang persisten.
- Tonsilolithiasis Carrier Streptococcus yang tidak respon terhadap terapi.
- Otitis Media Kronika yang berulang.
Neoplasia atau suspek neoplasia benigna / maligna.

Indikasi tonsilektomi secara garis besar terbagi 2, yaitu :


1. Indikasi absolut
a. Tonsilitis akut/kronis berulang-ulang
b. Abses peritonsillar
c. Karier Difteri
d. Hipertrofi tonsil yang menutup jalan nafas dan jalan makanan
e. Biopsi untuk menentukan kemungkinan keganasan
f. Cor Pulmonale
2. Indikasi relatif
a. Rinitis berulang-ulang
b. Ngorok (snoring) dan bernafas melalui mulut
c. Cervical adenopathy
d. Adenitis TBC
e. Penyakit-penyakit sistemik karena Streptokokus hemolitikus: demam
rematik. Penyakit jantung rematik, nefritis, dll.
f. Radang saluran nafas atas berulang-ulang
g. Pertumbuhan badan kurang baik
h. Tonsil besar
i. Sakit tenggorokan berulang-ulang
j. Sakit telinga berulang-ulang

Secara umum dapat disebutkan indikasi tonsilektomi adalah:


1. Infeksi berulang : 3 kali dalam setahun selama 3 tahun, 5 kali setahun
selama 2 tahun, 7 kali atau lebih dalam setahun atau tidak masuk
kerja/sekolah lebih dari 2 minggu dalam 1 tahun karena penyakitnya itu.
2. Hipertrofi sehingga menyebabkan obstruksi saluran nafas atas
(obstruksi,sleep apnea)
3. Abses peritonsilar
4. Kemungkinan keganasan, baik pembesaran unilateral atau mencari sumber
primer yang tidak dikeahui
5. Hipertrofi yang menyebabkan masalah pencernaan
6. Tonsilitis rekuren yang menyebabkan kejang demam
7. Karier difteri

Sedangkan kontraindikasi dari tonsilektomi adalah :


1. Kontraindikasi relatif
a. Palatoschizis
b. Radang akut, termasuk tonsilitis
c. Poliomyelitis epidemica
d. Umur kurang dari 3 tahun
2. Kontraindikasi absolut
a. Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia
b. Penyakit sistemis yang tidak terkontrol : DM, penyakit jantung, dan
sebagainya.(2,5,6,10,16)
BAB III
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisa pada kasus dan peninjauan ulang pada teori yang ada
diantaranya;
1. Pada anamnesa, didapatkan keluhan utama yaitu nyeri pada saat menelan dan
disertai dengan demam keluhan pernah dirasakan sebelumnya, keluhan dialami
sejak 2 tahun yang lalu, keluhan terjadi hilang timbul 3-4 kali dalam 1 tahun.
Dari keluhan yang dirasakan pada pasien menunjukkan adanya gangguan pada
organ tempat dilaluinya makanan, selain itu adanya keluhan sistemik seperti
demam menunjukkan bahwa penyakit yang dialami adalah suatu penyakit
infeksi. Sifat infeksi yang dialami pasien jika dilihat dari onset kekambuhannya
termasuk infeksi kronis yang mengalami eksaserbasi akut.
2. Pada pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa Tonsil tampak membesar (T2-T3),
hiperemis, kripta melebar, tidak tampak detritus. Menunjukkan bahwa adanya
suatu peradangan pada tonsil. Penyebab dari peradangan ini, jika dilihat dari
penampakan tonsil, merupakan infeksi virus, karena tidak tampak adanya
detritus pada tonsil pasien. Hanya terjadi hiperemis dan pelebaran kripta.
3. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan
dianjurkan untuk dilakukan kultur swab tonsil untuk memastikan ada atau
tidaknya infeksi bakteri pada pasien. Pemeriksaan penunjang ini sudah sesuai
dengan teori yang ada.
4. Diagnosa pasien dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
yang sudah dilakukan. Pasien di diagnosa dengan Tonsilitis Kronis Eksaserbasi
Akut e.c Infeksi Virus.
5. Tatalaksana yang diberikan kepada pasien hanya berupa terapi simptomatik
yaitu dengan pemberian NSAID untuk mengurangi peradangan yang terjadi pada
tonsil pasien. Karena sifat dari infeksi virus adalah self limitting disease terapi
kausatif hanya dengan menjaga kondisi imunitas pasien dengan intake nutrisi
yang cukup. Pasien juga direncanakan untuk dilakukan tonsilektomi, karena
kondisi pasien yang mengalami kekambuhan 3-4 kali dalam satu tahun
merupakan salah satu indikasi absolut dalam tonsilektomi.
6. Prognosis pada pasien, secara functionam organ ad malam karena fungsi tonsil
sebagai organ yang berperan dalam sistem imun sudah tidak berfungsi dengan
baik. Namun secara ad vitam, prognosa pasien ad bonam karena masih ada
organ lain yang mendukung sistem imun pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brodsky, L & Poje, C (2001). Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. Dalam


: Bailey, BJ. Head & Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1, third ed. Lippincott
Milliams & Wilkins.
2. Pracy, R. et al (1974) Pelajaran Ringkas THT, penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
3. Sudana, W., Indikasi Tonsiloadenoidektomi, Lab/UPF THT FK UNUD RSUP,
Denpasar.
4. Karmaya, N.M.; Sana, I.G.N.P. & Sukardi, E. (1979), Tonsilla Palatina, Anatomi,
Pertumbuhan dan Perkembangannya, dalam : Masna, P.W. (ed) Tonsilla Palatina dan
Permasalahannya, FK UNUD, Denpasar
5. Adams, G.L. (1997), Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring,dalam Harjanto,
E. dkk (ed) Boies Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke6, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
6. Rusmarjono & Soepardi, E.A. (2001), Penyakit Serta Kelainan Faring dan Tonsil,
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, FKUI,
Jakarta.
7. Wirawan, S. & Puthra, I.G.A.G. (1979), Arti Fungsionil dari Elemen-elemen
Histologis Tonsil, dalam : Masna, P.W. (ed) Tonsilla Palatina dan Permasalahannya,
FK UNUD, Denpasar..
8. Rusmarjono & Kartosoediro, S. (2001), Odinofagi, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, FKUI, Jakarta
9. Snell, R.S. (1991) Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Anonim (2003) The Oral Cavity, Pharynx & Esophagus dalam Lee, K.J. (eds)
Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery, McGraw Hill Medical Publishing
Division, USA.
11. Masna, P.W., Tonsilitis, Tonsilektomi dan Adenoidektomi, Lab/UPF THT FK
UNUD RSUP, Denpasar
12. Oka, I.B. (1979), Tonsillitis, dalam : Masna, P.W. (ed) Tonsilla Palatina dan
Permasalahannya, FK UNUD, Denpasar.
13. Masna, P.W. (1992) Tonsilitis Kronis, dalam Pedoman Diagnosa dan terapi Ilmu
Penyakit THT RSUP Denpasar, Lab/UPF THT FK UNUD RSUP, Denpasar.
14. Mansjoer, A. dkk (2001) Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke3, Jilid pertama,
penerbit Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
15. Suardana, W. (1979), Komplikasi Peradangan Menahun Tonsil, dalam : Masna, P.W.
(ed) Tonsilla Palatina dan Permasalahannya, FK UNUD, Denpasar.
16. Masna, P.W. (1979), Tonsillectomy & Adenoidectomy, dalam : Masna, P.W. (ed)
Tonsilla Palatina dan Permasalahannya, FK UNUD, Denpasar

Anda mungkin juga menyukai