SAIFUR ROHMAN
SKRIPSI
SAIFUR ROHMAN
C54080071
RINGKASAN
Saifur Rohman. Aplikasi Multibeam dan Side Scan Sonar untuk Mendeteksi
Target Runtuhnya Jembatan Kartanegara di Kutai Kalimantan Timur.
Dibimbing Oleh Henry M. Manik dan Djoko Hartoyo
Keyword: Suspension bridge, Multibeam and Side Scan Sonar, Data acquisition,
Bathymetry and target.
Hak cipta milik Saifur Rohman, tahun 2012
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
APLIKASI MULTIBEAM DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK
MENDETEKSI TARGET RUNTUHNYA JEMBATAN
KARTANEGARA DI KUTAI KALIMANTAN TIMUR
SAIFUR ROHMAN
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas semua
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
Muhammad S.A.W yang telah menjadi panutan dan tauladan yang baik bagi kita
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Henry M. Manik, S.Pi, M.T dan Ir. Djoko Hartoyo, M.Sc
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc selaku ketua Departemen
3. Kedua orang tua penulis, (alm) Bapak Suparlan Sastroimun dan Ibu Sutiah
beserta semua keluarga besar penulis atas segala doa, nasehat, dan
motivasinya.
4. Bapak Dr. Ir. H. Rachmat Pambudy, M.S dan Dr. Mukhlas Ansori, M.S.
atas segala bantuan dan bimbingannya selama kuliah di IPB yang tak akan
terlupakan.
5. Ibu Meutia Samira Ismet, S.Si, M.Si atas bimbingannya selama di
Departemen ITK.
8. Bapak Dwi Haryanto, Bang Gugum Gumbira, dan seluruh Tim IDBC
Gdg. 1 Lt. 20 atas bantuan dan pengalaman yang telah diberikan kepada
penulis.
9. Teman-teman khususnya warga ITK 45 dan warga ITK, terima kasih atas
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI. i
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN vi
1. PENDAHULUAN. 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Persamaan SONAR.... 3
2.2. Aplikasi Teknologi Akustik Bawah Air. 6
2.3. Prinsip Kerja Multibeam Sonar.. 8
2.4. Spesifikasi Reson Hydrobat 11
2.5. Prinsip Kerja Side Scan Sonar 12
2.6. Spesifikasi SSS Edge 4200. 14
2.7. Kalibrasi Data. 15
2.7.1. Kalibrasi waktu tunggu (time delay/latency)... 15
2.7.2. Kalibrasi roll... 16
2.7.3. Kalibrasi pitch. 17
2.7.4. Kalibrasi yaw (Azimuthal)... 18
2.8. Kecepatan gelombang suara (Sound Velocity).... 19
2.9. Koreksi Data SSS... 21
2.10. Sensor CodaOctopus F 180 23
2.11. Interpolasi Circular dan Matrix. 23
2.11.1. Interpolasi circular.. 23
2.11.2. Interpolasi matrix. 24
2.12. Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 24
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN... 66
Halaman
Halaman
8. Rotasi dan sudut dari gerakan kapal roll, pitch, dan yaw. 15
21. Offset kapal dari instalasi peralatan survei, tampak atas (a) dan
tampak samping (b) 30
28. Topografi dasar 2D (a) dan 3D (b) dari sungai Mahakam di lokasi
penelitian dengan menggunakan software PDS2000.. 42
36. Grafik hubungan waktu dan amplitudo dari target rangka jembatan,
Gundukan kecil, bentuk kotak/persegi, benda bertali, dan target
bentuk tali. 61
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk mendeteksi
atau menemukan objek yang secara khusus berada di laut (Hansen, 2011).
melakukan pemetaan tiga dimensi terhadap dasar laut (Medwin dan Clay, 1998).
Titik-titik kedalaman yang rapat dapat diukur oleh multibeam secara simultan,
cepat, dan memiliki keakuratan yang tinggi, di mana hal ini tidak dapat dilakukan
melakukan pemindaian dasar laut dengan akurasi yang sangat tinggi dan cakupan
yang luas (Anderson et al., 2008) juga mampu menghasilkan informasi berupa
Side scan sonar adalah instrumen yang digunakan dalam survei untuk
melakukan pencitraan dasar laut (Tritech International Limited, 2008). Side scan
gambar dua dimensional permukaan dasar laut dengan kondisi kontur, topografi,
dan target secara bersamaan. Instrumen ini mampu membedakan besar kecil
partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur, pasir, kerikil, atau
1
2
meter, dengan bentang bebas atau area yang tergantung tanpa penyangga
mencapai 270 meter. Jembatan ini merupakan sarana penghubung antara kota
penyebab musibah itu. Berbagai alat survei pun dikerahkan untuk meneliti
kondisi jembatan pascabencana itu, termasuk tim dari Balai Teknologi Survei
dan Side Scan Sonar untuk mendeteksi target runtuhnya Jembatan Kartanegara di
1.2. Tujuan
hasil pengolahan data dari Multibeam dan Side Scan Sonar pada pendeteksian
Kalimantan Timur.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jaya (2011) menjelaskan bahwa suara terbentuk dari gerakan molekul suatu
bahan elastik. Oleh karena bahan tersebut elastik, maka gerak partikel dari bahan
sumber suara akan memicu gerak partikel di dekatnya. Gerak partikel sejajar
dengan arah perambatan ketika di dalam medium air. Kemudian, karena air
dideteksi oleh hidrofon yang peka terhadap tekanan. Tekanan gelombang suara ini
dalam air membawa energi mekanik dalam bentuk energi kinetik dari partikel
yang sedang bergerak ditambah dengan energi potensial yang ada dalam medium
elastik. Dalam perambatan gelombang suara, sejumlah energi per detik akan
mengalir melewati satuan luasan tertentu yang tegak lurus dengan arah
perambatan. Jumlah energi per detik yang melintasi satuan luasan tertentu disebut
Gambar 1. Bidang pandang dan resolusi dalam pencitraan sonar (Hansen, 2011).
4
Urick (1983) dalam Jaya (2011) secara sederhana, sistem deteksi dan
antara bagian dari sinyal yang diterima, yang diinginkan (disebut sinyal) dan
bagian yang tidak diinginkan (disebut derau atau noise), tergantung fungsi sonar
tertentu yang diterapkan. Maksudnya, bagi operator sonar kapal selam, suara paus
atau lobster merupakan derau karena suara-suara ini dapat mengacaukan sistem
deteksi kapal selam sehingga tidak diinginkan. Sementara bagi peneliti, perilaku
mamalia atau biota laut, seperti suara paus atau lobster adalah suara yang
bawah air cukup kompleks, rumit, dan bersifat probabilistik. Persamaan sonar
loss/TL), aras reverberasi (reverberation level/RL), dan aras derau latar atau
target (target strength/TS) dan aras sumber suara (target source level/SL s ); dan
threshold/DT).
pulsa suara. Apabila mengenai target maka suara tersebut akan dipantulkan atau
di mana posisi sumber suara dan penerima suara terletak pada posisi yang sama,
5
gelombang suara yang berasal dari target dikembalikan tepat ke arah posisi
SL- 2 TL + TS = NL DI + DT (1)
Sementara untuk kasus bistatik, arah perambatan gelombang suara (ke dan
dari target) umumnya tidak sama. Kemudian, apabila suara latar belakang bukan
DI perlu diganti dengan aras reverberasi RL yang diamati pada penerima suara
SL 2 TL + TS =RL + DT(2)
transduser, piranti yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
frekuensi berganda dan sistem side scan ini melahirkan sistem berkas gelombang
6
suara berganda (multibeam system) yang sangat tajam mendeteksi kontur dasar
yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat (real time), dan secara langsung di
wilayah deteksi (in situ), serta tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti
(friendly) pada frekuensi tertentu, karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh
solusi yang cepat dan efektif untuk menduga objek yang ada di bawah air
Manik et al. (2006) kegunaan lain dari akustik bawah air laut (lumpur, pasir,
kerikil, karang dan sebagainya) dan untuk penentuan kontur dasar laut. Beberapa
Depth Echo Sounder, di mana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan
waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Pertimbangan sistim Side-
Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat
dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan
profilers).
Profilers)
lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk
tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Peta dasar laut yang lengkap dan
bawah dasar laut dan kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah
dasar laut.
Simmonds dan MacLennan (2005) menjelaskan ada dua jenis dari sonar
yaitu pasif dan aktif. Aktif sonar mentransmisikan sinyal akustik dan mendeteksi
pantulan dari objek di dalam air. Pasif sonar tidak mentransmisikan sinyal akustik,
tetapi hanya mendeteksi sumber suara yang berasal dari objek yang diamati. Pada
prinsip yang sama dengan single beam namun perbedaannya terletak pada jumlah
beam yang dipancarkannya lebih dari satu dalam satu kali pancar. Berbeda dengan
Side Scan Sonar pola pancaran yang dimiliki multibeam sonar melebar dan
melintang terhadap badan kapal. Setiap beam memancarkan satu pulsa suara dan
multibeam sonar terdiri dari serangkaian elemen yang memancarkan pulsa suara
dalam sudut yang berbeda. Biasanya hanya satu beam yang ditransmisikan tetapi
suara yang dipantulkan tergantung kepada metode kalibrasi terhadap gerak kapal
Multibeam sonar.
9
laut dengan akurasi yang sangat tinggi, cakupan yang luas, dan pencitraan tiga
kembali (Gambar 4) dibagi dengan dua kali waktu yang dibutuhkan dalam
perambatan.
R = (1/2) c. t .(3)
dari berbagai kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan tersebut dapat berasal
pengukuran, offset dan posisi kapal, dan sinkronisasi waktu (diperlukan karena
jenis peralatan yang banyak dan berbeda dan harus terintegrasi dalam satu satuan
adalah kecepatan gelombang suara, pasang surut, dan offset dan posisi kapal
kedalaman), yaitu orde khusus, orde 1, orde 2, dan orde 3. Pada penelitian ini
hanya dibahas orde 1 dikarenakan wilayah penelitian masuk pada orde 1 yaitu
perairan yang memiliki kedalaman kurang dari 100 meter, yang diperuntukkan
dan daerah pantai dengan lalu lintas komersial yang padat, di mana kedalaman di
bawah lunas kapal cukup memadai dan kondisi fisik dasar yang tidak begitu
= + {a 2 + (b x d ) 2}(4)
Gambar 5. Perbandingan standar akurasi kedalaman dari setiap orde (IHO, 1998)
HydroBat adalah multibeam yang beroperasi pada frekuensi 160 kHz yang
mencakup luas petak 4 kali dari kedalamannya, jumlah beam 112, lebar sapuan
1200, minimum range 1 meter dan maksimum range 200 meter, ping rata-rata 20
Hz+, memiliki stabilitas roll, dan merupakan transduser tunggal yang terintegrasi
dengan mudah dapat digunakan ke sisi perahu kecil atau permanen dipasang
sesuai kebutuhan. Autopilot maju, tingkat ping tinggi dan kombinasi amplitudo
dan fase mendeteksi bawah air, HydroBat menghasilkan data batimetri kualitas
ideal untuk pelabuhan, operasi survei pelabuhan dan perairan pantai di mana biaya
bebas gangguan & integrasi. HydroBat didukung oleh pelayanan terbaik dan lebih
(www.reson.com).
12
yang diarahkan pada satu sisi ke sisi lainnya, sehingga kita dapat melihat kedua
sisi, memetakan semua area penelitian secara efektif dan menghemat waktu
Inc, 2003). Instrumen ini mampu membedakan besar kecil partikel penyusun
permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur, pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar
membedakan kenampakan bentuk dasar laut atau objek di dasar laut. Material
seperti besi, bongkahan, kerikil, atau batuan vulkanik sangat efisien dalam
merefleksikan pulsa akustik (backscatter kuat). Sedimen halus seperti tanah liat,
lumpur, tidak merefleksikan pulsa suara dengan baik (lemah). Reflektor kuat akan
pengguna SSS dapat menguji komposisi dasar laut atau objek dengan mengamati
Side Scan Sonar (SSS) dapat dipasang pada lunas kapal atau ditarik di
belakang kapal. Ilustrasi pemasangan SSS menggunakan towed body dapat dilihat
pada Gambar 6 (a). Pada gambar tersebut terlihat bahwa SSS mentransmisikan
pulsa akustik secara menyamping terhadap arah perambatan. Dasar laut dan objek
Instrumen SSS mendekati objek tiga dimensi dan menampilkan objek tersebut
13
dalam bentuk citra dua dimensi. Oleh karena itu, SSS tidak hanya menampilkan
Keterangan pada Gambar 6 adalah (1) nilai kedalaman dari lintasan akustik,
(2) sudut beam vertikal, (3) jarak akustik maksimum, (4) lebar sapuan lintasan
dasar laut, (5) jarak SSS dengan permukaan air, (6) jarak pemisah antara port
channel dan starboard channel, (7) lebar beam horisontal, (8) panjang bayangan
akustik yang disesuaikan dengan tinggi target, (A) area sebelum pengambilan first
bottom (pada daerah ini tidak ada suara yang dihamburkan dan ditandai dengan
warna hitam), (B) dan (F) tekstur dasar laut, (C) sudut objek yang bersifat sangat
memantulkan dengan intensitas yang paling terang, (D) objek yang memantulkan,
dan (E) bayangan dari target akustik (tidak ada pantulan disini). Gambar 7
merupakan geometri tinggi target dari side scan sonar, di mana Hf : tinggi
towfish dari dasar perairan, Ht : tinggi target, Ls : panjang bayangan dari target,
dan offset : jarak horisontal target dasar laut dengan titik di bawah towfish.
(a) (b)
Gambar 6. Ilustrasi (a) pendektesian objek oleh SSS, (b) pembentukan objek dan
bayangan pada SSS (Tritech International Limited, 2008).
14
Gambar 7. Geometri tinggi target dari side scan sonar (EM, 2002).
Edgetech 4200 adalah side scan sonar yang serba guna, sistem sonar yang
dapat dikonfigurasi untuk hampir semua aplikasi survei dari dangkal hingga
operasi perairan dalam dengan jangkauan operasi 100 kHz; 500 m, 300 kHz; 230
m, 400 kHz; 150 m, 600 kHz; 120 m, 900 kHz; 75 m. Instrumen ini menghasilkan
citra resolusi tinggi dan dapat dioperasikan pada maksimum kedalaman 2000
meter, sehingga menghemat biaya yang dihabiskan untuk survei yang relatif
mahal.
Salah satu fitur unik dari 4200 adalah teknologi opsional Multi-Pulse (MP),
yang menempatkan dua pulsa suara di dalam air bukan satu pulsa seperti sistem
side scan sonar konvensional dan memiliki sensor standar heading, pitch dan roll.
Hal ini memungkinkan Edgetech 4200 dapat dipakai dengan kecepatan hingga 10
kecepatan derek normal, sehingga memungkinkan untuk deteksi target yang lebih
biasanya berkaitan dengan offset kapal dan gerakan kapal ( roll, pitch, dan yaw)
( Gambar 8 ).
Gambar 8. Rotasi dan sudut dari gerakan kapal roll, pitch, dan yaw (L-3 C
SeaBeam Instruments, 2000)
ditentukan terlebih dahulu sebelum kalibrasi pitch dan kalibrasi roll ditentukan
yang diterima kembali sehingga waktu yang diterima multibeam cenderung lebih
waktu tunggu atau yang lebih dikenal sebagai kalibrasi time delay digunakan
bernilai antara 0,2 - 1 detik dan kondisi ini menyebabkan kesalahan pada posisi
yang dipengaruhi oleh kecepatan kapal. Time delay dikatakan akurat apabila dapat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalibrasi waktu tunggu (time delay)
Kalibrasi ini digunakan untuk mengoreksi gerakan oleng kapal pada arah
sumbu x. Kalibrasi terhadap gerakan roll (Gambar 10) sangat diperlukan karena
17
pengaruhnya yang sangat besar pada wilayah laut dalam. Untuk melakukan
kalibrasi roll, harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kapal melintasi jalur
yang sama dengan arah yang berlawanan, melintasi dasar laut dengan relief datar.
Sudut kecil (<30) roll offset dapat dihitung dengan persamaan berikut:
r = tan-1[(d z / d a )/2].(6)
Kalibrasi yang dilakukan karena gerakan kapal naik turun (Gambar 11).
Kalibrasi ini ditentukan dari dua pasang garis (line survey) kapal yang melintasi
jalur sama dengan arah yang berlawanan, melintasi dasar laut dengan relief yang
curam (over slope) pada dua kecepatan yang berbeda. Pitch offset dapat diukur
sumbu z atau gerakan ke kiri dan kanan kapal pada sumbu z (Azimuthal) (Gambar
kedalaman, yang mana semakin besar dengan jauh dari nadir. Kalibrasi dapat
Gelombang suara merambat baik dalam air. Dalam air laut yang bersifat
cahaya dan radio) akan berkurang energinya (teratenuasi) dengan cepat dalam
jarak beberapa ratus bahkan puluh meter saja. Penetrasi cahaya praktis hanya
gelombang suara dapat mencapai dasar laut dengan kedalaman ribuan meter dan
dapat merambat puluhan ribu meter melintasi samudra luas (Jaya, 2011).
batimetri. Hal ini disebabkan kecepatan suara dalam air memiliki nilai yang tidak
selalu sama untuk setiap wilayah, sehingga langkah awal untuk melakukan
Mike (2008) menjelaskan laut memiliki tiga zona utama kecepatan suara
permukaan berkisar 0 sampai 100 meter dan musiman berkisar 100 sampai 200 m
meter. Suhu air mendekati 2 0C dan kecepatan suara meningkat hanya karena
tekanan.
20
Gambar 13. Profil kecepatan suara dalam air laut (Mike, 2008)
Kecepatan suara adalah fungsi dari suhu, salinitas dan tekanan (kedalaman).
Salinitas diukur dalam Practical Salinity Units (PSU). 1 PSU = sekitar 1 bagian
per seribu (ppt). Salinitas berubahan dari 34 dekat permukaan sampai 35 dekat
dasar (Bottom).
Tekanan khas diukur dalam decibars, satu decibars tekanan meningkat sesuai
detik, peningkatan salinitas 1 PSU akan menaikkan kecepatan suara 1,4 m / detik,
Z..(9)
21
laut yang berupa material jatuhan logam, beton, dan pecahan karang kita harus
melakukan koreksi terlebih dahulu, karena posisi objek terdapat di belakang kapal
dan juga di bagian kanan atau kiri towfish. Dalam hal ini untuk ketelitian posisi
suatu objek tergantung dari skala peta yang diinginkan. Koreksi dalam
menentukan posisi objek terbagi dua yaitu slant range corection dan layback
Slant range adalah jarak antara suatu objek di dasar laut dengan towfish,
sedangkan slant range correction adalah jarak horisontal suatu objek di dasar laut
dengan titik dasar laut di bawah towfish (Gambar 14). Pada koreksi ini suatu objek
diumpamakan terletak di sebelah kiri atau kanan towfish, sehingga dapat dihitung
di mana: a = Slant range correction, b = Tinggi towfish terhadap dasar laut, c = Slant
range.
Layback correction adalah jarak mendatar dari antena GPS terhadap posisi
towcable, d = Tinggi towfish dari dasar laut, e = Jarak horisontal dari antena GPS
ke buritan kapal.
Jika jarak horisontal dari antena sampai buritan diketahui, maka koreksi
jarak horisontal dari antena sampai towfish dapat dicari, yaitu dengan cara
menambahkan jarak horisontal dari buritan ke towfish dengan jarak antena dengan
buritan.
23
Koreksi terhadap pengaruh roll, pitch, heave dan heading dilakukan secara
kecepatan 0.03 m/s dan kemampuan adaptasi terhadap suhu pada rentang -10 0C
ini, yaitu memiliki perangkat lunak untuk pemrosesan model posisi dan data yang
Interpolasi circular digunakan untuk lubang kecil dalam data. Gaps atau
lubang-lubang kecil ini dapat disebabkan oleh sebagai contoh beam terluar dari
multibeam survei. Interpolasi ini tidak membutuhkan clipping polygon dan dapat
ditentukan jarak maksimum gap yang akan diinterpolasi. Max. gap adalah jarak
Tergantung pada ukuran area interpolasi dan kekuatan dari komputer, interpolasi
ini dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat atau lama. Cara terbaik untuk
menggunakan petunjuk ini adalah ketika ada gap atau lubang kecil dan dalam
jumlah yang banyak seperti dalam data multibeam (PDS 2000, 2011).
nampak di area data dimana resolusi permukaan terlalu kecil untuk menyediakan
cakupan (coverage) yang akurat. Hal ini terkadang terjadi di beam yang terluar
sepanjang ujung terluar dari area survei dimana hanya ada sedikit atau tidak ada
hanya berukuran 3x3 dan 5x5 pixel dalam menginterpolasi bagian yang kosong
dari permukaan dasar (Gambar 17). Hal ini karena mencegah terjadinya perluasan
Mahakam terletak pada garis lintang 00 350S dan 117 0 170E dan panjang
25
sungai ini mencapai 920 km dengan luasnya 149.227 km2 serta memiliki lebar
antara 300-500 meter. Sungai ini melewati wilayah kabupaten Kutai Barat bagian
Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda, sungai-
(Watiningsih, 2009).
bentang bebas atau area yang tergantung tanpa penyangga mencapai 270 meter.
Amerika Serikat. Pembangunan jembatan ini dimulai pada tahun 1995 dan selesai
(www.harianhaluan.com).
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai
dengan Juli 2012. Data yang digunakan merupakan data mentah (raw data) dari
menggunakan Multibeam Reson Hydrobat dan Side scan sonar Edgetech 4200
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai
Jakarta. Gambar 19 merupakan peta lokasi penelitian dan tracking dari kapal.
28
(a)
(b)
Gambar 19. Lokasi penelitian pemeruman (a) dan tracking kapal (b)
dengan menggunakan instrumen multibeam Reson Hydrobat dan side scan sonar
29
Edgetech 4200 (Gambar 20). Data yang didapatkan merupakan data yang telah
terkoreksi terhadap pergerakan kapal seperti pitch, heave, roll dan heading.
lunak PDS 2000 dengan transduser terhubung dengan monitor EIZO S1901 HK,
sedangkan untuk side scan sonar, transduser terhubung dengan perangkat keras
Portable splash-proof case dan interface & display dari Splash-proof laptop yang
frekuensi rendah (100 dan 300 kilohertz) dan frekuensi tinggi (400, 600, dan 900
meter. Untuk frekuensi rendah bisa mendeteksi benda ukuran minimal 2,5 meter
dengan wilayah pantauan 200 meter persegi. Adapun untuk frekuensi tinggi bisa
memantau benda ukuran 0,5 meter dengan wilayah pantauan 100 meter persegi.
Sedangakan multibeam reson hydrobat berfrekuensi 160 khz dan memiliki 112
Gambar 20. Ilustrasi proses pendeteksian dengan Multibeam dan Side Scan
Sonar (http://www.dishidros.go.id).
30
dan side scan sonar ditarik (towing) di belakang dengan kecepatan rata-rata kapal
survei 3 knot. Gambar 21 merupakan gambar offset kapal dari instalasi peralatan
(a) (b)
Gambar 21. Offset kapal dari instalasi peralatan survei, tampak atas (a) dan
tampak samping (b).
PDS2000 dan Caris HIPS and SIPS 6.1 untuk data Multibeam dan untuk data side
scan sonar menggunakan SonarWeb dan Caris HIPS and SIPS 6.1, sehingga
diperoleh data akhir berupa 2 peta batimetri dari multibeam sonar dengan
menggunakan software yang berbeda dan gambar target permukaan dasar dari
Sound velocity probes (SVP). Data kecepatan suara yang didapat digunakan
hidroakustik dan setiap kolom perairan memiliki nilai kecepatan suara yang tidak
selalu sama, sehingga dibutuhkan data kecepatan suara yang real time.
informasi berupa parameter fisik dari perairan, yaitu mengetahui kecepatan arus
dari lokasi survei di sungai Mahakam. Parameter fisik ini digunakan untuk
menggunkan 2 software yaitu PDS 2000 dan Caris HIPS and SIPS 6.1, selain
Data yang diperoleh dari proses akuisisi disimpan dalam *.s7k dan
pemrosesan data, masukkan (load) data yang dibutuhkan seperti kapal (vessel),
kecepatan suara, dan pasang surut air (tide). Lakukan konfigurasi project sesuai
yang dibutuhkan (description, unit, coordinat system, formats, log files, file
history, disk space, alert sound, dan options), data yang akan diolah dimasukkan
dan dilakukan kalibrasi (roll, pitch, dan yaw), kalibrasi juga dapat dilakukan
ketika editing data. Selanjutnya, masuk ke menu editing untuk dilakukan proses
editing dengan menggunakan menu display dan pilih tipe editing data seperti
manual reject, kecepatan suara, tide dan lainnya. Pilih Multibeam area editing-
standard untuk dibuat grid model dan filtrasi data. Setelah selesai editing buka
Grid Model Editor untuk pengaturan warna dan interpolasi data, kemudian data
dapat diekspor dalam bentuk JPEG/ GeoTIFF dan ASCII. Gambar 22 merupakan
Tahap awal pengolahan data adalah pembuatan file kapal (Vessel file).
Vessel file berisi nilai koordinat setiap sensor yang direferensikan terhadap titik
pusat kapal (centre line). Proses berikutnya, yaitu pembuatan proyek baru (create
new project) dengan menggunakan vessel file yang telah dibuat. Setelah project
dibuat, data kedalaman dalam bentuk *.s7k diubah menjadi hsf menggunakan
menu conversion wizard sehingga data tersebut dapat diproses dalam perangkat
editor dan subset editor untuk menghilangkan ping atau data beam yang dianggap
buruk (pencilan). Attitude editor dan navigation editor kemudian digunakan untuk
kecepatan gelombang suara masing-masing melalui menu load tide dan sound
membuat Field Sheet baru sebagai tempat data surface batimetri. Selanjutnya,
Setelah itu, dilakukan penyelesaian data surface dengan bantuan menu Recompute
untuk diperoleh hasil akhir berupa peta batimetri. Peta batimetri tersebut
kemudian di-export dalam bentuk ASCII dan GeoTIFF. Sehingga dapat dilakukan
layout pada ArcGIS 9.3. Gambar 23 adalah diagram alir pengolahan data
Gambar 23. Diagram alir pengolahan data Multibeam pada Caris HIPS&SIPS 6.1
Data Sidescan sonar yang diperoleh berupa *.xtf yang kemudian diolah
hasil berupa gambar target dari dasar perairan dengan hasil pemrosesan yang
Pengolahan data dimulai dari pembuatan vessel file dengan konfigurasi data
side scan sonar dan project baru sebagai tempat pemrosesan data. Dilakukan
konversi data SSS dari ekstensi *.xtf ke format hsf File agar dapat diproses di
Caris dan koreksi dari navigasi dan gerakan (attitude) sensor, serta dilanjutkan ke
36
melakukan digitasi dan interpolasi data, serta melakukan koreksi data. Pada
sidescan sonar editor ini, target yang terlihat dilakukan Zooming dan dilakukan
baru dan generate mosaics, serta diekspor dalam bentuk GeoTIFF (Gambar 24).
Gambar 24. Diagram alir dari pengolahan SSS di Caris HIPS&SIPS 6.1
Data SSS dalam bentuk *.xtf dapat diproses langsung dengan SonarWeb.
Langkah pertama adalah membuat project baru untuk data yang akan diolah.
pemrosesan, masukkan data SSS dengan cara add file to project dan tunggu
Pencarian target dipilih menu Targets, dilanjutkan pemilihan line yang akan
diamati, dan zoom target jika ditemukan. Selanjutnya, zooming target dapat
dilakukan ekspor nilai amplitudo dari trace di mana target diduga berada.
Pertama, menentukan selisih waktu dari ping pertama hingga ping dimana target
mengekspor nilai amplitudo di trace dimana target diduga berada dalam bentuk
4.1. Hasil
Profil kecepatan suara (SVP) di lokasi penelitian diukur secara detail untuk
gambar tersebut merupakan cepat rambat gelombang akustik sementara itu sumbu
kedalaman 1 meter, yaitu sebesar 1.506,39 m/s dan kecepatan suara tertinggi
sebesar 1.507,09 m/s terjadi pada kedalaman 47 meter serta terjadi fluktuasi
40
umum nilai cepat rambat gelombang akustik di lokasi penelitian memiliki nilai
Tabel 1 merupakan hasil pengukuran in situ arus pada waktu dan kedalaman
5 0,766 195,8
10 0,590 183
15 0,648 182.2
5 0,532 203
10 0,648 199,7
15 0,706 198
5 0,301 242,4
10 0,359 22,9
15 0,648 237
kedalaman 10 hingga 15 meter dan nilai kecepatan arus lebih rendah berada di
permukaan atau pada kedalaman 2 hingga 5 meter pada tiap waktu pengambilan
data. Kisaran nilai kecepatan arus 0,301 meter/detik hingga 0,766 meter/detik.
41
yaitu Caris HIPS&SIPS 6.1 dan PDS2000 diperoleh hasil berupa tampilan 2
dimensi dan 3 dimensi topografi dasar perairan dari lokasi penelitian. Software
multibeam sonar yang beroperasi pada frekuensi 160 kHz yang mencakup luas
petak 4 kali dari kedalamannya, dengan jumlah beam 112 dan lebar sapuan 1200,
serta memiliki kisaran 1 meter hingga 200 meter dengan memiliki stabilitas roll.
Nilai keakuratan data yang diperoleh selama akuisisi dijaga agar selalu
tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan peta batimetri yang akurat.
Berdasarkan ketentuan IHO Tahun 2008, lokasi penelitian termasuk dalam orde 1.
Hal ini dikarenakan lokasi penelitian berada pada kedalaman kurang dari 100
PDS2000.
42
(a)
(b)
Gambar 28. Topografi dasar 2D (a) dan 3D (b) dari sungai Mahakam di lokasi
penelitian dengan menggunakan software PDS2000
43
Pada Gambar 28 dapat kita ketahui bahwa bentuk topografi dasar dari
tertinggi berada di daerah cekungan yaitu 58,15 meter dan memiliki kedalaman
terendah sebesar 4,18 meter. Gambar di atas dapat diketahui pula bahwa semakin
biru tampilan dari gradasi warnanya maka semakin tinggi pula nilai
kedalamannya.
hanya diperoleh tampilan 2 dimensi topografi dasar perairan dari lokasi survei
dengan bentuk yang tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan di PDS2000
(Gambar 29).
Gambar 29. Topografi 2 dimensi dari dasar sungai Mahakam di lokasi penelitian
dengan menggunakan software Caris HIPS&SIPS 6.1.
44
berarti semakin dalam pula kedalamannya. Dari hasil tersebut diperoleh nilai
kedalaman terendah yaitu 4,0719 dan tertinggi 56,1952 dengan pola membentuk
menggunakan instrumen Side Scan Sonar Edgetech 4200. Pengolahan data SSS
dilakukan pada dua software yaitu software Caris HIPS&SIPS 6.1 dan SonarWeb.
Gambar 30 dan Tabel 2 merupakan hasil pengolahan data side scan sonar dengan
Gambar 30. Mosaik dari SSS di lokasi penelitian menggunakan Caris 6.1.
45
Tabel 2. Hasil deteksi target dari data SSS di Caris HIPS&SIPS 6.1
No. Gambar Target Keterangan
Kedalaman: 41,23 m
Bentuk : Persegi
Bentuk : Tali
Tabel 2. Hasil deteksi target dari data SSS di Caris HIPS&SIPS 6.1(Lanjutan)
5. Posisi : 00-26-41.32S dan 117-00-07.45E
Kedalaman : 33,08 m
Bentuk : Persegi
Kedalaman: 33,86 m
Kedalaman : 31,93 m
Bayangan
Bentuk : Kotak
Kedalaman: 35,01 m
Tabel 2. Hasil deteksi target dari data SSS di Caris HIPS&SIPS 6.1(Lanjutan)
10. Posisi : 00-26-39.79S dan 117-00-12.01E,
00-26-39.29S dan 117-00-13.12E
Hasil pengolahan data Side Scan Sonar di SonarWeb diperoleh juga berupa
pembanding dan pelengkap informasi dari hasil di Caris 6.1, maka gambar target
di SonarWeb diambil dengan bentuk yang hampir sama dengan hasil dari Caris
SSS di SonarWeb.
48
E E E
line survei. Terlihat bagian tengah tanda dari runtuhan rangka jembatan yang
memotong mosaik.
Kedalaman: 46,1 m
Tabel 3. Hasil deteksi target dari data SSS menggunakan SonarWeb (Lanjutan)
No. Gambar Target Keterangan
Tabel 3. Hasil deteksi target dari data SSS menggunakan SonarWeb (Lanjutan)
No. Gambar Target Keterangan
Hasil pengolahan data Side scan sonar diperoleh nilai kisaran amplitudo yang
dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai amplitudo tertinggi adalah dari target berbentuk
kecil, benda bertali, bentuk tali, dan terkecil dari substrat dasar di sekitar benda
berbentuk tali.
Tabel 4. Nilai kisaran amplitudo target dari data Side Scan Sonar
No. Target Kisaran Nilai Amplitudo
dari jenis sedimen Silt (lumpur halus) yaitu 300-350, Silty clay (lumpur
berlempung) adalah 350-400, dan Clayey silt (lempung berlumpur) adalah 400-
450.
52
4.2. Pembahasan
Kecepatan gelombang suara dalam air laut dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu suhu, salinitas, dan tekanan. SVP di lokasi penelitian (Gambar 27) termasuk
bervariasi dengan kedalaman berkisar 0 sampai 100 meter (Mike, 2008), sehingga
akustik. SVP pada wilayah surface layer sangat dipengaruhi oleh perubahan
diurnal harian air dan perubahan lokal seperti pemanasan, pendinginan, dan
pergerakan angin (Urick, 1967). Panas dari sinar matahari menyebabkan air
menyebabkan terbentuknya mixed layer yang terus berlangsung sampai sore hari
pengaruh arus sehingga terbentuk mixed layer yang dapat menyebabkan kondisi
isothermal atau kondisi suhu perairan hampir sama, sehingga tekanan air
menyebutkan bahwa salah satu koreksi yang penting dalam survei batimetri
dengan kebutuhan. Kecepatan dan arah arus diukur dengan satuan ketelitian
bacaan 0,1 knot dan 10 derajat. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui
Pengukuran arus di lokasi survei pada pukul 7:50, 10:55, dan 16:14 waktu
setempat diperoleh hasil kecepatan arus lebih tinggi berada di bagian dalam
(kedalaman 15 m) dengan kecepatan arus berkisar 0,648 m/s dan 0,706 m/s.
Sedangkan nilai terendahnya adalah sebesar 0,301 m/s hingga 0,590 m/s yang
berada di permukaan, serta memiliki arah yang tidak jauh berbeda di tiap
kecepatan survei kapal dapat ditentukan dengan tepat dan memperkecil tingkat
PDS 2000 dan Caris HIPS&SIPS 6.1 dengan hasil yang diperoleh berupa
topografi dasar daerah penelitian yang memiliki rentang nilai kedalaman yang
hampir sama, yaitu hasil pengolahan data multibeam di Caris diperoleh nilai
rentang kedalaman 4,071936 meter hingga 56,19515 meter dan hasil pengolahan
data di PDS 2000 diperoleh rentang kedalaman 4,18 meter hingga 58,15 meter.
Perbedaan hasil dari kedua software tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan
dalam filtrasi manual atau manual reject saat proses pengolahan data atau dapat
juga disebabkan oleh tingkat akurasi dari kedua software tersebut dalam mengolah
yang merupakan software bawaan langsung dari alatnya yaitu multibeam sonar
Reson Hydrobat, sehingga kualitas data yang dihasilkan dari pengolahan data
multibeam pada software PDS 2000 lebih baik dibanding dengan software Caris
multibeam di PDS 2000 hanya digunakan interpolasi circular saja, karena untuk
nampak di area data, lubang-lubang kecil (gaps) ini dapat disebabkan oleh sebagai
contoh beam terluar dari multibeam survei sepanjang ujung terluar dari area
survei, di mana hanya ada sedikit atau tidak ada cakupan yang menutupinya (no
55
terjauh di mana interpolasi masih valid atau dapat dilakukan interpolasi (Gambar
32). Pada interpolasi matrik di Caris HIPS&SIPS 6.1 maksimum gap yang dapat
dilakukan interpolasi hanya dalam ukuran matrik 3x3 dan 5x5, sebagai contoh jika
kita memilih ukuran matrik 3x3 maka akan ditentukan nilai dari piksel yang
circular pada PDS 2000 nilai maksimun range-nya dapat ditentukan sendiri dan
dapat dipilih jenis interpolasi circular yang akan digunakan, yaitu kedalaman
max ), atau kedalaman standar deviasi (Z stand dev) yang ada disekelilingnya.
(a) (b)
Gambar 32. Perbedaan maksimum interpolasi pada interpolasi circular (a) dan
interpolasi matrix (b).
kedalaman 4,07 meter hingga 58,15 meter. Bentuk variasi dari topografinya secara
dari sebelah utara 5,506 meter hingga 10 meter, 11 meter hingga 20 meter, 21
56
meter hingga 58,15 meter, dan kedalaman semakin berkurang hingga menuju ke
bagian selatan dari bagian cekungan dasar perairan dengan kedalaman hingga 4,07
posisi bawah jembatan dengan kedalaman berkisar dari 20 meter hingga 58 meter.
Gambar 33. Topografi dasar perairan lokasi penelitian di sekitar bawah jembatan
57
Hasil pengolahan data side scan sonar dengan menggunakan software Caris
HIPS&SIPS 6.1 (Tabel 2) dan SonarWeb (Tabel 3) diperoleh gambar target dasar
ArcGIS 9.3, maka dapat dilakukan overlay data batimetri dari Multibeam sonar
dan data posisi (koordinat) target dari Side scan sonar untuk menghasilkan peta
Pada Gambar 30 terlihat, bahwa intensitas dari pantulan dasar perairan hasil
dalam bentuk warna, semakin merah berarti nilai pantulan gelombang suaranya
semakin besar. Hal ini terkait dengan sifat benda atau kekasaran objek dasar
bongkahan, kerikil, atau batuan vulkanik sangat efisien dalam merefleksikan pulsa
akustik (backscatter kuat). Sedangkan sedimen halus seperti tanah liat, lumpur,
tidak merefleksikan pulsa suara dengan baik (lemah). Reflektor kuat akan
yang telah digabung atau merge. Terlihat tanda reruntuhan dari rangka jembatan
yang memotong mosaik di bagian tengah. Tingkat kekeruhan yang tinggi pada
penghamburan (scattering) oleh partikel terlarut dalam kolom air atau karena
Kegiatan tambang emas dan batu bara dapat dijumpai di bagian hulu Sungai
sangat tinggi, mencapai 60 sentimeter per bulan. Ini disebabkan tingginya erosi
akibat rusaknya hutan pada daerah aliran sungai sepanjang 900 kilometer itu
setelah kejadian runtuh, terlihat rangka jembatan yang terbenam dalam lumpur.
N
Port
190 meter
Blindzone
Rangka jembatan
Starboard
E E E
Gambar 35. Hasil pendeteksian SSS pada tanggal 2 Desember 2011 (6 hari setelah
runtuh).
Microsoft Excel, dengan memplotkan nilai amplitudo dan waktu yang berasal dari
trace di mana target diduga berada, sehingga dengan melihat bentuk grafik dan
frekuensi nilai dari amplitudo yang pantulkan oleh permukaan dasar serta
60
noise, maka dapat ditentukan dugaan nilai amplitudo dari target yang diamati.
Gambar 36 merupakan grafik hubungan antara waktu dan amplitudo dari masing-
masing target.
Gambar 36. Grafik hubungan waktu dan amplitudo dari target rangka jembatan,
gundukan kecil, bentuk kotak/persegi, benda bertali, dan target
bentuk tali.
Pada Tabel 4 dapat dilihat besarnya nilai amplitudo dari target yang
ditemukan adalah nilai amplitudo tertinggi dari target rangka jembatan yaitu 7.200
7.974 dan terendah dari substrat di sekitar target bentuk tali yaitu 258 454. Hal
ini dikarenakan besarnya intensitas pantulan suara dari dasar laut umumnya
tingkat kekasaran (roughness) dasar laut, komposisi sedimen dasar laut, dan
61
frekuensi suara yang digunakan (Jaya, 2011). Ukuran butiran sedimen yang lebih
besar memiliki pantulan (backscattering) yang lebih kuat pula, tingkat kepadatan
sedimen (bulk density) yang lebih tinggi akan memiliki nilai backscattering yang
lebih besar pula (Manik, 2011). Oleh karena itu, semakin keras benda yang ada di
dasar perairan maka semakin kuat pula pantulan gelombang suara yang mengenai
benda tersebut.
62
5.1. Kesimpulan
tipe perairan dangkal dengan rentang kedalaman 4,07 meter hingga 58,15 meter.
Hasil dari pendeteksian target dasar perairan diperoleh target berbentuk rangka
gundukan kecil, dan target benda bertali. Nilai intensitas pantulan gelombang
suara dari dasar perairannya ialah lemah, yang disebabkan oleh jenis substrat
perhitungan pendugaan nilai amplitudo dari target yang ditemukan diperoleh nilai
tertinggi berasal dari target rangka jembatan (7.200-7.974 mV), diikuti target
2.490 mV), target benda bertali (819-830 mV), target bentuk tali (684-729 mV),
dan terendah substrat dasar di sekitar target bentuk tali (258-454 mV). Besarnya
intensitas pantulan gelombang suara dari dasar perairan tergantung pada tingkat
5.2. Saran
target yang teramati dan mampu menentukan nilai backscattering (dB) target.
63
DAFTAR PUSTAKA
Jaya I. 2011. Penginderaan jauh sumberdaya dan dinamika laut dengan teknologi
akustik untuk pembangunan benua maritim Indonesia. Orasi Ilmiah Guru
Besar FPIK-IPB. IPB-Press. Bogor.
Klein Associates Inc. 2003. Side Scan Sonar Record Interpretation. L-3 Klein,
New Hampshire. USA. http://www.l-3klein.com [21 Juli 2012].
Sari S P dan Manik H M. 2009. Interpretasi target di dasar laut menggunakan side
Scan sonar, A 25-29. Prosiding Seminar Nasional, Teori dan Aplikasi
Teknologi Kelautan 2009, Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
[CARIS]. 2007. Caris Hips and Ships 6.1.1 Users Guide. 115 Waggoners Lane,
Fredericton, New Brunswick, Canada, E3B 2L4.
[PDS 2000]. 2011. PDS 2000 User Manual Version 4.0.0 . RESON B.V.
Stuttgartstraat 42- 44 3047 AS Rotterdam The Netherlands.
[EM] Edgetech Manual. 2002. Geometri of the target side scan sonar. http://140
.194.76.129/publications/eng-manuals/EM_1110-2-1003_pfl/c-12.pdf
[20 Juli 2012].
_______.2008. http://www.nauticalcharts.noaa.gov/staff/education_animations
.htm [9Desember 2011].
. 2010. http://www.codaoctopus.com/media/downloads
/codaoctopusf180series -brochure.pdf [20 Juli 2012].
. 2011. http://www.edgetech.com/docs/4200
seriesbrochure052511.pdf [20 Juli 2012].
66
LAMPIRAN
67
Reson Hydrobat
Parameter Keterangan
Akurasi 0.5 4 m (stand alone), 20 1 cm (RTK)
Roll and Pitch < 0.025o
Heading 1 m baseline (0,1o) 2 m baseline (0.05o) 4 m baseline (0.025o)
Heave 5% from heave amplitude
Speed 0.03 m/s
Weight 2.5 Kg
Power 9-19 Vdc, 25 Watts
Temperatur -10 60o C
Humidity Splash proof
Antena Novatel pinwheel
69
1. 20111201_031813_b j.s7k
2. 20111201_031913_b j.s7k
3. 20111201_032022_b j.s7k
4. 20111201_033622_b j.s7k
5. 20111201_041506_b j.s7k
6. 20111201_042840_b j.s7k
7. 20111201_043951_b j.s7k
8. 20111201_045609_b j.s7k
9. 20111201_050812_b j.s7k
10. 20111201_052452_b j.s7k
11. 20111201_053647_b j.s7k
12. 20111201_055458_b j.s7k
13. 20111201_085124_b j.s7k
14. 20111201_092213_b j.s7k
15. 20111201_092917_b j.s7k
16. 20111201_093301_b j.s7k
17. 20111201_093638_b j.s7k
18. 20111201_093831_b j.s7k
1. 20111202111057H.xtf
2. 20111202105859H.xtf
3. 20111202105200H.xtf
4. 20111202104033H.xtf
5. 20111130071228H.xtf
6. 20111129153658H.xtf
7. 20111129153428H.xtf
8. 20111129153144H.xtf
9. 20111129152745H.xtf
10. 20111129150448H.xtf
11. 20111129145812H.xtf
12. 20111129145155H.xtf
13. 20111129145101H.xtf
71
Sumber: http://uhslc.soest.hawaii.edu/data/fdd
72
= + a2 + (bxd)2
= + (0.5)2 + (0.013x12.18783 )2
= 0.524503 m
74
PT. KOYORAD, dan PT. PUJIPA. Selama kuliah penulis juga ikut aktif dalam
organisasi seperti HIMITEKA, FKM-C, IKMP, HARPI, dan LSM Darul Rohmat.
diambil yaitu Aplikasi Multibeam dan Side Scan Sonar untuk Mendeteksi Target