Anda di halaman 1dari 18

LBM 1

JUDUL : AKU MALU...!!


Skenario
Seorang perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan kesulitan saat
berbicara dan menggigit makanan. Pasien belakangan merasa tidak nyaman di
sekitar terlinganya dan cepat lelah. Diketahui bahwa gigi depan ompong. Pada
pemeriksaan IO edentulous anterior dan OHI baik. Pemeriksaan EO tidak
ditemukan kelainan. Dokter gigi melakukan pemeriksaan dan penjelasan tentang
dampak edentulous.

STEP 1
- Edentulous : kehilangan gigi karena penyakit(DM, periodontal, sistemik),
trauma(avulsi) dan terjadi resorpsi tulang karena indikasi pencabutan krn
karies (happy), bisa sebagian/keseluruhan dari gigi permanen (septika)
(asri)
STEP 2
1. klasifikasi edetulous? (happy)
2. apa etiologi dari edentulous? (septika)
3. apa dampak edentulous? (icha)
4. apa hubungannya tidak nyaman pd telinga dengan kehilangan gigi pd
anterior atas? (vivi)
5. mengapa pasien mengeluhkan cepat lelah pd skenario? (dyanti)
6. mengapa pasien mengeluhkan kesulitah berbicara? (Asri)
7. bagaimana penatalaksanaan pd skenario? (Putri)
8. apa saja klasifikasi GTSL ? (elsa)
9. syarat dipasang GTSL ? (adit)
10.indikasi dan kontraindikasi GTSL ? (anugrah)
11.pandangan islam mengenai pemasangan GTSL ? (Anugrah)
1) klasifikasi edetulous? (happy)
2.3 KLASIFIKASI KENNEDY
Pada tahun 1923, Kennedy merancang sebuah sistem yang kemudian
menjadi popular karena sederhana dan mudah diaplikasikan. Kennedy
berupaya untuk mengklasifikasikan lengkung tak bergigi agar dapat
membantu pembuatan desain gigitiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini
membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat kelompok. Daerah tak
bergigi yang berbeda dari keadaan yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu
dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai modifikasi.
Klasifikasi Kennedy :
Klas I
Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
Klas II
Daerah edentulousterletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan
hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral).

Klas III
Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang
(unilateral).

Klas IV
Daerah edentulousterletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada
dan melewati garis median.
2.4 KLASIFIKASI APPLEGATE-KENNEDY
Setelah bertahun-tahun menggunakan dan menerapkan klasifikasi Kennedy,
Applegate menganggap perlu mengadakan perubahan-perubahan tertentu
demi perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan prosedur
klinis dengan pembuatan desain dengan klasifikasi yang dipakai.
Applegate kemudian memperbaiki klasifikasi tersebut yang kemudian dikenal
sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy. Applegate membagi rahang yang
sudah kehilangan sebagian giginya menjadi enam kelas.
Klas I
Daerah edentulous sama dengan klas I Kennedy, terletak di bagian
posterior dari gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang
(bilateral). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah. Secara klinis
dijumpai :
1. Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.
2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas
gigitiruan yang akan dipasang.
3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.
4. Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasidalam berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya 6-10 gigi saja.
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas I yaitu gigitiruan sebagian lepasan
dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Klas II
Daerah edentuloussama seperti klas Kennedy, terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satusisi rahang (unilateral).
Secara klinis dijumpai keadaan :
1. Resorpsi tulang alveolar terlihat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.
4. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka
waktu lama, kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih ggi antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas II yaitu gigitiruan sebagian lepasan
dengan
desain bilateral dan perluasan basis distal.
Klas III
Daerah edentulous sama seperti klas III Kennedy, terletak diantara g igi-gigi
yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya berada pada
salah satu sisi rahang (unilateral). Daerah edentulous paradental dengan
kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada
protesa secara keseluruhan. Secara klinis, dijumpai keadaan :
1. Daerah tak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal, dan atau disertai
goyangnya gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi perawatan prostodontik klas III yaitu gigitiruan sebagian lepasan
dukungan
gigi dengan desain bilateral.
Klas IV
Daerah edentuloussama dengan klas IV Kennedy, terletak pada bagian anterior
dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis median. Pada umumnya
untuk klas ini dibuat gigitiruan sebagian lepasan, bila :
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang.
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak
gigi pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui banyak gigi penyangga, pada
pasien dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan dengan retensi tambahan dari gigi penyangga.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi
faktor esetetik.
Indikasi perawatan prostodontik klas IV yaitu :
1. Gigitiruan cekat (GTC), bila gigi-gigi tetangga masih kuat.
2. Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) dengan desain bilateral dan
dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi.
3. Pada kasus yang meragukan, sebaiknya dibuatkan GTSL.
Klas V
Daerah edentulous berada pada salah satu sisi rahang, gigi anterior lemah
dan tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga atau tidak mampu
menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas,
karena gigi kaninus yang dicabut malposisi atau terjadi kecelakaan.
Indikasi perawatan prostodontik klas V yaitu gigitiruan sebagian lepasan
dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas di bagian anterior.
Klas VI
Daerah edentulousterletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga
dapat digunakan sebagai gigi penyangga.

Biasanya dijumpai keadaan klinis:


1. Daerah edentulousyang pendek.
2. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memungkinkan sebagai
pendukung penuh.
3. Sisa Prossesus alveolarismemadai.
4. Daya kunyah pasien tidak besar.
Indikasi perawatan prostodontik klas VI yaitu:
1. GTC,
2. GTSL dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel).
Klas VII
Edentuous sebagian, semua gigi asli yang tersisa berada padasalah satu sisi
rahang. Kasus ini jarang terjadi, biasanya terjadi pada pasien
hemimaxillectomy dan hemimandibulectomy.

Klas VIII
Edentulous sebagian, semua gigi asli yang tersisa terletak di salah satu
sudut anterior dari rahang. Kasus ini jarang terjadi pada pasien bedah
maxillofacial dan advanced periodontitis.

Selain delapan klas di atas, klasifikasi Applegate-Kennedy juga mengenal


modifikasi untuk daerah edentulous tambahan
2.2 SISTEM KLASIFIKASI MENGGUNAKAN PDI (Prosthodontic Diagnostic
Index )
2.2.1 Sistem Klasifikasi Edentulous Penuh
Klas I
Klas ini mencirikan tahap edentulous yang paling sesuai dirawat
dengan gigi tiruan penuh yang dibuat dengan
teknik gigi tiruan konvensional. Adapun kriteria diagnostik dari klas ini
adalah :
1. Tinggi sisa tulang 21 m yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah
terendah pada radiografik panoramik.
2. Morfologi dari sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan
vertikal basis gigitiruan; RA tipe A.
3. Lokasi perlekatan otot kondusif untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan;
RB tipe A atau tipe B.
4. Hubungan rahang klas I.
Klas II
Secara khas ditandai dengan adanya degradasi fisis anatomi
jaringan pendukung gigitiruan yang berkelanjutan.
Klas ini juga ditandai dengan adanya kemunculan dini interaksi penyakit-
penyakit sistemik serta ditandai dengan
adanya penatalaksanaan pasien spesifik dan pertimbangan-pertimbangan
gaya hidup. Kriteria diagnostik dari klas
ini adalah :
1. Tinggi sisa tulang 16-20 mm yang diukur pada tinggivertikal rahang
bawah terendah pada radiografi panoramik.
2. Morfologi sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertikal
basis gigitiruan; rahang atas tipe A
atau tipe B.
3. Lokasi perlekatan otot sedikit mempengaruhi retensidan stabilitas gigi
tiruan; rahang bawah tipe A atau tipe B.
4. Hubungan rahang klas I.
5. Adanya sedikit perubahan kondisi, pertimbangan psikososial dan
penyakit sistemik ringan yang bermanifestasi
pada rongga mulut.
Klas III
Klas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur
pendukung gigitiruan untuk memungkinkan
diperolehnya fungsi gigi tiruan yang adekuat. Kriteria diagnostik dari klas
ini yaitu :
1. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggivertikal
rahang bawah terendah pada radiografik
panoramik.
2. Morfologi sisa lingir sedikit berpengaruh dalam menahan pergerakan
horizontal dan vertikal basis gigitiruan;
rahang atas tipe C.
3. Lokasi perlekatan otot cukup berpengaruh terhadap retensi dan
stabilitas gigitiruan; rahang bawah tipe C.
4. Hubungan rahang klas I, II atau III.
5. Kondisi-kondisi yang membutuhkan perawatan gigitiruan :
a) Prosedur modifikasi jaringan keras minor, termasuk di dalamnya
alveoplasti.
b) Pemasangan implan sederhana; tidak membutuhkan augmentasi.
c) Pencabutan beberapa gigi yang menghasilkan edentulous penuh untuk
pemasangan gigitiruan immediate.
d) Keterbatasan ruang antar rahang 18-20 mm.
6. Pertimbangan psikososial tingkat sedang dan/atau manifestasi
penyakit sistemik atau kondisi-kondisi seperti
xerostomiadalam tingkatan sedang.
7. Gejala-gejala TMD.
8. Lidah besar (memenuhi ruang interdental) dengan atau tanpa
hiperaktivitas.
9. Hiperaktivitas refleks muntah.
Klas IV
Klas ini mewakili kondisi edentulousyang paling buruk. Pembedahan
rekonstruksi harus selalu diindikasikan tetapi
tidak selamanya dapat dilakukan karena tidak menguntungkannya
kesehatan pasien, minat, riwayat dental, dan
pertimbangan finansial. Jika pembedahan revisi bukan salah satu
pilihan, maka teknik gigitiruan khusus harus
dilakukan untukmendapatkan hasil yang adekuat.
1. Tinggi vertikal 10 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang
bawahterendah pada radiografi panoramik.
2. Hubungan rahang klas I, II atau III.
3. Sisa lingir sama sekali tidak dapat menahan pergerakan horizontal
maupun vertikal, rahang atas tipe D.
4. Lokasi perlekatan otot dapat diperkirakan berpengaruh terhadap retensi
dan stabilitas gigitiruan, rahang bawah
tipe D atautipe E.
5. Kondisi utama yang membutuhkan pembedahan praprostodontik :
a) Pemasangan implan kompleks, augmentasidibutuhkan.
b) Koreksi kelainan-kelainan dentofasialsecara bedah dibutuhkan
c) Augmentasijaringan keras dibutuhkan.
d) Revisi jaringan lunak mayor dibutuhkan yaitu perluasan vestibulum
dengan atau tanpa pencangkokan jaringan
lunak.
6. Riwayat parasthesiaatau disesthesia.
7. Ketidakcukupan ruang antar rahang yang membutuhkan pembedahan
koreksi.
8. Defek maksilofasialyang bersifat kongenital atau didapatkan.
9. Manifestasi penyakit sistemik yang parah pada rongga mulut.
10. Ataxia maksillomandibular.
11. Hiperaktivitas lidah yang mungkin disebabkan oleh retraksi posisi lidah
dan atau morfologi yang berhubungan.
12. Hiperaktivitas refleks muntah yang ditatalaksana dengan pengobatan.
13. Pasien kambuhan (pasien yang melaporkan keluhan-keluhan kronik
setelah menjalani terapi yang sesuai), yang
terus mengalami kesulitan dalam mendapatkan apa yang diharapkannya
dari perawatan sekalipun perawatan telah
dilakukan selengkap mungkin atau sesering mungkin.
14. Kondisi psikososial yang membutuhkan perawatan profesional.
2.2.2 Sistem Klasifikasi Edentulous Sebagian
Klas I
Klas ini ditandai dengan keadaan yang ideal atau sedikit buruk dari lokasi
dan perluasan daerah edentulous(yang
dibatasi lengkung rahang tunggal), kondisi gigi penyangga,
karakteristik oklusi dan kondisi residual ridge.
Keempat kriteria diagnostik tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousyang ideal dan sedikit buruk :
a) Daerah edentulousterletak pada 1 lengkung rahang.
b) Daerah edentuloussedikit buruk sebagai dukungan fisiologis gigi
penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang
tidak melebihi dua gigi insisivus, beberapa
gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus yang
hilang, atau beberapa gigi posterior yang
tidak melebihi satu premolar dan satu molar.
2. Kondisi gigi penyangga yang ideal atau sedikit buruk, yang tidak
membutuhkan terapi prostetik.
3. Oklusi yang ideal atau sedikit buruk yang tidak membutuhkan terapi
prostetik.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas I.
Klas II
Klas ini ditandai dengan keadaan yang cukup buruk dari lokasi dan
perluasan daerah edentulouspada kedua
lengkung rahang, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan terapi
lokal tambahan, karakteristik oklusi yang
membutuhkan terapi lokal tambahan dan kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulouscukup buruk :
a) Daerah edentulousterdapat pada satu atau kedua lengkung rahang.
b) Daerah edentulouscukup buruk sebagai dukungan fisiologis gigi
penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang
tidak melebihi dua gigi insisivus, beberapa
gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi insisivus
yanghilang atau beberapa gigi posterior
(rahang atas atau rahang bawah) yang tidak melebihi dua premolar atau
satu premolar dan satu molar atau beberapa
gigi kaninus yang hilang (rahang atas ataurahang bawah).
2. Kondisi gigi penyangga cukup buruk :
a) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi tidak cukup untuk
menahan struktur gigi atau sebagai dukungan
restorasi intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi membutuhkan terapi lokal
tambahan.
3. Oklusi cukup buruk :
Koreksi oklusi membutuhkan terapi lokal tambahan.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas II.
Klas III
Klas ini ditandai dengan keadaan yang buruk dari lokasi dan
perluasan daerah edentulouspada kedua lengkung
rahang, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan lebih banyak
terapi lokal tambahan, karakteristik oklusi
membutuhkan penyesuaian kembali tanpa mengubah dimensi vertikal dan
kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousburuk :
a) Daerah edentulousterdapat pada satu atau kedua lengkung rahang.
b) Daerah edentulousburuk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga.
c) Daerah edentulousmencakup beberapa gigi posterior rahang atas atau
rahang bawah lebih banyak daripada tiga
atau dua gigi molar, tiga gigi atau lebih pada daerah edentulousanterior
dan posterior.
2. Kondisi gigi penyangga buruk :
a) Gigi penyangga pada tiga sisi tidak cukup untuk menahan
struktur gigi atau sebagai dukungan restorasi
intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada tiga sisi membutuhkan lebih banyak terapi
lokal tambahan (misalnya prosedur
periodontal, endodontik atau ortodontik).
c) Gigi penyangga mempunyai prognosis sedang.
3. Oklusi buruk :
Membutuhkan penyesuaian ulang oklusi tanpa diikuti oleh perubahan
dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas III.
Klas IV
Klas ini ditandai dengan keadaan yang sangat buruk dari lokasi dan
perluasan daerah edentulousdengan prognosis
terpimpin, kondisi gigi penyanggayang membutuhkan terapi lokal
tambahan yang besar, karakteristik oklusi
membutuhkan penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah dimansi
vertikal dan kondisi residual ridge.
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulousburuk :
a) Daerah edentulousyang luas dan bisa terdapat pada kedua lengkung
rahang.
b) Daerah edentulousburuk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga
untuk menegakkan diagnosis terpimpin.
c) Daerah edentulousmencakup kerusakan maksilofasial kongenital atau
yang didapat.
2. Kondisi gigi penyangga buruk :
a) Gigi penyangga pada empat sisi tidak cukup untuk menahan
struktur gigi atau sebagai dukungan restorasi
intrakorona atau ekstrakorona.
b) Gigi penyangga pada empat sisi membutuhkan terapi lokal tambahan
yang lebih besar.
3. Oklusi buruk : Diperlukan rencana penyesuaian ulang oklusi dengan
mengubah dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridgesama dengan kondisi edentuloustotal klas IV.
2) apa etiologi dari edentulous? (septika)
- karies : bisa menyebabkan pulpitis kronis, kl gabisa
PSA nanti dicabut, nekrosis juga bisa dicabut
- trauma : avulsi(lepas dr soket)
- penyakit periodontal (vivi)
- penyakit sistemik : DM menyebabkan peningkatan mobilitas, lebih
rentan thdp penyakit periodontal (asri, dyanti)
- (Asri)
- tidak ada benih
etiologi di skenario : Trauma
3) apa dampak edentulous? (icha)
- kesulitah mengunyah,
- kesulitah berbicara : pd anterior(f,v,t sulit berbicara pd huruf tsb)
(elsa) pd dentolabial, dentolingual (asri) . gigi anterior : organ fonetik
(dyanti).
- gangguan TMD krn overclosure (vivi)
- erupsi berlebih gaada gigi antagonisnya (putri). Bisa melibatkan
pertumbuhan tul.alveolar (susah dibuat gigi tiruan menyebabkan
ekstrusi sehingga menyebabkan mobilitas shg menyebabkan susah
membuat gigi tiruan)(icha) tidak melibatkan pertumbuhan tul.alveolar
(ekstrusi) (vivi)
- gigi sebelahnya rotasi, migrasi
- estetik buruk , juga berdampak pd wajah, dan otot mastikasi(happy)
- kebersihan mulut buruk (adit)
- atrisi : parafungsional (traumatik oklusi)
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli menerima
beban berlebih, tidak akan mengalami
kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa
berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga
dalam jangka waktu panjang akan mengalami penurunan dimensi
vertikal wajah pada saat gigi geligi dalam
keadaan oklusi sentrik.
- emosional (estetik, ada hub dg TMD keradangan pd TMJ)
- fungsional (gangguan tmd, gigi posterior yg digunakan untuk mastikasi yg
digunakan pada 1 sisi saja) (septika)
- penurunan tul alveolar dan terganggunya jar periodontal
- penurunan energi kunyah
- kehilangan gigi caninus : menyebabkan perubahan pd vertikal,
menyebabkan clicking
- penyakit sistemik : OH buruk MO meningkat(mengubah nitrat menjadi
nitrit)
4) apa hubungannya tidak nyaman pd telinga dengan kehilangan gigi pd
anterior atas? (vivi)
gigi antagonis gaada mastikasi gaada lawannya menyebabkan TMD
menyebabkan dislokasi(proc, condylus di depan eminensia dan gabisa
kembali hanya bisa oleh dokter) kedepan menyebabkan clicking dan
sakit(icha) (asri)
kurang nyaman karena ada rasa nyeri pd TMJ , dan terjadi hiperaktivasi
dari ototnya nantinya akan bisa menyebabkan iskemik
gigi anterior gaada mastikasi yg harusnya ada keseimbangan oklusal
jadi gaada bibir atas lebih kedalem dan dagu lebih kedepan untuk
menyeimbangan oklusi , jika oklusi gaseimbang nnt mempengaruhi
gangguan pd TMJ shg menyebabkan rasa tidk nyaman pd depan
telinga menyebabkan krepitasi dan clicking
5) mengapa pasien mengeluhkan cepat lelah pd skenario? (dyanti)
cepat lelah dibagian otot mastikasi pd menggigit makanan , otot saat
menutup/menggigit lebih banyak jika ditambahain ketidakseimbangan
oklusi shg cepat lelah (asri) (icha)
jika hiper membutuhkan nutrisi lebih banyak penumpukan asam
laktat kelelahan
kesutilan menggigit nutrisi berkurang mudah lelah
(krn gigi anterior untuk memotong makanan shg menyebabkan gigi yg
tersisa itu akan bekerja lebih keras lagi shg mudah lelah untuk
menggantikan fungsi gigi yg hilang tsb) (septika)
6) mengapa pasien mengeluhkan kesulitah berbicara? (Asri)
(bibir, gigi, lidah) jika gigi ant hilang maka akan menyababkan kesulitan
berbicara pd (f,v) (elsa)
Gigi sebagai alat yg pasif (ex: labiodental pd gigi ant hilang shg lidah
tidak ada tahanan sehingga susah membunyikan huruf, f,v) (adit)
Gigi ant untuk pengucapan tertentu butuh kontak antara lidan dan gigi ant
dan juga gigi ant juga mempunyai fungsi fonetik(dyanti)
7) bagaimana penatalaksanaan pd skenario? (Putri)
gigi anterior kelas IV digunakan :
- GTSL ,
- cekat (sedikit resorpsi tul.alveolar) (asri)
- Gigi tiruan cekat (septika)
- Dironsen dulu supaya tahu kondisi rahang , resorpsi tulang, dll
- Jika terjadi kelainan pd tul alveolar/telah resopsi dilakukan bone graft dulu
laluu baru dibuatkan gigi tiruan (happy)
PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN
A.Kunjungan Pertama
1.Anamnesa Indikasi
2.Membuat Studi Model
a.Alat : Sendok cetak nomor dua
b.Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
c.Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : RB : di kanan depan pasien
Posisi pasien : RB : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai
posisi mulut setinggi siku operator.
d.Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat
dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian
dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi
ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu
dilakukan muscle triming agar bahan
cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting,
kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan
dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-
boxing.
B.Kunjungan Kedua
1.Membuat work model
a.Alat : sendok cetak fisiologis
b.Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
c.Metode mencetak : mucocompresi
d.Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Posisi operator di
samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke
dalam mulut, sehingga garis tengah sendok
cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar
sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir
dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis,
tengah dan kelingking turut menekan
sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U
dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan
untuk membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke
dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien
diinstruksikan untuk menjulur lidah dan
mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan
mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
2.Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan
dengan melakukan survey model terlebih
dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan berada
nantinya.
3.Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang
dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.
C.Kunjungan Ketiga
1.Try in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2.Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan
yang tepat dari model RA dan RB sebelum
dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita
buat tadi ditambahkan dua lapis malam
merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.
Malam merah dilunakkan kemudian pasien
diminta mengigit malam tersebut.
3.Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita
dapatkan tadi.
4.Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi
posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan
ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan
untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan
dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat
oklusi yang seimbang. Malam dibentuk
sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.
D.Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1.Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya
pada bagian yang perlu saja).
2.Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal.
Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
a.Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan
dengan membarana mukosa di
bawahnya.
b.Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik
terutama diperoleh dari lengan traumatic yang menempati undercut gigi
abutment.
3.Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal.
Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi.
Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan
cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian.
Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergeseran pada saat tes ini.
4.Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior. caranya dengan memakai
kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian
pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta melakukan
gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan
normal terlihat warna yang tersebar
secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata
pada oklusal gigi maka dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective
grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan
sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL
(pengurangan bagian mesial gigi RA dan
distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
1.Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai
gigi tiruan tersebut terus menerus selama
beberapa waktu agar pasien terbiasa.
2.Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum
dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat
sampai bersih.
3.Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan
direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi
tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
4.Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
5.Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera
kontrol.
6.Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
E.Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Tindakan yang perlu dilakukan :
1.Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
2.Pemeriksaan objektif
a.Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b.Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
c.Melihat posisi cangkolan.
d.Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e.Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
8) apa saja klasifikasi GTSL ? (elsa)
Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
GTSL dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan
beberapa hal, yaitu :
1.Berdasarkan jaringan pendukungnya
a.GT dukungan mukosa, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan
dari jaringan mukosa.
b.GT dukungan gigi, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari
gigi asli.
c.GT dukungan mukosa dan gigi, yaitu gigi tiruan yang mendapat
dukungan dari mukosa dari gigi asli.
2.Berdasarkan saat pemasangannya :
a.Immediate prothesa, dipasang segera setelah pencabutan
b.Conventional prothesa, dibuat setelah gigi lama dicabut
3.Berdasarkan ada tidaknya wing
a.Open face denture, tanpa wing pada bagian bukal dan labial, biasanya
untuk anterior.
b.Close face denture, memakai wing pada bagian bukal, biasanya untuk
posterior.
4.Pembagian gigi tiruan sebagian berdasarkan bahan yang digunakan
menurut Soelarko dan Wachijati
(1980) adalah :
a.Frame denture
Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
kerangka logam tuang dan bagian sadel terdiri
dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
b.Acrylic denture
Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya terdiri
dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
c.Vulkanite denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
karet yang dikeraskan sebagai basis gigi
tiruan serta elemen gigi tiruan.
Kennedy (1923) mengklasifikasikan GTSL, berdasarkan letak sadel dan
free end:
Klas I Adanya ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end), mempunyai
daerah tanpa gigi di belakang gigi yang
tertinggal pada sebuah sisi rahang.
Klas II Adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free end), mempunyai
daerah tanpa gigi di belakang gigi yang
tertinggal pada satu sisi rahang saja.
Klas III Bila tidak ada ujung bebas (free end), mempunyai gigi yang
tertinggal di bagian belakang kedua sisi.
Klas IV Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati median line.
Bila terdapat daerah tidak bergigi
tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak
ada modifikasi.
Miller Mengklasifikasikan Berdasarkan Letak Cangkolan
Klas I Ada dua cangkolan yang lurus berhadapan dan tegak lurus median
line
Klas II Ada dua cangkolan yang letaknya diagonal
Klas III Ada tiga cangkolan yang membentuk segitiga di tengah prothesa
bila dihubungan dengan garis.
Klas IV Ada empat cangkolan yang membentuk segi empat di tengah
prothesa bila dihubungan dengan garis.
Cummer Mengklasifikasikan berdasarkan letak cangkolan
Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan berhadapan
diagonal
Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang berhadapan tegak
lurus
Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang
Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun segiempat
9) syarat dipasang GTSL yang baik? (adit)
- tidak mengiritasi
- tidak toksik
- tidak menyebabkan alergi
- estetik bagus
- distribusi tekanan kunyah yg luas
- tekanan kanan dan kiri harus sama (elsa)
10) indikasi dan kontraindikasi GTSL ? (anugrah)
INDIKASI
- GTSL :pd oh yg buruk (putri)
- Gigi abutmen masih sehat (elsa)
- Kehilangan gigi 1 atau lebih
- Jika pasien membutuhkan estetik (adit)
- Jika pasien membutuhkan gigi dg segera setelah pencabutan
- Pasien dg keadaan tul alveolar masih baik
- Pasien yg dipasang itu mempunyai keinginan yg baik (icha)
- Jika tidak memungkinkan dipasang GTC dan tidak adanya gigi penyangga
disebelah distal (septika)
KONTRAINDIKASI
- ukuran yg tidak sesuai maka menyababkan iritasi dan tidak nyaman
- untuk cekat maka lebih gampang banyak tertimbun plak karena self
cleansing kurang(happy)
- jika alergi bahan denture
- gigi abutmen sudah tidak sehat
- pasien kurang kooperative
- usia lanjut
- pasien yg punya penyakit sistemik

11) pandangan islam mengenai pemasangan GTSL ? (Anugrah) hadits


jika memperbaiki fungsi gigi itu boleh, jika mengubah bentuk maka tidak
boleh(icha)
selama tidak mengubah tampilan itu tidak apa2 dan berfungsi untuk
mengembalikan fungsi (asri)
tergantung bahan denturenya (yg halal toyyiban) (happy)

Pertama, hadis dari Urfujah bin Asad radhiyallahu anhu,

Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman
jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah
membusuk. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkannya
untuk menggunakan tambal hidung dari emas. (HR. An-Nasai 5161, Abu Daud
4232, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Kedua, hadis dari Ibn Abbas radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan,

Dilaknat : orang yang menyambung rambut, yang disambung rambutnya, orang


yang mencabut alisnya dan yang minta dicabut alisnya, orang yang mentato dan
yang minta ditato, selain karena penyakit. (HR. Abu Daud 4170 dan dishahihkan
Al-Albani).

Dalam riwayat lain, dari Ibn Masud radhiyallahu anhu, beliau mengatakan,


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir
gigi, menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad
3945 dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut).

As-Syaukani mengatakan,

) (

Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali karena penyakit menunjukkan


bahwa keharaman yang disebutkan, jika tindakan tersebut dilakukan untuk
tujuan memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit atau
cacat, karena semacam ini tidak haram. (Nailul Authar, 6/244).

Berdasarkan keterangan di atas disimpulkan, semua intervensi luar yang


mengubah keadaan tubuh kita hukumnya dibolehkan jika tujuannya dalam
rangka pengobatan, atau mengembalikan pada kondisi normal. Dan ini tidak
termasuk mengubah ciptaan Allah yang terlarang.

Lajnah Daimah untuk Fatwa dan Penelitian Islam, mendapat pertanyaan tentang
hukum mencabut gigi yang rusak dan diganti dengan gigi palsu. Apakah
termasuk mengubah ciptaan Allah?

Jawaban Lajnah:

Tidak masalah mengobati gigi yang rusak atau cacat, dengan gigi lain, sehingga
bisa menghilangkan resiko sakit, atau melepasnya kemudian diganti gigi palsu,
jika dibutuhkan. Karena semacam ini termasuk bentuk pengobatan yang mubah,
untuk menghilangkan madharat. Dan tidak termasuk mengubah ciptaan Allah,
sebagaimana yang dipahami penanya. (Fatawa Lajnah, 25/15).

Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Imam Ibn Utsaimin. Beliau ditanya
tentang hukum gigi palsu, untuk menggantikan gigi yang rontok.
Read more https://konsultasisyariah.com/19582-hukum-gigi-palsu.html

Anda mungkin juga menyukai